Anda di halaman 1dari 21

PENYELESAIAN SANGKETA

DALAM BISNIS
Oleh :
Padlah Riyadi, SE, Ak
-----------------------------------------------------------------------------------------------------

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Liberalisasi perdagangan pada era ekonomi global dan pasar bebas
menghadirkan tantangan yang berat bagi negara-negara berkembang termasuk
Indonesia karena di pasar bebas akan bertemu kekuatan-kekuatan yang tidak
berimbang. Kemampuan antara negara satu dengan negara yang lainnya
tidaklah sama dan negara maju tentu memiliki kekuatan dan keunggulan yang
lebih tinggi di banding dengan Negara-negara berkembang.
Mengamati kegiatan bisnis yang jumlah transaksinya besar setiap hari
tidak mungkin dihindari terjadinya sengketa antar pihak yang terlibat. Setiap
jenis sengketa yang terjadi selalu menutut pemecahan dan penyelsaian yang
cepat. Makin banyak dan luas kegiatan perdagangan frekuensi terjadi sengketa
makin tinggi. Ini berarti makin banyak sengketa harus diselsaikan.
Membiarkan sengketa dagang terlambat diselesaikan akan mengakibatkan
perkembangan pembangunan tidak efisien, produktifitas menurun, dunia bisnis
mengalami kemandulan dan biaya produksi meningkat. Konsumen adalah
pihak yang paling dirugikan, disamping itu peningkatan kesejahteraan dan
kemajuan sosial kaum pekerja juga terhambat. Kalaupun akhirnya hubungan
bisnis ternyata menimbulkan sengketa di antara para pihak yang terlibat,
peranan penasihat hukum dalam menyelsaikan sengketa itu dihadapkan pada
alternative.
Secara konvensional, penyelsaian sengketa biasanya dilakukan secara
litigasi atau penyelsaian sengketa dimuka pengadilan. Dalam keadaan
demikian, posisi para pihak yang bersengketa sangat antagonistis (saling
berlawanan satu sama lain). Penyelsaian sengketa bisnis model ini tidak
direkomendasikan.
Kalaupun akhirnya ditempuh, penyelesaian itu semata-mata sebagai
jalan terakhir (ultimatum remedium) setelah alternatif lain diniali tidak
membuahkan hasil. Proses penyelesaian sengketa yang membutuhkan waktu
yang lama mengakibatkan perusahaan atau para pihak yang bersengketa
mengalami ketidakpastian. Cara penyelesaian seperti itu tidak diterima dunia
binis melalui lembaga peradilan tidak selalu menguntungkan secara adil bagi
kepentingan para pihak yang bersengketa.
Setiap jenis sengketa bisnis yang
terjadi selalu menuntut pemecahan dan penyelesaian yang tepat. Semakin luas
dan banyak kegiatan dalam bidang bisnis dan perdagangan, frekuensi
terjadinya sengketa juga semakin tinggi. Ini berarti semakin banyak sengketa
yang harus diselesaikan dari waktu ke waktu. Sehubungan dengan itu perlu
Penyelesaian Sangketa Dalam Bisnis : ..
1

dicari dan dipikirkan cara dan sistem penyelsaian sengketa yang cepat, efektif
dan efisien. Untuk itu harus dibina dan diwujudkan suatu sistem penyelesaian
sengketa yang dapat menyesuaikan diri dengan laju perkembangan
perekonomian dan perdagangan di masa datang. Dalam menghadapi
liberalisasi perdagangan harus ada lembaga yang dapat diterima dunia bisnis
dan memiliki kemampuan sistem menyelsaikan sengketa dengan cepat dan
biaya murah. Oleh karena itu, mekanisme penyelesaian sengketa bisnis juga
mengalami berbagai dinamika perbaikan dan penyempurnaan, agar mekanisme
penyelesaian sengketa tersebut dapat memenuhi harapan masyarakat pencari
keadilan (justiciabellen) khususnya dari kalangan dunia bisnis.
Regulasi aturan bisnispun banyak dibuat disesuaikan dengan
karakteristik tuntutan dan kebutuhan bisnis. Lalu yang menjadi pertanyaan
disini adalah Manakah yang paling tepat dalam menangani kejahatan bisnis
yang marak terjadi di negara ini, pola penyelesaian dengan sanksi perdata,
sanksi pidana atau sanksi administratip ?
1.2 Perumusan Masalah.
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan
ini penulis memperoleh hasil yang diinginkan, maka penulis mengemukakan
beberapa rumusan masalah. Rumusan masalah itu adalah:
1. Apa itu sengketa ?
2. Bagaimana cara Penyelesaian sengketa di Indonesia, dan prosedur apa
saja yang digunakan dalam penyelesaian sngketa bisnis tersebut ?
1.3 Tujuan.
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:
Untuk menambah pengetahuan tentang sengketa bisnis dan mengetahui
bagaimana cara penyelesaian sengketa bisnis.
1.4 Manfaat.
Manfaat yang didapat dari makalah ini adalah:
1. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang penyelesaian Sengketa
dalam hukum bisnis.
2. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara penyelesaian dari sengketa
bisnis, dan prosedur apa saja yang digunakan.

Penyelesaian Sangketa Dalam Bisnis : ..


2

BAB I
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sengketa dan Pembuktian.
1.1.1 Pengertian Sengketa.
Dalam kamus bahasa Indonesia sengketa adalah pertentangan atau
konflik. Konflik berarti adanya oposisi, atau pertentangan antara kelompok
atau organisasi terhadap satu objek permasalahan. Pengertian sengketa
bisnis menurut Maxwell J. Fulton a commercial disputes is one which
arises during the course of the exchange or transaction process is central
to market economy. Dalam kamus bahasa Indonesia sengketa adalah
pertentangan atau konflik. Konflik berarti adanya oposisi, atau
pertentangan antara kelompok atau organisasi terhadap satu objek
permasalahan. Winardi, menjelaskan bahwa Pertentangan atau konflik
yang terjadi antara individu individu atau kelompok kelompok yang
mempunyai hubungan atau kepentingan yang sama atas suatu objek
kepemilikan, yang menimbulkan akibat hukum antara satu dngan yang
lain. Ali Achmad, mendefinisikan sengketa sebagai pertentangan antara
dua pihak atau lebih yang berawal dari persepsi yang berbeda tentang
suatu kepemilikan atau hak milik yang dapat menimbulkan akibat hukum
antara keduanya. Dari pendapat diatas dapat di simpulkan
bahwa Sengketa adalah perilaku pertentangan antara kedua orang atua
lembaga atau lebih yang menimbulkan suatu akibat hukum dan karenanya
dapat diberikan sanksi hukum bagi salah satu diantara keduanya.
Sengketa muncul dikarenakan berbagai alasan dan masalah yang
melatar belakanginya, terutama karena adanya conflict of interest diantara
para pihak. Sengketa yang timbul diantara para pihak yang terlibat dalam
berbagai macam kegiatan bisnis atau perdagangan dinamakan sengketa
bisnis. Secara rinci sengketa bisnis. Secara rinci sengketa bisnis dapat
berupa sengketa sebagai berikut :
1.
Sengketa perniagaan
2.
Sengketa perbankan
3.
Sengketa Keuangan
4.
Sengketa Penanaman Modal
5.
Sengketa Perindustrian
6.
Sengketa HKI
7.
Sengketa Konsumen
8.
Sengketa Kontrak
9.
Sengketa pekerjaan
10.
Sengketa perburuhan
11.
Sengketa perusahaan
12.
Sengketa hak
13.
Sengketa property
14.
Sengketa Pembangunan konstruksi.

