Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS

Dosen Pengampu:

Norra Isnasia Rahayu, SE., MSA., AK., CA

Disusun Oleh:
Rani Juliana (200304326)
Adilla Safitri (210304172)
Cindy Maylani (210304173)

Salwah Fadillah (210304175)


M. Asra Yudha (210304193)
Muhammad Asro (210304174)
Muhammad Alvino Dinova (210304187)
M. Syauqan Rusadi (210304191)
M. Rafid Adani (210304183)

Kelvin Nasdi (210304177)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan
dan keteguhan hati kami dalam menyelesaikan makalah kelompok yang berjudul
“PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS” ini. Sholawat beserta salam semoga senantiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi tauladan para umat manusia yang
merindukan keindahan surga.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum
Bisnis. Dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Norra Isnasia Rahayu, SE., MSA., AK., CA. Selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum
Bisnis, yang telah ikut serta membantu dan membimbing penulis dalam mengerjakan
makalah ini. Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi semua yang
membacanya terutama bagi diri kami sendiri. Penulis meminta maaf apabila terdapat
kesalahan pada penulisan makalah ini dan dengan tangan terbuka kami menerima saran
terhadap makalah yang kami sajikan ini untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Pekanbaru, 30 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 1

1.3 Tujuan Masalah....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 3

2.1 Negosiasi dan ruang lingkupnya .............................................................................. 3

2.2 Mediasi dan Ruang Lingkupnya .............................................................................. 6

2.2.1 Pengertian Mediasi .................................................................................................. 6

2.2.2 Keuntungan Mediasi Dalam Sengketa Bisnis .......................................................... 7

2.3 Arbitrase dan Ruang Lingkupnya ............................................................................ 9

2.3.1 Pengertian Arbitrase ................................................................................................ 9

2.3.2 Syarat Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase ................................................... 10

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 12

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 12

3.2 Saran..................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Permasalahan atau sengketa sering terjadi di kehidupan bermasyarakat. Permasalahan


atau sengketa biasanya banyak terjadi pada berbagai lini kegiatan ekonomi dan bisnis.
Perbedaan pendapat, benturan kepentingan, hingga rasa takut dirugikan kerap menjadi sebab
permasalahan atau sengketa tersebut terjadi.

Penyelesaian sengketa bisnis kebanyakan dilaksanakan menggunakan cara litigasi


atau penyelesaian sengketa melalui proses persidangan. Penyelesaian sengketa tersebut
diawali dengan pengajuan gugatan kepada pengadilan negeri dan diakhiri dengan putusan
hakim. Namun disamping penyelesaian sengketa melalui proses litigasi, terdapat pula
penyelesaian sengketa melalui non litigasi.

Dalam dunia bisnis banyak sekali dinamika-dinamika yang sering dialami oleh para
pengusaha, baik itu dinamika proses pembelian, kerjasama, jual-beli produk bahkan terkait
waralaba yang harus di tempuh dalam perjanjian. Tidak dapat dipungkiri banyak sekali
sengketa yang muncul dalam dunia per bisnis-an. Mengutip dari perkataan Maxwell J. Fulton
sengketa bisnis adalah suatu hal yang muncul selama berlangsungnya proses transaksi yang
berpusat pada ekonomi pasar.

Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat dan kompleks nantinya pasti akan
melahirkan berbagai macam bentuk kerja sama bisnis. Mengingat kegiatan bisnis akan
semakin meningkat dari hari ke hari, maka dari itu tidak mungkin dihindari terjadinya
sengketa di antara para pihak yang terlibat. Sengketa muncul karena berbagai alasan dan
masalah yang melatarbelakanginya, terutama karena adanya conflict of interest di antara para
pihak. Sengketa yang muncul di antara pihak-pihak yang terlibat dalam berbagai macam
kegiatan bisnis atau perdagangan dinamakan sengketa bisnis.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana Negosiasi dan ruang lingkupnya?
b. Bagaimana Mediasi dan Ruang Lingkupnya?
c. Bagaimana Arbitrase dan Ruang Lingkupnya?

