Pertama-tama penulis panjatkan Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena berkat Rahmat-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan. Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas Aspek Hukum dalam
Ekonomi ,Selain itu juga untuk meningkatkan pemahaman saya mengenai
materi .
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini dan kepada pembaca yang telah
meluangkan waktunya untuk membaca makalah ini. Untuk itu saya selalu
menantikan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan
penyusunan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………
DAFTAR ISI
……………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………………
1.3 Tujuan
…………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
……………………………………………………………………………………
PengertianSengketa
…………………………………………………………………………
Sengketa Dalam Kegiatan Ekonomi?
………………………………………………………………
BAB III
PENUTUP………………………………………………………………………
3.1 Kesimpulan
……………………………………………………………………………………
3.2 Daftar Pustaka
…………………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Melihat kegiatan bisnis yang jumlah transaksinya ratusan setiap hari tidak
mungkin dihindari terjadinya sengketa antar pihak yang terlibat. Setiap jenis
sengketa yang terjadi selalu menurut pemecahan dan penyelesaian yang cepat.
Makin banyak dan luas kegiatan perdagangan frekuensi terjadi sengketa makin
tinggi. Ini berarti makin banyak sengketa harus diselesaikan.
Sehubungan dengan itu perlu dicari dan dipikirkan cara dan sistem penyelesaian
sengketa yang cepat, efektif dan efisien. Untuk itu harus dibina dan diwujudkan
suatu sistem penyelesaian sengketa yang dapat menyesuaikan diri dengan laju
perkembangan perekonomian dan perdagangan di masa datang. Sebagaimana
realita yang terjadi bahwa saat ini di dalam dunia bisnis terjadi begitu banyak
transaksi setiap harinya, hal itu tidak menutup terjadinya sengketa diantara
pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi tersebut. Setiap jenis sengketa yang
terjadi menuntut akan adanya pemecahan dan penyelesaian yang cepat dan
tepat. Karena perlu diketahui bahwa semakin banyak dan luasnya aktivitas
perdagangan maka frekuensi terjadinya sengketa dimungkinkan juga akan
tinggi, selain itu membiarkan sengketa tersebut tanpa adanya penyelesaian yang
cepat maka akan menimbulkan pembangunan yang tidak efisien, produktivitas
menurun, dunia bisnis akan mengalami kemunduran serta beragam kerugian-
kerugian lainnya yang akan menimpa jika suatu sengketa terlambat
diselesaikan.
Oleh karena itu, perlu cara-cara khusus yang diterapkan agar penyelesaian
sengketa dapat dilakukan dengan cepat, efektif dan efisien. Untuk itu harus
dibina & diwujudkan suatu sistem penyelesaian sengketa yang dapat
menyesuaikan diri dengan laju perkembangan perekonomian dan perdagangan
di masa datang.
1. 2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Adapun Tujuan dari penulisan dan penyusunan makalah ini, antara lain :
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sengketa
Sengketa biasanya bermula dari suatu situasi dimana ada pihak yang merasa
dirugikan oleh pihak lain. Perasaan tidak puas akan muncul kepermukaan
apabila terjadi conflict of interest. Pihak yang merasa dirugikan akan
menyampaikan ketidakpuasannya kepada pihak kedua, apabila pihak kedua
dapat menanggapi dan memuaskan pihak pertama, selesailah konflik tersebut,
sebaliknya jika reaksi pihak kedua menunjukkan perbedaan pendapat atau
memiliki nilai-nilai yang berbeda, akan terjadilah apa yang dinamakan
sengketa.
1. Menurut Winardi,
Sengketa adalah pertentangan antara dua pihak atau lebih yang berawal dari
persepsi yang berbeda tentang suatu kepentingan atau hak milik yang dapat
menimbulkan akibat hukum bagi keduanya.
Dari kedua pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa sengketa adalah
prilaku pertentangan antara dua orang atau lebih yang mana nantinya dapat
menimbulkan suatu akibat hukum dan karenanya dapat diberi sangsi hukum
bagi salah satu diantara keduanya.
Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan kompleks melahirkan berbagai macam
bentuk kerja sama dalam dunia ekonomi. mengingat kegiatan ekonomi
khususnya bisnis yang semakin meningkat, maka tidak mungkin dihindari
terjadinya sengketa diantara para pihak yang terlibat.