Penyelesaian Sangketa Dalam Bisnis : ..


3

1.1.2

Pengertian Pembuktian.

Membuktikan menurut Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo,


S.H., guru besar FH-UGM mengandung beberapa pengertian:
1.
Membuktikan dalam arti logis atau ilmiah. Membuktikan
berarti memberikan kepastian mutlak, karena berlaku bagi setiap
orang dan tidak memungkinkan adanya bukti lawan.
2.
Membuktikan dalam arti konvensionil Membuktikan berarti
memberikan kepastian yang nisbi/relatif sifatnya yang mempunyai
tingkatan-tingkatan:
a. kepastian yang didasarkan atas perasaan belaka/bersifat instuitif
(conviction intime)
b. kepastian yang didasarkan atas pertimbangan akal (conviction
raisonnee)
3.
Membuktikan dalam hukum acara mempunyai arti yuridis.
Didalam ilmu hukum tidak dimungkinkan adanya pembuktian yang
logis dan mutlak yang berlaku bagi setiap orang serta menutup segala
kemungkinan adanya bukti lawan. Akan tetapi merupakan pembuktian
konvensionil yang bersifat khusus. Pembuktian dalam arti yuridis ini
hanya berlaku bagi pihak-pihak yang beperkara atau yang memperoleh hak
dari mereka.
Dengan demikian pembuktian dalam arti yuridis tidak menuju
kepada kebenaran mutlak. Ada kemungkinan bahwa pengakuan, kesaksian
atau surat-surat itu tidak benar atau palsu atau dipalsukan. Maka hal ini
dimungkinkan adanya bukti lawan. Pembuktian secara yuridis tidak lain
adalah pembuktian historis yang mencoba menetapkan apa yang telah
terjadi secara konkreto. Baik pembuktian yang yuridis maupun yang
ilmiah, maka membuktikan pada hakekatnya berarti mempertimbangkan
secara logis mengapa peristiwa-peristiwa tertentu dianggap benar.
Membuktikan dalam arti yuridis tidak lain berarti memberikan dasar-dasar
yang cukup kepada hakim yang memeriksa perkara yang bersangkutan
guna memberikan kepastian tentang kebenaran peristiwa yang diajukan.
Hukum pembuktian dalam hukum acara perdata menduduki
tempat yang sangat penting. Kita ketahui bahwa hukum acara atau hukum
formal bertujuan hendak memelihara dan mempertahankan hukum
material. Jadi secara formal hukum pembuktian itu mengatur cara
bagaimana mengadakan pembuktian seperti terdapat di dalam RBg dan
HIR. Sedangkan secara materil, hukum pembuktian itu mengatur dapat
tidaknya diterima pembuktian dengan alat-alat bukti tertentu di
persidangan serta kekuatan pembuktian dari alat-alat bukti tersebut.
Dalam jawab menjawab di muka sidang pengadilan, pihak-pihak
yang berperkara dapat mengemukakan peristiwa-peristiwa yang dapat
dijadikan dasar untuk meneguhkan hak perdatanya ataupun untuk
membantah hak perdata pihak lain. Peristiwa-peristiwa tersebut sudah
tentu tidak cukup dikemukakan begitu saja, baik secara tertulis maupun
lisan. Akan tetapi, harus diiringi atau disertai bukti-bukti yang sah menurut
hukum agar dapat dipastikan kebenarannya. Dengan kata lain, peristiwaPenyelesaian Sangketa Dalam Bisnis : ..
4

peristiwa itu harus disertai pembuktian secara yuridis. Dengan demikian,


yang dimaksud dengan pembuktian adalah penyajian alat-alat bukti yang
sah menurut hukum kepada hakim yang memeriksa suatu perkara guna
memberikan kepastian tentang kebenaran peristiwa yang dikemukakan.
Pembuktian diperlukan dalam suatu perkara yang mengadili suatu
sengketa di muka pengadilan (juridicto contentiosa) maupun dalam
perkara-perkara permohonan yang menghasilkan suatu penetapan
(juridicto voluntair). Dalam suatu proses perdata, salah satu tugas hakim
adalah untuk menyelidiki apakah suatu hubungan hukum yang menjadi
dasar gugatan benar-benar ada atau tidak. Adanya hubungan hukum inilah
yang harus terbukti apabila penggugat menginginkan kemenangan dalam
suatu perkara. Apabila penggugat tidak berhasil untuk membuktikan dalildalil yang menjadi dasar gugatannya, maka gugatannya tersebut akan
ditolak, namun apabila sebaliknya maka gugatannya tersebut akan
dikabulkan.
1.2 Macam-macam Cara Penyelesaian Sengketa.
1. Dari sudut pandang pembuat keputusan:
a. Adjudikatif : mekanisme penyelesaian yang ditandai dimana kewenangan
pengambilan keputusan pengambilan dilakukan oleh pihak ketiga dalam
sengketa diantara para pihak.
b. Konsensual/Kompromi: cara penyelesaian sengketa secara kooperatif/
kompromi untuk mencapai penyelesaian yang bersifat win-win solution.
c. Quasi Adjudikatif : merupakan kombinasi antara unsur konsensual dan
adjudikatif.
2. Dari sudut pandang prosesnya
a. Litigasi: merupakan mekanisme penyelesaian sengketa melalui jalur
pengadilan dengan menggunakan pendekatan hukum. Lembaga
penyelesaiannya :
Pengadilan Umum
Pengadilan Niaga
b. non Litigasi: merupakan mekanisme penyelesaian sengketa diluar
pengadilan dan tidak menggunakan pendekatan hukum formal.
Lembaga penyelesaiannya melalui mekanisme :
Arbitrase: merupakan cara penyelesaian sengketa perdata diluar
peradilan umum yang didasrkan pada perjanjian yang dibuat secara
tertulis oleh para pihak yang bersengketa (pasal 1 angka 1 UU No.30
Tahun 1999)

Negosiasi: sebuah interaksi sosial saat pihak-pihak yang


terlibat berusaha untuk saling menyelesaikan tujuan yang berbeda dan
bertentangan untuk mendapatkan solusi dari yang dipertentangkan.
Mediasi: Negosiasi dengan bantuan pihak ketiga. Dalam mediasi yang
memainkan peran utama adalah pihak-pihak yang bertikai. Pihak ketiga
(mediator) berperan sebagai pendamping, pemangkin dan penasihat.
Konsiliasi: Usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang
berselisih untuk mencapai persetujuan dan menyelesaikan perselisihan
tersebut.
Konsultasi
Penyelesaian Sangketa Dalam Bisnis : ..
5

Penilaian Ahli.