1
1.3 Tujuan Masalah
a. Memahami Negosiasi dan ruang lingkupnya.
b. Memahami Mediasi dan Ruang Lingkupnya.
c. Memahami Arbitrase dan Ruang Lingkupnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Negosiasi dan ruang lingkupnya


Negosiasi adalah sarana bagi pihak-pihak yang bersengketa untuk mendiksusikan
penyelesaiannya tanpa keterlibatan pihak ketiga. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia), negosiasi diartikan sebagai penyelesaian sengketa secara damai melalui
perundingan antara pihak-pihak yang bersengketa. Melalui negosiasi para pihak yang
bersengketa dapat melakukan suatu proses penjajakan kembali akan hak dan kewajiban para
pihak yang bersengketa dengan suatu situasi yang sama-sama menguntungkan, dengan
melepaskan atau memberikan kelonggaran atas hak-hak tertentu berdasarkan pada asas timbal
balik. Kesepakatan yang telah dicapai kemudian dituangkan secara tertulis untuk
ditandatangani dan dilaksanakan oleh para pihak.

Namun proses negosiasi dalam penyelesaian sengketa terdapat beberapa kelemahan.


Yang pertama ialah ketika kedudukan para pihak yang tidak seimbang. Pihak yang kuat akan
menekan pihak yang lemah. Yang kedua ialah proses berlangsungnya negosiasi acap kali
lambat dan bisa memakan waktu yang lama. Yang ketiga ialah ketika suatu pihak terlalu
keras dengan pendiriannya.

Secara umum berdasarkan Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999


alternatif penyelesaian sengketa adalah penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui
prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian para pihak, yakni penyelesaian di
luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsoliasi dan penilaian ahli.
Dalam pembahasan skripsi ini penulis akan membahas secara khusus tentang negosiasi.

Istilah negosiasi sudah tidak asing bagi tatanan hukum bisnis. Secara umum negosiasi
dapat diartikan sebagai suatu upaya penyelesaian sengketa para pihak tanpa melalui proses
peradilan dcngan tujuan mencapai kesepakatan bersama atas dasar kerja sama yang lebih
harmonis dan kreatif. Di sini para pihak berhadapan langsung secara seksama dalam
mendiskusikan permasalahan yang mereka hadapi dengan cara kooperatif dan saling terbuka.

Secara umum negosiasi dapat diartikan sebagai suatu upaya penyelesaian sengketa
para pihak tanpa melalui proses peradilan dengan tujuan untuk mencapai kesepakatan
bersama atas dasar kerja sama yang lebih harmonis dan kreatif.

3
Munir Fuady mengemukakan dua macam negosiasi, yaitu :

1. Negosiasi kepentingan.
2. Negosiasi hak

Negosiasi Kepentingan (interes negotiation) merupakan negosiasi yang sebelum


bernegosiasi sama sekali para pihak tidak ada hak apa pun dari satu pihak kepada pihak lain.
Akan letapi, mereka bernegosiasi karena masing-masing pihak ada kepentingan untuk
melakukan negosiasi tersebut. Misalnya negosiasi terhadap harga, waktu pembayaran, dan
lain-lain.

Sebaliknya dalam negosiasi hak (right negotiation), sebelum para pihak bernegosiasi,
antara para pihak sudah terlebih dahulu punya hubungan hukum tertentu, sehingga antara
para pihak tersebut timbul hak-hak tertentu yang dijamin pemenuhannya oleh hukum.
Kemudian para pihak bernegosiasi agar hak-hak tersebut dapat dipenuhi oleh pihak lawan.
Jadi bedanya dengan negosiasi kepentingan, di mana negosiasi tersebut dimaksudkan untuk
menciptakan hubungan hukum tertentu, tetapi dalam negosiasi hak, hubungan hukum tersebut
justru sudah ada sebelum negosiasi dilakukan.

Dalam penyelesaian sengketa atau dalam hubungan hukum tertentu, untuk


melaksanakan negosiasi tentunya mempunyai tahap-tahap untuk tercapainya suatu
kesepakatan guna menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Howard Raiffia (Dalam
Suyud Margono, 2000:52-54) dalam pengamatannya membagi tahap-tahap negosiasi menjadi:

a. Tahap Persiapan.
Dalam mempersiapkan perundingan, hal pertama yang perlu dipersiapkan adalah apa
yang kita butuhkan atau inginkan. Dengan kata lain, kenali dulu kepentingan kita
sebeum mengenali kcpentingan orang lain (lawan). Tahap ini sering kali diistilahkan
dengan know yourself. Dalam tahap persiapan kita juga perlu menelusuri alternatif
lainnya apa-bila alternatif terbaik atau maksimal tidak tercapai.
b. Tahap tawaran awal (opening gambit).
Dalam tahap tawaran awal biasanya seorang perunding mempersiapkan strategi
tentang halhal yang berkaitan dengan pertanyaan: siapakah yang harus terlebih dahulu
menyampaikan tawaran. Apabila kita menyampaikan tawaran awal dan perunding
lavvan tidak siap, terdapat kemungkinan tawaran pembuka kita memengaruhi persepsi
tentang reservation price dari perunding lawan. Dalam tahap ini disarankan agar kita

4
mengunci diri dan merasa "buntu" terhadap tawaran perunding lawan yang sifatnya
ekstrim. Strategi yang baik bila menghadapi tawaran ekstrem adalah menghentikan
negosiasi sampai mereka memodiflkasi tawaran atau segera melakukan kontra
tawaran (counteroffer) dengan mengajukan tawaran yang kita miliki.
c. Tahap pemberian konsesi.
Dalam tahap konsesi yang harus dikemukakan tergantung pada konteks negosiasi dan
konsesi yang diberikan oleh perunding lawan. Dalam tahap ini seorang perunding
harus dengan tepat melakukan kalkulasi tentang agresivitas serta harus bersikap
manipulatif. Agresivitas kita sangat tergantung atas berbagai faktor, seperti seberapa
jauh kita menjaga hubungan baik dengan perunding lawan, empati kita terhadap
kebutuhan lawan, dan fairness.
d. Tahap akhir pcrmainan (End Play).
e. Dalam hal ini yang lebih penting adalah kemampuan negosiator memainkan peran
dalam konsesi dan menjaga penawaran sampai pada tingkat yang dinginkan. Tahap
akhir permainan adalah pembuatan komitmen atau memberikan komitmen yang telah
dinyatakan sebelumnya.

Sayud Margono teknis negosiasi yang dikenal dalam masyarakat, sebagai berikut:

1) Teknik negosiasi kompetitif


2) Teknik negosiasi kooperatif
3) Teknik negosiasi lunak keras

Teknik negosiasi kompetitif diistilahkan sebagai ncgosiasi yang bersifat alot. Unsurunsur
yang menjadi ciri negosiasi kompetitif adalah sebagai berikut:

1) Mengajukan permintaan awal yang tinggi di awal negosiasi.


2) Menjaga tuntutan agar tetap tinggi, sepanjang proses negosiasi dilangsungkan.
3) Konsesi yang diberikan sangat langka atau terbatas.
4) Secara psikologis, perunding yang menggunakan teknik ini menganggap perunding
lain sebagai musuh atau lawan.

Jadi dalam teknik ini akan muncul tawar menawar yang ketat, proporsional, kalah dan
menang, sehingga akibatnya salah satu pihak akan mendapatkan semuanya dan pihak lain
akan kehilangan semuanya.

5
2.2 Mediasi dan Ruang Lingkupnya

2.2.1 Pengertian Mediasi

Secara konseptual, mediasi berasal dari bahasa inggris mediation yang berarti
perantaraan (E. Pino dan T. Wittermans dalam As‟adi 2012:3), sedangkan dalam bahasa
Belanda disebut medio artinya pertengahan dan dalam kamus besar bahasa Indonesia mediasi
berarti menengahi (As‟adi 2012:3).

Mediasi merupakan negosiasi yang melibatkan pihak ketiga yang memiliki dkeahlian
mengenai prosedur mediasi yang efektif dan dapat membantu dalam situasi konflik untuk
mengkoordinasikan aktifitas mereka sehingga lebih efektif dalam proses tawar menawar bila
tidak ada negosiasi tidak ada mediasi (Said Faisal dalam As‟adi 2012:3).

Pendapat Moore C.W (1986:14) dalam naskah akademis Court Dispute Resolution,
mediasi adalah interensi terhadap suatu sengketa atau negoisasi oleh pihak ketiga yang dapat
diterima, tidak mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan dalam membantu para
pihak yang berselisih dalam upaya mencari kesepakatan secara sukarela dalam
menyelesaikan permasalahan yang disengketakan. Mediasi adalah upaya para pihak yang
bersengketa untuk menyelesaikan sengketa melalui perundingan dengan bantuan pihak lain
yang netral. Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk
memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu mediator. Kesimpulan mediasi apabila
diuraikan mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

a. Mediasi adalah sebuah proses penyelesaian sengketa berdasarkan asas kesukarelaan


melalui suatu perundingan.

b. Mediator yang terlibat bertugas membantu para pihak yang bersengketa untuk
mencari penyelesaian.

c. Mediator yang terlibat harus diterima oleh para pihak yang bersengketa.

d. Mediator tidak boleh memberi kewenangan untuk mengambil keputusan selama


perundingan berlangsung.

e. Tujuan mediasi adalah untuk mencapai atau mnghasilkan kesimpulan yang dapat
diterima dari pihak-pihak yang bersengketa.

6
Menurut David spencer dan Michael Brogan dalam Syahrizal Abbas (2009:28) prinsip
dasar mediasi, yaitu sebagai berikut:

a. Prinsip Kerahasiaan atau Confidentiality Kerahasiaan yang dimaksud di sini adalah


bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam pertemuan yang diselenggarakan oleh
mediator dan pihak- pihak yang bersengketa tidak boleh disiarkan kepada publik atau
pers oleh masing-masing pihak.
b. Prinsip Sukarela atau Volunteer Maksudnya adalah kedua belah pihak yang bertikai
datang ke mediasi atas keinginan dan kemauan mereka sendiri secara sukarela dan
tidak ada paksaan dan tekanan dari pihak luar.
c. Prinsip Pemberdayaan atau Empowerment Penyelesaian sengketa harus muncul dari
pemberdayaan terhadap masing-masing pihak, karena hal itu akan lebih
memungkinkan para pihak untuk menerima solusinya.
d. Prinsip Netralitas atau Neutrality Di dalam mediasi tugas mediator sebatas hanya
sebagai mediator saja dan isinya tetap menjadi milik para pihak yang bersengketa.
Mediator hanyalah berwenang mengontrol proses berjalan atau tidaknya mediasi.
Dalam mediasi, mediator tidak bertindak layaknya seorang hakim atau juri yang
memutuskan salah atau benarnya salah satu pihak atau mendukung pendapat dari
salah satunya atau memaksakan pendapat dan penyelesaiannya kepada kedua belah
pihak.
e. Prinsip Solusi yang Unik atau a unique solution Bahwasanya solusi yang dihasilkan
dari proses mediasi tidak harus sesuai dengan standar legal, tetapi dapat dihasilkan
dari proses kreativitas.

2.2.2 Keuntungan Mediasi Dalam Sengketa Bisnis


Tujuan dilakukan mediasi adalah menyelesaikan sengketa antara para pihak dengan
melibatkan pihak ketiga yang netral dan impartial. Mediasi dapat mengantarkan para pihak
pada perwujudan kesepakatan damai yang permanen dan lestari, mengingat penyelesaian
sengketa melalui mediasi menempatkan kedua belah pihak pada posisi yang sama, tidak ada
pihak yang dimenangkan atau pihak yang dikalahkan win-win solution. Dalam mediasi, para
pihak yang bersengketa proaktif dan memiliki kewenangan penuh dalam pengambilan
keputusan (Lucy V. Kazt 1988:24).

Lucy V. Kazt (1988:25) Mediasi dapat memberikan sejumlah keuntungan antara lain:

