Anda di halaman 1dari 25

MATA KULIAH : ETIKA REKAYASA

DOSEN : RUSLAN YUNUS ST.MT

TUGAS
ETIKA REKAYASA

DI Buat Oleh :
AFRYANDY ABBAS
14.1.05.2.1.004

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALU
2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan bisnis yang makin merebak baik di dalam maupun di luar negeri, telah menimbulkan
tantangan baru, yaitu adanya tuntutan praktek bisnis yang baik, yang etis, yang juga menjadi tuntutan
kehidupan bisnis di banyak negara di dunia. Transparansi yang dituntut oleh ekonomi global menuntut
pula praktik bisnis yang etis.
Dalam ekonomi pasar global, kita hanya bisa survive kalau mampu bersaing. Untuk bersaing harus
ada daya saing, yang dihasilkan oleh produktivitas dan efisiensi. Untuk itu pula, diperlukan etika dalam
berusaha, karena praktik berusaha yang tidak etis, dapat mengakibatkan rente ekonomi, mengurangi
produktivitas dan mengekang efisiensi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat, juga
berpengaruh pada masalah etika bisnis. Benteng moral dan etika harus ditegakkan guna mengendalikan
kemajuan dan penerapan teknologi bagi kemanusiaan. Kemajuan teknologi informasi misalnya, akan
memudahkan seseorang mengakses privacy orang lain.
Para ahli sering berkelakar bahwa etika bisnis merupakan sebuah kontradiksi istilah karena ada
pertentangan antara etika dan minat pribadi yang berorientasi pada pencarian keuntungan. Ketika ada
konflik antara etika dan keuntungan, bisnis lebih memilih keuntungan daripada etika. Dalam tinjauan
Business Ethics mengambil pandangan bahwa tindakan etis merupakan strategi bisnis jangka panjang
terbaik bagi perusahaan sebuah pandangan yang semakin diterima dalam beberapa tahun belakangan ini.
Oleh karena itu, pemahaman tentang etika bisnis diperlukan untuk para pelaku bisnis agar usaha yang
dijalankan dapat menjadi suatu usaha bisnis yang beretika dan mengurangi resiko kegagalan.
Apabila moral merupakan sesuatu yang mendorong orang untuk melakukan kebaikan, etika
bertindak sebagai rambu-rambu (sign) yang merupakan kesepakatan secara rela dari semua anggota
suatu kelompok.
Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika (patokan/rambu-rambu) yang
menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi. Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu
kelompok masyarakat akan dapat membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan
yang terpuji (good conduct) yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan. Etika di dalam bisnis dunia
internasional sudah tentu harus disepakati oleh orang-orang yang berada dalam kelompok bisnis serta
kelompok yang terkait lainnya.
Hubungan perdagangan dengan pengertian “asing” rupanya masih membekas dalam bahasa
Indonesia, karena salah satu arti “dagang” adalah “orang dari negeri asing”. Dengan saran transportasi
dan komunikasi yang kita miliki sekarang, bisnis internasional bertambah penting lagi. Berulang kali dapat
kita kita dengar bahwa kini kita hidup dalam era globalisasi ekonomi: kegiatan ekonomi mencakup seluruh
dunia, sehingga hampir semua negara tercantum dalam “pasar” sebagaimana dimengerti sekarang dan
merasakan akibat pasang surutnya pasar ekonomi. Gejala globalisasi ekonomi ini berakibat positif
maupun negatif.
Internasionalisasi bisnis yang semakin mencolok sekarang ini menampilkan juga aspek etis yang
baru. Tidak mengherankan jika terutama tahun-tahun terakhir ini diberi perhatian khusus kepada aspek-
aspek etis dalam bisnis internasional. Dalam makalah ini kita akan membahas beberapa masalah moral
yang khusus berkaitan dengan bisnis pada taraf internasional.
Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu aturan main yang tidak mengikat
karena bukan hukum. Tetapi harus diingat dalam praktek bisnis sehari-hari etika bisnis dapat menjadi
batasan bagi aktivitas bisnis yang dijalankan. Etika bisnis sangat penting mengingat dunia usaha tidak lepas
dari elemen-elemen lainnya. Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Bisnis tidak hanya mempunyai hubungan dengan orang-orang maupun badan hukum sebagai
pemasok, pembeli, penyalur, pemakai dan lain-lain.
Banyak masalah etika yang berkembang karena perbedaan perkembangan di bidang kemajuan
ekonomi, politik, sistem hukum dan kebudayaan. Kata etika disini mengacu pada asas yang diterima baik
benar atau salah yang menguasai tingkah laku seseorang, anggota dari pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan organisasi.
Etika bisnis adalah asas yang diterima baik benar atau salah yang menguasai tingkah laku seorang
pengusaha, dan etika strategi adalah strategi atau jalan dari suatu kegiatan yang tidak melaggar asas –
asas yang berlaku. Dalam sejarah ilmu pengetahuan, penuh dengan contoh dari para peneliti bahwa ide
mereka telah dicuri oleh teman yang tidak teliti untuk keuntungan sendiri sebelum penemu ide
mempunyai peluang untuk mematenkan dan menerbitkan ide mereka sendiri. Meskipun kelakuan ini
tidak melanggar hukum tapi jelas sangat tidak etis.
B. Batasan Masalah
Pada makalah ini akan membatasi pada kasus-kasus yang terjadi pada perusahaan dalam dunia
perdagangan internasional yang dalam menjalankan roda usahanya tindak berlandaskan pada etika bisnis,
dan tidak menyadari tentang arti pentingnya etika bisnis dalam menjalankan kegiatan usahanya.
.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian etika dan korelasinya dengan moralitas
2. Mengetahui pengertian dan konseptual etika bisnis
3. Mengetahui pentingnya etika dalam dunia bisnis
4. Mengetahui penerapan etika bisnis dalam organisasi perusahaan
5. Mengetahui isu isu dan persoalan yang umum terjadi dalam hal etika dalam bisnis Internasional

