HUKUM BISNIS
Disusun Oleh :
Kelompok 10
FAKULTAS EKONOMI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepa Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan ridho-Nya dan memberikan waktu kepada kami untuk dapat
menyelesaikan tugas kelompok " Penyelesaian Sengketa Bisnis " pada mata
kuliah "Hukum Bisnis " yang dibimbing oleh dosen pengampu Bapak Muhammad
Rizal, SE. M. Si..Kami juga mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak
yang telah membantu dalam penyelesaikan tugas ini.
Kami juga menyadari bahwa tugas ini masih terdapat kekurangan, oleh
karena itu kami minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan, serta kami juga
mengharap kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.
Kelompok 10
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
BAB I .............................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................1
C. Tujuan ................................................................................................................2
BAB II ...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN ............................................................................................................3
PENUTUP ................................................................................................................... 14
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Melihat kegiatan bisnis yang jumlah transaksinya ratusan setiap hari tidak
mungkin dilindar terjadinya sengketa antar pihak yang terlibat. Setiap jenis
sengketa yang terjadi selalu memutut pemecahan dan penyelsaian yang cepat
Makin banyak dan luas kegiatan perdagangan frekuensi terjadi sengketa makin
tinggi. Ini berarti makin banyak sengketa harus disesaikan Membiarkan
sengketa dagang terlambat diselsaikan akan mengakibatkan perkembangan
pembangunan tidak efisien, produktifitas menurun, dunia bisnis mengalami
kemandulan dan buaya produksi meningkat Konsumen adalah pihak yang
paling dirugikan, disamping itu peningkatan kesejahteraan dan kemajuan sosial
kaum pekerja juga terhambat Kalaupun akhirnya hubungan bisnis ternyata
menimbulkan sengketa di antara para pihak yang terlibat, peranan penasihat
hukum dalam menyelsaikan sengketa itu dihadapkan pada alternative Secara
kom ensional, penyelsaian sengketa biasanya dilakukan secara litigasi atan
penyelaian sengketa dimuka pengadilan. Dalam keadaan demikian, posisi para
pihak yang bersengketa sangat antagonistis (saling berlawanan satu sama lain).
Penyelsaian sengketa binis model ini tidak direkomendasikan Kalaupun
akhirnya ditempuh, penyelesaian itu semata-matasebagai jalan terakhir
(ultimatum remedium) setelah alternatif lain dinali tidak membuahkan hasil
Proses penyelesaian sengketa yang membutuhkan waktu yang lama
mengakibatkan perusahaan atau para pihak yang bersengketa mengalami
ketidakpastian. Cara penyelesaian seperti itu tidak diterima dunia binis melalui
lembaga peradilan tidak selalu menguntungkan secara adil bags kepentingan
para pihak yang bersengketa Schubungan dengan itu perlu dicari dan dipikirkan
cara dan sistem penyelsaian sengketa yang cepat, efektif dan efisien.
Untuk ini harus dibina dan diwujudkan suatu sistem penyelesaian sengketa
yang dapat menyesuaikan diri dengan laju perkembangan perekonomian dan
1
perdagangan di masa datang. Dalam menghadapi liberalisasi perdagangan lurus
ada lembaga yang dapat diterima dimia bisnis dan memiliki kemampuan sistem
menyelsaikan sengketa dengan cepat dan biaya murah Di samping model
penyelesaian sengketa krventional secara konvensional melalui litigas sistem
peradilan, dalam praktik di Indonessa dikenalkan pula model yang relatif baru
Model arbitrase penyelesaian sengketa secara non-litigasi. Penyelesaian
sengketa secara litigasi tetap dipergunakan manakala penyelesaian secara
nonlitigasi tersebut tidak membuahkan hasil. Jadi penggunaan Artritase adalah
sebagai salah makan penyelesaian sengketa dil pengadilan dengan
mepertimbangkan segala hentak elas akan masa yang akan datang sekaligus
mengangkan bagi para pihak yang bersengketa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sengketa bisnis ?
2. Apa Penyebab umum sengketa bisnis ?
3. Bagaimana strategi penyelesaian sengketa bisnis ?
4. Kelebihan kekurangan penyelesaian sengketa bisnis ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sengketa bisnis
2. Penyebab umum sengketa bisnis
3. Untuk mengetahui strategi penyelesaian sengketa bisnis
4. Untuk mengetahui kelebihan kekurangan penyelesaian sengketa bisnis
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sengketa Bisnis
Pengertian sengketa bisnis menurut Maxwell J Fulton "a commercial
disputes one which arises during the course of the exchange or transaction page
is central to worket economy". Dalam kamus bahasa Indonesia sengketa
pertentangan atau konflik. Konflik berarti adanya oposisi, atau pertentangan
antara kelompok atau organisasi terhadap satu objek permasalahan.
3
2. Sengketa perbankan 9. Sengketa pekerjaan
3. Sengketa keuangan 10. Sengketa perburuhan
4. Sengketa penanaman modal 11. Sengketa hak
5. Sengketa perindustrian 12. Sengketa property
6. Sengketa HKI 13. Sengketa pembangunan
konstruksi
7. Sengketa konsumen
Perselisihan terkait pembayaran atau tagihan dapat timbul jika salah satu
pihak merasa bahwa mereka tidak menerima pembayaran yang sesuai atau jika
ada perselisihan terkait faktur.
3. Pelanggaran Kontrak
5. Ketidaksetujuan Internal
4
Sengketa bisa muncul jika ada dugaan pelanggaran hak kekayaan
intelektual, seperti paten, merek dagang, atau hak cipta.
7. Perselisihan Konsumen
1. Litigasi
a. Pengadilan umum
b. Pengadilan Niaga
5
Pengadilan Niaga adalah pengadilan khusus yang berada di
lingkungan pengadilan umum, mempunyai tugas dan kewenangan
sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang No. 37 ahun 2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Pembayaran, dalam Pasal 300 mengatakan:
Pengadilan Niaga mempunyai tugas memeriksa dan memutus permohonan
pernyataan pailit dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, berwenang
pula memeriksa dan memutus perkara lain di bidang perniagaan yang
penetapannya dilakukan dengan Undang-Undang.
2. Non-litigasi
A. arbitrase
6
Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa mengatakan Arbitrase
adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum
yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh
para pihak yang bersengketa.
B. Negosiasi
7
dikontrol oleh para pihak, sifatnya informal, yang dibahas adalah berbagai
aspek, tidak hanya persoalan hukum saja. Dalam praktik, negosiasi
dilakukan karena 2 (dua) alasan, yaitu:
(1) untuk mencari sesuatu yang baru yang tidak dapat dilakukannya
sendiri, misalnya dalam transaksi jual beli, pihak penjual dan pembeli saling
memerlukan untuk menentukan harga, dalam hal ini tidak terjadi sengketa
8
C. Mediasi
3. memecahkan masalah
Para pihak yang meminta bantuan kepada pihak lain yang bersifat
tidak memihak yang disebut mediator, yang tidak memiliki kepentingan
dengan gangguan yang sedang terjadi, serta tidak diuntungkan atau
dirugikan jika penyelesaian dapat diselesaikan atau jika mediasi
menyelesaikan jalan buntu .Mediasi memungkinkan para pihak yang
terlibat dalam negosiasi untuk mencapai penyelesaian yang saling diterima
secara sukarela
9
D. Konsiliasi
10
kesepakatan yang telah mereka buat bersama. Selain itu, proses konsiliasi
membantu memperbaiki hubungan keluarga yang tegang dan mengurangi
ketegangan di antara mereka.
a. Arbitrase:
Kelebihan:
1. Kecepatan: Arbitrase biasanya lebih cepat daripada litigasi
di pengadilan.
2. Kerahasiaan: Proses arbitrase dapat dilakukan secara
rahasia, menjaga privasi pihak yang terlibat.
3. Pilihan Arbiter: Pihak-pihak dapat memilih arbiter yang
memiliki pengetahuan khusus dalam bidang yang
bersangkutan.
Kekurangan:
1. Biaya: Arbitrase bisa menjadi mahal, tergantung pada biaya
arbiter dan prosesnya.
2. Kekurangan Otoritas Hukum: Keputusan arbiter tidak selalu
dapat diterapkan seperti keputusan pengadilan.
3. Keterbatasan Banding: Peluang banding terbatas, kecuali
ada ketidakberesan yang serius.
b. Negosiasi:
Kelebihan:
1. Kontrol Pihak: Pihak-pihak memiliki kendali penuh atas
proses dan hasil negosiasi.
2. Fleksibilitas: Fleksibilitas tinggi dalam merumuskan solusi
yang memenuhi kebutuhan pihak-pihak.
3. Biaya Rendah: Biasanya, negosiasi lebih ekonomis daripada
metode penyelesaian sengketa lainnya.
Kekurangan:
11
1. Kesulitan dalam Pemecahan Konflik Berat: Tidak semua
sengketa dapat diselesaikan melalui negosiasi, terutama jika
pihak-pihak memiliki perbedaan fundamental.
2. Ketidaksetaraan Kekuatan: Jika terjadi ketidaksetaraan
kekuatan, hasil negosiasi mungkin tidak adil.
c. Mediasi:
Kelebihan:
1. Pemeliharaan Hubungan: Membantu mempertahankan
hubungan baik antara pihak-pihak yang bersengketa.
2. Fleksibilitas dan Kreativitas: Memberikan ruang untuk
solusi kreatif dan fleksibel yang dapat memenuhi kebutuhan
semua pihak.
3. Kerahasiaan: Proses mediasi bersifat rahasia, memastikan
privasi pihak yang terlibat.
Kekurangan:
1. Keberhasilan Tergantung pada Kerjasama: Jika satu pihak
tidak bersedia bekerja sama, mediasi mungkin tidak berhasil.
2. Tidak Ada Keputusan Hukum: Mediator tidak memiliki
kekuasaan untuk mengeluarkan keputusan yang mengikat.
d. Konsiliasi:
Kelebihan:
1. Fleksibilitas dan Kreativitas: Seperti mediasi, konsiliasi
memberikan ruang untuk solusi yang kreatif dan fleksibel.
2. Pemeliharaan Hubungan: Membantu mempertahankan
hubungan baik antara pihak-pihak yang bersengketa.
3. Sukarela: Konsiliasi bersifat sukarela dan melibatkan
partisipasi aktif pihak-pihak.
Kekurangan:
1. Keterbatasan Kewenangan: Konsilator tidak memiliki
kewenangan untuk mengeluarkan keputusan yang mengikat,
seperti arbitrer.
12
2. Ketergantungan pada Kerjasama: Keberhasilan konsiliasi
bergantung pada tingkat kerjasama pihak-pihak yang
terlibat.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa sumber yang ditemukan, kesimpulan penyelesaian
sengketa bisnis dapat diambil sebagai berikut:
14
kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga pemilihan cara penyelesaian
sengketa harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang ada
B. Saran
Saran untuk menyelesaikan penyelesaian bisnis melalui mediasi antara lain
adalah perlunya adanya kesesuaian dan keselarasan peraturan-undangan mengenai
sifat keputusan alternatif penyelesaian yang dikeluarkan oleh badan penyelesaian
penyelesaian konsumen.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://elearning.iainkediri.ac.id/mod/forum/discuss.php?d=56720
https://sskplawoffice.com/contoh-kasus-konsiliasi/
Harmen, Hilma dan M. Rizal. (2011). Hukum Bisnis. Medan: Unimed Press
Sukalandari, Ni Wayan. dkk, (2023). " Sengketa Plagiasi Merek Dagang antara Ms
Glow dan Ps Glow." Jurnal Analogi Hukum, 5 (1), 48-54.
doi: https://doi.org/10.22225/ah.
16