Secara rinci sengketa dalam ranah ekonomi dapat berupa sengketa sebagai
berikut :
1. Negosiasi/Perundingan
Tahapan Negoisasi menurut William Ury dibagi menjadi Empat Tahap yaitu :
1. Tahapan Persiapan :
o Persiapan sebagai kunci keberhasilan
o Mengenal lawan, pelajari sebanyak mungkin pihak lawan dan
lakukan penelitian
o Usahakan berpikir dengan cara berpikir lawan dan seolah-olah
kepentingan lawan sama dengan kepentingan anda
o Sebaiknya persiapkan pertanyaan – pertanyaan sebelum
pertemuan dan ajukan dalam bahasa yang jelas dan jangan
sekali-kali memojokkan atau menyerang pihak lawan.
o Memahami kepentingan kita dan kepentingan lawan.
o Identifikasi masalahnya, apakah masalah tersebut menjadi
masalah bersama?
o Menyiapkan agenda, logistik, ruangan dan konsumsi dan
Menyiapkan tim dan strategi.
o Menentukan BTNA (Best Alternative to A Negitieted
Agreement) alternative lain atau harga dasar (Bottom Line).
Bertukar Informasi
Saling
menjelaskan permasalahan dan kebutuhan
Mengajukan tawaran awal.
4. Tahapan Penutup
2. Enquiry (penyelidikan)
3. Mediasi
Dan Merupakan salah satu bentuk negosiasi antara para pihak yang bersengketa
yang melibatkan pihak ketiga dengan tujuan membantu tercapainya
penyelesaian yang bersifat kompromistis. Pihak ketiga yang ditunjuk membantu
menyelesaikan sengketa dinamakan mediator. Mediasi mengandung unsur-
unsur :
1. Merupakan sebuah proses penyelesaian sengketa berdasarkan
perundingan.
2. Mediator terlibat dan diterima oleh para pihak yang bersengketa di
dalam perundingan.
3. Mediator bertugas membantu para pihak yang bersengketa untuk
mencari penyelesaian.
4. Tujuan mediasi untuk mencapai atau menghasilkan kesepakatan yang
dapat diterima pihak-pihak yang bersengketa guna mengakhiri
sengketa.
Setelah perkara dinomori, dan telah ditunjuk majelis hakim oleh ketua,
kemudian majelis hakim membuat penetapan untuk mediator supaya
dilaksanakan mediasi.
Setelah pihak-pihak hadir, majelis menyerahkan penetapan mediasi
kepada mediator berikut pihak-pihak yang berperkara tersebut.
Selanjutnya mediator menyarankan kepada pihak-pihak yang berperkara
supaya perkara ini diakhiri dengan jalan damai dengan berusaha
mengurangi kerugian masing-masing pihak yang berperkara.
Mediator bertugas selama 21 hari kalender, berhasil perdamaian atau
tidak pada hari ke 22 harus menyerahkan kembali kepada majelis yang
memberikan penetapan. Jika terdapat perdamaian, penetapan
perdamaian tetap dibuat oleh majelis.
4 .Konsiliasi
Akan tetapi, dalam kenyataan praktek, terutama pada saat sekarang; upaya
mendamaikan yang digariskan pasal 131 HIR, hanya dianggap dan diterapkan
sebagai formalitas saja. Jarang ditemukan pada saat sekarang penyelesaian
sengketa melalui perdamaian di muka hakim. Lain halnya di negara-negara
kawasan Amerika, Eropa, maupun di kawasan Pasific seperti Korea Selatan,
Jepang, Hongkong, Taiwan, dan Singapura. Sistem konsiliasi sangat menonjol
sebagai alternatif. Mereka cenderung mencari penyelesaian melalui konsiliasi
daripada mengajukan ke pengadilan.
5. Arbitrase
Arbitrase adalah salah satu jenis alternatif penyelesaian sengketa dimana para
pihak menyerahkan kewenangan kepada pihak yang netral, yang disebut
arbiter, untuk memberikan putusan. Pengertian Arbitrase menurut beberapa
ahli :
Jenis Arbitrase :
Selain dari pada beberapa proses penyelesaian sengketa diatas, adapaun cara
lain yang dapat ditempuh Yaitu melalui proses Litigasi : merupakan
mekanisme penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan dengan
menggunakan pendekatan hukum. Lembaga penyelesaiannya :
6. Pengadilan Umum
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Daftar Pustaka
http://isnarohmatin.blogspot.co.id/2014/05/makalah-penyelesaian-sengketa-
ekonomi.html
http://anthyscrub.blogspot.co.id/2015/03/makalah-penyelesaian-sengketa-
ekonomi.html
https://www.academia.edu/6408708/penyelesaian_sengketa_ekonomi