Anda di halaman 1dari 5

Etika dalam Bisnis Internasional dan Peranan Etika dalam Bisnis

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Profesi (Paper)

Dosen : Dessanti Putri Sekti Ari, SE, MSA, AK

Disusun oleh :

Intan Rahmawati

Iwan Setiawan

Wahyu Satrio Wibowo

Yusuf Efendi

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

JURUSAN ADMINISTRASI PERPAJAKAN

MALANG

2017
Etika dalam Bisnis Internasional

Norma-Norma Moral yang Umum pada Taraf Internasional?

Salah satu masalah besar yang sudah lama disoroti serta didiskusikan dalam etika filosofis
adalah relatif tidaknya norma-norma moral. Richard De George membicarakan tiga jawaban
atas masalah itu. Berikut ketiga jawaban :

1. Menyesuaikan Diri

Bisnis harus menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku di tempat itu. Kebenaran
yang terkandung dalam pandangan ini maksudnya norma-norma moral yang penting berlaku
di seluruh dunia.

2. Rigorisme Moral

Rigorisme moral adalah mau mempertahankan kemurnian etika yang sama seperti di
negerinya sendiri. Mereka berpendapat bahwa apa yang dianggap baik di negerinya sendiri,
tidak mungkin menjadi kurang baik di tempat lain.

3. Imoralisme Naif

Menurut pandangan ini dalam bisnis internasional harus memenuhi ketentuan ketentuan
hukum (sejauh ketentuan itu ditegakan di negara bersangkutan) tetapi tidak terikat oleh
norma-norma moral.

Penilaian: Dalam norma-norma moral yang umum pada taraf internasional,


memang perlu dan harus produsen untuk menyesuaikan diri dengan di mana
produk mereka dipasarkan yang bertujuan agar produk mudah diterima masyarakat
sekitar.

Masalah Dumping dalam Bisnis Internasional

Dumping adalah menjual sebuah produk dalam kuantitas besar di suatu negara lain
dengan harga di bawah harga pasar dan kadang-kadang malah di bawah biaya produksi. Para
konsumen justru merasa beruntung sekurang-kurangnya dalam jangka pendek karena dapat
membeli produk dengan harga murah, sedangkan para produsen menderita kerugian karena
tidak sanggup menawarkan produk dengan harga semurah itu.

Dumping produk bisa terjadi karena si penjual mempunyai persediaan terlalu besar, sehingga
ia memutuskan untuk menjual produk bersangkutan di bawah harga saja. menurutnya
tergolong dumping juga. Jika faktor penyusutan aktiva sepenuhnya dibebankan kepada harga
produk yang dijual di dalam negeri sedangkan faktor itu tidak dikalkulasikan dalam harga
ekspor, keadaan itu harus dinilai sebagai dumping.

Aspek-Aspek Etis dari Korporasi Multinasional

pernyataan bahwa korporasi multinasional adalah perusahaan yang mempunyai investasi


langsung dalam dua Negara atau lebih. Karena memiliki kekuatan ekonomis yang sering kali
sangat besar dan karena beroperasi di berbagai tempat yang berbeda dan sebab itu
mempunyai mobilitas tinggi, korporasi multinasional menimbulkan masalah-masalah etis
sendiri. Menurut kami, Negara-negara berkembang telah mengambil berbagai tindakan untuk
melindungi diri dari cengkeraman korporasi multinasional, seperti : Tidak mengizinkan
masuk korporasi multinasional yang bisa merusak atau melemahkan suatu industry dalam
negerI, Mengizinkan korporasi multinasinal membuka usaha di wilayahnya, jika dan hanya
jika mayoritas saham (sekurang-kurangnya 51%) dimiliki oleh warga Negara setempat.

Selain itu, terdapat usaha internasional yang dibentuk untuk membuat kode etik bagi kegiatan
korporasi-korporasi multinasional di dunia ketiga seperti Guidelines for Multinational
Enterprises dari OECD.

Koorporasi multinasional tidak boleh dengan sengaja mengakibatkan kerugian


langsung.
Koorporasi multinasional harus menghasilkan lebih banyak manfaat daripada
kerugian bagi negara dimana mereka beroperasi.
Dengan kegiatannya korporasi multinasional itu harus memberi kontribusi kepada
pembangunan negara dimana dia beroperasi.
Koorporasi multinasional harus menghormati HAM dari semua karyawannya.

Masalah Korupsi pada Taraf Internasional Korupsi dalam bisnis tentu tidak hanya terjadi
pada taraf internasional, namun perhatian yang diberikan kepada masalah korupsi dalam
literatur etika bisnis terutama diarahkan kepada konteks internasional.

1. Skandal Suap Lockheed dan usaha mencegah terjadinya kasus serupa

Sekitar tahun 1970-an, produsen pesawat terbang Amerika Seikat Lockheed, terlibat dalam
sejumlah kasus suap ketika mengusahakan pemasaran beberapa pesawatnya. Setelah
ketahuan, semua kasus ini menimbulkan reaksi cukup hebat, baik di Negara tempat kejadian
maupun di Amerika Serikat tempat produksi perusahaan Lockheed. Di Amerika Serikat,
kasus suap Lockheed ini menjadi salah satu skandal bisnis paling menggemparkan yang
dikenal dalam sejarah Amerika Serikat dan diperiksa oleh instansi kehakiman Amerika
sampai detail-detail terkecilnya. Menurut sebuah laporan, antara tahun 1974 sampai 1976,
sekurang-kurangnya 435 perusahaan di Amerika diketahui terlibat dalam pembayaran tidak
regular kepada pejabat-pejabat atau partai politik di luar negeri. Dalam artian tertentu,
Lockheed adalah kambing hitam dalam menentang suatu praktek yang tidak terbatas pada
satu dua perusahaan saja. Usaha-usaha dalam rangka PBB membuat peraturan anti-korupsi
yang akan diterima oleh semua korporasi multinasional sampai saat ini selalu gagal. Dari
kasus suap Lockheed ini, kami menarik kesimpulan bahwa pencegahan yang dapat dilakukan
untuk memberantas korupsi pada taraf internasional adalah dengan memberlakukan
undangundang yang jelas secara resmi terkait masalah korupsi dan melakukan sosialisasi
secara internasional agar disetujui oleh pebisnis-pebisnis internasional.

Mengapa Pemakaian Uang Suap Bertentangan dengan Etika ?

pertama adalah praktek suap itu melanggar etika. Harga yang sudah terbentuk karena
pertarungan daya-daya pasar dilumpuhkan oleh praktek suap sehingga para pesaing yang
memiliki produk sama baiknya tidak akan mempengaruhi proses penjualan.

Yang kedua adalah tidak etis karena orang yang tidak berhak, menerima imbalan juga. Setuju
sekali karena maksudnya disini dalam proses jual beli, salah satu atau kedua pihak
seharusnya tidak mendapat imbalan apapun.

Ketiga adalah suap diberikan dalam keadaan langka. Dalam hal ini misalnya kasus bahan
baku kertas yang langka, ini membuat produsen kertas kebingungan. Kemudian salah

satu produsen itu menyuap supplier bahan baku kertas untuk memberikan semua bahan
bakunya kepada produsen itu saja sehingga produsen kertas lainnya akan kehabisan bahan
untuk memproduksi kertas. Ini adalah persaingan pasar yang tidak fair dimana jika salah satu
produsen saja yang dapat memproduksi, secara tidak langsung ini akan menjadikan keadaan
memonopoli pasar dalam sementara waktu saat keadaan langka itu.

Alasan keempat adalah perbuatan suap akan mengundang untuk melakukan perbuatan etis
lainnya. Karena dengan adanya suap, perusahaan akan bingung untuk memasukkan uang itu
pada akun promosi atau apa, sehingga ia akan menyembunyikannya pada laporan keuangan
sehingga berakhir pada tidak dimasukkan pada laporan keuangan yang berarti si penerima
tidak akan membayar pajak pendapatan itu.
Peranan Etika dalam Bisnis

Mitos Mengenai Bisnis Amoral

Amoral sama artinya dengan non moral adalah sesuatu yang tidak berhubungan dengan
konteks moral, diluar suasana etis. Dalam pandangan ini biasanya pedagang akan merasa
bisnisnya hanya untuk keuntungan saja tidak melihat dampaknya pada pengguna. Ini sangat
tidak benar meskipun pedagang hanya menjual barang dagangan bukan memproduksinya, ia
seharusnya menjual produk yang tidak merugikan konsumen contohnya minuman keras.
Bukan berarti itu urusan pelanggan jika itu tidak baik untuk dirinya, penjual pun akan juga
ikut disalahkan.

Mengapa Bisnis Harus Berlaku Etis ?

Karena berperilaku etis itu harus dilakukan setiap hari termasuk dalam bisnis yang seringnya
terjadi perilaku tidak etis.

Alasan pertama pada Tuhan adalah hakim kita. Kalimat ini sangat benar karena di dunia ini
hanya sementara yang akhirnya akan kembali pada dunia baka. Pandangan ini didasarkan atas
iman kepercayaan dan karena itu termasuk perspektif teologis bukan filosofis. Berdagang
adalah pekerjaan yang sangat bagus, tetapi kita harus berpegang pada motivasi moral. Tuhan
akan menghukum kejahatan yang pernah dilakukan sekecil apapun.

Kedua adalah kontrak sosial. Untuk mencapai kehidupan yang tenang maka semua orang
harus berpegang teguh pada norma dan nilai sosial termasuk dalam bisnis. Seperti yang
ditegaskan oleh George morality is the oil as well as the glue if society and therefore of
business. Moral adalah minyak pelumas karena melancarkan kegiatan bisnis dan kegiatan
lainnya dalam masyarakat. Moral adalah lem karena mengikat dan menyatukan orang dalam
dunia bisnis. Karena kepercayaan dari orang lain terhadap diri kita itu mahal.

Alasan ketiga adalah karena keutamaan. Menurut Plato dan Aristoteles, keutamaannya
adalah manusia harus berperilaku baik untuk semua hal. Dengan berperilaku baik maka itu
dikatakan etis. Sangat benar karena pedagang bukan hanya untuk mengambil keuntungan
semata tetapi harus berlaku etis untuk mendapatkan keuntungan.

Kode Etik Perusahaan :

Manfaat kode etik adalah meningkatkan kredibilitas perusahaan, membantu dalam


menghilangkan grey area di bidang etika, menjelaskan perusahaan menilai tanggung jawab
sosialnya, menyediakan kemungkinan untuk mengatur diri sendiri.

Kode etik sudah dibuat di perusahaan-perusahaan internasional dalam 1970an. Dengan


adanya ini di Amerika dapat mengurangi perilaku tidak etis. Tetapi di Indonesia kode etik ini
sepertinya belum ada di perusahaan-perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai