Anda di halaman 1dari 12

TANGGUNG JAWAB SOSIAL

PERUSAHAAN

Mata Kuliah : Etika Bisnis dan Profesi


Dosen : Yeni Alfiana, SE.M.Sc

Disusun Oleh :

Nama : Dian Thirysna Siahaan


NPM : 19210031
Semester/Kelas : V (Lima) / A (Ganjil Sore)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TAMANSISWA PALEMBANG
2021
ii
Kata Pengantar

Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan
rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah tentang “Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan” dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Etika Bisnis
dan Profesi. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada
pembaca dan juga bagi penulis tentang pentingnya tanggung jawab sosial, moral, tanggung
jawab ekonomis bagi perusahaan.

Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam
proses penulisan Makalah ini, baik secara langsung maupun secara tidak, penulis juga meminta
maaf apabila dalam penyusunan makalah ini masih ada kekurangan ataupun kesalahan. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 25 November 2021

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................................................................i
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
1. Latar Belakang................................................................................................................................1
2. Rumusan Masalah..........................................................................................................................1
BAB II.........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................2
1. Tanggung Jawab Legal dan Tanggung Jawab Moral Perusahaan.....................................................2
1.1 Tanggung Jawab Legal Perusahaan................................................................................................2
1.2 Tanggung Jawab Moral Perusahaan..............................................................................................2
2.Tanggung Jawab Ekonomis dan Tanggung Jawab Sosial..................................................................3
1.1 Tanggung Jawab Ekonomis............................................................................................................3
1.2 Tanggung Jawab Sosial..................................................................................................................4
3. Kinerja Sosial Perusahaan...............................................................................................................4
4. Studi Kasus (Susu Formula Nestle)..................................................................................................6
BAB III.......................................................................................................................................................8
PENUTUP...................................................................................................................................................8
Kesimpulan.........................................................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perusahaan tidak dapat dipisahkan dengan lingkungannya. Dalam hal ini, perusahaan perlu
memperhatikan aspek-aspek apa yang harus dipenuhi untuk menjamin hubungan baik dengan
lingkungannya. Hal inilah yang yang dikenal dengan pemenuhan kepentingan perusahaan atau tanggung
jawab sosial perusahaan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan atas perusahaan yang bersangkutan.
Tanggung jawab sosial perusahaan adalah kewajiban organisasi untuk berbuat dengan cara tertentu yang
ditujukan untuk melayani kepentingannya sendiri maupun kepentingan stakeholder.

Masalah yang akan dibahas disini dalam literatur etika bisnis diAmerika Serikat dikenal
sebagai Corporate Social Responsibility atau Social Responsibility of corporation. Korporasi memilki
arti yakni badan hukum. “Korporasi” berasl dari bahasa latin (corpus/corpora=badan) dan sebetulnya
berarti “yang dijadikan suatu badan”. Korporasi justru tidak menunjukan organisasi yang mencari untung.
Istilah yang berasal dari kekaisaran Roma ini, masih secara ekslusif untuk menunjukan badan hukum
yang didirikan demi kepentingan umum. Kini secara spontan korporasi dimengerti  sebagai perusahaan,
merupakan salah satu diantara sekian banyak bukti lain yang menunjukan betapa pentingnya  peranan
bisnis dalam suatu masyarakat.

Dalam perkembangan istilah ini, “korporasi” masih tetap badan hukum. Dalam situasi sekarang, 
perbedaan yang paling mencolok adalah antara badan hukum for profit & not for profit. Organisasi
seperti Palang Merah Internasional tetap bisa disebut korporasi , meskipun statusnya  jelas nirlaba tetapi
peranan-peranan nirlaba sangat terbatas, jika dibandingkan dengan oerganisasi atau perusahaan yang
mendominasi kehidupan umum.

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam pembahasan ini yaitu menyangkut tentang :

1) Apa Tanggung jawab legal dan tanggung jawab moral perusahaan?

2) Apa tanggung jawab ekonomis dan tanggung jawab social perusahaan?

3) Bagaimana Kinerja sosial perusahaan

1
4) Kasus dan pembahasan mengenai tanggung jawab perusahaan.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Tanggung Jawab Legal dan Tanggung Jawab Moral Perusahaan

1.1 Tanggung Jawab Legal Perusahaan

Perusahaan mempunyai tanggung jawab legal karena sebagai badan hukum ia memiliki status legal.
Karena sebagai badan hukum, perusahaan mempunyai banyak hak dan kewajiban legal yang dimiliki juga
oleh manusia perorangan dewasa, seperti menuntut di pengadilan, dituntut di pengadilan, mempunyai
milik, mengadakan kontrak, dan lain-lain. Seperti subyek hukum yang biasa (manusia perorangan),
perusahaan pun harus menaati peraturan hukum dan harus memenuhi hukumannya, bila terjadi
pelanggaran.

Menurut Hakim Agung Amerika, Marshall, pada 1819: “suatu korporasi adalah suatu makhluk
buatan, tidak kelihatan, tidak berwujud, dan hanya berada di mata hukum. Karena semata-mata
merupakan ciptaan hukum, ia hanya memiliki ciri-ciri yang oleh akte pendiriannya diberikan
kepadanya.”. Korporasi atau badan hukum memang tidak bisa dilihat. Sebab, korporasi tidak sama
dengan orang-orang yang mendirikannya atau menjadi pimpinannya. Ciri-ciri yang ditentukan dalam akte
pendirian korporasi, bisa mengakibatkan bahwa korporasi itu berperanan penting dan mempunyai dampak
besar atas dunia sekelilingnya.

1.2 Tanggung Jawab Moral Perusahaan

Supaya mempunyai tanggung jawab moral, perusahaan perlu berstatus moral atau dengan kata lain
perlu merupakan pelaku moral. Pelaku moral (moral agent) bisa melakukan perbuatan yang kita beri
kualifikasi etis atau tidak etis. Untuk itu salah satu syarat yang penting adalah memiliki kebebasan atau
kesanggupan mengambil keputusan bebas.

Apakah perusahaan merupakan suatu pelaku moral atau tidak, adalah masalah yang sulit untuk
dipecahkan. Ada argumen pro dan kontra. Di satu pihak harus diakui bahwa hanya individu atau manusia
perorangan mempunyai kebebasan untuk mengambil keputusan, dan akibatnya hanya individu dapat
memikul tanggung jawab. Tetapi di lain pihak sulit juga untuk menerima pandangan bahwa perusahaan

2
hanyalah semacam benda mati yang dikemudikan oleh para manajer, seperti halnya dengan mobil atau
kapal.

Menurut Peter French 1979: “corporations can be full-fledged moral persons and have whatever
privileges, rights and duties as are, in the normal course of affairs, accorded to moral person”. Untuk
mendukung pendapat itu Peter French mempunyai dua argumen. Pertama, ada keputusan yang diambil
oleh korporasi yang hanya bisa dihubungkan dengan korporasi itu sendiri dan tidak dengan beberapa
orang yang bekerja untuk korporasi tersebut. Misalnya, keputusan dua perusahaan untuk
mengadakan merger. Kedua, korporasi melakukan perbuatan seperti itu dengan maksud yang bisa
dihubungkan dengan korporasi itu sendiri dan tidak dengan beberapa orang yang bekerja di korporasi
tersebut. Misalnya, memperbaiki posisi korporasi dalam kompetisi.

Banyak pengarang lain tidak menyetujui pendapat Peter French, dikarenakan bahwa keputusan selalu
diambil oleh individu-individu walaupun atas nama korporasi dan tidak pernah oleh korporasi atau
perusahaan, terlepas dari orang yang membentuk korporasi itu.

Tanggung jawab moral perusahaan hanya mempunyai makna teoritis saja dan tidak ada konsekuensi
untuk praktek bisnis, sebab seandainya perusahaan sendiri terlepas dari orang-orang yang bekerja di
dalamnya tidak merupakan pelaku moral dan karena itu tidak bisa memikul tanggung jawab moral,
namun pimpinan perusahaan tetap merupakan pelaku moral dan akibatnya memikul tanggung jawab
moral atas keputusan yang mereka ambil.

2.Tanggung Jawab Ekonomis dan Tanggung Jawab Sosial

1.1 Tanggung Jawab Ekonomis

Tanggung jawab ekonomis perusahaan adalah usaha perusahaan agar kinerja ekonomisnya selalu
baik.  Dalam kapitalisme liberalistis tanggung jawab itu dilihat sebagai profit maximization atau
mendapat untung sebesar mungkin.modal yang ditanamkan di dalamnya harus diperoleh kembali dalam
jangka waktu yang wajar (return on investment),bersama dengan laba yang wajar pula. Hal itu merupakan
tanggung jawab ekonomis perusahaan. Tanggung jawab ekonomis ini mempunyai aspek sosial yang
penting, kinerja setiap perusahaan menyumbangka kepada kinerja ekonomi nasional, demgam sendirinya
memberi kontribusi yang berarti kepada kemakmuran masyarakat. Hal itu terutama kita sadari dalam
keadaan krisis, bila terjadi banyak pemutusan hubungan kerja dan banyak perusahaan harus
menghentikan kegiatannya.

3
 

1.2 Tanggung Jawab Sosial

Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggan jawabnya terhadap masyarakat di luar tanggung
jawab ekonomis, kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan demi suatu kegiatan sosial dengan tidak
memperhitungkan untung atau rugi ekonomis. Hal itu bisa terjadi dengan dua cara, yaitu positif dan
negatif. Secara positif, perusahaan bisa melakukan kegiatan yang tidak membawa keuntungan ekonomis
dan semata-mata dilangsungkan demi kesejahteraan masyarakat atau satu kelompok di dalamnya. Contoh
yang sering terjadi adalah penyelenggaraan pelatihan keterampilan untuuk pengangguran atau mendirikan
panti asuhan untuk anak-anak yatim piatu. Jika perusahaan melibatkan diri dalam kegiatan serupa itu, ia
hanya mengeluarkan dana dan tidak mendapat sesuatu kembali. Secara negatif, perusahaan bisa untuk
menahan diri untuk tidak melakukan kegiatan-kegiatan tertentu yang sebenarnya bisa menguntungkan
dari segi bisnis, tetapi akan merugikan masyarakat. Kegiatan-kegiatan itu dapat membawa keuntungan
ekonomis, tapi perusahaan mempunyai alasan untuk tidak melakukannya.

Contoh di bidang sosial hidup, misalnya bagi suatu pabrik kertas, yang paling menguntungkan dari
segi ekonomis adalah membuang limbah industrinya ke dalam sungai saja. Setiap cara lain akan
mengakibatkan biaya produksi naik, sehingga dari segi ekonomis menjadi tidak menarik. Membuang
limbah industri itu di tempat lain akan memakan biaya transportasi yang besar. Membangun instalasi
pengolahan limbah hingga menjadi cairan yang tidak berbahaya, akan memakan biaya yang lebih besar
lagi. Dari segi ekonomis, jalan keluar yang paling efektif adalah membuang limbah ke dalam sungai.
Satiap cara lain akan memberatkan pengeluaran bagi perusahaan, sehingga mengurangi keuntungan.
Hanya saja, membuang limbah dalam sungai akan mengurangi banyak pihak lain. Masyarakat di sekitar
pabrik tidak lagi bisa memanfaatkan air sungai umtuk kepentingan rumah tangga, seperti mandi atau cuci
pakaian. Jika membedakan tanggung jawab sosial dalam arti positif dan dalam arti negatif, langsung
menjadi jelas konsekuensinya dalam rangka etika bisnis memang memikul tanggung jawab dalam arti
negatif karena tidak boleh melakukan kegiatan yang merugikan masyarakat.

3. Kinerja Sosial Perusahaan

Jika kita menyimak sejarah industri, memang ada pengusaha-pengusaha besar yang memperoleh
nama harum bukan saja karna keberhasilannya dibanding bisnis tetapi juga sebagai filantrof. Mereka
mempraktekkan filantrofi terhadap karyawan mereka sendiri dan terhadap masyarakat luas.

4
Beberapa alasan mengapa bisnis menyalurkan sebagian dari labanya kepada karya amal melaui
yayasan independen. Alasan pertama berkaitan dengan kenyataan bahwa perusahaan-perusahaan itu
berstatus publik. Sebagaimana telah ditekankan oleh  Ilton Friedman, memang tidak bisa dibenarkan bila
para manajer melakukan karya amal dengan kekayaan yang bukan miliknya sendiri. Tetapi rapat umum
para pemegang saham dapat menyetujui bahwa sebagian dari laba tahunan disisihkan untuk karya amal
melalui yayasan khusus. Dan hal itulah yang kini sering terjadi.

Walaupun yayasan serupa itu banyak berbuat baik kepada masyarakat, tidak bisa dikatakan juga
bahwa dengan ini mereka mempraktekkan bahwa tanggungn jawab sosial dalam arti positif. Kegiatan-
kegiatan karitatif mereka tidaklah altruistis begitu saja, karena biasanya tidak dilakukan tanpa pamrih.
Mereka mempunyai maksud tertentu, khususnya meningkatkan citra perusahaan dimata masyarakat, baik
masyarakat didekat pabriknya maupun masyarakat luas. Sebagaimana tanggung jawab ekonomis
perusahaan mempunyai suatu aspek moral, demikian pun yang disebut “tanggung jawab sosial” ini
mempunyai suatu aspek ekonomis dan karenanya tidak lagi merupakan tanggung jawab sosial secara
murni. Contoh dalam negri adalah fasilitas bus yang disediakan oleh perusahaan jamu bagi penjual jamu
gendong maupun warungan di jakarta, supaya dapat mudik lebaran ke Jawa Tengah. Dengan demikian
mereka memperkuat jalur pemasaran mereka yang tidak resmi ini, sekaligus memperbaiki citra
perusahaan dimata masyarakat.

Kini upaya meningkatkan citra perusahaan dengan mempraktekkan karya amal sering
disebut corporate social performance, “kinerja sosial perusahaan”. Perusahaan tidak saja mempunyai
kinerja ekonomis, tetapi juga kinerja sosial. Disadari betul bahwa bagi  perusahaan masih ada hal lain
yang perlu diperhatikan dari pada memperoleh laba sebesar mungkin. Tidak kalah penting nya
mempunyai hubungan baik dengan masyarakat di sekitar pabrik dan dengan masyarakat umum, karena
kinerja ekonomis perusahaan langsung terancam kalau hubungan baik itu tidak terjamin. Untuk mencapai
tujuan itu, perlu kesediaan perusahaan untuk menginvestasi dana dalam program-program khusus. Di
Indonesia kita hanya dapat mengharapkan bahwa bisnis akan semakin memahami pentingnya kinerja
sosial perusahaan. Dan perusahaan lebih kecil pun dapat memperoleh banyak manfaat, jika kinerja sosial
dimasukan dalam agenda usaha mereka.

Upaya kinerja sosial perusahaan tidak patut dikategorikan sebagai pelaksanaan tanggung jawab sosial
perusahaan dalam arti positif. Alasannya kinerja sosial itu tidak pernah dilakukan tanpa pamrih. Tujuan
terakhir kinerja sosial adalah mengamankan perolehan untung. Dalam bahasa inggris hal ini dirumuskan
dengan bagus: tujuan kinerja sosial adalah doing well by doing good  (lebih maju dengan berbuat baik).
Bahkan kasus yang di ajukan sebagai contoh perilaku berkeutamaan dari perusahaan farmasi Merck

5
mudah dapat ditempatkan dalam konteks kinerja sosial ini. Bagaimana pun, Merck sudah menginvestasi
banyak dana dalam upaya dalam mengembangkan obat Mectizan itu. Ketika ternyata tidak bisa dibeli
oleh masyarakat Afrika yang membutuhkannya, Merck sendiri membagi obat ini  dengan gratis di
tempatnya. Dengan demikian mereka seolah-olah mengkonversi kerugiaan yang tidak bisa dihindarkan
didalam keuntungan, karena mereka sempat meningkatkan nama baik di mata masyarakat. Dan reputasi
yang baik tentu merupakan aset yang sangat berharga baik sebuah perusahaan. Dengan cara yang sama
kewajiban perushaan untuk tidak merusak lingkungan hidup artinya tanggung jawab sosial dalam arti
negatif  bisa diperluas lagi menjadi kinerja sosial dengan secara positif memperjuangkan kualitas
lingkungan hidup dan mendukung segala kampanye anti-polusi.

4. Studi Kasus (Susu Formula Nestle)

Hanya sebagian kecil dari ibu-ibu muda tidak bisa menyusui anaknya sendiri. Untuk membantu
mereka, pada akhir abad ke-19 dikembangkan susu formula sebagai pengganti air susu ibu (ASI). Tetapi
karena berbagai alasan, lama kelamaan semakin banyak ibu mulai memberi susu botol kepada bayinya.
Di Amerika Serikat, antara 1950-1970 hanya sekitar 22% ibu-ibu masih memberi ASI kepada bayinya.
Jadi, sekitar 78% memberi susu formula. Industri susu formula menjadi bisnis yang penting. Tetapi
sekitar pertengahan 1970-an kebiasaan ini mulai berubah. Diperkirakan, sekitar 1978 presentasi ibu-ibu
yang memberi susu formula berkurang sampai 50%. Alasannya, secara ilmiah telah terbukti bahwa ASI
jauh lebih baik untuk kesehatan bayi. Penyusutan pasar ini tentu merupakan pukulan berat untuk produsen
susu formula. Mereka mencari jalan keluar dengan memasarkan produknya di dunia ke-3. Usaha ini
dipelopori oleh Nestle, suatu korporasi Multinasional terbesar dibidang produksi makanan, yang berasal
dari Swiss. Diadakan kampanye promosi besar-besaran, yang menurut banyak pengamat melanggar etika.
Dalam kampanye itu dipergunakan iklan seperti “Ibu modern tahu yang terbaik untuk bayinya, yaitu susu
formula Nestle”, “Ibu yang menyayangi anaknya tentu memberi susu formula Nestle”. Disamping itu
dibagi sample kepada dokter, bidan, atau petugas kesehatan lain untuk disalurkan kepada ibu-ibu baru.
Dokter spesialis kebidanan dan dokter spesialis anak diberi hadiah, jika mereka mempromosikan susu
formula Nestle kepada pasiennya. Wanita muda berpakaian perawat dikirim ke desa-desa untuk
mempromosikan susu formula. Dimata banyak ibu dari dunia ke-3, apa yang berasal dari Amerika Serikat
atau negara barat lain tentunya paling baik untuk kesehatan dan pertumbuhan bayi mereka, padahal yang
paling baik adalah ASI mereka sendiri. Jika ASI sudah lebih sehat di Amerika, apalagi di dunia ke-3.
Menurut para ahli gizi, terutama ada lima alasan untu memberi ASI kepada bayi di negara-negara
berkembang.

6
1. Dari segi ekonomi: Memberi susu botol akan menambah beban bagi keluarga yang sudah miskin;
lebih baik uang dipakai untuk meningkatkan gizi dari ibu-ibu yang menyusui.

2. Pencegahan infeksi: Melalui ASI bayi mendapat antibodi.

3. ASI lebih bergizi; susu formula yang paling bermutupun kalah dengan ASI.

4. ASI lebih higienis; air yang ditambah pada bubuk susu sering terkontaminasi atau botol dan dot
tidak bersih.

5. Dengan memberi ASI dikurangi risiko untuk kehamilan baru.

Alasan-alasan ini amat meyakinkan untuk memberi ASI kepada bayi di negara-negara berkembang.
Karena itu kampanye promosi Nestle ini menimbulkan kemarahan banyak orang. Beberapa LSM
mengadakan aksi melawan perusahaan Nestle, antar lain dengan menyebarkan di berbagai negara brosur
berjudul Nestle kills babies, jutaan orang dari puluhan negara bergabung dalam The international Nestle
boicot yang memboikot semua produk Nestle dan berlangsung selama 6,5 tahun. Boikot ini
diselenggarakan oleh The infant formula action coalition (Infact).

Pada Mei 1981, dalam worth heath assembly yang diselenggarakan oleh WHO dan UNICEF,
diterima sebuah kode etik pemasaran susu formula yang disebut International code of marketing for
breastmilk subtitutes. Dalam pemungutan suara, dari 119 wakil negara yang hadir, hanya satu menolak,
yaitu Amerika Serikat, yang pada waktu itu dipimpin oleh Presiden Ronald Reagan. Kode etik yang
meliputi delapan halaman ini melarang setiap cara pemasaran yang tidak mengakui dengan jelas
keunggulan ASI diatas susu formula. Tetapi kesulitannya adalah bahwa pelaksanaannya tidak bisa
diberikan sanksi dan interpretasi otentik kalau tidak dijadikan peraturan hukum oleh masing-masing
negara. Lama-kelamaan Nestle dapat menerima semua ketentuan, dan pada 26 Januari 1984 boikot
internasional dihentikan oleh Infact. Nestle malah menjadi produsen susu formula yang pertama
menghilangkan gambar bayi montok dari kaleng produknya. (Sumber: Th. Donaladson / P. Werhane
(eds.), ethical issues in business, hlm.187-199; w.shaw/v.barry (eds.), moral issues in business, hlm.227-
231)

7
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Tanggung jawab sosial bisnis atau perusahaan merupakan aktivitas perusahaan sebagai integral
guna kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang. Identifikasi dan tanggung jawab sosial
Hodgetts & Kuratko (1990) secara leiih spesifiks memasukkan tanggungjawab terhadap lingkungan,
energi, praktik bisnis yang baik/adil, tanggungjawab terhadap tenaga kerja dan kemanusiaan.

Anda mungkin juga menyukai