Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ASPEK HUKUM DAN EKONOMI BISNIS

PENYELESAIAN SANGKETA EKONOMI

NAMA NAMA KELOMPOK:


Maurin Kamasi (20303040)
Angel Noviati Lumentut (20303061)
Riffany Kerenina Kolinug (20303077)
Kevin Tumigolung (19303080)

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS EKONOMI. PENDIDIKAN EKONOMI


KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis panjatkan Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena berkat Rahmat-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan. Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas Aspek Hukum dalam
Ekonomi ,Selain itu juga untuk meningkatkan pemahaman saya mengenai
materi .

Dengan membaca makalah ini penulis berharap dapat membantu teman-teman


serta pembaca dapat memahami materi ini dan dapat memperkaya wawasan
pembaca. Walaupun penulis telah berusaha sesuai kemampuan penulis, namun
penulis yakin bahwa manusia  itu tak ada yang sempurna. Seandainya dalam
penulisan makalah ini ada yang kurang, maka itulah bagian dari kelemahan
penulis. Mudah-mudahan melalui kelemahan itulah yang akan membawa
kesadaran kita akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan  terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini dan kepada pembaca yang telah
meluangkan waktunya untuk membaca makalah ini. Untuk itu saya selalu
menantikan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan
penyusunan makalah ini.

Tondano 24 Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………

DAFTAR ISI
……………………………………………………………………………………

BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………………

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


……………………………………………………………………………………

1.3 Tujuan 
…………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN
……………………………………………………………………………………

 PengertianSengketa
…………………………………………………………………………
 Sengketa Dalam Kegiatan Ekonomi?
………………………………………………………………

2.3 Mekanisme penyelesaian


sengketa…………………………………………………………………..

BAB III
PENUTUP………………………………………………………………………

3.1 Kesimpulan
……………………………………………………………………………………
3.2 Daftar Pustaka
…………………………………………………………………………………………
 
 
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Melihat kegiatan bisnis yang jumlah transaksinya ratusan setiap hari tidak
mungkin dihindari terjadinya sengketa antar pihak yang terlibat. Setiap jenis
sengketa yang terjadi selalu menurut pemecahan dan penyelesaian yang cepat.
Makin banyak dan luas kegiatan perdagangan frekuensi terjadi sengketa makin
tinggi. Ini berarti makin banyak sengketa harus diselesaikan.

Sengketa ekonomi biasanya ditafsirkan sebagai sebuah problem yang terjadi


dalam ranah perekonomian sebuah negara, secara khusus sengketa ekonomi
diartikan sebagai sebuah konflik atau pertentangan yang terjadi berkaitan
masalah-masalah ekonomi. Kalaupun akhirnya hubungan bisnis ternyata
menimbulkan sengketa di antara para pihak yang terlibat, peranan penasihat
hukum dalam menyelesaikan sengketa itu dihadapkan pada alternative.

Sehubungan dengan itu perlu dicari dan dipikirkan cara dan sistem penyelesaian
sengketa yang cepat, efektif dan efisien. Untuk itu harus dibina dan diwujudkan
suatu sistem penyelesaian sengketa yang dapat menyesuaikan diri dengan laju
perkembangan perekonomian dan perdagangan di masa datang. Sebagaimana
realita yang terjadi bahwa saat ini di dalam dunia bisnis terjadi begitu banyak
transaksi setiap harinya, hal itu tidak menutup terjadinya sengketa diantara
pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi tersebut. Setiap jenis sengketa yang
terjadi menuntut akan adanya pemecahan dan penyelesaian yang cepat dan
tepat. Karena perlu diketahui bahwa semakin banyak dan luasnya aktivitas
perdagangan maka frekuensi terjadinya sengketa dimungkinkan juga akan
tinggi, selain itu membiarkan sengketa tersebut tanpa adanya penyelesaian yang
cepat maka akan menimbulkan pembangunan yang tidak efisien, produktivitas
menurun, dunia bisnis akan mengalami kemunduran serta beragam kerugian-
kerugian lainnya yang akan menimpa jika suatu sengketa terlambat
diselesaikan.

Oleh karena itu, perlu cara-cara khusus yang diterapkan agar penyelesaian
sengketa dapat dilakukan dengan cepat, efektif dan efisien. Untuk itu harus
dibina & diwujudkan suatu sistem penyelesaian sengketa yang dapat
menyesuaikan diri dengan laju perkembangan perekonomian dan perdagangan
di masa datang.
1. 2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka secara umum rumusan masalahnya,


antara lain :

1. Apa Pengertian Sengketa ?


2. Sengketa Dalam Kegiatan Ekonomi?
3. Bagaimana Mekanisme penyelesaian sengketa ?

1.3 Tujuan

Adapun Tujuan dari penulisan dan penyusunan makalah ini, antara lain :

1. Untuk mengetahui pengertian sengketa


2. Mengetahui apa saja yang termasuk dalam sengketa ekonomi
3. Untuk mengetahui bagaimana cara penyelesaian sengketa ekonomi

 
BAB II

PEMBAHASAN

2.1   Pengertian Sengketa

Sebelum membahas secara mendalam tentang sengketa ekonomi, maka terlebih


perlu dipahami definisi dari sengketa, dimana di dalam kamus Besar Bahasa
Indonesia sengketa berarti pertentangan atau konflik, Konflik berarti adanya
oposisi atau pertentangan antara orang-orang, kelompok-kelompok, atau
organisasi-organisasi terhadap satu objek permasalahan.

Sengketa biasanya bermula dari suatu situasi dimana ada pihak yang merasa
dirugikan oleh pihak lain.  Perasaan tidak puas akan muncul kepermukaan
apabila terjadi conflict of interest. Pihak yang merasa dirugikan akan
menyampaikan ketidakpuasannya kepada pihak kedua, apabila pihak kedua
dapat menanggapi dan memuaskan pihak pertama, selesailah konflik tersebut,
sebaliknya jika reaksi pihak kedua menunjukkan perbedaan pendapat atau
memiliki nilai-nilai yang berbeda, akan terjadilah apa yang dinamakan
sengketa.

Penyelesaian sengketa secara formal berkembang menjadi proses adjudikasi


yang terdiri atas proses melalui pengadilan/litigasi dan arbitrase/perwasitan,
serta proses penyelesaian-penyelesaian konflik secara informal yang berbasis
pada kesepakatan pihak-pihak yang bersengketa melalui negosiasi dan mediasi.

Adapun definisi sengketa menurut beberapa ahli diantaranya adalah :

1. Menurut Winardi,

Pertentangan atau konflik yang terjadi antara individu-individu atau kelompok-


kelompok yang mempunyai hubungan atau kepentingan yang sama atas suatu
objek kepemilikan, yang menimbulkan akibat hukum antara satu dengan yang
lain.

2. Menurut Ali Achmad,

Sengketa adalah pertentangan antara dua pihak atau lebih yang berawal dari
persepsi yang berbeda tentang suatu kepentingan atau hak milik yang dapat
menimbulkan akibat hukum bagi keduanya.

Dari kedua pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa sengketa adalah
prilaku pertentangan antara dua orang atau lebih yang mana nantinya dapat
menimbulkan suatu akibat hukum dan karenanya dapat diberi sangsi hukum
bagi salah satu diantara keduanya.
Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan kompleks melahirkan berbagai macam
bentuk kerja sama dalam dunia ekonomi. mengingat kegiatan ekonomi
khususnya bisnis yang semakin meningkat, maka tidak mungkin dihindari
terjadinya sengketa diantara para pihak yang terlibat.

Perlu diketahui bahwa Sengketa muncul dikarenakan berbagai alasan dan


masalah yang melatar belakanginya, terutama karena adanya Conflict Of
Interest diantara para pihak. Sengketa yang timbul diantara para pihak yang
terlibat dalam berbagai macam kegiatan bisnis atau perdagangan dinamakan
sengketa ekonomi.

2.2 Sengketa Dalam Kegiatan Ekonomi

Secara rinci sengketa dalam ranah ekonomi dapat berupa sengketa sebagai
berikut :

1. Sengketa perniagaan 8. Sengketa pekerjaan


2. Sengketa perbankan 9. Sengketa perburuhan
3. Sengketa Keuangan 10. Sengketa perusahaan
4. Sengketa Penanaman Modal 11. Sengketa hak
5. Sengketa Perindustrian 12. Sengketa property
6. Sengketa HKI 13. Sengketa Kontrak
7. Sengketa Konsumen 14. Dll.

2.3  Mekanisme Penyelesaian Sengketa Ekonomi

Perlu dipahami bahwa Penyelesaian sengketa ekonomi bertujuan untuk


menghentikan pertikaian dan menghindari kekerasan dan akibat-akibat yang
mungkin akan terjadi akibat dari persengketaan tersebut. Menurut pasal 33 ayat
1 (Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan) Piagam PBB penyelesaian sengketa dapat ditempuh melalui cara-
cara sebagai berikut: Negosiasi (perundingan), Enquiry atau penyelidikan,
Mediasi, Konsiliasi, Arbitrase, Judicial Settlement atau Pengadilan, serta
Organisasi-organisasi atau Badan-badan Regional. Adapun penjelasannya,
antara lain :

1. Negosiasi/Perundingan

Negosiasi adalah komunikasi dua arah dirancang untuk mencapai kesepakatan


pada saat kedua belah pihak memiliki berbagai kepentingan yang sama atau
berbeda.
Adapun Keuntungan Negoisasi :

1. Mengetahui pandangan pihak lawan.


2. Kesempatan mengutarakan isi hati untuk didengar pihak lawan
3. Memungkinkan sengketa secara bersama-sama.
4. Mengupayakan solusi terbaik yang dapat diterima oleh kedua belah
pihak.
5. Tidak terikat kepada kebenaran fakta atau masalah hukum.
6. Dapat diadakan dan diakhiri sewaktu-waktu.

Adapun Kelemahan Negoisasi :

1. Mengetahui pandangan pihak lawan.


2. Tidak dapat berjalan tanpa adanya kesepakatan dari kedua belah pihak.
3. Tidak efektif jika dilakukan oleh pihak yang tidak berwenang
mengambil kesepakatan
4. Sulit berjalan apabila posisi para pihak tidak seimbang.
5. Memungkinkan diadakan untuk menunda penyelesaian untuk
mengetahui informasi yang dirahasiakan lawan.
6. Dapat membuka kekuatan dan kelemahan salah Satu pihak.
7. Dapat membuat kesepakan yang kurang menguntungkan.

Tahapan Negoisasi menurut William Ury dibagi menjadi Empat Tahap yaitu :

1. Tahapan Persiapan :
o Persiapan sebagai kunci keberhasilan
o Mengenal lawan, pelajari sebanyak mungkin pihak lawan dan
lakukan penelitian
o Usahakan berpikir dengan cara berpikir lawan dan seolah-olah
kepentingan lawan sama dengan kepentingan anda
o Sebaiknya persiapkan pertanyaan – pertanyaan sebelum
pertemuan dan ajukan dalam bahasa yang jelas dan jangan
sekali-kali memojokkan atau menyerang pihak lawan.
o Memahami kepentingan kita dan kepentingan lawan.
o Identifikasi masalahnya, apakah masalah tersebut menjadi
masalah bersama?
o Menyiapkan agenda, logistik, ruangan dan konsumsi dan
Menyiapkan tim dan strategi.
o Menentukan BTNA (Best Alternative to A Negitieted
Agreement) alternative lain atau harga dasar (Bottom Line).

2. Tahap Orientasi dan Mengatur Posisi :

 Bertukar Informasi
 Saling
menjelaskan permasalahan dan kebutuhan
 Mengajukan tawaran awal.

3. Tahap Pemberian Konsensi/ Tawar Menawar

 Parapihak saling menyampaikan tawarannya, menjelaskan alasannya dan


membujuk pihak lain untuk menerimanya.
 Dapat menawarkan Konsensi, tapi pastikan kita memperoleh sesuatu
sebagai imbalannya
 Mencoba memahami pemikiran pihak lawan
 Mengidentifikasi kebutuhan bersama
 Mengembangkan dan mendiskusikan opsi-opsi penyelesaian.

4. Tahapan Penutup

 Mengevaluasi opsi-opsi berdasarkan kriteria obyektif.


