1. Nur Fauziah
2. Hasna Adhara
3. Supriatin
4. Faruk Amirullah
Etika dalam Bisnis Internasional
Sudah sejak dahulu kala bisnis pada waktu itu masih terbatas pada
“perdagangan” yang menjadi sarana penting untuk mendekatkan negara-
negara dan bahkan kebudayaan-kebudayaan yang berlain-lainan.
Hubungan perdagangan dengan pengertian “asing” rupanya masih
membekas dalam bahasa Indonesia, karena salah satu arti “dagang”
adalah “orang dari negeri asing”. Dengan sarana transportasi dan
komunikasi yang kita miliki sekarang, bisnis internasional bertambah
penting lagi.
Norma-Norma Moral yang Umum Pada Taraf Internasional
Prinsip-prinsip Sullivan :
1. Leon Sullivan sebagai General Motors tidak akan menerapkan undang-
undang Apartheid.
2. Menghapus undang-undang Apartheid.
Masalah “dumping” dalam bisnis
internasional
Salah satu topik yang jelas termasuk etika bisnis internasional adalah dumping
produk, karena praktek kurang etis ini secara khusus berlangsung dalam hubungan
dengan negara lain. Yang dimaksudkan dengan dumping adalah menjual sebuah
produk dalam kuantitas besar di suatu negara lain dengan harga di bawah harga
pasar dan kadang-kadang malah di bawah biaya produksi.
Dapat dimengerti bahwa yang merasa keberatan terhadap praktek dumping ini
bukannya para konsumen, melainkan para produsen dari produk yang sama di
negara di mana dumping dilakukan. Para konsumen justru merasa beruntung –
sekurang-kurangnya dalam jangka pendek – karena dapat membeli produk dengan
harga murah, sedangkan para produsen menderita kerugian, karena tidak sanggup
menawarkan produk dengan harga semurah itu.
Aspek-aspek etis dari korporasi multinasional
Fenomena yang agak baru di atas panggung bisnis dunia adalah korporasi
multinasional, yang juga disebut korporasi transnasional. Yang dimaksudkan dengannya
adalah perusahaan yang mempunyai investasi langsung dalam dua negara atau lebih.
1. Korporasi multinasional tidak boleh dengan sengaja mengakibatkan kerugian
langsung.
2. Korporasi multinasional harus menghasilkan lebih banyak manfaat daripada kerugian
bagi negara dimana mereka beroperasi.
3. Dengan kegiatannya korporasi multinasional itu harus memberi kontribusi kepada
pembangunan negara dimana dia beroperasi.
4. Korporasi multinasional harus menghormati HAM dari semua karyawannya.
5. Sejauh kebudayaan setempat tidak melanggar norma-norma etis, korporasi
multinasional harus menghormati kebudayaan lokal itu dan bekerja sama dengannya,
bukan menantangnya.
6. Koorporasi multinasional harus membayar pajak yang “fair”
7. Koorporsi multinasional harus bekerja sama dengan pemerintah setempat
dalam mengembangkn dan menegakkan “backgroud institutions” yang
tepat
8. Negara yang memiliki mayoritas sham sebuah perusahaan harus memikul
tanggung jawab moral atas kegiatan dan kegagalan perusahaan tersebut.
9. Jika suatu korporasi multinasional membangun pabrik yang berisiko tinggi,
ia wajib menjaga supaya pabrik itu aman dan dioperasikan dengan aman.
10. Dalam mengalihkan teknologi berisiko tinggi kepada negara berkembang,
korporasi multinasional wajib merancang kembali sebuah teknologi
demikian rupa, sehingga dapat dipakai dengan aman dalam negara yang
belum berpengalaman.
Masalah Korupsi dalam taraf Internasional