Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

HUKUM BISNIS

“ PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS”

Dosen Pengampu : MUHAMMAD RIZAL, SE. M.Si.

Disusun Oleh :

Kelompok 10

Fauziah Hanum : 7231220022

Latifah Hanum Meilany : 7233220027

Rio Manuel Matthew Siregar : 7233220024

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepa Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan ridho-Nya dan memberikan waktu kepada kami untuk dapat
menyelesaikan tugas kelompok " Penyelesaian Sengketa Bisnis " pada mata
kuliah "Hukum Bisnis " yang dibimbing oleh dosen pengampu Bapak Muhammad
Rizal, SE. M. Si..Kami juga mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak
yang telah membantu dalam penyelesaikan tugas ini.

Kami juga menyadari bahwa tugas ini masih terdapat kekurangan, oleh
karena itu kami minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan, serta kami juga
mengharap kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.

Semoga makalahh sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih,semoga dapat bermanfaat
dan bisa menambah pengetahuan bagi kita semua.

Medan, November 2023

Kelompok 10

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii

BAB I .............................................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakang ..................................................................................................1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................2

C. Tujuan ................................................................................................................2

BAB II ...........................................................................................................................3

PEMBAHASAN ............................................................................................................3

A. Pengertian Sengketa Bisnis ...............................................................................3

B. Penyebab Umum Sengketa Bisnis .....................................................................4

C. Proses Penyelesaian Sengketa Bisnis .................................................................5

D. Kelebihan dan kekurangan Sengketa Bisnis ................................................... 11

BAB III ........................................................................................................................ 14

PENUTUP ................................................................................................................... 14

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 14

B. Saran ................................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Melihat kegiatan bisnis yang jumlah transaksinya ratusan setiap hari tidak
mungkin dilindar terjadinya sengketa antar pihak yang terlibat. Setiap jenis
sengketa yang terjadi selalu memutut pemecahan dan penyelsaian yang cepat
Makin banyak dan luas kegiatan perdagangan frekuensi terjadi sengketa makin
tinggi. Ini berarti makin banyak sengketa harus disesaikan Membiarkan
sengketa dagang terlambat diselsaikan akan mengakibatkan perkembangan
pembangunan tidak efisien, produktifitas menurun, dunia bisnis mengalami
kemandulan dan buaya produksi meningkat Konsumen adalah pihak yang
paling dirugikan, disamping itu peningkatan kesejahteraan dan kemajuan sosial
kaum pekerja juga terhambat Kalaupun akhirnya hubungan bisnis ternyata
menimbulkan sengketa di antara para pihak yang terlibat, peranan penasihat
hukum dalam menyelsaikan sengketa itu dihadapkan pada alternative Secara
kom ensional, penyelsaian sengketa biasanya dilakukan secara litigasi atan
penyelaian sengketa dimuka pengadilan. Dalam keadaan demikian, posisi para
pihak yang bersengketa sangat antagonistis (saling berlawanan satu sama lain).
Penyelsaian sengketa binis model ini tidak direkomendasikan Kalaupun
akhirnya ditempuh, penyelesaian itu semata-matasebagai jalan terakhir
(ultimatum remedium) setelah alternatif lain dinali tidak membuahkan hasil
Proses penyelesaian sengketa yang membutuhkan waktu yang lama
mengakibatkan perusahaan atau para pihak yang bersengketa mengalami
ketidakpastian. Cara penyelesaian seperti itu tidak diterima dunia binis melalui
lembaga peradilan tidak selalu menguntungkan secara adil bags kepentingan
para pihak yang bersengketa Schubungan dengan itu perlu dicari dan dipikirkan
cara dan sistem penyelsaian sengketa yang cepat, efektif dan efisien.

Untuk ini harus dibina dan diwujudkan suatu sistem penyelesaian sengketa
yang dapat menyesuaikan diri dengan laju perkembangan perekonomian dan

1
perdagangan di masa datang. Dalam menghadapi liberalisasi perdagangan lurus
ada lembaga yang dapat diterima dimia bisnis dan memiliki kemampuan sistem
menyelsaikan sengketa dengan cepat dan biaya murah Di samping model
penyelesaian sengketa krventional secara konvensional melalui litigas sistem
peradilan, dalam praktik di Indonessa dikenalkan pula model yang relatif baru
Model arbitrase penyelesaian sengketa secara non-litigasi. Penyelesaian
sengketa secara litigasi tetap dipergunakan manakala penyelesaian secara
nonlitigasi tersebut tidak membuahkan hasil. Jadi penggunaan Artritase adalah
sebagai salah makan penyelesaian sengketa dil pengadilan dengan
mepertimbangkan segala hentak elas akan masa yang akan datang sekaligus
mengangkan bagi para pihak yang bersengketa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sengketa bisnis ?
2. Apa Penyebab umum sengketa bisnis ?
3. Bagaimana strategi penyelesaian sengketa bisnis ?
4. Kelebihan kekurangan penyelesaian sengketa bisnis ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sengketa bisnis
2. Penyebab umum sengketa bisnis
3. Untuk mengetahui strategi penyelesaian sengketa bisnis
4. Untuk mengetahui kelebihan kekurangan penyelesaian sengketa bisnis

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Sengketa Bisnis
Pengertian sengketa bisnis menurut Maxwell J Fulton "a commercial
disputes one which arises during the course of the exchange or transaction page
is central to worket economy". Dalam kamus bahasa Indonesia sengketa
pertentangan atau konflik. Konflik berarti adanya oposisi, atau pertentangan
antara kelompok atau organisasi terhadap satu objek permasalahan.

Menurut Winardi, Pertentangan atau konflik yang terjadi antara


individu-individu atau kelompok-kelompok yang mempunyai hubungan atau
kepentingan yang sama atas suatu objek kepemilikan, yang menimbulkan akibat
hukum antara satu dengan yang lain. Menurut Ali Achmad, sengketa adalah
pertentangan antara dua pihak atau lebih yang berawal dari persepsi yang
berbeda tentang suatu kepemilikan atau hak milik yang dapat menimbulkan
akibat hukum antara keduanya."

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sengketa adalah perilaku


pertentangan antara satu orang atau lembaga maupun lebih yang menimbulkan
suatu akibat hukum dan karenanya dapat diberikan sanksi hukum bagi salah
satu diantara keduanya.

Sengketa bisnis merupakan konflik yang terjadi dalam kehidupan


masyarakat yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi dan bisnis. Sengketa
bisnis merujuk pada konflik atau ketidaksetujuan antara pihak-pihak yang
terlibat dalam konteks bisnis. Sengketa ini dapat muncul dari berbagai hal,
seperti perbedaan interpretasi kontrak, pelanggaran kontrak, persaingan usaha
yang tidak sehat, ketidaksetujuan terkait kepemilikan atau control perusahaan
dan sebagainya. Sengketa bisnis bisa melibatkan perusahaan dengan
perusahaan lain, perusahaan dengan konsumen, atau bahkan internal di dalam
perusahaan itu sendiri.

Secara rinci sengketa bisnis dapat berupa sengketa sebagai berikut :

1. Sengketa perniagaan 8. Sengketa kontrak

3
2. Sengketa perbankan 9. Sengketa pekerjaan
3. Sengketa keuangan 10. Sengketa perburuhan
4. Sengketa penanaman modal 11. Sengketa hak
5. Sengketa perindustrian 12. Sengketa property
6. Sengketa HKI 13. Sengketa pembangunan
konstruksi
7. Sengketa konsumen

B. Penyebab Umum Sengketa Bisnis


1. Perbedaan interpretasi kontrak
Sengketa sering kali muncul ketika pihak-pihak yang terlibat
memiliki interpretasi yang berbeda terhadap ketentuan-ketentuan dalam
kontrak bisnis.
2. Pembayaran dan Tagihan

Perselisihan terkait pembayaran atau tagihan dapat timbul jika salah satu
pihak merasa bahwa mereka tidak menerima pembayaran yang sesuai atau jika
ada perselisihan terkait faktur.

3. Pelanggaran Kontrak

Jika salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya sesuai dengan


kontrak, hal ini dapat memicu sengketa bisnis.

4. Persaingan Usaha Tidak Sehat

Perselisihan dapat muncul jika satu perusahaan merasa bahwa


pesaingnya terlibat dalam praktik bisnis yang tidak etis atau bersaing secara
tidak sehat.

5. Ketidaksetujuan Internal

Sengketa dapat terjadi di antara pemegang saham, direksi, atau


karyawan internal terkait kebijakan, strategi perusahaan, atau masalah-masalah
internal lainnya.

6. Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual

4
Sengketa bisa muncul jika ada dugaan pelanggaran hak kekayaan
intelektual, seperti paten, merek dagang, atau hak cipta.

7. Perselisihan Konsumen

Perusahaan dapat terlibat dalam sengketa dengan konsumen terkait


kualitas produk, layanan pelanggan, atau informasi yang diberikan kepada
konsumen.

C. Proses Penyelesaian Sengketa Bisnis


Jika terjadi sengketa dalam hubungan bisnis, maka penyelesaian
sengketa itu dapat dilakukan dengan dua cara yaitu 1) Melalui peradilan
(litigasi), 2) Melalui luar peradilan (non litigasi)

1. Litigasi

Litigasi merupakan proses penyelesaian sengketa bisnis melalui


jalur hukum atau pengadilan. Meskipun merupakan metode yang sah dan
sering digunakan, litigasi sering kali memakan waktu dan biaya yang
signifikan. Oleh karena itu, beberapa pihak mungkin memilih metode
alternatif seperti mediasi atau arbitrase untuk menyelesaikan sengketa
secara lebih cepat dan efisien.

a. Pengadilan umum

Pengadilan Negeri berada pada lingkungan Peradilan Umum yang


mempunyai tugas dan kewenangan sebagaimana disebutkan dalam Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 2004 tentang tentang Peradilan Umum, dalam
Pasal 50 menyatakan: Pengadilan Negeri bertugas dan berwewenang
memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara pidana dan perkara
perdata di tingkat pertama.

Contoh studi kasus pengadilan umum yaitu :

Analisis putusan hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat terhadap


tindak pidana korupsi oleh PT. Nusa Konstruksi.

b. Pengadilan Niaga

5
Pengadilan Niaga adalah pengadilan khusus yang berada di
lingkungan pengadilan umum, mempunyai tugas dan kewenangan
sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang No. 37 ahun 2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Pembayaran, dalam Pasal 300 mengatakan:
Pengadilan Niaga mempunyai tugas memeriksa dan memutus permohonan
pernyataan pailit dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, berwenang
pula memeriksa dan memutus perkara lain di bidang perniagaan yang
penetapannya dilakukan dengan Undang-Undang.

Contoh studi kasus pengadilan niaga yaitu :

Penundaan kewajiban pembayaran hutang berdasarkan undang-


undang kepailitan pada PT. Ometraco, penyelesaian utang melalui
kepailitan pada PT. Prudential. Analisis putusan pengadilan niaga terkait
akibat hukum permohonan PKPU yang diajukan oleh pihak yang tidak
berwenang dan ti jauan yuridis terhadap penolakan pembayaran utang oleh
kreditor pada saat permohonan pailit diajukan

Dalam kasus-kasus tersebut, terdapat berbagai pertimbangan hukum


yang menjadi fokus analisis, seperti tertundanya kewajiban pembayaran
utang, putusan mahkamah agung terkait penyelesaian utang dalam perkara
kepailitan, dan akibat hukum dari suatu permohonan PKPU yang diangkat
oleh pihak yang tidak berwenang. Analisis kasus-kasus ini memberikan
pemahaman mendalam mengenai kebijakan undang-undang kepailitan dan
jangka waktu kewajiban pembayaran utang dalam praktik hukum niaga.