1.2.1 Penyelesaian Melalui proses Litigasi.


1.2.1.1 Pengadilan umum.
Pengadilan Negeri berwenang memeriksa sengketa bisnis,
mempunyai karakteristik :
a. Prosesnya sangat formal
b. Keputusan dibuat oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh negara
(hakim)
c. Para pihak tidak terlibat dalam pembuatan keputusan
d. Sifat keputusan memaksa dan mengikat (Coercive and binding)
e. Orientasi ke pada fakta hukum (mencari pihak yang bersalah)
f. Persidangan bersifat terbuka
1.2.1.2 Pengadilan niaga.
Pengadilan Niaga adalah pengadilan khusus yang berada di
lingkungan pengadilan umum yang mempunyai kompetensi untuk
memeriksa dan memutuskan Permohonan Pernyataan Pailit dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dan sengketa
HAKI. Pengadilan Niaga mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1.a. Prosesnya sangat formal
1.b. Keputusan dibuat oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh negara
(hakim)
1.c. Para pihak tidak terlibat dalam pembuatan keputusan
1.d. Sifat keputusan memaksa dan mengikat (coercive and binding)
1.e. Orientasi pada fakta hukum (mencari pihak yang salah)
1.f. Proses persidangan bersifat terbuka
1.g. Waktu singkat.
1.2.2 Penyelesaian Melalui Proses Non Litigasi.
Selain itu banyak cara menyelesaikan suatu pertikaian diantaranya
yaitu dengan Arbitrase, Negosiasi, Mediasi, dan Konsiliasi. Ketiga cara
penyelesaian ini bisa digunakan agar pertikaian dapat segera
teratasi.bermula dari penyelesaian dengan membicarakan baik baik
diantara kedua pihak yang bertikai, berlanjut bila pertikaian tidak dapat
diselesaikan diantara mereka maka dibutuhkan pihak ketiga yaitu sebagai
mediasi, selanjutnya jika tidak dapat melalui mediasi maka dibutuhkan
pihak yang tegas untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Jika tidak
dapat diselesaikan juga maka membutuhkan badan hukum seperti
pengadilan untuk menyelesaikan masalah tersebut, cara ini bisa disebut
dengan Ligitasi. Secara keseluruhan cara cara tersebut dapat digunakan
sehingga pertikaian dapat terselesaikan.
1.2.2.1 Arbitrase.
Istilah arbitrase berasal dari kata Arbitrare (bahasa Latin)
yang berarti kekuasaan untuk menyelesaikan sesuatu perkara
menurut kebijaksanaan.
1.a. Asas kesepakatan, artinya kesepakatan para pihak untuk
menunjuk seorang atau beberapa oramg arbiter.

Penyelesaian Sangketa Dalam Bisnis : ..


6

1.b. Asas musyawarah, yaitu setiap perselisihan diupayakan untuk


diselesaikan secara musyawarah, baik antara arbiter dengan para
pihak maupun antara arbiter itu sendiri;
1.c. Asas limitatif, artinya adanya pembatasan dalam penyelesaian
perselisihan melalui arbirase, yaiu terbatas pada perselisihanperselisihan di bidang perdagangan dan hak-hak yang dikuasai
sepenuhnya oleh para pihak;
1.d. Asa final and binding, yaitu suatu putusan arbitrase bersifat
puutusan akhir dan mengikat yang tidak dapat dilanjutkan
dengan upaya hukum lain, seperi banding atau kasasi. Asas ini
pada prinsipnya sudah disepakati oleh para pihak dalam klausa
atau perjanjian arbitrase.
Sehubungan dengan asas-asas tersebut, tujuan arbitrase itu
sendiri adalah untuk menyelesaikan perselisihan dalam bidang
perdagangan dan hak dikuasai sepenuhnya oleh para pihak, dengan
mengeluarkan suatu putusan yang cepat dan adil,Tanpa adanya
formalitas atau prosedur yang berbelit-belit yang dapat yang
menghambat penyelisihan perselisihan.
Selain itu Pengertian arbitrase juga termuat dalam pasal 1
angka 8 Undang Undang Arbitrase dan Alternatif penyelesaian
sengketa Nomor 30 tahun 1999: Lembaga Arbitrase adalah
badan yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa untuk
memberikan putusan mengenai sengketa tertentu, lembaga tersebut
juga dapat memberikan pendapat yang mengikat mengenai suatu
hubungan hukum tertentu dalam hal belum timbul sengketa.
Dalam Pasal 5 Undang-undang No.30 tahun 1999 disebutkan
bahwa: Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase
hanyalah sengketa di bidang perdagangan dan hak yang menurut
hukum dan peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya
oleh pihak yang bersengketa.
Dengan demikian arbitrase tidak dapat diterapkan untuk
masalah-masalah dalam lingkup hukum keluarga. Arbitase
hanya dapat diterapkan untuk masalah-masalah perniagaan.
Bagi pengusaha, arbitrase merupakan pilihan yang paling
menarik guna menyelesaikan sengketa sesuai dengan keinginan
dan kebutuhan mereka.
Dalam banyak perjanjian perdata, klausula arbitase banyak
digunakan sebagai pilihan penyelesaian sengketa. Pendapat hukum
yang diberikan lembaga arbitrase bersifat mengikat (binding) oleh
karena pendapat yang diberikan tersebut akan menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari perjanjian pokok (yang dimintakan
pendapatnya pada lembaga arbitrase tersebut). Setiap pendapat
yang berlawanan terhadap pendapat hukum yang diberikan tersebut
berarti pelanggaran terhadap perjanjian (breach of contract wanprestasi). Oleh karena itu tidak dapat dilakukan perlawanan
dalam bentuk upaya hukum apapun.
Putusan Arbitrase bersifat mandiri, final dan mengikat
(seperti putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap)
Penyelesaian Sangketa Dalam Bisnis : ..
7

sehingga ketua pengadilan tidak diperkenankan memeriksa alasan


atau pertimbangan dari putusan arbitrase nasional tersebut.
1. Pengaturan Mengenai Arbitrase
Menurut Pasal 1 angka 1 Undang Undang Nomor 30 tahun
1999 Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata
di luar pengadilan umum yang didasarkan pada Perjanjian
Arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang
bersengketa. Pada dasarnya arbitrase dapat berwujud dalam 2
(dua) bentuk, yaitu:
a.Klausula arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian
tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa
(Factum de compromitendo); atau
b. Suatu perjanjian Arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak
setelah timbul sengketa (Akta Kompromis).
Sebelum undang-undang Arbitrase berlaku, ketentuan
mengenai arbitrase diatur dalam pasal 615 s/d 651 Reglemen
Acara Perdata (Rv). Selain itu, pada penjelasan pasal 3 ayat(1)
Undang-Undang No.14 Tahun 1970 tentang Pokok-Pokok
Kekuasaan Kehakiman menyebutkan bahwa penyelesaian
perkara di luarPengadilan atas dasar perdamaian atau melalui
wasit (arbitrase) tetap diperbolehkan.
Dalam dunia bisnis,banya pertimbangan yang melandasi
para pelaku bisnis untuk memilih arbitrase sebagai upaya
penyelesaian perselisihan yang akan atau yang dihadapi.Namun
demikian, kadangkala pertimbangan mereka berbeda,baik
ditinjau dari segi teoritis maupun segi empiris atau kenyataan
dilapangan.
2. Objek Arbitrase
Objek perjanjian arbitrase (sengketa yang akan
diselesaikan di luar pengadilan melalui lembaga arbitrase dan
atau lembaga alternatif penyelesaian sengketa lainnya) menurut
Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999 (UU
Arbitrase) hanyalah sengketa di bidang perdagangan dan
mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan perundangundangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa.
Adapun kegiatan dalam bidang perdagangan itu antara
lain: perniagaan, perbankan, keuangan, penanaman modal,
industri dan hak milik intelektual. Sementara itu Pasal 5 (2) UU
Arbitrase memberikan perumusan negatif bahwa sengketasengketa yang dianggap tidak dapat diselesaikan melalui
arbitrase adalah sengketa yang menurut peraturan perundangundangan tidak dapat diadakan perdamaian sebagaimana diatur
dalam KUH Perdata Buku III bab kedelapan belas Pasal 1851
s/d 1854.
3. Jenis-jenis Arbitrase.
Arbitrase dapat berupa arbitrase sementara (ad-hoc)
maupun arbitrase melalui badan permanen (institusi). Arbitrase
Penyelesaian Sangketa Dalam Bisnis : ..
8

