0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
68 tayangan22 halaman
1. Dokumen membahas etika dalam bisnis internasional, termasuk norma moral umum, masalah dumping, korporasi multinasional, dan korupsi.
2. Dibahas pula tiga pandangan terhadap norma moral internasional dan sepuluh aturan etis bagi korporasi multinasional dalam berbisnis di negara berkembang.
3. Korupsi dianggap melanggar etika pasar bebas dan merugikan konsumen dalam jangka panjang.
1. Dokumen membahas etika dalam bisnis internasional, termasuk norma moral umum, masalah dumping, korporasi multinasional, dan korupsi.
2. Dibahas pula tiga pandangan terhadap norma moral internasional dan sepuluh aturan etis bagi korporasi multinasional dalam berbisnis di negara berkembang.
3. Korupsi dianggap melanggar etika pasar bebas dan merugikan konsumen dalam jangka panjang.
1. Dokumen membahas etika dalam bisnis internasional, termasuk norma moral umum, masalah dumping, korporasi multinasional, dan korupsi.
2. Dibahas pula tiga pandangan terhadap norma moral internasional dan sepuluh aturan etis bagi korporasi multinasional dalam berbisnis di negara berkembang.
3. Korupsi dianggap melanggar etika pasar bebas dan merugikan konsumen dalam jangka panjang.
INTERNATIONAL ETIKA DALAM BISNIS INTERNATIONAL 1. Norma moral umum pada taraf internasional 2. Masalah ”dumping” dalam bisnis intenasional 3. Aspek etis dari korporasi nultinasional 4. Masalah korupsi pada taraf internasional Norma Moral Umum Pada Taraf Internasional Salah satu masalah besar yang sudah lama disoroti serta didiskusikan dalam etika filosofis adalah relatif tidaknya norma-norma moral. Apakah norma-norma moral bersifat relatif atau, sebaliknya, harus dianggap absolut ? Richard De George membicarakan tiga jawaban atas pertanyaan tersebut yang pasti tidak memuaskan. Ketiganya ada benarnya dan ada salahnya tapi secara menyeluruh tidak bisa diterima, yaitu : 1.Menyesuaikan Diri dengan Etika Negara Lain 2.Rigorisme Moral 3.Imoralisme Naif 1. Menyesuaikan Diri dengan Etika Negara Lain Dalam peribahasa bahasa Inggris “When in Rome, Do As The Romans do” (kalau di Roma lakukan apa yang dilakukan orang Roma), maksudnya adalah kalau sedang mengadakan kegiatan di tempat lain, bisnis harusnya menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku di tempat itu. Diterapkan di bidang moral, pandangan ini mengandung relativisme ekstrem. Tetapi kalau diteliti secara kritis, relativisme norma moral itu tidak bisa diterima. Mustahillah bahwa pembunuhan atau pencurian dilarang di satu tempat, sedangkan di tempat lain diperbolehkan. Norma-norma moral yang penting berlaku di seluruh dunia. Sedangkan norma-norma non moral untuk perilaku manusia bisa berbeda di pelbagai tempat. Itulah kebenaran yang terkandung dalam pandangan ini. 2. Rigorisme Moral Pandangan ini kebalikan dari pandangan yang pertama. Pandangan ini dapat disebut “rigorisme moral”, karena mau mempertahankan kemurnian etika yang sama di negerinya sendiri. Mereka mengatakan bahwa perusahaan di luar negeri hanya boleh melakukan apa yang dilakukan di negaranya sendiri dan justru tidak boleh menyesuaikan diri dengan norma etis yang berbeda di tempat lain. Mereka berpendapat bahwa apa yang dianggap baik di negerinya sendiri, tidak mungkin menjadi kurang baik di tempat lain. Pandangan ini juga sulit dipertahankan. Mau tidak mau, perlu kita akui bahwa situasi setempat bisa saja berbeda dan hal itu pasti mempengaruhi keputusan- keputusan moral kita. 3. Imoralisme Naif Menurut pandangan ini dalam bisnis internasional tidak perlu kita berpegang pada norma-norma etika. Mereka berpendapat bahwa kita harus memenuhi ketentuan-ketentuan hukum (dan itu pun hanya sejauh ketentuan-ketentuan itu ditegakkan di negara yang bersangkutan), tetapi selain itu kita tidak terikat oleh norma-norma normal. Malah jika perusahaan terlalu memperhatikan etika, ia berada dalam posisi yang merugikan, karena daya saingnya akan terganggu. DUMPING Dumping adalah menjual sebuah produk dalam kuantitas besar di suatu negara lain dengan harga di bawah harga psar dan kadang-kadang malah di bawah biaya produksi. Dapat dimengerti bahwa yang merasa keberatan terhadap praktek dumping ini bukannya para konsumen, melainkan para produsen dari produk yang sama di negara dimana dumping dilakukan. DUMPING (Lanjutan) Para konsumen justru merasa beruntung, sekurang-kurangnya dalam jangka pendek karena dapat membeli produk dengan harga murah sedangkan para produsen menderita kerugian, karena tidak sanggup menawarkan produk dengan harga semurah itu. Motif Dilakukannya Dumping Produk Si penjual mempunyai persediaan terlalu besar, sehingga ia memutuskan untuk menjual produk bersangkutan dibawah harga saja, daripada produknya sama sekali tidak terjual, lebih baik sekurang-kurangnya sebagian biaya dikembalikan , walaupun dengan demikian ia merugi. Motif Dilakukannya Dumping Produk (Lanjutan) Penjual berusaha untuk merebut monopoli dengan membanting harga. Produk ditawarkan dengan harga begitu murah, sehingga produsen di negara lain itu merasa tidak sanggup bersaing lagi dan terpaksa harus menutup usahanya. Setelah monopoli diperoleh, si pelaku dapat menentukan harga dengan seenaknya. Jadi ia bersedia menderita rugi untuk sementara, supaya dalam jangka panjang ia dapat meraup keuntungan sebesar-besarnya. Mengapa Praktek Dumping Produk Itu Tidak Etis? Karena melanggar etika pasar bebas. Kelompok bisnis yang ingin terjun ke dalam bisnis internasional, dengan sendirinya melibatkan diri untuk menghormati keutuhan sistem pasar bebas. Kompetisi yang fair merupakan suatu prinsip dasar dari etika pasar bebas. Prinsip ini jelas dilanggar dengan mempraktekan dumping produk, karena dumping menghancurkan kemungkinan bagi orang bisnis untuk bersaing pada taraf yang sama. Kalau dilakukan dengan maksud merebut monopoli, dumping menjadi kurang etis juga karena merugikan konsumen. Biarpun untuk sementara para konsumen bisa membeli produk dengan harga murah, dalam jangka panjang mereka akan dipaksakan membayar dengan harga lebih mahal, bila nanti sudah tidak ada saingan lagi. Jadi dumping tipe ini menjadi tidak etis juga karena akibat buruk bagi konsumen. Aspek-Aspek Etis Dari Korporasi Multinasional Fenomena yang agak baru diatas panggung bisnis dunia adalah korporasi multinasional (multinational corporations), yang juga disebut korporasi transnasional (transnasional corporations). Yang dimaksudkan dengannya adalah perusahaan yang mempunyai investasi langsung dalam dua negara atau lebih. Jadi perusahaan yang mempunyai hubungan dagang dengan luar negeri , dengan demikian belum mencapai status korporasi multinasional (KMN), tetapi perusahaan yang memiliki pabrik di beberapa negara termasuk di dalamnya. Aspek-Aspek Etis Dari Korporasi Multinasional (lanjutan) Bentuk pengorganisasian KMN bisa berbeda- beda. Biasanya perusahaan-perusahaan di negara lain sekurang-kurangnya untuk sebagian dimiliki oleh orang setempat, sedangkan manajemen dan kebijakan bisnis yang umum ditanggung oleh pimpinan perusahaan di negara asalnya. KMN ini untuk pertama kali muncul sekitar tahun 1950-an dan mengalami perkembangan pesat. Kita semua mengenal KMN seperti Coca Cola, Johnson & Johnson, AT & T, General Motors, IBM dll. Aspek-Aspek Etis Dari Korporasi Multinasional (lanjutan) Karena memiliki kekuatan ekonomis yang sering kali sangat besar dan karena beroperasi di pelbagai tempat yang berbeda dan sebab itu mempunyai mobilitas tinggi, KMN menimbulkan masalah-masalah etis sendiri. Untuk hal ini kita membatasi diri pada masalah-masalah yang berkaitan dengan negara-negara berkembang. Posisi negara-negara berkembang adalah sebagai yang lemah terhadap yang kuat, dan justru posisi seperti itulah sering mengundang penyalahgunaan yang tidak etis. Aspek-Aspek Etis Dari Korporasi Multinasional (lanjutan) Dalam konteks bisnis dengan negara- negara berkembang, apa yang menjadi norma-norma etis yang terpenting bagi KMN-KMN itu ? De George telah berusaha menjawab pertanyaan ini, ia merumuskan sepuluh aturan etis yang dianggap paling mendesak dalam konteks ini. Tujuh norma pertama berlaku untuk semua KMN, sedangkan tiga aturan terakhir utama dirumuskan untuk industri berisiko khusus seperti pabrik kimia atau instalasi nuklir. 10 Aturan Etis dari De George 1. Korporasi Multinasional tidak boleh dengan sengaja mengakibatkan kerugian langsung 2. Korporasi Multinasional harus menghasilkan lebih banyak manfaat daripada kerugian bagi negara dimana mereka beroperasi 3. Dengan kegiatannya Korporasi Multinasional itu harus memberi kontribusi kepada pembangunan negara dimana ia beroperasi 4. Korporasi Multinasional harus menghormati Hak Asasi Manusia dari semua karyawannya 10 Aturan Etis dari De George (Lanjutan) 5. Sejauh kebudayaan setempat tidak melanggar norma-norma etis, korporasi multinasional harus menghormati kebudayaan lokal itu dan bekerja sama dengannya, bukan menentangnya. 6. Korporasi Multinasional harus membayar pajak yang “fair” 7. Korporasi Multinasional harus bekerja sama dengan pemerintah setempat dalam mengembangkan dan menegakkan “background institutions” yang tepat 8. Negara yang memiliki mayoritas saham sebuah perusahaan harus memikul tanggung jawab moral atas kegiatan dan kegagalan perusahaan tersebut. 10 Aturan Etis dari De George (Lanjutan) 9. Jika suatu korporasi multinasional membangun pabrik yang berisiko tinggi, ia wajib menjaga supaya pabrik itu aman dan dioperasikan dengan aman 10. Dalam mengalihkan teknologi berisiko tinggi kepada negara berkembang, korporasi multinasionalwajib merancang kembali sebuah teknologi demikian rupa, sehingga dapat dipakai dengan aman dalam negara baru yang belum berpengalaman. Masalah Korupsi Pada Taraf Internasional Korupsi dalam bisnis tentu tidak hanya terjadi pada taraf internasional, namun perhatian yang diberikan kepada masalah korupsi dalam literatur etika bisnis terutama diarahkan kepada konteks internasional. Justru masalah korupsi dapat menimbulkan kesulitan moral besar bagi bisnis internasional, karena di negara satu bisa saja dipraktekkan apa yang tidak mungkin diterima di negara lain. 4 Alasan Mengapa Praktek Suap Harus Dianggap Tidak Bermoral Menurut De George 1. Praktek suap itu melanggar etika pasar. Pasar ekonomi merupakan kancah kompetisi yang terbuka. Hal ini mengakibatkan antara lain bahwa harga produk merupakan buah hasil pertarungan daya-daya pasar. Dengan praktek suap daya- daya pasar dilumpuhkan dan para pesaing yang mempunyai produk yang sama baik dengan harga yang lebih menguntungkan, tidak sedikitpun dapat mempengaruhi proses penjualan. 2. Orang yang tidak berhak mendapat imbalan juga Dalam sistem ekonomi kita, mereka yang bekerja atau berjasa yang mendapat imbalan. Namun beda halnya dengan para pejabat yang menerima uang suap, dimana mereka mendapat uang tersebut karena menyalahgunakan kekuasaan. 4 Alasan Mengapa Praktek Suap Harus Dianggap Tidak Bermoral Menurut De George (Lanjutan) 1. Uang suap diberikan dalam keadaan kelangkaan,. Contoh dalam keadaan kekurangan kertas seorang penerbit mendapat persediaan kertas baru dengan memberi uang suap. 2. Praktek suap mengundang untuk melakukan perbuatan tidak etis dan ilegal lainnya. Dimana dalam pembukuan perusahaan yang melakukan suap, uang itu dicantumkan sebagai pos lain (promosi lainnya) dan itu tentu berbohong. Istilah Penting Dumping = menjual sebuah produk dalam kuantitas besar di suatu negara lain dengan harga di bawah harga pasar dan kadang-kadang malah di bawah biaya produksi. KMN = Korporasi Multinasional