Oleh Kelompok 7 :
Dosen Pengampu : Dra. Sri Wibawani Wahyuning Astuti, M.Si., Ak., CA.
2022
BAB I
PENDAHULUAN
2
Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk
melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan
individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup
bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang
berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu maupun perusahaan di
masyarakat. Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan
merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan
hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu
yang tidak diatur oleh ketentuan hukum
Kegiatan bisnis yang meningkat di dunia modern ini, telah menimbulkan
tantangan baru, yaitu adanya tuntutan praktik bisnis yang baik, etis, dan menjadi
dasar kehidupan bisnis yang dapat diterima oleh banyak negara di dunia. Dalam
kegiatan bisnis internasional, perusahaan akan mampu bertahan apabila mampu
bersaing. Untuk dapat bersaing tentunya harus memiliki daya saing, yang di
antaranya dihasilkan dari produktivitas dan efisiensi. Untuk itu diperlukan etika
dalam berusaha atau berbisnis, karena praktik usaha yang tidak etis dapat
menimbulkan kegagalan pasar, mengurangi produktivitas dan meningkatkan
ketidakefisienan. Pada dasarnya peran etika bisnis dalam aktivitas ekonomi tidak
hanya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang besar namun, juga dapat
memberikan hidup yang lebih baik di lingkungan bisnis tersebut. Kita juga
mengetahui bagaimana perusahaan internasional harus bekerja keras untuk
mengatasi berbagai macam rintangan dan hambatan dalam menghadapi sistem
politik yang tidak lazim dan tidak dikenal dengan baik oleh mereka di negara
lain. Begitu juga perusahaan harus beradaptasi dengan sistem hukum yang
berbeda di dalam pasar internasional. Meskipun sistem hukum di setiap negara
memiliki batasan batasannya sendiri baik untuk individu maupun aktivitas
perusahaan, tetapi tidak ada sistem hukum yang dapat menjamin suatu individu
atau perusahaan tidak melakukan perilaku yang menyimpang.
Etika bisnis merupakan perilaku pengusaha dalam menjalankan bisnisnya.
Pada umumnya etika bisnis ini dapat menciptakan lingkungan kerja yang baik
sehingga tidak menimbulkan konflik kepada pengusaha,dan bisnis yang
dijalankan. Dalam suatu perusahaan tentunya memiliki banyak karyawan yang
berbeda budaya dan kebiasaan. Nah, biasanya hal ini cenderung menimbulkan
3
konflik dalam suatu tim, jika perusahaan tersebut tidak menerapkan etika bisnis
tentunya hal ini akan menjadi permasalahan dalam bisnis tersebut. Kegiatan
bisnis yang meningkat di dunia dewasa ini, telah menimbulkan tantangan baru,
yaitu adanya tuntutan praktik bisnis yang baik, etis, dan menjadi dasar kehidupan
bisnis yang dapat diterima oleh banyak negara di dunia. Dalam kegiatan bisnis
internasional, perusahaan akan mampu bertahan apabila mampu bersaing. Untuk
dapat bersaing tentunya harus memiliki daya saing, yang di antaranya dihasilkan
dari produktivitas dan efisiensi. Untuk itu diperlukan etika dalam berusaha atau
berbisnis, karena praktik usaha yang tidak etis dapat menimbulkan kegagalan
pasar, mengurangi produktivitas dan meningkatkan ketidakefisienan. Latar
Belakang Terjadinya Bisnis Internasional yaitu karena adanya keterbatasan
komoditas suatu negara mengakibatkan terjadinya kegiatan bisnis antar negara.
Era globalisasi serta kemajuan teknologi berkontribusi terhadap peningkatan
kegiatan bisnis internasional.
PEMBAHASAN
4
Cukup banyak definisi mengenai etika bisnis. Secara umum etika bisnis
dapat didefinisikan sebagai suatu standar atau prinsip moral yang diterapkan di
dalam lembaga atau organisasi bisnis dan perilaku yang dapat diterima (benar)
atau tidak dapat diterima (salah) dari orang-orang yang bergerak di dunia bisnis.
Sedangkan, etika bisnis internasional terkait dengan standar moral yang
diterapkan di dalam kegiatan bisnis internasional. Sebagai suatu ilmu, etika bisnis
merupakan ilmu yang mempelajari secara khusus standar moral tersebut dan
melakukan analisis dan evaluasi dari keputusan-keputusan bisnis didasarkan pada
konsep dan penilaian moral.
Adapun tujuan dari etika bisnis, berikut ini tujuan etika dalam berbisnis
dapat dibagi menjadi beberapa bagian seperti:
5
Sejarawan besar dari Skotlandia, William Roberson (1721-1793) menegaskan
bahwa perdagangan memperlunak dan memperhalus cara pergaulan
manusia. Begitupun menurut filsuf dan ahli ilmu politik Perancis, Montesquieu
(1689-1755) yaitu hampir menjadi gejala umum bahwa di mana adat istiadat
bersifat halus, di situ ada perdagangan, dan dimana ada perdagangan di situ adat
istiadat bersifat halus. Yang pasti perdagangan sanggup menjembatani jarak jauh
dan menjalin komunikasi serta hubungan baik antara manusia. Hubungan yang
sudah memiliki tradisi lama itu kini tampak dengan cara baru. Dengan sarana
transportasi dan komunikasi yang dimiliki sekarang bisnis menjadi lebih penting
lagi. Namun gejala globalisasi ekonomi jika dipandang dari sudut moral memiliki
sisi negatif dan positif. Di satu pihak meningkatkan rasa persaudaraan dan
kesetiakawanan antara bangsa-bangsadan demikian melanjutkan tradisi
perdagangan internasional sejak dulu. Di lain pihak bisa berakhir dalam
suasana konfrontasi dan permusuhan karena mengakibatkan pertentangan
ekonomi dan perang dagang melihat kepentingan-kepentingan raksasa yang
dipertaruhkan disitu.
6
fenomena sosial yang begitu hakiki, bisnis tidak dapat dilepaskan dari
aturanaturan main yang selalu harus diterima dalam pergaulan sosial,
termasuk juga aturan-aturan moral. Berikut adalah beberapa pendapat
yang masih menyangkal perkaitan etika dengan bisnis:
7
stakeholder khususnya konsumen, karyawan, pemilik saham,
masyarakat umum, dan lingkungan hidup.
Pernyataannya sering kali lebih panjang dan meliputi
beberapa alinea tetapi masih tergolong singkat. Ketiga, terdapat kode
etik (dalam arti sempit) disebut juga code of conduct and code of
ethical conduct. Menyangkut kebijakan etis perusahaan
berhubungan dengan kesulitan yang bisa timbul (dan mungkin di
masa lampau pernah timbul).
b. Ethical Auditing
Suatu inisiatif yang menarik adalah pemeriksaan atas kinerja etis
dan sosial perusahaan oleh sebuah institut independen. Di Amerika
Serikat inisiatif itu baru dilaporkan dalam dasawarsa 1980-an,
sedangkan di Eropa baru tampak akhir-akhir ini. Selain ethical
auditing dipakai juga nama ethical accounting, social auditing,
stakeholder auditing, social performance report dll. Tentang isinya
bervariasi kadangkadang aspek etis diperiksa dalam kerangka sosial yang
lebih luas. Tapi bisa juga dari segi etika disoroti dengan eksplisit
terutama jika kode etik perusahaan menjadi objek langsung dari
pemeriksaan.
Untuk menilai kinerja finansial sebuah perusahaan sudah
lama ada standar-standar accounting yang diterima secara nasional
dalam suatu negara dan malah secara internasional.Untuk menilai
kualitas manajemen sudah terbentuk standar juga seperti ISO 9000. Kode
etik tidak lagi sebatas perhiasan saja. Pemeriksaan atas kinerja etis dan
sosial itu tidak saja dilakukan terhadap perusahaan tapi juga terhadap
organisasi nirlaba. Organisasi-organisasi seperti itu pun harus berpegang
pada standar-standar etis, entah mereka memiliki kode etik tertulis atau
tidak.
3. Good Ethics, Good Business
Rupanya dalam dunia bisnis kini telah terbentuk sikap lebih
positif. Sudah tertanam keinsafan bahwa bisnis harus berlaku etis
demi kepentingan bisnis itu sendiri. Terdengar Semboyan baru seperti
Ethics pay (etika membawa untung), Good business is ethical
8
business,Corporate ethics: a prime business assets. Dalam buku populer
yang ditulis oleh Kenneth Blanchard dan Norman Vincent Peale tentang
etika bisnis tertulis dengan huruf besar: Integrity Pays! You don't have to
cheat to win (Integritas moral membawa untung! Tidak perlu Anda
Menipu untuk menang).Sukses perusahaan menjadi penyebab dan bukan
akibat dari perhatiannya untuk etika.Kendati tidak ada jaminan mutlak, pada
umumnya perusahaan yang etis adalah perusahaan yang mencapai sukses
juga.
2. Rigorisme Moral
9
wilayah lain. Namun, penganut pandangan ini kurang memperhatikan bahwa
situasi turut mempengaruhi keputusan etis.
3. Imoralisme Naif
10
kesempatan apa saja di Afrika Selatan sendiri maupun dalam forum internasional,
agar UU apartheid itu dihapus.
11
BAB III
SIMPULAN
Adapun kesimpulan umum tentang aspek dari peranan etika dalam bisnis
internasional, antara lain:
KASUS
12
luar negeri karena dinilai harga produk lebih terjangkau daripada produk
domestik.
Kemajuan industri dalam negeri tidak lepas dari pantauan industri asing.
E-commerce seperti Shopee yang seharusnya menjadi penengah, justru dapat
membocorkan rahasia industri dalam negeri ke negara lain. Sehingga barang
murah, jauh dari standar platform e-commerce berkeliaran di Indonesia yang
bisa saja berasal dari hasil kejadian-kejadian curang.
Dari uraian kasus diatas, perlindungan hukum harus ditegakkan untuk
menghindari praktik dumping. Pemerintah melalui Departemen Perindustrian
dan Perdagangan, serta Komisi Anti Dumping Indonesia (KADI) telah
melakukan beberapa upaya penegakan hukum baik secara preventif maupun
represif. Upaya preventif merupakan upaya pencegahan terhadap pelanggaran
penjual barang atau produk impor di dalam negeri sehingga merugikan industri
lain yang memproduksi produk sejenis. Beberapa cara yang digunakan untuk
pencegahan tersebut antara lain:
1. Melakukan sosialisasi dan training kepada pelaku yaitu eksportir dan
importir tentang kebijakan ekspor-impor. Misalnya dengan upaya
peningkatan kualitas produk dalam negeri, hal ini dilakukan agar produk
domestik mampu bersaing dengan produk impor yang dapat merugikan
negara.
2. Melakukan pengkajian terhadap mekanisme perizinan impor barang yang
memiliki indikasi menimbulkan kerugian terhadap industri dalam negeri.
Adapun upaya represif yaitu sanksi yang dikenakan berupa pengenaan bea
masuk tambahan yang disebut dengan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD).
Dalam pasal IV ayar (2) General Agreement on Tariffs and Trade (GATT)
menyatakan bahwa negara dapat menjatuhkan sanksi balasan apabila negara
pengekspor terbukti melakukan praktik dumping sehingga merugikan negara
pengimpor.
13