7
a. Mediasi diharapkan dapat menyelesaikan sengketa secara cepat dan relatif murah
dibandingkan dengan membawa perselisihan tersebut ke pengadilan atau lembaga
arbitrase.
b. Mediasi akan memfokuskan perhatian para pihak pada kepentingan mereka secara
nyata dan pada kebutuhan emosi atau psikologis mereka, sehingga mediasi bukan
hanya tertuju pada hak-hak hukumnya.
c. Mediasi memberikan kesempatan para pihak untuk berpartisipasi secara langsung dan
secara informal dalam menyelesaikan perselisihan mereka.
d. Mediasi memberikan para pihak kemampuan untuk melakukan kontrol terhadap
proses dan hasilnya.
e. Mediasi dapat mengubah hasil, yang dalam litigasi dan arbitrase sulit diprediksi,
dengan suatu kepastian melalui suatu konsensus.
f. Mediasi memberikan hasil yang tahan uji dan akan mampu menciptakan saling
pengertian yang lebih baik di antara para pihak yang bersengketa karena mereka
sendiri yang memutuskan.
g. Mediasi mampu menghilangkan konflik atau permusuhan yang hampir selalu
mengiringi setiap putusan yang bersifat memaksa yang dijatuhkan oleh hakim di
pengadilan atau arbiter pada lembaga arbitrase.

Dalam penyelesaian sengketa melalui mediasi, para pihak biasanya mampu mencapai
kesepakatan di antara mereka. Bahkan dalam mediasi yang gagal, meskipun belum ada
penyelesaian yang dicapai, proses mediasi yang sebelumnya berlangsung telah mampu
mengkklarifikasi persoalan dan mempersempit perselisihan. Dengan demikian, para pihak
dapat memutuskan penyelesaian seperti apa yang dapat mereka terima daripada mengejar hal-
hal yang tidak jelas. Beberapa keuntungan penyelesaian sengketa melalui mediasi menurut
Gatot Soemartono (139-140) adalah sebagai berikut:

a. Mediasi diharapkan dapat menyelesaikan sengketa dengan cepat dan relatif murah
dibandingkan membawa perselisihan tersebut ke pengadilan atau arbitrase.
b. Mediasi akan memfokuskan para pihak pada kepentingan mereka secara nyata dan
pada kebutuhan emosi atau psikologis mereka, jadi bukan hanya pada hak-hak
hukumnya.
c. Mediasi memberi kesempatan para pihak untuk berpartisipasi secara langsung dan
secara informal dalam menyelesaikan perselisihan mereka.

8
d. Mediasi memberi para pihak kemampuan untuk melakukan kontrol terhadap proses
dan hasilnya.
e. Mediasi dapat mengubah hasil yang dalam litigasi dan arbitrase sulit diprediksi,
dengan suatu kepastian melalui konsensus.
f. Mediasi memberikan hasil yang tahan uji dan akan mampu menciptakan saling
pengertian yang lebih baik diantara para pihak yang bersengketa karena mereka
sendiri yang memutuskannya.
g. Mediasi mampu menghilangkan konflik atau permusuhan yang hampir selalu
mengiringi setiap putusan yang bersifat memaksa yang dijatuhkan oleh hakim di
Pengadilan atau Arbiter pada Arbitrase.

Keuntungan mediasi masing-masing pihak harus bertanya kepada diri sendiri apakah
hasil yang dicapai dari mediasi, meskipun mengecewakan atau lebih buruk daripada yang
diharapkan, adalah suatu hasil dimana mereka dapat hidup dengan itu. Pernyataan bahwa
penyelesaian sengketa adalah win-win solution pada umumnya datang bukan dari istilah
penyelesaian itu sendiri, tetapi dari kenyataan bahwa hasil penyelesaian tersebut
memungkinkan kedua belah pihak meletakkan perselisihan di belakang mereka.

2.3 Arbitrase dan Ruang Lingkupnya


2.3.1 Pengertian Arbitrase

Secara bahasa, Arbitrase berasal dari kata arbitrare (latin) yang berarti kekuasaan
untuk menyelesaikan sesuatu perkara berdasarkan kebijaksanaan. Arbitrase merupakan
penyerahan sengketa secara sukarela kepada pihak ketiga yang netral, yaitu individu atau
arbitrase sementara (ad hoc). Menurut Abdul Kadir, arbitrase adalah penyerahan sukarela
suatu sengketa kepada seorang yang berkualitas untuk menyelesaikannya dengan suatu
perjanjian bahwa suatu keputusan arbiter akan final dan mengikat. Sedangkan menurut
Undang-Undang nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa, pada pasal 1, Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata diluar
peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh
para pihak yang bersengketa.