Ad-hoc dilaksanakan berdasarkan aturan-aturan yang sengaja


dibentuk untuk tujuan arbitrase, misalnya UU No.30 Tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa atau
UNCITRAL Arbitarion Rules. Pada umumnya arbitrase ad-hoc
direntukan berdasarkan perjanjian yang menyebutkan
penunjukan majelis arbitrase serta prosedur pelaksanaan yang
disepakati oleh para pihak. Penggunaan arbitrase Ad-hoc perlu
disebutkan dalam sebuah klausul arbitrase.
Arbitrase institusi adalah suatu lembaga permanen yang
dikelola oleh berbagai badan arbitrase berdasarkan aturan-aturan
yang mereka tentukan sendiri. Saat ini dikenal berbagai aturan
arbitrase yang dikeluarkan oleh badan-badan arbitrase seperti
Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI), atau yang
internasional seperti The Rules of Arbitration dari The
International Chamber of Commerce (ICC) diParis, The
Arbitration Rules dari The International Centre for Settlement of
Investment Disputes (ICSID) di Washington. Badan-badan
tersebut mempunyai peraturan dan sistem arbitrase sendirisendiri.
BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia) memberi
standar klausul arbitrase sebagai berikut: "Semua sengketa yang
timbul dari perjanjian ini, akan diselesaikan dan diputus oleh
Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) menurut peraturanperaturan prosedur arbitrase BANI, yang keputusannya
mengikat kedua belah pihak yang bersengketa, sebagai
keputusan dalam tingkat pertama dan terakhir".
Standar klausul arbitrase UNCITRAL (United Nation
Comission ofInternational Trade Law) adalah sebagai berikut:
"Setiap sengketa, pertentangan atau tuntutan yang terjadi atau
sehubungan dengan perjanjian ini, atau wanprestasi,
pengakhiran atau sah tidaknya perjanjian akan diselesaikan
melalui arbitrase sesuai dengan aturan-aturan UNCITRAL.
Menurut Priyatna Abdurrasyid, Ketua BANI, yang
diperiksa pertama kali adalah klausul arbitrase. Artinya ada atau
tidaknya, sah atau tidaknya klausul arbitrase, akan menentukan
apakah suatu sengketa akan diselesaikan lewat jalur arbitrase.
Priyatna menjelaskan bahwa bisa saja klausul atau perjanjian
arbitrase dibuat setelah sengketa timbul.
4. Keunggulan dan Kelemahan Arbitrase.
Keunggulan arbitrase dapat disimpulkan melalui
Penjelasan Umum Undang Undang Nomor 30 tahun 1999 dapat
terbaca beberapa keunggulan penyelesaian sengketa melalui
arbitrase dibandingkan dengan pranata peradilan. Keunggulan
itu adalah:
a.kerahasiaan sengketa para pihak terjamin ;
b. keterlambatan yang diakibatkan karena hal prosedural dan
administratif dapat dihindari ;

Penyelesaian Sangketa Dalam Bisnis : ..


9

c.para pihak dapat memilih arbiter yang berpengalaman,


memiliki makalahadedidiikirawanlatar belakang yang cukup
mengenai masalah yang disengketakan, serta jujur dan adil ;
d. para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk
penyelesaian masalahnya ;
e.para pihak dapat memilih tempat penyelenggaraan arbitrase ;
f. putusan arbitrase merupakan putusan yang mengikat para
pihak melalui prosedur sederhana ataupun dapat langsung
dilaksanakan.
Disamping keunggulan arbitrase seperti tersebut diatas,
arbitrase juga memiliki kelemahan arbitrase. Dari praktek yang
berjalan di Indonesia, kelemahan arbitrase adalah masih sulitnya
upaya eksekusi dari suatu putusan arbitrase, padahal pengaturan
untuk eksekusi putusan arbitrase nasional maupun internasional
sudah cukup jelas.
1.2.2.2
Negosiasi.
1. Pengertian Negosiasi :
- Proses yang melibatkan upaya seseorang untuk
mengubah (atau tak mengubah) sikap dan perilaku orang
lain.
- Proses untuk mencapai kesepakatan yang menyangkut
kepentingan timbal balik dari pihak-pihak tertentu
dengan sikap, sudut pandang, dan kepentingankepentingan yang berbeda satu dengan yang lain.
- Negosiasi adalah suatu bentuk pertemuan antara dua
pihak: pihak kita dan pihal lawan dimana kedua belah
pihak bersama-sama mencari hasil yang baik, demi
kepentingan kedua pihak.
2. Pola Perilaku dalam Negosiasi:
a.Moving against (pushing): menjelaskan, menghakimi,
menantang, tak menyetujui, menunjukkan kelemahan pihak
lain.
b. Moving with (pulling): memperhatikan, mengajukan gagasan,
menyetujui, membangkitkan motivasi, mengembangkan
interaksi.
c.Moving away (with drawing): menghindari konfrontasi,
menarik kembali isi pembicaraan, berdiam diri, tak
menanggapi pertanyaan.
d. Not moving (letting be): mengamati, memperhatikan,
memusatkan perhatian pada here and now, mengikuti arus,
fleksibel, beradaptasi dengan situasi.
3. Ketrampilan Negosiasi:
- Mampu melakukan empati dan mengambil kejadian
seperti pihak lain mengamatinya.
- Mampu menunjukkan faedah dari usulan pihak lain
sehingga pihak-pihak yang terlibat dalam negosiasi
bersedia mengubah pendiriannya.
Penyelesaian Sangketa Dalam Bisnis : ..
10

- Mampu mengatasi stres dan menyesuaikan diri dengan


situasi yang tak pasti dan tuntutan di luar perhitungan.
- Mampu mengungkapkan
gagasan sedemikian rupa
sehingga pihak lain akan memahami sepenuhnya
gagasan yang diajukan.
- memahami latar belakang budaya pihak lain dan
berusaha menyesuaikan diri dengan keinginan pihak lain
untuk mengurangi kendala.
4. Negosiasi dan Hiden Agenda:
Dalam negosiasi tak tertutup kemungkinan masing-masing
pihak memiliki hiden agenda. Hiden agenda adalah gagasan
tersembunyi/niat terselubung yang tak diungkapkan (tak
eksplisit) tetapi justru hakikatnya merupakan hal yang
sesungguhnya ingin dicapai oleh pihak yang bersangkutan.
5. Negosiasi dan Gaya Kerja.
a. Cara bernegosiasi yang dilakukan oleh seseorang sangat
dipengaruhi oleh gaya kerjanya.
b. Kesuksesan bernegosiasi seseorang didukung oleh
kecermatannya dalam memahami gaya kerja dan latar
belakang budaya pihak lain.
6. Fungsi Informasi dan Lobi dalam Negosiasi.
a.Informasi memegang peran sangat penting. Pihak yang lebih
banyak memiliki informasi biasanya berada dalam posisi
yang lebih menguntungkan.
b. Dampak dari gagasan yang disepakati dan yang akan
ditawarkan sebaiknya dipertimbangkan lebih dulu.
c.Jika proses negosiasi terhambat karena adanya hiden
agenda dari salah satu/ kedua pihak, maka lobyingdapat
dipilih untuk menggali hiden agenda yang ada sehingga
negosiasi dapat berjalan lagi dengan gagasan yang lebih
terbuka.
7. Teknik Negoisasi
Secara umum terdapat beberapa cara teknik negoisasi yang
dikenal dapat dibagi kedalam:
a.tahap negoisasi kompetitip
b. tahap negoisasi koperatif
c.tahap negoisasi lunak dan keras
d. tahap negoisasi interest based
1.2.2.3
Mediasi.
1. Pengertian mediasi.
Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa melalui
proses perundingan atau mufakat para pihak dengan dibantu
oleh mediator yang tidak memiliki kewenangan memutus atau
memaksakan sebuah penyelesaian. Ciri utama proses mediasi
adalah perundingan yang esensinya sama dengan proses
musyawarah atau konsensus. Sesuai dengan hakikat
perundingan atau musyawarah atau konsensus, maka tidak boleh
ada paksaan untuk menerima atau menolak sesuatu gagasan atau
Penyelesaian Sangketa Dalam Bisnis : ..
11

2.

3.

4.

5.

penyelesaian selama proses mediasi berlangsung. Segala


sesuatunya harus memperoleh persetujuan dari para pihak.
Prosedur Untuk Mediasi.
a.a. Setelah perkara dinomori, dan telah ditunjuk majelis hakim
oleh ketua, kemudian majelis hakim membuat penetapan
untuk mediator supaya dilaksanakan mediasi.
a.b. Setelah pihak-pihak hadir, majelis menyerahkan penetapan
mediasi kepada mediator berikut pihak-pihak yang
berperkara tersebut.
a.c. Selanjutnya mediator menyarankan kepada pihak-pihak
yang berperkara supaya perkara ini diakhiri dengan jalan
damai dengan berusaha mengurangi kerugian masingmasing pihak yang berperkara.
a.d. Mediator bertugas selama 21 hari kalender, berhasil
perdamaian atau tidak pada hari ke 22 harus menyerahkan
kembali kepada majelis yang memberikan penetapan.
Jika terdapat perdamaian, penetapan perdamaian tetap
dibuat oleh majelis.
Mediator.
Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak
dalam proses perundingan guna mencari berbagai kemungkinan
penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau
memaksakan sebuah penyelesaian. Ciri-ciri penting dari
mediator adalah :
a.Netral.
b. Membantu para pihak.
c.Tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah
penyelesaian.
Jadi, peran mediator hanyalah membantu para pihak
dengan cara tidak memutus atau memaksakan pandangan atau
penilaiannya atas masalah-masalah selama proses mediasi
berlangsung kepada para pihak.
Tugas Mediator
a.Mediator wajib mempersiapkan usulan jadwal pertemuan
mediasi kepada para pihakuntuk dibahas dan disepakati.
b. Mediator wajib mendorong para pihak untuk secara langsung
berperan dalam proses mediasi.
c.Apabila dianggap perlu, mediator dapat melakukan kaukus
atau pertemuan terpisah selama proses mediasi berlangsung.
d. Mediator wajib mendorong para pihak untuk menelusuri dan
menggali kepentingan mereka dan mencari berbagai pilihan
penyelesaian yang terbaik bagi para pihak.
Daftar Mediator.
Demi kenyamanan para pihak dalam menempuh proses
mediasi, mereka berhak untuk memilih mediator yang akan
membantu menyelesaikan sengketa.
a..a.
Untuk memudahkan para pihak memilih mediator,
Ketua Pengadilan menyediakan daftar mediator yang

Penyelesaian Sangketa Dalam Bisnis : ..


12

sekurang-kurangnya memuat 5 (lima) nama dan disertai


dengan latar belakang pendidikan atau pengalaman dari para
mediator.
a..b.
Ketua Pengadilan menempatkan nama-nama hakim
yang telah memiliki sertifikat dalam daftar mediator.
a..c.
Jika dalam wilayah pengadilan yang bersangkutan
tidak ada hakim dan bukan hakim yang bersertifikat, semua
hakim pada pengadilanyang bersangkutan dapat ditempatkan
dalam daftar mediator.
a..d.
Kalangan bukan hakim yang bersertifikat dapat
mengajukan permohonan kepada ketua pengadilan agar
namanya ditempatkan dalam daftar mediator pada pengadilan
yang bersangkutan.
a..e.
Setelah memeriksa dan memastikan keabsahan
sertifikat, Ketua Pengadilan menempatkan nama pemohon
dalam daftar mediator.
a..f.
Ketua Pengadilan setiap tahun mengevaluasi dan
memperbarui daftar mediator.
a..g.
Ketua Pengadilan berwenang mengeluarkan nama
mediator dari daftar mediator berdasarkan alasan-alasan
objektif, antara lain karena mutasi tugas, berhalangan tetap,
ketidakaktifan setelah penugasan dan pelanggaran atas
pedoman perilaku.
6. Honorarium Mediator.
a..a.
Penggunaan jasa mediator hakim tidak dipungut biaya.
a..b.
Uang jasa mediator bukan Hakim ditanggung bersama
oleh para pihak berdasarkan kesepakatan para pihak.
2.2.2.4.
Konsiliasi
Konsiliasi adalah usaha mempertemukan keinginan pihak
yang berselisih untuk mencapai persetujuan dan penyelesaian.
Namun, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tidak memberikan
suatu rumusan yang eksplisit atas pengertian dari konsiliasi. Akan
tetapi, rumusan itu dapat ditemukan dalam pasal 1 angka 10 dan
alinea 9 penjelasan umum, yakni konsiliasi merupakan salah satu
lembaga untuk menyelesaikan sengketa. Penyelesaikan perselisihan
konsiliator memiliki hak dan kewenangan untuk menyampaikan.
pendapat secara terbuka dan tidak memihak kepada yang
bersengketa. Selain itu, konsiliator tidak berhak untuk membuat
keputusan dalam sengketa untuk dan atas nama para pihak
sehingga keputusan akhir merupakan proses konsiliasi yang
diambil sepenuhnya oleh para pihak dalam sengketa yang
dituangkan dalam bentuk kesepakatan di anatar mereka.

Penyelesaian Sangketa Dalam Bisnis : ..


13

1.3
Pembuktian Secara Perdata.
1.3.1 Prinsip Hukum Pembuktian.
Prinsip-prinsip dalam hukum pembuktian adalah landasan
penerapan pembuktian. Semua pihak, termasuk hakim harus berpegang
pada patokan yang digariskan prinsip dimaksud.
1. Pembuktian Mencari dan Mewujudkan Kebenaran Formil.
Sistem pembuktian yang dianut hukum acara perdata, tidak
bersifat stelsel negatif menurut undang-undang ( negatief wettelijk
stelsel ), seperti dalam proses pemeriksaan pidana yang menuntut
pencarian kebenaran. Kebenaran yang dicari dan diwujudkan dalam
proses peradilan pidana, selain berdasarkan alat bukti yang sah dan
mencapai batas minimal pembuktian, kebenaran itu harus diyakini
hakim. Prinsip inilah yang disebut beyond reasonable doubt.
Kebenaran yang diwujudkan benar-benar berdasarkan bukti-bukti
yang tidak meragukan, sehingga kebenaran itu dianggap bernilai
sebagai kebenaran hakiki. Sistem Pembuktian ini diatur dalam Pasal
183 KUHAP. Namun, tidak demikian dalam proses peradilan perdata,
kebenaran yang dicari dan diwujudkan hakim cukup kebenaran formil
( formeel waarheid ). Pada dasarnya tidak dilarang pengadilan perdata
mencari dan menemukan kebenaran materiil. Akan tetapi bila
kebenaran materiil tidak ditemukan, hakim dibenarkan hukum
mengambil putusan berdasarkan kebenaran formil.
Dalam rangka mencari kebenaran formil, perlu diperhatikan
beberapa prinsip sebagai pegangan bagi hakim maupun bagi para
pihak yang berperkara.
1.a. Tugas dan Peran Hakim Bersifat Pasif.
Hakim hanya terbatas menerima dan memeriksa sepanjang
mengenai hal-hal yang diajukan penggugat dan tergugat. Oleh
karena itu, fungsi dan peran hakim dalam proses perkara perdata
hanya terbatas pada mencari dan menemukan kebenaran formil,
dimana kebenaran tersebut diwujudkan sesuai dengan dasar
alasan dan fakta-fakta yang diajukan oleh para pihak selama
proses persidangan berlangsung. Sehubungan dengan sifat pasif
tersebut, apabila hakim yakin bahwa apa yang digugat dan
diminta penggugat adalah benar, tetapi penggugat tidak mampu
mengajukan bukti tentang kebenaran yang diyakininya, maka
hakim harus menyingkirkan keyakinan itu dengan menolak
kebenaran dalil gugatan, karena tidak didukung dengan bukti
dalam persidangan.
Makna pasif bukan hanya sekedar menerima dan
memeriksa apa-apa yang diajukan para pihak, tetapi tetap
berperan dan berwenang menilai kebenaran fakta yang diajukan
ke persidangan, dengan ketentuan :
1. Hakim tidak dibenarkan mengambil prakarsa aktif meminta
para pihak mengajukan atau menambah pembuktian yang
diperlukan. Semuanya itu menjadi hak dan kewajiban para
pihak. Cukup atau tidak alat bukti yang diajukan terserah
sepenuhnya kepada kehendak para pihak. Hakim tidak
Penyelesaian Sangketa Dalam Bisnis : ..
14

dibenarkan membantu pihak manapun untuk melakukan


sesuatu, kecuali sepanjang hal yang ditentukan undangundang.
2. Menerima setiap pengakuan dan pengingkaran yang diajukan
para pihak di persidangan, untuk selanjutnya dinilai
kebenarannya oleh hakim.
3. Pemeriksaan dan putusan hakim, terbatas pada tuntutan yang
diajukan penggugat dalam gugatan.
1.b. Putusan Berdasarkan Pembuktian Fakta.
Hakim tidak dibenarkan mengambil putusan tanpa
pembuktian. Kunci ditolak atau dikabulkannya gugatan harus
berdasarkan pembuktian yang bersumber dari fakta-fakta yang
diajukan para pihak. Pembuktian hanya dapat ditegakkan
berdasarkan dukungan fakta-fakta. Pembuktian tidak dapat
ditegakkan tanpa ada fakta-fakta yang mendukungnya.
1. Fakta yang dinilai dan diperhitungkan terbatas yang diajukan
dalam persidangan. Para pihak diberi hak dan kesempatan
menyampaikan bahan atau alat bukti, kemudian bahan atau
alat bukti tersebut diserahkan kepada hakim. Bahan atau alat
bukti yang dinilai membuktikan kebenaran yang didalilkan
pihak manapun hanya fakta langsung dengan perkara yang
disengketakan. Apabila bahan atau alat bukti yang
disampaikan di persidangan tidak mampu membenarkan
fakta yang berkaitan dengan perkara yang disengketakan
maka tidak bernilai sebagai alat bukti.
2. Fakta yang terungkap di luar persidangan. Di atas telah
dijelaskan bahwa hanya fakta-fakta yang diajukan di
persidangan yang dapat dinilai dan diperhitungkan untuk
menentukan kebenaran dalam mengambil putusan. Artinya,
fakta yang dapat dinilai dan diperhitungkan hanya yang
disampaikan oleh para pihak kepada hakim dalam
persidangan. Hakim tidak dibenarkan menilai dan
memperhitungkan fakta-fakta yang tidak diajukan pihak yang
berperkara.
3. Hanya fakta berdasar kenyataan yang bernilai pembuktian.
Selain fakta harus diajukan dan ditemukan dalam proses
persidangan, fakta yang bernilai sebagai pembuktian, hanya
terbatas pada fakta yang konkret dan relevan yakni jelas dan
nyata membuktikan suatu keadaan atau peristiwa yang
berkaitan langsung dengan perkara yang disengketakan.
Dengan kata lain, alat bukti yang dapat diajukan hanyalah
yang mengandung fakta-fakta konkret dan relevan atau
bersifat prima facie, yaitu membuktikan suatu keadaan atau
peristiwa yang langsung berkaitan erat dengan perkara yang
sedang diperiksa. Sedangkan fakta yang abstrak dalam
hukum pembuktian dikategorikan sebagai hal yang semu,
oleh karena itu tidak bernilai sebagai alat bukti untuk
membuktikan sesuatu kebenaran.
Penyelesaian Sangketa Dalam Bisnis : ..
15

2. Pengakuan Mengakhiri Pemeriksaan Perkara.


Pada prinsipnya, pemeriksaan perkara sudah berakhir apabila
salah satu pihak memberikan pengakuan yang bersifat menyeluruh
terhadap materi pokok perkara. Apabila tergugat mengakui secara
murni dan bulat atas materi pokok yang didalilkan penggugat,
dianggap perkara yang disengketakan telah selesai, karena dengan
pengakuan itu telah dipastikan dan diselesaikan hubungan hukum
yang terjadi antara para pihak. Begitu juga sebaliknya, kalau
penggugat membenarkan dan mengakui dalil bantahan yang diajukan
tergugat, berarti sudah dapat dipastikan dan dibuktikan gugatan yang
diajukan penggugat sama sekali tidak benar. Apalagi jika didekati dari
ajaran pasif, meskipun hakim mengetahui dan yakin pengakuan itu
bohong atau berlawanan dengan kebenaran, hakim harus menerima
pengakuan itu sebagai fakta dan kebenaran. Oleh karena itu, hakim
harus mengakhiri pemeriksaan karena dengan pengakuan tersebut
materi pokok perkara dianggap telah selesai secara tuntas.
Agar penerapan pengakuan mengakhiri perkara tidak keliru,
perlu dijelaskan lebih lanjut beberapa hal antara lain sebagai berikut:
f.a. Pengakuan yang diberikan tanpa syarat. Pengakuan yang berbobot
mengakhiri perkara, apabila :
a) Pengakuan diberikan secara tegas. Pengakuan yang diucapkan
atau diutarakan secara tegas baik dengan lisan atau tulisan di
depan persidangan.
b) Pengakuan yang diberikan murni dan bulat. Pengakuan
tersebut bersifat murni dan bulat serta menyeluruh terhadap
materi pokok perkara, dengan demikian pengakuan yang
diberikan harus tanpa syarat atau tanpa kualifikasi dan
langsung mengenai materi pokok perkara.
Apabila pengakuan yang diberikan bersyarat, apalagi tidak
ditujukan terhadap pokok perkara, maka pengakuan tersebut tidak
dapat dijadikan dasar mengakhiri pemeriksaan perkara.
a. Tidak menyangkal dengan cara berdiam diri. Apabila tergugat
tidak mengajukan sangkalan tetapi mengambil sikap berdiam
diri peristiwa itu tidak dapat ditafsirkan menjadi fakta atau
bukti pengakuan tanpa syarat, oleh karena itu sikap tergugat
tersebut tidak dapat dikonstruksi sebagai pengakuan murni dan
bulat karena kategori pengakuan yang demikian harus
dinyatakan secara tegas barulah sah dijadikan pengakuan yang
murni tanpa syarat, sedangkan dalam keadaan diam tidak pasti
dengan jelas apa saja yang diakui sehingga belum tuntas
penyelesaian mengenai pokok perkara oleh karena itu, tidak
sah menjadikannya dasar mengakhiri perkara.
b. Menyangkal tanpa alasan yang cukup. Dalam hal ini ada
diajukan sangkalan atau bantahan tetapi tidak didukung dengan
dasar alasan ( opposition without basic reason ) dapat
dikonstruksi dan dianggap sebagai pengakuan yang murni dan
bulat tanpa syarat sehingga membebaskan pihak lawan untuk

Penyelesaian Sangketa Dalam Bisnis : ..


16

membuktikan fakta-fakta materi pokok perkara dengan


demikian proses pemeriksaan perkara dapat diakhiri.
3. Fakta-fakta yang Tidak Perlu Dibuktikan.
Tidak semua fakta harus dibuktikan. Fokus pembuktian
ditujukan pada kejadian atau peristiwa hubungan hukum yang menjadi
pokok persengketaan sesuai dengan yang didalilkan dalam
fundamentum petendi gugatan pada satu segi dan apa yang disangkal
pihak lawan pada sisi lain. Sehubungan dengan itu, akan diuraikan
hal-hal yang tidak perlu dibuktikan dalam pemeriksaan perkara
perdata.
4. Bukti Lawan ( Tegenbewijs ).
Salah satu prinsip dalam hukum pembuktian yaitu memberi hak
kepada pihak lawan mengajukan bukti lawan. Pasal 1918 KUHPerdata
menyatakan Suatu putusan hakim yang telah memperoleh kekuatan
mutlak, dengan mana seorang telah dijatuhkan hukuman karena suatu
kejahatan maupun pelanggaran, di dalam suatu perkara perdata dapat
diterima sebagai suatu bukti tentang perbuatan yang telah dilakukan,
kecuali jika dapat dibuktikan sebaliknya.
Sebelum membahas lebih jauh mengenai macam-macam alat
bukti, maka terlebih dahulu harus diketahui dan dimengerti beberapa
pengertian tentang bukti dan juga beberapa teori pembuktian.
1. Bukti lemah. Bukti lemah adalah alat bukti yang dikemukakan
penggugat yang sedikitpun tidak memberikan pembuktian atau
memberikan pembuktian tetapi tidak memenuhi syarat yang
dibutuhkan untuk menerima dalil-dalil gugatan, artinya alat bukti ini
hanya mempunyai daya bukti permulaan ( kracht van begin bewijs ).
2. Bukti sempurna. Bukti sempurna adalah bukti yang diajukan oleh
pihak yang bersangkutan telah sempurna, artinya tidak perlu lagi
melengkapi dengan alat bukti lain, dengan tidak mengurangi
kemungkinan diajukan dengan bukti sangkalan ( tengen bewijs).
3. Bukti pasti/menentukan ( Beslissend Bewijs ). Akibat diajukan
pembuktian dengan alat bukti yang mempunyai daya bukti
pasti/menentukan, maka terhadap pembuktian tersebut tidak
diperbolehkan untuk memajukan bukti sangkalan. Pembuktian dengan
alat bukti pasti/menentukan, mengakibatkan bagi penggugat atau
tergugat yang mengemukakan alat bukti tersebut, suatu posisi yang
tidak dapat diganggu gugat lagi.
4. Bukti yang mengikat ( Verplicht Bewijs ) .Dengan adanya alat bukti
yang mempunyai daya bukti mengikat, maka hakim wajib untuk
menyesuaikan keputusannya dengan pembuktian tersebut.
5. Bukti sangkalan ( Tengen Bewijs ). Bukti sangkalan adalah alat bukti
yang dipergunakan dalam bantahan terhadap pembuktian yang
diajukan oleh lawan dalam persidangan. Pembuktian ini bertujuan
untuk menggagalkan gugatan pihak lawan. Pada prinsipnya segala
bukti dapat dilemahkan dengan bukti sangkalan, kecuali undangundang sendiri secara tegas melarang diajukannya suatu alat bukti
sangkalan, misalnya terhadap.

Penyelesaian Sangketa Dalam Bisnis : ..


17

1.3.2 Macam-Macam Alat Bukti.


1. Bukti Tulisan atau Surat.
Menurut Sudikno Mertokusumo, alat bukti tertulis atau surat
ialah segala sesuatu yang memuat tanda- tanda bacaan yang
dimaksudkan untuk mencurahkan isi hati atau untuk menyampaikan
buah pikiran seseorang dan dipergunakan sebagai pembuktian. Alat
pembuktian tertulis dapat dibedakan dalam akta dan tulisan bukan
akta, yang kemudian akta masih dibedakan lagi dalam akta otentik dan
akta di bawah tangan. Jadi dalam hukum pembuktian, alat bukti
tulisan terdiri dari :
1.a.
Akta, adalah suatu tulisan yang dibuat dengan sengaja
untuk dijadikan bukti tentang sesuatu peristiwa dan
ditandatangani oleh pembuatnya. Dengan demikian, unsur-unsur
yang penting untuk digolongkan dalam pengertian akta adalah
kesengajaan untuk membuatnya sebagai suatu bukti tulisan untuk
dipergunakan oleh orang untuk keperluan siapa surat itu dibuat,
dan harus ditandatangani. Maka tidak setiap surat dapat dikatakan
sebagai akta. Ditinjau dari segi hukum pembuktian akta
mempunyai beberapa fungsi:

Akta Berfungsi sebagai Formalitas Kausa.

Akta Berfungsi sebagai Alat Bukti.