 Kesepakatan hanya menguntungkan bila tidak ada lagi opsi lain yang
lebih baik, bila tidak berhasil mencapai kesepakatan, membatalkan
komitmen.

2. Enquiry (penyelidikan)

Enquiry (penyelidikan) adalah merupakan kegiatan untuk mencari fakta yang


dilakukan oleh pihak ketiga.

3. Mediasi

Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa melalui proses perundingan atau


mufakat para pihak dengan dibantu oleh mediator yang tidak memiliki
kewenangan memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. Ciri utama
proses mediasi adalah perundingan yang esensinya sama dengan proses
musyawarah atau konsensus. Sesuai dengan hakikat perundingan atau
musyawarah atau konsensus, maka tidak boleh ada paksaan untuk menerima
atau menolak sesuatu gagasan atau penyelesaian selama proses mediasi
berlangsung. Segala sesuatunya harus memperoleh persetujuan dari para pihak.

Dan Merupakan salah satu bentuk negosiasi antara para pihak yang bersengketa
yang melibatkan pihak   ketiga dengan tujuan membantu tercapainya
penyelesaian yang bersifat kompromistis. Pihak ketiga yang ditunjuk membantu
menyelesaikan sengketa dinamakan mediator. Mediasi mengandung unsur-
unsur :
1. Merupakan sebuah proses penyelesaian sengketa berdasarkan
perundingan.
2. Mediator terlibat dan diterima oleh para pihak yang bersengketa di
dalam perundingan.
3. Mediator bertugas membantu para pihak yang bersengketa untuk
mencari penyelesaian.
4. Tujuan mediasi untuk mencapai atau menghasilkan kesepakatan yang
dapat diterima pihak-pihak yang bersengketa guna mengakhiri
sengketa.

Tugas Mediator antara lain :

1. Bertindak sebagai fasilitator sehingga terjadi pertukaran informasi yang


dapat dilaksanakan.
2. Menemukan dan merumuskan titik-titik persamaan dari argumentasi
para pihak dan berupaya untuk mengurangi perbedaan pendapat yang
timbul (penyesuaian persepsi) sehingga mengarahkan kepada satu
keputusan bersama.

Berikut ini adalah prosedur mediasi :

 Setelah perkara dinomori, dan telah ditunjuk majelis hakim oleh ketua,
kemudian majelis hakim membuat penetapan untuk mediator supaya
dilaksanakan mediasi.
 Setelah pihak-pihak hadir, majelis menyerahkan penetapan mediasi
kepada mediator berikut pihak-pihak yang berperkara tersebut.
 Selanjutnya mediator menyarankan kepada pihak-pihak yang berperkara
supaya perkara ini diakhiri dengan jalan damai dengan berusaha
mengurangi kerugian masing-masing pihak yang berperkara.
 Mediator bertugas selama 21 hari kalender, berhasil perdamaian atau
tidak pada hari ke 22 harus menyerahkan kembali kepada majelis yang
memberikan penetapan. Jika terdapat perdamaian, penetapan
perdamaian tetap dibuat oleh majelis.

4 .Konsiliasi

Konsiliasi adalah Usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih


untuk mencapai persetujuan dan menyelesaikan perselisihan tersebut. Dalam
pengertian lain Konsolidasi (conciliation), dapat pula diartikan sebagai
pendamai atau lembaga pendamai. Bentuk ini sebenarnya mirip dengan apa
yang diatur dalam Pasal 131 HIR. Oleh karena itu, pada hakikatnya sistem
peradilan Indonesia dapat disebut
mirip dengan mix arbitration, yang berarti:

1. pada tahap pertama proses pemeriksaan perkara, majelis hakim


bertindak sebagai conciliator atau majelis pendamai,
2. setelah gagal mendamaikan, baru terbuka kewenangan majelis hakim
untuk memeriksa dan mengadili perkara dengan jalan menjatuhkan
putusan.

Akan tetapi, dalam kenyataan praktek, terutama pada saat sekarang; upaya
mendamaikan yang digariskan pasal 131 HIR, hanya dianggap dan diterapkan
sebagai formalitas saja. Jarang ditemukan pada saat sekarang penyelesaian
sengketa melalui perdamaian di muka hakim. Lain halnya di negara-negara
kawasan Amerika, Eropa, maupun di kawasan Pasific seperti Korea Selatan,
Jepang, Hongkong, Taiwan, dan Singapura. Sistem konsiliasi sangat menonjol
sebagai alternatif. Mereka cenderung mencari penyelesaian melalui konsiliasi
daripada mengajukan ke pengadilan.

5. Arbitrase

Arbitrase adalah salah satu jenis alternatif penyelesaian sengketa dimana para
pihak menyerahkan kewenangan kepada pihak yang netral, yang disebut
arbiter, untuk memberikan putusan. Pengertian Arbitrase menurut beberapa
ahli :

1. Istilah arbitrase berasal dari kata “Arbitrare” (bahasa Latin) yang


berarti “kekuasaan untuk menyelesaikan sesuatu perkara menurut
kebijaksanaan” Subekti : merupakan suatu penyelesaian atau
pemutusan sengketa oleh seorang wasit atau para wasit yang
berdasarkan persetujuan bahwa mereka akan tunduk kepada atau
menaati keputusan yang akan diberikan wasit atau para wasit yang
mereka pilih.
2. Abdulkadir Muhamad : peradilan yang dipilih dan ditentukan sendiri
secara sukarela oleh pihak-pihak yang bersengketa.
3. Pasal 3 ayat 3 UU No 14 tahun 1970 menyatakan bahwa penyelesaian
perkara di luar pengadilan atas dasar perdamaian atau melalui arbitrase
tetap diperbolehkan tetapi putusan arbiter hanya mempunyai kekuatan
eksekutorial setelah memperoleh izin atau perintah untuk dieksekusi
dari pengadilan.

UU arbitrase nasional : UU No 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif


Penyelesaian Sengketa. Berdasarkan UU tersebut, Arbitrase merupakan cara
penyelesaian sengketa perdata di luar pengadilan umum, yang didasarkan
perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang
bersengketa.
Azas- Azas Arbitrase :

1. Azas kesepakatan, artinya kesepakatan para pihak untuk menunjuk


seorang atau beberapa oramg arbiter.
2. Azas musyawarah, yaitu setiap perselisihan diupayakan untuk
diselesaikan secara musyawarah, baik antara arbiter dengan para pihak
maupun antara arbiter itu sendiri;
3. Azas limitatif, artinya adanya pembatasan dalam penyelesaian
perselisihan melalui arbitrase, yaitu terbatas pada perselisihan-
perselisihan di bidang perdagangan dan hak-hak yang dikuasai
sepenuhnya oleh para pihak;
4. Azas final and banding, yaitu suatu putusan arbitrase bersifat putusan
akhir dan mengikat yang tidak dapat dilanjutkan dengan upaya hukum
lain, seperti banding atau kasasi. Asas ini pada prinsipnya sudah
disepakati oleh para pihak dalam klausa atau perjanjian arbitrase.

Perjanjian arbitrase tidak batal meskipun :

1. Meninggalnya salah satu pihak.


2. Bangkrutnya salah satu pihak.
3. Novasi (Pembaharuan utang)
4. Insolvensi (keadaan tidak mampu membayar)salah satu pihak.
5. Pewarisan.
6. Berlakunya syarat-syarat hapusnya perikatan pokok.
7. Bilamana pelaksanaan perjanjian dialihtugaskan pada pihak ketiga
dengan persetujuan pihak yang melakukan perjanjian arbitrase.
8. Berakhirnya atau batalnya perjanjian pokok.

Jenis Arbitrase :

1. Arbitrase ad hoc atau arbitrase volunter : merupakan arbitrase yang


dibentuk secara khusus untuk menyelesaikan atau memutuskan
perselisihan tertentu.
2. Arbitrase institusional : merupakan suatu lembaga yang bersifat
permanen sehingga arbitrase institusional tetap berdiri untuk
selamanya, meskipun perselisihan telah selesai.
Di Indonesia terdapat dua lembaga arbitrase, yaitu :

1. Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI).


2. Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI).

Tujuan Arbitrase Sehubungan dengan asas-asas tersebut, tujuan arbitrase itu


sendiri adalah untuk menyelesaikan perselisihan dalam bidang perdagangan dan
hak dikuasai sepenuhnya oleh para pihak, dengan mengeluarkan suatu putusan
yang cepat dan adil, Tanpa adanya formalitas atau prosedur yang berbelit-belit
yang dapat yang menghambat penyelisihan perselisihan.

Selain dari pada beberapa proses penyelesaian sengketa diatas, adapaun cara
lain yang dapat ditempuh Yaitu melalui proses Litigasi : merupakan
mekanisme penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan dengan
menggunakan pendekatan hukum. Lembaga penyelesaiannya :

6. Pengadilan Umum

Pengadilan Negeri berwenang memeriksa sengketa bisnis, mempunyai


karakteristik :

1. Prosesnya sangat formal


2. Keputusan dibuat oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh negara (hakim)
3. Para pihak tidak terlibat dalam pembuatan keputusan
4. Sifat keputusan memaksa dan mengikat (Coercive and binding)
5. Orientasi ke pada fakta hukum (mencari pihak yang bersalah)
6. Persidangan bersifat terbuka
7. Pengadilan Niaga

Pengadilan Niaga adalah pengadilan khusus yang berada di lingkungan


pengadilan umum yang mempunyai kompetensi untuk memeriksa dan
memutuskan Permohonan Pernyataan Pailit dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (PKPU) dan sengketa HAKI.

Pengadilan Niaga mempunyai karakteristik sebagai berikut :

1. Prosesnya sangat formal


2. Keputusan dibuat oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh negara (hakim)
3. Para pihak tidak terlibat dalam pembuatan keputusan
4. Sifat keputusan memaksa dan mengikat (coercive and binding)
5. Orientasi pada fakta hukum (mencari pihak yang salah)
6. Proses persidangan bersifat terbuka
7. Waktu singkat.

Akan tetapi jika melakukan penyelesaian sengketa melalui sistem peradilan,


maka akan menimbulkan beberapa dampak, diantaranya :

1. Memberi kesempatan yang tidak adil (unfair), karena lebih memberi


kesempatan kepada lembaga-lembaga besar atau orang kaya.
2. Sebaliknya secara tidak wajar menghalangi rakyat biasa (ordinary
citizens) untuk perkara di pengadilan.

Selain dari pada itu berperkara melalui pengadilan,

1. lama dan sangat formalistik (waste of time and formalistic),


2. biaya tinggi (very expensive),
3. secara umum tidak tanggap (generally unresponsive),
4. kurang memberi kesempatan yang wajar (unfair advantage) bagi yang
rakyat biasa.

 
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Selagi pembenahan berjalan, tampaknya dewasa ini upaya-upaya yang efektif


untuk penyelesaian sengketa dibidang ini adalah agar para pihak mencoba
dengan sungguh-sungguh supaya sengketa tidak timbul. Kalau pun timbul, cara
negosiasi, musyawarah untuk mufakat, win-win Solution harus tetap menjadi
prioritas utama daripada cara lain yang tersedia.

Berdasarkan pembahasan diatas maka, dapat disimpulkan bahwa:

1. Sengketa dapat diartikan sebagai sebuah konflik atau pertentangan, jadi


secara umum sengketa ekonomi adalah sebuah pertentangan antara satu
pihak dengan pihak lain yang saling berinteraksi serta saling
berhubungan satu sama lain.
2. Mekanisme atau cara penyelesaian sengketa khususnya mengenai
ekonomi dapat dilakukan dengan cara legitasi yaitu bisa dengan melalui
( pengadilan umum dan pengadilan niaga), serta cara lain yang bisa
ditempuh dalam melakukan penyelesaian sengketa adalah dengan non-
legitasi yang biasanya berupa tindakan-tindakan arbitrase, mediasi,
konsolidasi, negosiasi, dll.

 
Daftar Pustaka

http://isnarohmatin.blogspot.co.id/2014/05/makalah-penyelesaian-sengketa-
ekonomi.html

http://anthyscrub.blogspot.co.id/2015/03/makalah-penyelesaian-sengketa-
ekonomi.html

https://www.academia.edu/6408708/penyelesaian_sengketa_ekonomi

Anda mungkin juga menyukai