Dari pengertian tersebut, dapat diartikan bahwa arbitrase adalah perjanjian perdata
yang dibuat berdasarkan kesepakatan para pihak untuk menyelesaikan sengketa mereka yang

9
diputuskan oleh pihak ketiga yang disebut arbiter yang ditunjuk secara bersama-sama oleh
para pihak yang bersengketa dan para pihak menyatakan akan menaati putusan yang diambil
oleh arbiter.

Penyelesaian sengketa melalui lembaga arbitrase harus terlebih didahului dengan


kesepakatan para pihak secara tertulis untuk melakukan penyelesaian menggunakan lembaga
arbitrase. Para pihak menyepakati dan mengikat diri untuk menyelesaikan perselisihan yang
akan terjadi oleh arbitrase sebelum terjadi perselisihan yang nyata dengan menambahkan
klausul pada perjanjian pokok. Namun apabila para pihak belum memasukkannya pada
kkalusul perjanjian pokok, para pihak dapat melakukan kesepakatan apabila sengketa telah
terjadi dengan menggunakan akta kompromis yang ditandatangani kedua belah pihak dan
disaksikan oleh Notaris.

Penyelesaian sengketa dengan menggunkan lembaga arbitrase akan menghasilkan


Putusan Arbitrase. Menurut undang-undang nomor 30 tahun 1999, arbiter atau majelis
arbitrase untuk segera menjatuhkan putusan arbitrase selambat-lambatnya 30 hari terhitung
sejak selesainya pemeriksaan sengketa oleh arbiter. Jika didalam putusan yang dijatuhkan
tersebut terdapat kesalahan administratif, para pihak dalam waktu 14 hari terhitung sejak
putusan dijatuhkan diberikan hak untuk meminta dilakukannya koreksi atas putusan
tersebut. Putusan arbitrase merupakan putusan pada tingkat akhir (final) dan langsung
mengikat para pihak. Putusan arbitrase dapat dilaksanakan setelah putusan tersebut
didaftarkan arbiter atau kuasanya ke panitera pengadilan negeri. Setelah didaftarkan, ketua
pengadilan negeri diberikan waktu 30 hari untuk memberikan perintah pelaksanaan putusan
arbitrase.

Selain melalui proses arbitrasi, penyelesaian sengketa non litigasi dapat juga
dilakukan dengan cara alternatif penyelesaian sengketa atau alternative dispute
resolution (ADR). Alternatif penyelesaian sengketa adalah suatu bentuk penyelesaian
sengketa diluar pengadilan berdasarkan kata sepakat (konsensus) yang dilakukan oleh para
pihak yang bersengketa baik tanpa ataupun dengan bantuan para pihak ketiga yang netral.

2.3.2 Syarat Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 1999 telah menguraikan


beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam penyelesaian sengketa bisnis melalui arbitrase,
yaitu:

10
1) Para pihak dapat menyetujui suatu sengketa yang terjadi atau yang akan terjadi antara
mereka untuk diselesaikan melalui arbitrase.
2) Dalam hal timbul sengketa, pemohon harus memberitahukan dengan surat tercatat,
telegram, teleks, faksimili, e-mail atau dengan buku ekspedisi kepada termohon
bahwa syarat arbitrase yang diadakan oleh pemohon atau termohon berlaku.
3) Surat pemberitahuan untuk mengadakan arbitrase, memuat dengan jelas:
a) Nama dan alamat para pihak;
b) Penunjukan kepada klausula atau perjanjian arbitrase yang berlaku;
c) Perjanjian atau masalah yang menjadi sengketa; Dasar tuntutan dan jumlah
yang dituntut, apabila ada;
d) Cara penyelesaian yang dikehendaki;
e) Perjanjian yang diadakan oleh para pihak tentang jumlah arbi- ter atau apabila
tidak pernah diadakan perjanjian semacam itu, pemohon dapat mengajukan
usul tentang jumlah arbiter yang dikehendaki dalam jumlah ganjil.
4) Dalam hal para pihak memilih penyelesaian sengketa melalui arbitrase setelah
sengketa terjadi, persetujuan mengenai hal tersebut harus dibuat dalam suatu
perjanjian tertulis yang ditandatangani oleh para pihak. Dalam hal para pihak tidak
dapat menandatangani perjanjian tertulis, perjanjian tertulis tersebut harus dibuat
dalam bentuk akta notaris. Perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud, harus memuat:
a) Masalah yang dipersengketakan;
b) Nama lengkap dan tempat tinggal para pihak;
c) Nama lengkap dan tempat tinggal arbiter atau majelis arbitrase; Tempat arbiter
atau majelis arbitrase akan mengambil keputusan;
d) Nama lengkap sekretaris;
e) Jangka waktu penyelesaian sengketa;
f) Pernyataan kesediaan dari arbiter;
g) Pernyataan kesediaan dari pihak yang bersengketa untuk menanggung segala
biaya yang diperlukan untuk penyelesaian sengketa melalui arbitrase.
Perjanjian tertulis yang tidak memuat hal sebagaimana dimaksud di atas, batal
demi hukum.
5) Suatu perjanjian arbitrase tidak menjadi batal disebabkan oleh ke- adaan tersebut di
bawah ini:
a) Meninggalnya salah satu pihak;
b) Bangkrutnya salah satu pihak.
11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Negosiasi adalah sarana bagi pihak-pihak yang bersengketa untuk mendiksusikan
penyelesaiannya tanpa keterlibatan pihak ketiga. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia), negosiasi diartikan sebagai penyelesaian sengketa secara damai melalui
perundingan antara pihak-pihak yang bersengketa.

Sedangkan mediasi menggunakan bantuan dari pihak ketiga (mediator), namun


mediator hanya bertugas menjembatani para pihak tanpa memberikan pendapat-pendapat
mengenai penyelesaian sengketa. Arbitrasi adalah penyelesaian dengan menggunakan
bantuan pihak ketiga (arbiter), dimana para pihak menyatakan akan menaati putusan yang
diambil oleh arbiter. Meskipun mediasi dan arbitrasi sama-sama menggunakan bantuan dari
pihak ketiga (konsiliator), namun untuk konsiliasi bersifat lebih formal dari pada mediasi.
Konsiliator dapat memberikan pendapat-pendapat kepada para pihak terhadap masalah yang
diperselisihkan, namun pendapat tersebut tidak mengikat para pihak

Masing-masing penyelesaian sengketa non litigasi maupun litigasi memiliki ciri khas
atau karakteristik yang berbeda-beda. Setiap metode juga memiliki kekurangan serta
kelebihan. Hal tersebut dapat disesuaikan oleh para pihak dengan memilih lembaga
penyelesaian sengketa yang paling efektif dalam menyelesaikan sengketa dan
menguntungkan bagi para pihak.

3.2 Saran

Dalam pemeriksaan sengketa bisnis di luar pengadilan melalui arbitrase diharapkan


arbiter atau majelis arbitrase dapat mengambil keputusan dengan adil dan patut. Untuk itu
arbiter atau majelis arbitrase harus mendengar keterangan saksi atau mengadakan pertemuan
yang dianggap perlu pada tempat tertentu di luar tempat pemeriksaan arbitrase diadakan.

Dalam penyelesaian sengketa bisnis di luar pengadilan melalui negosiasi dilakukan


dengan perantaraan negosiator, maka diharapkan negosiator harus tahu persis target yang
ingin dicapai, memiliki kewenangan untuk melakukan negosiasi, mengenal mitra rundingnya
dengan baik dan harus memahami hal-hal yang prinsip dan yang tidak prinsip dalam
penyelesaian sengketa bisnis.

12
DAFTAR PUSTAKA

Tambunan, Toman Sony & Wilson R.G. Tambunan. 2019. Hukum Bisnis. Jakarta:
Prenadamedia Group (divisi kencana).

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-manado/baca-artikel/13628/Arbitrase-Dan-
Alternatif-Penyelesaian-
Sengketa.html#:~:text=Negosiasi%20adalah%20sarana%20bagi%20pihak,antara%20pihak%
2Dpihak%20yang%20bersengketa.

file:///C:/Users/V%20NITRO/Downloads/lexetsocietatis_dk28,+18.+Claudia+Christy+Ester+
Kanter.pdf

http://e-journal.uajy.ac.id/11214/3/2MIH02413.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai