Anda di halaman 1dari 14

Leonardo Anggara (312019056)

Jansen Valentino (312019079)


Aspek-aspek etis dari korporasi
Multinasional
 Dengan sarana transportasi dan komunikasi yang kita miliki
sekarang, bisnis internasional menjadi sangat berkembang.
sekarang kita hidup di dalam era globalisasi ekonomi dimana
hampir semua kegiatan ekonomi negara tercantum dalam “pasar”.
Gejala globalisasi ekonomi ini berakibat positif maupun negatif.
Internasionalisasi bisnis yang semakin meluas sekarang ini
menampilkan juga aspek etis yang baru. Sehingga tidak heran
jika tahun-tahun terakhir ini aspek-aspek etis dalam bisnis
internasional banyak diberi perhatian khusus.
 Menurut Richard De George terdapat tiga hal yang harus kita
lakukan jika di bidang bisnis norma-norma moral di negara lain
berbeda dengan norma-norma yang kita anut, yaitu:
 - Menyesuaikan Diri
Seperti peribahasa Indonesia: “Dimana bumi berpijak, disana
langit dijunjung”. Maksudnya adalah kalau kita melakukan bisnis
ditempat lain maka bisnis tersebut harus bisa menyesuaikan diri
dengan norma-norma yang berlaku di tempat itu. Norma-norma
moral yang penting berlaku di seluruh dunia, sedangkan norma-
norma non moral untuk perilaku manusia bisa berbeda di
berbagai tempat, norma-norma sopan santun dan bahkan norma-
norma hukum di semua tempat tidak sama. Contohnya di satu
tempat dituntut karena kesopanan, bisa saja di tempat lain
dianggap sangat tidak sopan.
 - Rigorisme moral
 Yang di maksud dengan rigorisme moral adalah
mempertahankan kemurnian etika yang sama seperti di
negeri sendiri, hal ini merupakan kebalikan dari pandangan
pertama. Richard De George mengatakan bahwa
perusahaan di luar negeri hanya boleh melakukan apa yang
boleh dilakukan di negaranya sendiri dan justru tidak boleh
menyesuaikan diri dengan norma etis yang berbeda di
tempat lain. Kebenaran yang dapat ditemukan dalam
pandangan rigorisme moral ini adalah bahwa kita harus
konsisten dalam perilaku moral kita. Norma-norma etis
memang bersifat umum. Yang buruk di satu tempat tidak
mungkin menjadi baik dan terpuji di tempat lain.
 - Imoralisme naif
 Menurut pandangan ini dalam bisnis internasional kita tidak
perlu berpegang pada norma-norma etika. Kita harus
memenuhi ketentuan-ketentuan hukum (dan itupun hanya
sejauh ketentuan yang ditegakkan di negara bersangkutan),
tetapi selain itu, kita tidak terikat norma-norma moral.
Malahan jika sebuah perusahaan terlalu memperhatikan
etika, maka peresuhaan tersebut akan berada dalam posisi
yang merugikan, karena daya saingnya akan terganggu
 korporasi multinasional (KMN) adalah perusahaan yang
mempunyai investasi langsung dalam dua negara atau lebih.
Contohnya seperti coca-cola, Mitsubishi, Toyota, Sony, Philips,
Unilever yang mempunyai kegiatan di seluruh dunia dan
menguasai nasib jutaan orang. Karena memiliki kekuatan
ekonomis yang sangat besar dan karena beroperasi di berbagai
tempat yang berbeda dan mempunyai mobilitas tinggi. Korporasi
multinasional ini menimbulkan masalah-masalah etis sendiri,
menurut Richard De George ada sepuluh aturan etis yang
dianggap paling penting dalam masalah etis korporasi
multinasional. Tujuh norma pertama berlaku untuk semua KMN,
sedangkan tiga aturan terakhir terutama dirumuskan untuk
industri berisiko khusus seperti pabrik kimia atau instalasi nuklir.
Sepuluh aturan itu adalah:
1. Korporasi Multinasional tidak boleh dengan segaja mengakibatkan kerugian
langsung.
2. Korporasi Multinasional harus menghasilkan lebih banyak manfaat daripada
kerugian bagi negara di mana mereka beroperasi.
3. Dengan kegiatannya, Korporasi Multinasional itu harus memberi konstribusi
kepada pembangunan negara di mana ia beroperasi.
4. Korporasi Multinasional harus menghormati Hak Asasi Manusia dari semua
karyawannya.
5. Sejauh kebudayaan setempat tidak melanggar norma-norma etis, Korporasi
Multinasional harus menghormati kebudayaan lokal itu dan bekerja sama
dengannya, bukan menentangnya.
6. Korporasi Multinasional harus membayar pajak yang “fair”.
7. Korporasi Multinasional harus bekerja sama dengan pemerintah setempat
dalam mengembangkan dan menegakkan “background institutions” yang
tepat.
8. Negara yang memiliki mayoritas saham sebuah perusahaan harus memikul
tanggung jawab moral atas kegiatan dan kegagalan perusahaan tersebut.
9. Jika suatu Korporasi Multinasional membangun pabrik yang berisiko tinggi, ia
wajib menjaga supaya pabrik itu aman dan dioperasikan dengan aman.
10. Dalam mengalihkan teknologi berisiko tinggi kepada negara berkembang,
Korporasi Multinasional wajib merancang kembali sebuah teknologi demikian
rupa, sehingga dapat dipakai dengan aman dalam negara baru yang belum
berpengalaman.
KORUPSI
 Korupsi adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun
pegawai, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang
secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakkan kepercayaan
publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan
keuntungan sepihak. Dari sudut pandang hukum, tindak pidana
korupsi secara garis besar memenuhi unsur-unsur sebagai
berikut:
 perbuatan melawan hukum,
 penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,
 memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan
 merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
 Beberapa dampak negatif yang dihasilkan dari korupsi dalam
berbagai bidang yaitu :
 - dampak ekonomi
 - dampak sosial dan kemiskinan masyarakat
 - dampak birokrasi pemerintahan
 - dampak politik dan demokrasi
 - dampak terhadap penegakan hukum
 - dampak terhadap pertahanan dan keamanan
 - dampak kerusakan lingkungan
Masalah-masalah korupsi pada
bisnis
Masalah korupsi pada bisnis bisa dipacu oleh 3 faktor
yaitu:
1. Aspek individu pelaku
- Bisa terjadi karena keserakahan dalam diri seseorang
- Sifat moral yang lemah
- Gaya hidup konsumtif
- Malas atau tidak niat bekerja
- Kebutuhan hidup yang mendesak
2. Aspek organisasi
- Kurangnya sikap kepemimpinan
- Kultur organisasi yang berantakan
- Kelemahan sistem pengendalian manajemen
- Manajemen menutupi korupsi itu sendiri dalam organisasi

3. Aspek Tempat individu maupun organisasi seadanya


- Nilai masyarakat cenderung yang kondusif yang
menimbulkan adanya korupsi dalam organisasi
- Masyarakat tidak menyadari menjadi korban utama
korupsi
- Masyarakat tidak menyadari bahwa masuk dalam
lingkungan yang korupsi
- Masyarakat tidak menyadari bahwa korupsi dapat
diselesaikan apabila masyarakat itu sendiri membantu
pencegahan korupsi yang berakibat buruk bagi mereka
- Harus memiliki aspek peraturan perundangan
Pengertian dan kegunaan Good
Governance
 Pengertian Good governance adalah tindakan atau
tingkah laku yang didasarkan pada nilai-nilai yang
bersifat mengarahkan, mengendalikan, atau
memengaruhi masalah publik untuk mewujudkan
nilai-nilai tersebut ke dalam tindakan kehidupan
keseharian. Bukan hanya dalam skala pemerintahan
maupun dalam masyarakat.
Kegunaan Good Governance
Kegunaan Good governance sebagai berikut :
- Menciptakan nilai tambah (value added) bagi semua pihak
yang berkepentingan (stakeholders).
- Memastikan bahwa sasaran yang ditetapkan telah dicapai.
- Memastikan bahwa aktiva perusahaan dijaga dengan baik.
- Memastikan perusahaan menjalankan praktik-praktik
usaha yang sehat.
- Memastikan kegiatan-kegiatan perusahaan bersifat
transparan.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai