DOSEN PENGAMPU
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugerah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “Etika Dalam Bisnis Internasional” ini. Sholawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang
sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas mata
kuliah Etika Bisnis. Disamping itu, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga dapat
terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat
kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat
kekurangannya.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Secara umum bisnis dapat didefinisikan sebagai satu prinsip standar atau moril
diterapkan pada satu organisasi bisnis. Untuk berkelakuan pada satu secara etis dan secara
sosial cara bertanggung-jawab harus menjadi tanda dari tiap-tiap perilakunya businessperson,
domestik atau internasional. Masalah utama bangun dari pertanyaan moral dari apa benar dan
atau menyesuaikan bersikap itu beberapa dilema untuk pemasar domestik. Masalah dari etika
bisnis adalah infinitely lebih rumit pada bisnis internasional karena pertimbangan
menghargai perbedaan secara luas antara cultural group berbeda. Apa itu bisa diterima di
negara sesuatu dengan sepenuhnya yang tidak dapat diterima pada negara lain
Kegiatan bisnis yang meningkat di dunia modern ini, telah menimbulkan tantangan baru,
yaitu adanya tuntutan praktik bisnis yang baik, etis, dan menjadi dasar kehidupan bisnis yang
dapat diterima oleh banyak negara di dunia. Dalam kegiatan bisnis internasional, perusahaan
akan mampu bertahan apabila mampu bersaing. Untuk dapat bersaing tentunya harus memiliki
daya saing, yang di antaranya dihasilkan dari produktivitas dan efisiensi. Untuk itu diperlukan
etika dalam berusaha atau berbisnis, karena praktik usaha yang tidak etis dapat menimbulkan
kegagalan pasar, mengurangi produktivitas dan meningkatkan ketidakefisienan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Berulang kali dapat kita dengar bahwa kini kita hidup dalam era globalisasi ekonomi:
kegiatan ekonomi mencakup seluruh dunia, sehingga hampir semua negara tercantum dalam
“pasar” sebagaimana dimengerti sekarang dan merasakan akibat pasang surutnya pasar
ekonomis. Gejala globalisasi ekonomi ini bisa berakibat positif maupun negatif. Disatu pihak
globalisasi dapat meningkatkan rasa persaudaraan dan kesetiakawanan antara bangsa-bangsa dan
dengan demikian melanjutkan tradisi perdagangan internasional sejak dulu. Di lain pihak, gejala
yang sama bisa berakhir dalam suasan konfrontasi dan permusuhan, kerna mengakibatkan
pertentangan ekonomi dan perang dagang, melihat kepentingan-kepentingan raksasa yang di
pertaruhkan di situ.
Internasionalisasi bisnis yang semakin mencolok sekarang ini menampilkan juga aspek etis
yang baru. Tidak mengherankan jika terutama tahun-tahun terakhir ini diber perhatian khusus
kepada aspek-aspek etis dalam bisnis internasional. Dalam bab ini akan dibaha beberapa masalah
moral yang khusus berkaitan dengan bisnis pada taraf internasional.
Richard De George menjelaskan bahwa terdapat tiga hal yang harus kita lakukan jika di bidang
bisnis norma-norma moral di negara lain berbeda dengan norma-norma yang kita anut, yaitu:
1. Menyesuaikan diri
Seperti peribahasa Indonesia: “Dimana bumi berpijak, disana langit dijunjung”. Maksudnya
adalah kalau sedang mengadakan kegiatan ditempat lain bisnis harus menyesuaikan diri dengan
norma-norma yang berlaku di tempat itu. Diterapkan di bidang moral, pandangan ini
mengandung relativisme ekstrem.
2. Rigorisme moral
Yang di maksud dengan rigorisme moral adalah mempertahankan kemurnian etika yang sama
seperti di negeri sendiri. De George mengatakan bahwa perusahaan di luar negeri hanya boleh
melakukan apa yang boleh dilakukan di negaranya sendiri dan justru tidak boleh menyesuaikan
diri dengan norma etis yang berbeda di tempat lain. Kebenaran yang dapat ditemukan dalam
pandangan rigorisme moral ini adalah bahwa kita harus konsisten dalam perilaku moral kita.
Norma-norma etis memang bersifat umum. Yang buruk di satu tempat tidak mungkin menjadi
baik dan terpuji di tempat lain.
2
3. Imoralisme naif
Menurut pandangan ini, dalam bisnis internasional tidak perlu kita berpegang pada norma-norma
etika. Memang kita harus memenuhi ketentuan-ketentuan hukum tetapi selain itu, kita tidak
terikat oleh norma-norma moral. Malah jika perusahaan terlalu memperhatikan etika, ia berada
dalam posisi yang merugikan, karena daya saingnya akan terganggu. Perusahaan-perusahaan lain
yang tidak begitu scrupulous dengan etika akan menduduki posisi yang lebih menguntungkan.
Sebagai argumen untuk mendukung sikap itu sering dikemukakan: “semua perusahaan
melakukan hal itu”.
Yang dimaksudkan dengan dumping adalah menjual sebuah produk dalam kuantitas besar di
suatu negara lain dengan harga dibawah harga pasar dan kadang-kadang malah di bawah biaya
produksi. Yang akan merasa keberatan terhadap praktek dumping ini bukannya para konsumen,
melainkan para produsen dari produk yang sama di negara di mana dumping dilakukan.
Dumping produk bisa diadakan dengan banyak motif yang berbeda. Salah satu motif adalah
bahwa si penjual mempunyai persediaan terlalu besar, sehingga ia memutuskan untuk menjual
produk bersangkutan di bawah harga saja. Motif lebih jelek adalah berusaha untuk merebut
monopoli dengan membanting harga.
Praktek dumping produk itu tidak etis karena melanggar etika pasar bebas. Sebagaimana
doping dalam perlombaan olah raga harus dianggap kurang etis karena merusak kompetisi yang
fair, demikian juga praktek seperti dumping menghancurkan kemungkinan bagi orang bisnis
untuk bersaing pada taraf yang sama. Kalau dilakukan dengan maksud merebut monopoli,
dumping menjadi kurang etis juga karena merugikan konsumen. Akan tetapi, tidak etis pula bila
suatu negara menuduh negara lain mempraktekkan dumping, padahal maksudnya hanya
melindungi pasar dalam negerinya. Jika negara lain bisa memproduksi sesuatu dengan harga
lebih murah, karena cara produksinya lebih efisien atau karena bisa menekan biaya produksi,
kenyataan ini harus diterima oleh negara lain. Misalnya jika negara berkembang sanggup
memproduksi pakain jadi dengan lebih murah karena biaya produksinya kurang dikarenakan
upah karyawan yang relatif kecil, hal itu tidak boleh dinilai sebagai dumping. Tidak etis bila
menuduh dumping semata-mata menjadi kedok untuk menyingkirkan saingan dari pasar.
3
2.4 ASPEK-ASPEK ETIS DARI KORPORASI MULTINASIONAL
2. Korporasi Multinasional harus menghasilkan lebih banyak manfaat daripada kerugian bagi
negara di mana mereka beroperasi.
4. Korporasi Multinasional harus menghormati Hak Asasi Manusia dari semua karyawannya.
8. Jika suatu Korporasi Multinasional membangun pabrik yang berisiko tinggi, ia wajib menjaga
supaya pabrik itu aman dan dioperasikan dengan aman.
4
9. Dalam mengalihkan teknologi berisiko tinggi kepada negara berkembang, Korporasi
Multinasional wajib merancang kembali sebuah teknologi demikian rupa, sehingga dapat dipakai
dengan aman dalam negara baru yang belum berpengalaman.
Korupsi dalam bisnis tentu tidak hanya terjadi pada taraf internasional, namun perhatian yang
diberikan kepada masalah korupsi dalam literatur etika bisnis terutama diarahkan kepada konteks
internasional. Masalah korupsi dapat menimbulkan kesulitan moral besar bagi bisnis
internasional, karena di negara satu bisa saja dipraktekkan apa yang tidak mungkin diterima di
negara lain. Berdasarkan pemikiran De George, terdapat empat alasan mengapa praktek suap
harus dianggap tidak bermoral.
Alasan pertama dan paling penting adalah bahwa praktek suap itu melanggar etika pasar.
Kalau kita terjun dalam dunia bisnis yang didasarkan pada prinsip ekonomi pasar, dengan
sendirinya kita mengikat diri untuk berpegang pada aturan-aturan mainnya. Pasar ekonomi
merupakan kancah kompetisi yang terbuka. Hal itu mengakibatkan antara lain bahwa harga
produk merupakan buah hasil dari pertarungan daya-daya pasar. Dengan praktek suap, daya-daya
pasar dilumpuhkan dan para pesaing mempunyai produk sama baik dengan harga lebih
menguntungkan, tidak sedikit pun dapat mempengaruhi proses penjualan. Karena itu baik yang
memberi suap maupun yang menerimanya berlaku kurang fair terhadap orang bisnis lain. Pasar
yang didistorsi oleh praktek suap adalah pasar yang tidak efisien. Karena praktek suap itu, pasar
tidak berfungsi seperti semestinya.
Alasan kedua adalah bahwa orang yang tidak berhak, mendapatkan imbalan juga. Dalam
sistem ekonomi kita, mereka yang bekerja atau berjasa mendapat imbalan.
Alasan ketiga berlaku untuk banyak kasus suap di mana uang suap diberikan dalam keadaan
kelangkaan. Misalnya, dalam keadaan kekurangan kertas seorang penerbit mendapatkan
persediaan kertas baru dengan memberi uang suap. Pembagian barang langka dengan menempuh
praktek suap mengakibatkan bahwa barang itu diterima oleh orang yang tidak berhak
menerimanya, sedangkan orang lain yang berhak menjadi tidak kebagian. Hal ini jelas
bertentangan dengan asas keadilan.
Alasan terakhir adalah bahwa praktek suap mengundang untuk melakukan perbuatan tidak etis
dan ilegal lainnya. Baik perusahaan yang memberi uang suap maupun orang atau instansi yang
menerimanya tidak bisa membukukan uang suap itu seperti mestinya. Secara tidak langsung,
orang yang terlibat dalam kasus suap akan terlibat dalam perbuatan kurang etis lainnya karena
terpaksa terus-menerus harus menyembunyikan keterlibatannya.
5
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Etika yaitu suatu kebiasaan dan tata cara hidup yang baik yang dianut suatu masyarakat
dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Secara umum etika bisnis dapat
didefinisikan sebagai suatu standar atau prinsip moral yang diterapkan di dalam lembaga atau
organisasi bisnis dan perilaku yang dapat diterima (benar) atau tidak dapat diterima (salah) dari
orang-orang yang bergerak di dunia bisnis. Sedangkan, etika bisnis internasional terkait dengan
standar moral yang diterapkan di dalam kegiatan bisnis internasional.
6
DAFTAR PUSTAKA
https://www.coursehero.com/file/45705732/Makalah-Etika-Dalam-Bisnis-Internasional-1docx/
https://mahendrafakhri.staff.telkomuniversity.ac.id/files/2017/09/5.-Etika-dalam-Bisnis-
Internasional-5th-Week-Tel-U.pdf