Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS

DOSEN PENGAMPU

Hidayatul Arief, S.Pd., M.Pd.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:

1. NURANI MILA UTAMI NIM A1A119052


2. FITRI HARYANI NIM A1A119057
3. SUKMA SILVIA NIM A1A119054
4. TASYA RAHMADANI NIM A1A119051
5. MEGA PUTRI AULIA NIM A1A119015
6. WIJI NIM A1A119014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur atas nikmat yang telah ALLAH SWT


anugerahkan kepada kami. Salah satu nikmat yang terbesar dari-Mu adalah hidup
penulis. Untuk itu sebagai wujud rasa syukur kami kepada-Mu, penulis harus
mengelolanya dengan baik dan amanah. Semoga dengan terselesainya penulisan
makalah ini, penulis semakin sadar bahwa setiap tarikan nafas adalah anugerah, takdir
dan nikmat dari-Mu yang tak boleh penulis sia-siakan. Shalawat serta salam penulis
haturkan kepada Nabi Muhammad saw, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya
terima kasih atas doa, teladan, perjuangan dan kesabaran yang telah diajarkan kepada
umatnya.

Makalah ini berjudul “penyelesaian sengketa bisnis” merupakan tugas yang


harus dipenuhi untuk mata kuliah hukum bisnis. Atas selesainya makalah ini, tidak
terlepas dari upaya berbagai pihak yang telah memberikan kontribusinya dalam
rangka penyusunan dan penulisan makalah ini, untuk itu penulis ingin menyampaikan
rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, terutama kepada dosen
pengampu.

Akhirnya tiada gading yang tak retak dan tiada mawar yang tak berduri,
penulis menyatakan sebagai manusia tidak sempurna, maka dengan senang hati
penulis akan menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga karya
sederhana ini bermanfaat.

Jambi, 14 April 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 1

1.3 Tujuan ..................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 2

2.1 Pengertian Sengketa Bisnis ..................................................................... 2

2.2 Model-model Alternatif Penyelesaian Sengketa ..................................... 2

2.2.1 Arbitrase ....................................................................................... 2

2.2.2 Negosiasi ...................................................................................... 3

2.2.3 Mediasi ......................................................................................... 3

2.2.4 Konsiliasi ...................................................................................... 4

2.2.5 Pencari Fakta ................................................................................ 4

2.2.6 Minitrial ........................................................................................ 5

2.2.7 Ombudsman.................................................................................. 5

2.2.8 Penilaian Ahli ............................................................................... 5

2.2.9 Peradilan Adat .............................................................................. 5

2.2.10 Peradilan Kasus Kecil (Small Claim Court)............................... 6

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 7

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual


barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan
laba. Secara historis kata bisnis daribahasa Inggris business, dari kata dasar
busy yang berarti "sibuk" dalam konteks individu, komunitas, ataupun
masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang
mendatangkan keuntungan.
Sampai saat ini penyelesaian sengketa bisnis dapat dilakukan melalui
dua model, yakni penyelesaian secara litigasi dan non litigasi. Pilihan
penyelesaian sengketa non litigasi. Dalam menjalankan kegiatan bisnis,
kemungkinan timbulnya sengketa suatu hal yang sulit untuk dihindari. Oleh
karena itu, dalam peta bisnis modern dewasa ini, para pelaku bisnis sudah
mulai mengantisipasi atau paling tidak mencoba meminimalisasi terjadinya
sengketa. Langkah yangditempuh dengan non ligitasi dan ligitasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian sengketa bisnis?

2. Bagaimana strategi penyelesaian sengketa bisnis?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian sengketa bisnis.

2. Untuk mengetahui strategi penyelesaian sengketa bisnis.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN SENGKETA BISNIS

Dalam kamus bahasa Indonesia sengketa adalah pertentangan atau


konflik. Konflik berarti adanya oposisi, atau pertentangan antara kelompok atau
organisasiterhadap satu objek permasalahan.
Menurut Winardi, Pertentangan atau konflik yang terjadi antara
individu – individu atau kelompok – kelompok yang mempunyai hubungan atau
kepentingan yang sama atas suatu objek kepemilikan, yang menimbulkan akibat
hukum antara satu dengan yang lain.
Menurut Ali Achmad, sengketa adalah pertentangan antara dua pihak
atau lebih yang berawal dari persepsi yang berbeda tentang suatu kepemilikan
atau hakmilik yang dapat menimbulkan akibat hukum antara keduanya.

2.2 MODEL-MODEL ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan kompleks melahirkan berbagai


macam bentuk kerjasama bisnis, yang meningkat dari hari ke hari. Semakin
meningkatnya kerjasama bisnis, menyebabkan semakin tinggi pula tingkat
sengketa diantara para pihak yang terlibat didalamnya.

Sebab-sebab terjadinya sengketa diantaranya :


1. Wanprestasi.
2. Perbuatan melawan hukum
3. Kerugian salah satu pihak.

2
Berikut ini beberapa model penyelesaian sengketa selain pengadilan, yaitu
sebagai berikut :

2.2.1 Arbitrase

Seperti telah disebutkan bahwa yang dimaksud dengan arbitrase adalah


cara penyelesaian sengketa perdata swasta di luar pengadilan umum yang
didasarkan pada kontrak arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang
bersengketa, dimana pihak penyelesai sengketa tersebut dipilih oleh para
pihakyang bersangkutan, yang terdiri dari orang-orang yang tidak berkepentingan
dengan perkara yang bersangkutan, orang-orang mana akan memeriksa dan
memberi putusan terhadap sengketa tersebut.

2.2.2 Negoisiasi

Pengertian Negosiasi :

1. Negosiasi adalah suatu bentuk pertemuan antara dua pihak: pihak kita dan pihal
lawan dimana kedua belah pihak bersama-sama mencari hasil yang baik, demi
kepentingan kedua pihak.

2. Proses untuk mencapai kesepakatan yang menyangkut kepentingan timbalbalik


dari pihak-pihak tertentu dengan sikap, sudut pandang, dan kepentingan-
kepentingan yang berbeda satu dengan yang lain.

Pola Perilaku dalam Negosiasi :

1. Moving against (pushing): menjelaskan, menghakimi, menantang, tak


menyetujui, menunjukkan kelemahan pihak lain.
2. Moving with (pulling): memperhatikan, mengajukan gagasan, menyetujui,
membangkitkan motivasi, mengembangkan interaksi.
3. Moving away (with drawing): menghindari konfrontasi, menarik kembali isi
pembicaraan, berdiam diri, tak menanggapi pertanyaan.
4. Not moving (letting be): mengamati, memperhatikan, memusatkan perhatian
pada “here and now”, mengikuti arus, fleksibel, beradaptasidengan situasi.

3
2.2.3 Mediasi

Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa melalui proses


perundingan atau mufakat para pihak dengan dibantu oleh mediator yang tidak
memiliki kewenangan memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. Ciri
utama proses mediasi adalah perundingan yang esensinya sama dengan proses
musyawarah atau konsensus. Sesuai dengan hakikat perundingan atau
musyawarah atau konsensus, maka tidak boleh ada paksaan untuk menerima atau
menolak sesuatu gagasan atau penyelesaian selama proses mediasi berlangsung.
Segala sesuatunya harus memperoleh persetujuan dari para pihak.

Prosedur Untuk Mediasi :

1. Setelah perkara dinomori, dan telah ditunjuk majelis hakim oleh ketua,
kemudian majelis hakim membuat penetapan untuk mediator supaya
dilaksanakan mediasi.

2. Setelah pihak-pihak hadir, majelis menyerahkan penetapan mediasi kepada


mediator berikut pihak-pihak yang berperkara tersebut.

3. Selanjutnya mediator menyarankan kepada pihak-pihak yang berperkara


supaya perkara ini diakhiri dengan jalan damai dengan berusaha mengurangi
kerugian masing-masing pihak yang berperkara.

4. Mediator bertugas selama 21 hari kalender, berhasil perdamaian atau tidak


pada hari ke 22 harus menyerahkan kembali kepada majelis yang memberikan
penetapan. Jika terdapat perdamaian, penetapan perdamaian tetap dibuat oleh
majelis.

5. Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam proses
perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa
menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian.

4
2.2.4 Konsiliasi

Konsiliasi mirip dengan mediasi, yakni juga merupakan suatu proses


penyelesaian sengketa berupa negosiasi untuk memecahkan masalah melalui
pihak luar yang netral dan tidak memihak yang akan bekerja dengan pihak
bersengketa untuk membantu menemukan solusi dalam menyelesaikan sengketa
tersebut secara memuaskan kedua belah pihak. Pihak ketiga yang netral tersebut
dengan konsiliator. Karena antara mediasi dengan konsiliasi banyak
persamaannya, maka dalam praktek kedua istilah tersebut sering
dicampuradukkan.

2.2.5 Pencari Fakta

Penyelidikan dilakukan oleh pihak ketiga yang tidak memihak


keduanya dimaksud untuk mencari fakta.Hal ini bisa kita sebut misalnya melalui
kepolisian, dimana akan dikupas tuntas, diselidiki hingga ketemu akar
masalahnya. Dan fakta yang benar itulah yang benar dan harus diterima oleh
kedua belah pihak.

2.2.6 Minitrial

Minitrial adalah alternatif penyelesaian sengketa (ADR) prosedur yang


digunakan oleh bisnis dan pemerintah federal untuk menyelesaikan masalah
hukum tanpa menimbulkan beban dan menunda terkait dengan litigasi
pengadilan. Mini-sidang tidak menghasilkan ajudikasi formal, tetapi merupakan
kendaraan bagi para pihak untuk mencapai solusi melalui proses penyelesaian
terstruktur. Hal ini digunakan paling efektif ketika isu-isu kompleks dipertaruhkan
dan pihak perlu atau ingin mempertahankan hubungan damai.

5
2.2.7 Ombudsman

Ombudsman (jamak bahasa Inggris konvensional: ombudsman) adalah


orang yang bertindak sebagai perantara terpercaya antara baik negara (atau unsur-
unsur itu) atau organisasi, dan beberapa konstituen internal atau eksternal,
sementara mewakili tidak hanya tapi kebanyakan lingkup yang luas dari
konstituen kepentingan. Sebuah Swedia, Denmark dan Norwegia adat istilah,
Ombudsman secara etimologis berakar pada umboðsmaðr kata Norse Lama, pada
dasarnya berarti "perwakilan".Dalam paling sering penggunaan modern,
ombudsman adalah seorang pejabat, biasanya ditunjuk oleh pemerintah atau oleh
parlemen, tetapi dengan tingkat signifikan kemerdekaan, yang dituduh mewakili
kepentingan publik dengan menyelidiki dan menangani pengaduan yang
dilaporkan oleh individu. Variasi modern dari istilah ini termasuk "ombud",
"Ombudsman", "ombudsman", atau "ombudswoman".

2.2.8 Penilaian Ahli

Tanggapa ahli adalah segala sesuatu yang merupakan,dasar pemikiran


dan indikator dan penyelesain sengketa bisnis,karena dalam penyelesaian
sengketa harus melihat aspek – aspek hukum , sosial dan budaya.Bagaimana Ahli
Hukum dapat memberikan kontribusi yang positif dalam penyelesaian sengketa
bisnis.

2.2.9 Peradilan Adat

Peradilan adat merupakan salah satu alat penyelesian sengketa bisnis


menurut adat yang berlaku di daerah tersebut.

2.2.10 Pengadilan kasus kecil (small Claim Court)

Keberadaan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) diatur


dalam UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen bab XI pasal 49
sampai dengan pasal 58. Pada pasal 49 ayat (1) disebutkan bahwa Pemerintah
membentuk badan penyelesaian sengketa konsumen di Daerah Tingkat II untuk
6
penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan. Badan ini merupakan
peradilan kecil (small claim court) yang melakukan persidangan dengan
menghasilkan keputusan secara cepat, sederhana dan dengan biaya murah sesuai
dengan asas peradilan. Disebut cepat karena harus memberikan keputusan dalam
waktu maksimal 21 hari kerja ( lihat pasal 55 UU. No. 8 tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen ), dan tanpa ada penawaran banding yang dapat
memperlama proses pelaksanaan keputusan ( lihat pasal 56 dan 58 UU. No. 8
tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ), sederhana karena proses
penyelesaiannya dapat dilakukan sendiri oleh para pihak yang bersengketa, dan
murah karena biaya yang dikeluarkan untuk menjalani proses persidangan
sangat ringan. Keanggotaan BPSK terdiri atas unsur pemerintah, unsur
konsumen, dan unsur pelaku usaha, yang masing-masing unsur diwakili oleh 3-5
orang, yang diangkat dan diberhentikan oleh Menteri (Pasal 49 ayat (3) dan ayat
(5)).

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Mengamati kegiatan bisnis yang jumlah transaksinya ratusan setiap hari, tidak
mungkin dihindari terjadinya sengketa (dispute/ difference) antar pihak yang terlibat.
Setiap jenis sengketa yang terjadi selalu menuntut pemecahan dan penyelesaian yang
cepat. Makin banyak dan luas kegiatan perdagangan, frekuensi terjadi sengketa makin
tinggi, hal ini berarti sangat mungkin makin banyaksengketa yang harus diselesaikan.

Membiarkan sengketa dagang terlambat diselesaikan akan mengakibatkan


perkembangan pembangunan tidak efesien, produktifitas menurun, dunia bisnis
mengalami kemunduran dan biaya produksi meningkat. Konsumen adalah pihak yang
paling dirugikan di samping itu, peningkatan kesejahteraan dan kemajuan sosial kaum
pekerja juga terhambat. Kalaupun akhirnya hubungan bisnis ternyata menimbulkan
sengketa diantara para pihak yang terlibat, peranan penasihat hukum, konsultan dalam
menyelesaikan sengketa itu dihadapkan pada alternatif penyelesaian yang dirasakan
paling menguntungkan kepentingan kliennya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Fuadi, Munir. Pengantar Hukum Bisnis-Menata Bisnis Modern di Era


Globalisasi. Bandung. PT Citra Aditya Bakti, 2008.

http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Arbitrase_Nasional_Indonesia

http://repository.ubharajaya.ac.id/451/2/201220252022_Raden%20Bonny_BAB%20I.p
df

https://pratamaindomitra.co.id/event/mediasi-dan-penyelesaian-sengketa-bisnis

https://www.pphbi.com/penyelesaian-sengketa-bisnis/

Anda mungkin juga menyukai