Akta Berfungsi sebagai Probationis Kausa.


a)akta otentik. akta otentik, yaitu suatu surat yang dibuat
menurut ketentuan undang-undang oleh atau di hadapan
pejabat umum, yang berkuasa untuk membuat surat itu,
memberikan bukti yang cukup bagi kedua belah pihak dan
ahli warisnya dan sekalian orang yang mendapat hak dari
padanya, tentang segala hal yang tersebut di dalam surat itu,
dan juga tentang yang tercantum dalam surat itu sebagai
pemberitahuan saja; tetapi yang tersebut kemudian itu hanya
sekedar diberitahukan itu langsung berhubung dengan pokok
yang disebutkan dalam akta tersebut.
b) akta di bawah tangan. sebagai tulisan-tulisan di bawah tangan
dianggap akta-akta yang ditandatangani di bawah tangan, suratsurat, register-register, surat-surat urusan rumah tangga dan
lain-lain tulisan yang dibuat tanpa perantaraan seorang pegawai
umum.
1.b.
Tulisan bukan akta ialah setiap tulisan yang tidak
sengaja dijadikan bukti tentang suatu peristiwa dan/atau tidak
ditandatangani oleh pembuatnya. Walaupun tulisan atau suratsurat yang bukan akta ini sengaja dibuat oleh yang bersangkutan,
tapi pada dasarnya tidak dimaksudkan sebagai alat pembuktian di
kemudian hari.
2. Bukti dengan saksi-saksi.
Menurut Sudikno Mertokusumo, kesaksian adalah kepastian
yang diberikan kepada hakim di persidangan tentang peristiwa yang
disengketakan dengan jalan pemberitahuan secara lisan dan pribadi
oleh orang yang bukan salah.
Penyelesaian Sangketa Dalam Bisnis : ..
18

3. Persangkaan-persangkaan.
Persangkaan adalah kesimpulan yang ditarik dari suatu
peristiwa yang telah dianggap terbukti, atau peristiwa yang dikenal,
kearah suatu peristiwa yang belum terbukti. Jika yang menarik
kesimpulan tersebut adalah hakim maka persangkaan tersebut
dinamakan persangkaan hakim. Sedangkan jika yang menarik
kesimpulan tersebut undang-undang maka dinamakan persangkaan
undang-undang.
4.
Pengakuan.
Menurut Sudikno Mertokusumo, pengakuan di muka hakim
di persidangan merupakan keterangan sepihak baik tertulis maupun
lisan yang tegas dan dinyatakan oleh salah satu pihak dalam perkara di
persidangan yang membenarkan baik seluruhnya atau sebagian dari
suatu peristiwa, hak atau hubungan hukum yang diajukan oleh
lawannya yang mengakibatkan pemeriksaan lebih lanjut oleh hakim
tidak perlu lagi.
5.
Sumpah.
Sumpah pada umumnya adalah suatu pernyataan yang khidmat
yang diberikan atau diucapkan pada waktu memberi janji atau
keterangan dengan mengingat akan sifat mahakuasa daripada Tuhan,
dan percaya bahwa siapa yang memberi keterangan atau janji yang
tidak benar akan dihukum oleh-Nya.
6.
Pemeriksaan setempat.
Hakim terutama pada Pengadilan Negeri sebagai judex facti harus
memeriksa fakta-fakta dari suatu perkara dengan sebaikbaiknya, sehingga ia mengetahui dengan jelas segala seluk
beluknya, dengan itu ia akan dapat mempertimbangkan sebaikbaiknya dan memberikan putusan yang seadil-adilnya, menurut
peraturan hukum yang berlaku.
7.
Keterangan ahli.
Mengenai keterangan ahli diatur dalam Pasal 181 RBg/154
HIR yang menentukan jika menurut pertimbangan pengadilan suatu
perkara dapat menjadi lebih jelas bila dimintakan keterangan ahli, atas
permintaan pihak yang berperkara atau karena jabatan, hakim dapat
mengangkat seorang ahli untuk dimintakan pendapatnya mengenai
sesuatu hal pada perkara yang sedang diperiksa. Keterangan ahli ini
dikuatkan dengan sumpah. Maksudnya tidak lain agar keterangan
tersebut disampaikan seobjektif mungkin.

Penyelesaian Sangketa Dalam Bisnis : ..


19

BAB III
KESIMPULAN
Mengamati kegiatan bisnis yang jumlah transaksinya ratusan setiap hari,
tidak mungkin dihindari terjadinya sengketa (dispute/ difference) antar pihak yang
terlibat. Setiap jenis sengketa yang terjadi selalu menuntut pemecahan dan
penyelesaian yang cepat. Makin banyak dan luas kegiatan perdagangan, frekuensi
terjadi sengketa makin tinggi, hal ini berarti sangat mungkin makin banyak
sengketa yang harus diselesaikan.
Membiarkan sengketa dagang terlambat diselesaikan akan mengakibatkan
perkembangan pembangunan tidak efesien, produktifitas menurun, dunia bisnis
mengalami kemunduran dan biaya produksi meningkat. Konsumen adalah pihak
yang paling dirugikan di samping itu, peningkatan kesejahteraan dan kemajuan sosial
kaum pekerja juga terhambat. Kalaupun akhirnya hubungan bisnis ternyata
menimbulkan sengketa diantara para pihak yang terlibat, peranan penasihat hukum,
konsultan dalam menyelesaikan sengketa itu dihadapkan pada alternatif penyelesaian
yang dirasakan paling menguntungkan kepentingan kliennya.
Secara konvensional, penyelesaian sengketa biasanya dilakukan secara
Litigasi atau penyelesaian sengketa di muka pengadilan. Dalam keadaan demikian,
posisi para pihak yang bersengketa sangat antagonistis (saling berlawanan satu sama
lain) Penyelesaian sengketa bisnis model tidak direkomendasaikan. Saat
ini, Arbitrase masih dianggap sebagai satu-satunya yang paling tepat untuk
menyelesaikan sengketa transaksi internasional. Kini belum kita dapati peradilan
yang dapat memeriksa sengketa komersial internasional. Adanya kekhawatiran dan
keengganan para pengusaha internasional yang bersengketa melawan pengusaha
nasional karena kekhawatiran hakimnya akan memihak. Oleh karena itu sering kita
lihat bahwa dalam perjanjian dagang internasional, selalu memilih forum hukum
asing. Kalaupun akhirnya ditempuh, penyelesaian itu semata-mata hanya sebagai
jalan yang terakhir (ultimatum remedium) setelah alternatif lain dinilai tidak
membuahkan hasil.

Penyelesaian Sangketa Dalam Bisnis : ..


20

DAFTAR PUSTAKA
1.

http://ai-hendriani.blogspot.com/p/t-makalah-penyelesaian-sengketabisnis_6846.html

2.

http://sepengetahuan-ku.blogspot.com/2012/11/penyelesaian-sengketabisnis.html

3.

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/05/penyelesaian-sengketa-ekonomiakalah-aspek-hukum-dalam-ekonomi

4.

R. Subekti, 2007. Hukum pembuktian, PT. Pradnya paramita, Jakarta.

5.

Undang-undang nomor 30 tahun 1999 tentang arbitrase dan alternatif


penyelesaian sengketa.

6.

Undang-undang republik indonesia nomor 4 tahun 2004 tentang kekuasaan


kehakiman.

Penyelesaian Sangketa Dalam Bisnis : ..


21

Anda mungkin juga menyukai