2. Non-litigasi

Penyelesaian sengketa bisnis non-litigasi mengacu pada metode


penyelesaian konflik di luar pengadilan atau tanpa melibatkan proses
litigasi. Pendekatan ini lebih bersifat kolaboratif dan seringkali lebih
fleksibel, memungkinkan pihak-pihak yang terlibat untuk mencari solusi
tanpa harus melalui proses pengadilan yang panjang dan mahal.

A. arbitrase

6
Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa mengatakan Arbitrase
adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum
yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh
para pihak yang bersengketa.

Arbitrase ialah penyelesaian sengketa perdata swasta diluar


pengadilan umum yang didasarkan pada kontrak arbitrase yang dibuat
secara tertulis oleh paraa pihak yang bersengketa, dimana pihak penyleseai
sengketa tersebut dipilih oleh para pihak yang bersangkutan, yang terdiri
dari orang-orang yang tidak berkepentingan dengan perkaara yang
bersangkutan. Oleh karena itu arbitrase disebut sebagai suatu peradilan
perdamaian, dimana para pihak yang bersengketa atau berselisih
menghendaki perselisihan mereka tentang hak-hak pribadi yang dapat
mereka kuasai sepenuhnya, diperiksa dan diadili oleh hakim yang adil yang
tidak memihak kepada salah satu pihak yang berselisih, serta menghasilkan
keputusan yang mengikat bagi kedua belah pihak.

Contoh studi kasus yang arbitrase yaitu :

Pemerintah Indonesia dan Hesham Al Warraq : Pada tahun 2011,


Hesham Al Warraq menuntut pemerintah Indonesia karena tindakan
ekspropriasi atas saham di Bank Century. ICSID menolak gugatan Hesham
terkait tindakan ekspropriasi, sehingga pemerintah terhindar dari kewajiban
membayar biaya sekitar Rp1,3 triliun atau US$100 juta

Studi kasus arbitrase internasional menunjukkan bahwa arbitrase


merupakan salah satu opsi yang digunakan untuk menyelesaikan
penyelesaian antara pihak-pihak yang berselisih, dengan beberapa kasus
yang melibatkan Indonesia sebagai salah satu pihak yang bersengketa.

B. Negosiasi

Negosiasi ialah penyelesaian sengketa bisnis dengan proses tawaar


menawar deengan jalan berunding antara pihak yang bersengketa untuk
mencapai kesepakatan bersama. Penyelesaian sengketa sepenuhnya

7
dikontrol oleh para pihak, sifatnya informal, yang dibahas adalah berbagai
aspek, tidak hanya persoalan hukum saja. Dalam praktik, negosiasi
dilakukan karena 2 (dua) alasan, yaitu:

(1) untuk mencari sesuatu yang baru yang tidak dapat dilakukannya
sendiri, misalnya dalam transaksi jual beli, pihak penjual dan pembeli saling
memerlukan untuk menentukan harga, dalam hal ini tidak terjadi sengketa

(2) untuk memecahkan perselisihan atau sengketa yang timbul di


antara para pihak. Dengan demikian, dalam negosiasi, penyelesaian
sengketa dilakukan sendiri oleh pihak yang bersengketa, tanpa melibatkan
pihak ketiga sebagai penengah.

Pasal 6 Ayat (2) Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang


Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, mengatakan negosiasi
adalah Penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui alternatif
penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselesaikan
dalam pertemuan langsung oleh para pihak dalam waktu paling lama 14
(empat belas) hari dan hasilnya dituangkan dalam suatu kesepakatan
tertulis.

Negoisiasi dilakukan jika:

1. telah ada sengketa antara para pihak


2. belum ada sengketa, karena masalahnya belum pernah
dibicarakan.

Contoh studi kasus negosiasi yaitu:

Seorang pengusaha ingin menjalin kemitraan dengan pemasok


untuk mendapatkan harga yang lebih kompetitif. Pengusaha tersebut perlu
menentukan strategi negosiasi yang efektif, mempertimbangkan kebutuhan
bisnisnya dan mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Faktor
seperti kualitas produk, volume pembelian, dan persyaratan pembayaran
dapat menjadi poin negosiasi utama. Dalam proses negosiasi, penting untuk
membangun hubungan yang baik dengan pemasok dan mencari solusi.

8
C. Mediasi

Mediasi ialah penyelesaian sengketa bisnis berupa negosiasi untuuk


memecahkan masalah nelalui pihak luar (mediator) yang bersifat netral dan
tidak memihak yang akan bekerja sama dengan pihak yang bersengketa
untuk membantu menemukan solusi dalam menyelesaikan sengketa
tersebut secara memuaskan kedua belah pihak. Dalam Peraturan
Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan, mediasi diberikan arti sebagai cara penyelesaian sengketa
melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak
dengan dibantu oleh mediator.

Tugas pokok dari mediator yaitu:

1. menciptakan forum, seperti mengundang rapat dan lain-lain.

2. mengumpulkan dan membagi informasi

3. memecahkan masalah

4. mengusulkan keputusan/solusi (jika belum ditemukan solusi).

Contoh studi kasus mediasi yaitu:

Studi kasus mediasi dapat ditemukan dalam berbagai konteks,


seperti penyelesaian perselisihan karyawan di tempat kerja atau
penyelesaian hubungan industrial. Mediasi merupakan suatu cara
penyelesaian penyelesaian melalui perundingan berdasarkan pendekatan
mufakat atau konteks para pihak

Para pihak yang meminta bantuan kepada pihak lain yang bersifat
tidak memihak yang disebut mediator, yang tidak memiliki kepentingan
dengan gangguan yang sedang terjadi, serta tidak diuntungkan atau
dirugikan jika penyelesaian dapat diselesaikan atau jika mediasi
menyelesaikan jalan buntu .Mediasi memungkinkan para pihak yang
terlibat dalam negosiasi untuk mencapai penyelesaian yang saling diterima
secara sukarela

9
D. Konsiliasi

Konsiliasi metode penyelesaian sengketa dimana, pihak-pihak yang


terlibat dalam konflik bekerja sama dengan bantuan pihak ketiga yang
bersifat netral (KONSILIATOR) untuk mencapai kesepakatan bersama
yang diterima oleh semua pihak.

Aturan tentang konsiliasi mengacu pada undang-undang tentang


arbitrase dan alternatif penyelesaian perselisahan tentang undang-undang
penyelesaian perselisihan hubungan industrial. Penyelesaian sengketa
melalui konsiliasi biasanya mempunyai peluang untuk diselesaikan secara
damai atau musyawarah. Sebab, proses penyelesaian sengketa tidak melalui
pengadilan. Selain itu, apabila para pihak yang berkepentingan mencapai
perdamaian, maka perjanjian perdamaian yang ditandatangani oleh para
pihak yang bersangkutan merupakan suatu kontrak yang mengikat secara
hukum. Perdamaian dalam pertemuan konsiliasi ini dapat berupa
permintaan maaf, perubahan kebijaksanaan dan kebiasaan, mengkaji ulang
tata kerja, mempekerjakan kembali, ganti rugi moneter, dan sebagainya.

Contoh studi kasus konsiliasi yaitu :

Kasus sengketa warisan keluarga: Sebuah keluarga menghadapi


sengketa terkait pembagian warisan setelah kematian orang tua mereka.
Anak-anak yang masih hidup tidak sepakat tentang bagaimana harta warisan
harus dibagi. Mereka memutuskan untuk menggunakan konsiliasi sebagai
upaya terakhir untuk mencapai kesepakatan yang adil tanpa harus
melibatkan pengadilan.

Dalam proses konsiliasi, mereka memilih seorang mediator yang


netral dan berpengalaman dalam penyelesaian sengketa keluarga. Mediator
tersebut bertemu dengan semua anggota keluarga yang terlibat dalam
sengketa dan membantu mereka untuk mengungkapkan kepentingan dan
kebutuhan masing-masing.

Akhirnya, melalui proses konsiliasi, mereka mencapai kesepakatan


yang saling menguntungkan. Harta warisan dibagi secara adil berdasarkan

10
kesepakatan yang telah mereka buat bersama. Selain itu, proses konsiliasi
membantu memperbaiki hubungan keluarga yang tegang dan mengurangi
ketegangan di antara mereka.

D. Kelebihan dan Kekurangan Sengketa Bisnis


Berikut adalah kelebihan dan kekurangan dari empat metode penyelesaian
sengketa: arbitrase, negosiasi, mediasi, dan konsiliasi.

a. Arbitrase:
 Kelebihan:
1. Kecepatan: Arbitrase biasanya lebih cepat daripada litigasi
di pengadilan.
2. Kerahasiaan: Proses arbitrase dapat dilakukan secara
rahasia, menjaga privasi pihak yang terlibat.
3. Pilihan Arbiter: Pihak-pihak dapat memilih arbiter yang
memiliki pengetahuan khusus dalam bidang yang
bersangkutan.
 Kekurangan:
1. Biaya: Arbitrase bisa menjadi mahal, tergantung pada biaya
arbiter dan prosesnya.
2. Kekurangan Otoritas Hukum: Keputusan arbiter tidak selalu
dapat diterapkan seperti keputusan pengadilan.
3. Keterbatasan Banding: Peluang banding terbatas, kecuali
ada ketidakberesan yang serius.
b. Negosiasi:
 Kelebihan:
1. Kontrol Pihak: Pihak-pihak memiliki kendali penuh atas
proses dan hasil negosiasi.
2. Fleksibilitas: Fleksibilitas tinggi dalam merumuskan solusi
yang memenuhi kebutuhan pihak-pihak.
3. Biaya Rendah: Biasanya, negosiasi lebih ekonomis daripada
metode penyelesaian sengketa lainnya.
 Kekurangan:

11
1. Kesulitan dalam Pemecahan Konflik Berat: Tidak semua
sengketa dapat diselesaikan melalui negosiasi, terutama jika
pihak-pihak memiliki perbedaan fundamental.
2. Ketidaksetaraan Kekuatan: Jika terjadi ketidaksetaraan
kekuatan, hasil negosiasi mungkin tidak adil.
c. Mediasi:
 Kelebihan:
1. Pemeliharaan Hubungan: Membantu mempertahankan
hubungan baik antara pihak-pihak yang bersengketa.
2. Fleksibilitas dan Kreativitas: Memberikan ruang untuk
solusi kreatif dan fleksibel yang dapat memenuhi kebutuhan
semua pihak.
3. Kerahasiaan: Proses mediasi bersifat rahasia, memastikan
privasi pihak yang terlibat.
 Kekurangan:
1. Keberhasilan Tergantung pada Kerjasama: Jika satu pihak
tidak bersedia bekerja sama, mediasi mungkin tidak berhasil.
2. Tidak Ada Keputusan Hukum: Mediator tidak memiliki
kekuasaan untuk mengeluarkan keputusan yang mengikat.
d. Konsiliasi:
 Kelebihan:
1. Fleksibilitas dan Kreativitas: Seperti mediasi, konsiliasi
memberikan ruang untuk solusi yang kreatif dan fleksibel.
2. Pemeliharaan Hubungan: Membantu mempertahankan
hubungan baik antara pihak-pihak yang bersengketa.
3. Sukarela: Konsiliasi bersifat sukarela dan melibatkan
partisipasi aktif pihak-pihak.
 Kekurangan:
1. Keterbatasan Kewenangan: Konsilator tidak memiliki
kewenangan untuk mengeluarkan keputusan yang mengikat,
seperti arbitrer.

12
2. Ketergantungan pada Kerjasama: Keberhasilan konsiliasi
bergantung pada tingkat kerjasama pihak-pihak yang
terlibat.

13
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa sumber yang ditemukan, kesimpulan penyelesaian
sengketa bisnis dapat diambil sebagai berikut:

 Penyelesaian sengketa di luar pengadilan di Indonesia perlu terus


dikembangkan untuk menyelesaikan sengketa-sengketa perdata mengingat
jenis transaksi perdagangan dan perbankan yang terus berkembang dan
menghindari penumpukan perkara di pengadilan
 Mediasi merupakan cara penyelesaian sengketa atau beda pendapat dengan
cara perundingan dan dibantu oleh pihak ketiga yaitu mediator. Mediasi
menawarkan cara penyelesaian sengketa dengan hasil yang menang-
menang
 Mediasi sebagai salah satu alternatif penyelesaian sengketa bisnis
memberikan solusi yang lebih menguntungkan bagi para pihak yaitu saling
terbuka nya kompromi dengan dibantu oleh seorang mediator professional
yang bersifat netral. Para pihak bisa melakukan perundingan
 Pengadilan Niaga dalam proses penyelesaian sengketa bisnis menawarkan
metode penyelesaian sengketa yang menawarkan banyak kelebihan dalam
sistem peradilan Indonesia dan dapat menyesuaikan sesuai dengan
perkembangan era globalisasi. Mediasi di Pengadilan merupakan salah satu
metode penyelesaian sengketa yang menawarkan banyak kelebihan dalam
sistem peradilan Indonesia dan dapat menyesuaikan sesuai dengan
perkembangan era globalisasi
 Penyelesaian sengketa melalui arbitrase dewasa ini semakin diminati di
Indonesia. Akibat dari globalisasi, pihak-pihak yang bersengketa dalam
proses arbitrase

Dari kesimpulan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penyelesaian sengketa


bisnis dapat dilakukan melalui beberapa cara, seperti penyelesaian di luar
pengadilan, mediasi, pengadilan Niaga, dan arbitrase. Setiap cara memiliki

14
kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga pemilihan cara penyelesaian
sengketa harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang ada

B. Saran
Saran untuk menyelesaikan penyelesaian bisnis melalui mediasi antara lain
adalah perlunya adanya kesesuaian dan keselarasan peraturan-undangan mengenai
sifat keputusan alternatif penyelesaian yang dikeluarkan oleh badan penyelesaian
penyelesaian konsumen.

Selain itu, perlu dibatasi kebebasan memilih metode/cara penyelesaian


penyelesaian konsumen yang ditawarkan oleh badan penyelesaian penyelesaian
konsumen bagi para pihak yang bersengketa, sehingga para pihak tidak dapat
menggunakan 2 atau 3 cara penyelesaian penyelesaian alternatif untuk
menyelesaikan penyelesaian tersebut

15
DAFTAR PUSTAKA
http://elearning.iainkediri.ac.id/mod/forum/discuss.php?d=56720

https://sskplawoffice.com/contoh-kasus-konsiliasi/

Harmen, Hilma dan M. Rizal. (2011). Hukum Bisnis. Medan: Unimed Press

Sukalandari, Ni Wayan. dkk, (2023). " Sengketa Plagiasi Merek Dagang antara Ms
Glow dan Ps Glow." Jurnal Analogi Hukum, 5 (1), 48-54.
doi: https://doi.org/10.22225/ah.

Sugiantari, Andry. dkk, (2016). “ Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial


Melalui Mediasi di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Semarang.”
Diponegoro Law Review, 5 (2), 127-128.

16

Anda mungkin juga menyukai