INTERNASIONAL
Disusun Oleh :
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang di maksud dengan Etika dalam
Bisnis Internasional?
2. Bagaimana norma-norma moral yang umum pada
taraf internasional?
3. Apakah yang dimaksud “dumping” dalam Bisnis
Internasional?
4. Apa sajakah aspek etis dari korporasi
multinasional?
C. TUJUAN
1. Mengetahui maksud dari Etika dalam Bisnis
Internasional.
2
2. Memahami norma-
norma moral yang
umum pada taraf
internasional.
3. Mengetahui
pengertian
“dumping” dalam
Bisnis
Internasional.
4. Mengetahui aspek-
aspek etis dari
korporasi
multinasional.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Hubungan perdagangan dengan “asing” masih membekas dalam bahasa Indonesia, karena
salah satu arti dagang adalah orang dari negeri asing. Dengan sarana transportasi dan
komunikasi yang kita miliki sekarang, bisnis internasional menjadi semakin penting.
Berulang kali dapat kita dengar bahwa kini kita hidup dalam era globalisasi ekonomi,
kegiatan ekonomi mencakup seluruh dunia, sehingga hampir semua negara tercantum dalam
“pasar” sebagaimana dimengerti sekarang dan merasakan akibat pasang surutnya pasar
ekonomis. Gejala globalisasi ekonomi ini bisa berakibat positif maupun negatif. Disatu pihak
globalisasi dapat meningkatkan rasa persaudaraan dan kesetiakawanan antara bangsa-bangsa
dan dengan demikian melanjutkan tradisi perdagangan internasional sejak dulu. Di lain pihak,
gejala yang sama bisa berakhir dalam suasana konfrontasi dan permusuhan, karena
mengakibatkan pertentangan ekonomi dan perang dagang, melihat kepentingan-kepentingan
raksasa yang di pertaruhkan di situ.
Internasionalisasi bisnis yang semakin mencolok sekarang ini menampilkan juga aspek
etis yang baru. Tidak mengherankan jika terutama tahun-tahun terakhir ini diberi perhatian
khusus kepada aspek-aspek etis dalam bisnis internasional. Dalam bab ini akan dibahas
beberapa masalah moral yang khusus berkaitan dengan bisnis pada taraf internasional.
Solusi yang dilakukan General Motors tersebut bisa dilihat sebagai usaha untuk mencari
jalan tengah diantara pandangan “menyesuaikan diri” dengan rigorisme moral.
Yang dimaksudkan dengan dumping adalah menjual sebuah produk dalam kuantitas besar
di suatu negara lain dengan harga dibawah harga pasar dan kadang-kadang malah di bawah
biaya produksi. Yang akan merasa keberatan terhadap praktek dumping ini bukannya para
konsumen, melainkan para produsen dari produk yang sama di negara di mana dumping
dilakukan. Dumping produk bisa diadakan dengan banyak motif yang berbeda. Salah satu
motif adalah bahwa si penjual mempunyai persediaan terlalu besar, sehingga ia memutuskan
untuk menjual produk bersangkutan di bawah harga saja. Motif lebih jelek adalah berusaha
untuk merebut monopoli dengan membanting harga.
Praktek dumping produk itu tidak etis karena melanggar etika pasar bebas. Sebagaimana
doping dalam perlombaan olah raga harus dianggap kurang etis karena merusak kompetisi
yang fair, demikian juga praktek seperti dumping menghancurkan kemungkinan bagi orang
bisnis untuk bersaing pada taraf yang sama. Kalau dilakukan dengan maksud merebut
monopoli, dumping menjadi kurang etis juga karena merugikan konsumen. Akan tetapi, tidak
etis pula bila suatu negara menuduh negara lain mempraktekkan dumping, padahal
maksudnya hanya melindungi pasar dalam negerinya. Jika negara lain bisa memproduksi
sesuatu dengan harga lebih murah, karena cara produksinya lebih efisien atau karena bisa
menekan biaya produksi, kenyataan ini harus diterima oleh negara lain. Misalnya jika negara
berkembang sanggup memproduksi pakaian jadi dengan lebih murah karena biaya
produksinya kurang dikarenakan upah karyawan yang relatif kecil, hal itu tidak boleh dinilai
sebagai dumping. Tidak etis bila menuduh dumping semata-mata menjadi kedok untuk
menyingkirkan saingan dari pasar.
Melanjutkan perbandingan tadi, sebagaimana kita memiliki metode-metode yang objektif
dan pasti untuk membuktikan adanya praktek doping dalam bidang olah raga, demikian juga
kita membutuhkan prosedur yang jelas untuk memastikan adanya dumping. Kita
membutuhkan suatu instansi supranasional yang sanggup bertindak dan sekaligus diakui
sebagai wasit yang objektif. Tetapi dalam situasi dunia sekarang instansi seperti itu belum
dimungkinkan. Dalam rangka Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) telah dibuat sebuah
dokumen tentang dumping, tetapi hanya sebagai model untuk membuat peraturan hukum di
negara-negara anggotanya.