D. Metode Penulisan
Metode penulisan oleh penulis dalam penyusunan makalah ini yakni menggunakan data referensi
dan literature yang terkait dari buku, jurnal, makalah, dan situs internet.
BAB II
DASAR TEORI
DAN PEMBAHASAN

A. Dasar Teori
1. Pengertian Etika
Etika berasal dari kata ethos, salah satu cabang ilmu filsafat oksiologi membahas bidang etika
yaitu, tentang nilai keutamaan dan bidang estetika, nilai-nilai keindahan, serta pemilihan nilai-nilai
kebaikan.
Jika ditinjau dari bahasa Inggris, etika berasal dari kata ethics, yakni ilmu tentang kesusilaan yang
menentukan bagaimana patutnya manusia hidup dalam masyarakat Emanuel Kant, mengajukan satu
pertanyaan was sall ich tun? (apa yang akan kita lakukan?) (sesuai dengan norma yang berlaku).
Pertanyaan ini pada intinya ada suatu “pilihan” yang berarti adanya konsep nilai terhadap perbuatan yang
akan kita lakukan. Tugas Etika bagi orang-orang yang berfikir dan bergerak secara teoritis yakni untuk
memahami masalah-masalah yang dihadapi (baik masalah kehidupan maupun masalah ilmu).Dimana
tujuan penerapan etika adalah untuk “orientasi” ketika seseorang dihadapkan “sesuatu hal” yang harus
dia putuskan baik untuk menilai maupun bertindak. Contoh: Ketika seseorang berdagang, ia harus mampu
menentukan apakah untuk mendapatkan keuntungan ia harus, menim-bun barangnya dulu, menjual
dengan harga yang mahal, mengoplos dengan kualitas rendah, atau ia akan menjual barangnya dengan
harga yang wajar.
Uno (2004) membedakan pengertian etika dengan etiket. Etiket (sopan santun) berasal dari bahasa
Prancis etiquette yang berarti tata cara pergaulan yang baik antara sesama manusia. Sementara itu etika,
berasal dari bahasa Latin, berarti falsafah moral dan merupakan cara hidup yang benar dilihat dari sudut
budaya, susila, dan agama. Jika kata etika dikaitkan dengan kata bisnis akan menjadi Etika Binis (business
ethics). Steade et al (1984: 701) dalam bukunya ”Business, It’s Natural and Environment An Introduction”
memberi batasan yakni, ”business ethics is ethical standards that concern both the ends and means of
business decision making”.
Ginanjar Kartasasmita dalam seminar SDM mengatakan bahwa etika merupakan ilmu yang
mendalami standar moral perorangan dan standar moral masyarakat. Ia mempertanyakan bagaimana
standar-standar diaplikasikan dalam kehidupan kita dan apakah standar itu masuk akal atau tidak masuk
akal – standar, yaitu apakah didukung dengan penalaran yang bagus atau jelek.
2. Hubungan Etika dan Moralitas
Menurut Kamus Inggris Indonesia Oleh Echols and Shadily (1992: 219), moral dapat diartikan
sebagai akhlak, dan susila (su=baik, sila=dasar, susila=dasar-dasar kebaikan); Moralitas berarti kesusilaan;
sedangkan Etik (Ethics) = etika, tata susila. Sedangkan secara etika (ethical) diartikan pantas, layak,
beradab, susila. Jadi kata moral dan etika penggunaannya sering dipertukarkan dan disinonimkan, yang
sebenarnya memiliki makna dan arti berbeda. Moral dilandasi oleh etika, sehingga orang yang memiliki
moral pasti dilandasi oleh etika. Demikian pula perusahaan yang memilikietika bisnis pasti manajernya
dan segenap karyawan memiliki moral yang baik.
Moralitas adalah pedoman yang dimiliki individu atau kelompok mengenai apa itu benar dan salah,
atau baik dan jahat. Pedoman moral mencakup norma-norma yang kita miliki mengenai jenis-jenis
tindakan yang kita yakini benar atau salah secara moral, dan nilai-nilai yang kita terapkan pada objek-
objek yang kita yakini secara moral baik atau secara moral buruk. Norma moral seperti “selalu katakan
kebenaran”, “membunuh orang tak berdosa itu salah”. Nilai-nilai moral biasanya diekspresikan sebagai
pernyataan yang mendeskripsikan objek-objek atau ciri-ciri objek yang bernilai, semacam “kejujuran itu
baik” dan “ketidakadilan itu buruk”. Standar moral pertama kali terserap ketika masa kanak-kanak dari
keluarga, teman, pengaruh kemasyarakatan seperti masjid, gereja, sekolah, televisi, majalah, music dan
perkumpulan.
Hakekat standar moral:
1. Standar moral berkaitan dengan persoalan yang kita anggap akan merugikan secara serius atau benar-
benar menguntungkan manusia
2. Standar moral tidak dapat ditetapkan atau diubah oleh keputusan dewa otoritatif tertentu.
3. Standar moral harus lebih diutamakan daripada nilai lain termasuk (khususnya) kepentingan diri.
4. Standar moral berdasarkan pada pertimbangan yang tidak memihak
5. Standar moral diasosiasikan dengan emosi tertentu dan kosa kata tertentu.

3. Pengertian Etika Bisnis


Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini
berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku
bisnis. Etika bisnis merupakan studi standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam system
dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan
jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi.
Beberapa hal yang mendasari perlunya etika dalam kegiatan bisnis:
1. Selain mempertaruhkan barang dan uang untuk tujuan keuntungan, bisnis juga mempertaruhkan
nama, harga diri, bahkan nasib manusia yang terlibat di dalamnya.
2. Bisnis adalah bagian penting dalam masyarakat
3. Bisnis juga membutuhkan etika yang setidaknya mampu memberikan pedoman bagi pihak – pihak
yang melakukannya.
Bisnis adalah kegiatan yang mengutamakan rasa saling percaya. Dengan saling percaya, kegiatan
bisnis akan berkembang baik. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika yang
menjamin kegiatan. Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
antara lain ialah :
1. Pengendalian Diri
2. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)
3. Mempertahankan Jati Diri Dan Tidak Mudah Untuk Terombang-ambing Oleh Pesatnya Perkembangan
Informasi Dan Tekhnologi.
4. Menciptakan Persaingan Yang Sehat.
5. Menerapkan Konsep ‘Pembangunan Berkelanjutan’
6. Menghindari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi)
7. Mampu Menyatakan Yang Benar Itu Benar.
8. Menumbuhkan Sikap Saling Percaya Antara Golongan Pengusaha Kuat Dan Golongan Pengusaha Ke
Bawah.
9. Konsekuen Dan Konsisten Dengan Aturan Main Yang Telah Disepakati Bersama.
10. Menumbuhkembangkan Kesadaran Dan Rasa Memiliki Terhadap Apa Yang Telah Disepakati.
11. Perlu Adanya Sebagian Etika Bisnis Yang Dituangkan Dalam Suatu Hukum Positif Yang Berupa
Peraturan Perundang – undangan.
Masalah etika dalam bisnis dapat diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu: Suap (Bribery), Paksaan
(Coercion), Penipuan (Deception), Pencurian (Theft), Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination), yang
masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Suap (Bribery), adalah tindakan berupa menawarkan, memberi, menerima atau meminta sesuatu
yang berharga dengan tujuan mempengaruhi tindakan seorang pejabat dalam melaksanakan
kewajiban publik. Suap dimaksudkan untuk memanipulasi seseorang dengan membeli pengaruh.
'Pembelian' itu dapat dilakukan baik dengan membayarkan sejumlah uang atau barang, maupun
pembayaran kembali' setelah transaksi terlaksana. Suap kadangkala tidak mudah dikenali.
Pemberian cash atau penggunaan callgirls dapat dengan mudah dimasukkan sebagai cara suap,
tetapi pemberian hadiah (gift) tidak selalu dapat disebut sebagai suap, tergantung dari maksud dan
respons yang diharapkan oleh pemberi hadiah.
2. Paksaan (Coercion), adalah tekanan, batasan, dorongan dengan paksa atau dengan menggunakan
jabatan atau ancaman. Coercion dapat berupa ancaman untuk mempersulit kenaikan jabatan,
pemecatan, atau penolakan industri terhadap seorang individu.
3. Penipuan (Deception), adalah tindakan memperdaya, menyesatkan yang disengaja dengan
mengucapkan atau melakukan kebohongan.
4. Pencurian (Theft), adalah merupakan tindakan mengambil sesuatu yang bukan hak kita atau
mengambil property milik orang lain tanpa persetujuan pemiliknya. Properti tersebut dapat berupa
property fisik atau konseptual.
5. Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination), adalah perlakuan tidak adil atau penolakan terhadap
orang-orang tertentu yang disebabkan oleh ras, jenis kelamin, kewarganegaraan, atau agama. Suatu
kegagalan untuk memperlakukan semua orang dengan setara tanpa adanya perbedaan yang
beralasan antara mereka yang 'disukai' dan tidak.

4. Pentingnya Etika Dalam Dunia Bisnis


Perubahan perdagangan dunia menuntut segera dibenahinya etika bisnis agar tatanan ekonomi
dunia semakin membaik. Langkah apa yang harus ditempuh?.Didalam bisnis tidak jarang berlaku konsep
tujuan menghalalkan segala cara. Bahkan tindakan yang berbau kriminal pun ditempuh demi pencapaian
suatu tujuan. Kalau sudah demikian, pengusaha yang menjadi pengerak motor perekonomian akan
berubah menjadi binatang ekonomi. Terjadinya perbuatan tercela dalam dunia bisnis tampaknya tidak
menampakan kecenderungan tetapi sebaliknya, makin hari semakin meningkat. Tindakan mark up, ingkar
janji, tidak mengindahkan kepentingan masyarakat, tidak memperhatikan sumber daya alam maupun
tindakan kolusi dan suap merupakan segelintir contoh pengabaian para pengusaha terhadap etika bisnis.
Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma yang ada pada
masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan itu membawa serta etika-
etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun etika bisnis
terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak langsung. Dengan memetakan pola
hubungan dalam bisnis seperti itu dapat dilihat bahwa prinsip-prinsip etika bisnis terwujud dalam satu
pola hubungan yang bersifat interaktif. Hubungan ini tidak hanya dalam satu negara, tetapi meliputi
berbagai negara yang terintegrasi dalam hubungan perdagangan dunia yang nuansanya kini telah
berubah. Perubahan nuansa perkembangan dunia itu menuntut segera dibenahinya etika bisnis. Pasalnya,
kondisi hukum yang melingkupi dunia usaha terlalu jauh tertinggal dari pertumbuhan serta
perkembangan dibidang ekonomi.
Jalinan hubungan usaha dengan pihak-pihak lain yang terkait begitu kompleks. Akibatnya, ketika dunia
usaha melaju pesat, ada pihak-pihak yang tertinggal dan dirugikan, karena peranti hukum dan aturan main
dunia usaha belum mendapatkan perhatian yang seimbang. Salah satu contoh yang selanjutnya menjadi
masalah bagi pemerintah dan dunia usaha adalah masih adanya pelanggaran terhadap upah buruh. Hal
lni menyebabkan beberapa produk nasional terkena batasan di pasar internasional.

5. Penerapan Etika Pada Organisasi Perusahaan


Dapatkah pengertian moral seperti tanggung jawab, perbuatan yang salah dan kewajiban
diterapkan terhadap kelompok seperti perusahaan, ataukah pada orang (individu) sebagai perilaku moral
yang nyata? Ada dua pandangan yang muncul atas masalah ini:
Ekstrem pertama, adalah pandangan yang berpendapat bahwa, karena aturan yang mengikat, organisasi
memperbolehkan kita untuk mengatakan bahwa perusahaan bertindak seperti individu dan memiliki
tujuan yang disengaja atas apa yang mereka lakukan, kita dapat mengatakan mereka bertanggung jawab
secara moral untuk tindakan mereka dan bahwa tindakan mereka adalah bermoral atau tidak bermoral
dalam pengertian yang sama yang dilakukan manusia.
Ekstrem kedua, adalah pandangan filsuf yang berpendirian bahwa tidak masuk akal berpikir bahwa
organisasi bisnis secara moral bertanggung jawab karena ia gagal mengikuti standar moral atau
mengatakan bahwa organisasi memiliki kewajiban moral. Organisasi bisnis sama seperti mesin yang
anggotanya harus secara membabi buta mentaati peraturan formal yang tidak ada kaitannya dengan
moralitas. Akibatnya, lebih tidak masuk akal untuk menganggap organisasi bertanggung jawab secara
moral karena ia gagal mengikuti standar moral daripada mengkritik organisasi seperti mesin yang gagal
bertindak secara moral. Karena itu, tindakan perusahaan berasal dari pilihan dan tindakan individu
manusia, indivdu-individulah yang harus dipandang sebagai penjaga utama kewajiban moral dan
tanggung jawab moral : individu manusia bertanggung jawab atas apa yang dilakukan perusahaan karena
tindakan perusahaan secara keseluruhan mengalir dari pilihan dan perilaku mereka. Jika perusahaan
bertindak keliru, kekeliruan itu disebabkan oleh pilihan tindakan yang dilakukan oleh individu dalam
perusahaan itu, jika perusahaan bertindak secara moral, hal itu disebabkan oleh pilihan individu dalam
perusahaan bertindak secara bermoral.

6. Globalisasi, Perusahaan Multinasional dan Etika Bisnis


Globalisasi adalah proses yang meliputi seluruh dunia dan menyebabkan system ekonomi serta
sosial negara-negara menjadi terhubung bersama, termasuk didalamnya barang-barang, jasa, modal,
pengetahuan, dan peninggalan budaya yang diperdagangkan dan saling berpindah dari satu negara ke
negara lain. Proses ini mempunyai beberapa komponen, termasuk didalamnya penurunan rintangan
perdagangan dan munculnya pasar terbuka dunia, kreasi komunikasi global dan system transportasi
seperti internet dan pelayaran global, perkembangan organisasi perdagangan dunia (WTO), bank dunia,
IMF, dan lain sebagainya.
Perusahaan multinasional adalah inti dari proses globalisasi dan bertanggung jawab dalam
transaksi internasional yang terjadi dewasa ini. Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang
bergerak di bidang yang menghasilkan pemasaran, jasa atau operasi administrasi di beberapa negara.
Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang melakukan kegiatan produksi, pemasaran, jasa dan
beroperasi di banyak negara yang berbeda. Karena perusahaan multinasional ini beroperasi di banyak
negara dengan ragam budaya dan standar yang berbeda, banyak klaim yang menyatakan bahwa beberapa
perusahaan melanggar norma dan standar yang seharusnya tidak mereka lakukan.
B. PEMBAHASAN
Banyak persoalan etika dan dilema dalam bisnis internasional yang berakar pada system politik,
hukum, kemajuan ekonomi, dan budaya yang sangat berbeda antar Negara. Akibatnya, apa yang dianggap
abik di satu Negara belum tentu dianggap baik di Negara lain. Karena manajer bekerja untuk institusi yang
melebihi batas Negara dan budaya, maka manager dari perusahaan multinasional harus peka terhadap
perbedaan dan harus memlih kegiatan etika dalam berbagai keadaan karena berpotensi menimbulakan
masalah dalam etika.
Dalam tatanan bisnis internasional, persoalan etika yang paling umum adalah kebiasaan pekerja,
hak asasi manusia, peraturan lingkungan, korupsi, dan kewajiban moral dari perusahaan multinasional.
1. Kebiasaan para pekerja
Dalam kasus pembuka, masalah etika dihubungkan dengan kebiasaan pekerja di Negara lain.
Ketika kondisi kerja di Negara tempat investasi lebih rendah dari kondisi kerja dari tempat asal perusahaan
multinasional tersebut,standart apa yang harus dipilih? Apa dari Negara asal, Negara tempat investasi
atau diantaranya? Ketika tiap Negara dianggap sama, maka berapakah perbedaan yang dapat diterima?
Seperti, bekerja 12 jam sehari, gaji rendah dan gagal ,melindungi pekerja dari bahan berbahaya mungkin
umum dilakukan di beberapa Negara berkembang, tap apakah hal ini berarti bak bagi perusahaan
multinasional untuk menerima keadaan kerja tersebut atau memaafkan melalui pemborong? Seperti
kasus pada merk sepatu Nike, pendapat yang kuat dapat menjadi kebiasaan yang tidak tepat. Tapi tetap
meninggalkan pertanyaan, apakah standart yang harus digunakan? Kita harus kembali dan menyadari
kasus ini di bab selanjutnya. Untuk sekarang, mengumumkan standart minimal keamanan dan martabat
pekerja dan memakai jasa audit adalah cara yang terbaik untuk mengatasi maslah ini. Seperti yang
dilakukan perusahaan Levi Strauss yang pada tahun 1990an memutuskan kontrak dengan penyuplai
terbesar, The Tan Family. Karena The Tan memperkerjakan perempuan cina dan Filipina 74 jam per
minggu di halaman tertutup di Pulau Mariana.
2. Hak Asasi Manusia
Hak asasi dasar manusia di beberapa Negara masih belum dihargai. Seperti diantaranya,
kebebasan berorganisasi, kebebasan berbicara, kebebasan berpolitik, dan sebagainya. Contoh yang apling
nyata adalah yang terjadi di Afrika Selatan. Yaitu politik pembedaan warna kulit (apartheid) yang terjadi
sampai tahun 1994. Apartheid adalah pemisahan kulit putih dengan kulit hitam yang menyediakan
pekerjaan bagi kulit putih dan melarang kulit hitam bekerja pada usaha yang dikelola kulit putih. Meskipun
menggunakan sistem seperti ini, banyak pengusaha barat beroperasi di Afrika Selatan. Tahun 1980,
banyak yang menanyakan kebijakan ini. Mereka berpendapat, investasi mereka menikkan status ekonomi
dan dapat menekan rezim yang berkuasa.
Beberapa perusahaan barat mengubah kebijakan mereka, diantaranya General Motors (GM). GM
menggunakan prinsip Sullivan, yaitu seorang anggota jajaran kepengurusan GM. Sullivan berpendapat
bahwa GM dapat beroperasi di Afrika Selatan dengan dua syarat, yaitu perusahaan tidak boleh melakukan
hukum apartheid dan dengan kekuatan yang dimiliki, perusahaan harus berusaha melakukan usaha untuk
penghapusan politik apartheid.
Hukum Sullivan ini digunakan oleh semua perusahaan barat yang beroperasi di Afrika Selatan.
Perlawanan ini diabaikan oleh pemerintah Afrika Selatan karena mereka tidak mau melawan para
investor. 10 tahun kemudian, Sullivan mengatakan bahwa teorinya tidak cukup untuk menghapus politik
apartheid. Dan beberapa perusahaan yang menjalankan hukum ini tidak bisa meneruskan usaha mereka
di Afrika Selatan. Diantaranya Exxon, GM, Kodak, IBM dan Xerox. Pada saat bersamaan, dana pension
mengatakan tidak mau bekerjasama dengan perusahaan yang menjalankan usaha di Afrika Selatan.
Tekanan ini dan akibat sanksi ekonomi yang diberikan AS, berjasa atas penghapusan politik
apartheid dan memperkenalkan Pemilihan Umum pada 1994. Hal ini dinilai meningkatkan hak asasi
manusia di afrika selatan. Meskipun perubahan terjadi di Afrika Selatan, masih ada beberapa rezim yang
masih berjalan di dunia ini. Apakah pantas melakukan usaha di Negara seperti ini? Banyak yang berkata,
bahwa investasi bisa menekan kebijakan ekonomi, politik, dan social yang membuat rakyat melawan
kepada rezim. Hal ini telah dijelaskan di bab 2 dimana kemajuan ekonomi bisa menekan untuk demokrasi.
Secara umum, perusahaan multinasional yang berinvestasi di Negara yang kurang demokratis bisa
meningkatkan HAM di Negara tersebut. Seperti di China, meskipun dikenal kurang demokrasi dan sering
dipertanyakannya HAM disana, ternyata investasi bisa meningkatkan kondisi ekonomi dan meningkatkan
standart kehidupan. Kemajuan ini secara tidak langsung menekan rakyat Cina agar lebih berani
berpartisipasi dalam pemerintahan, politik dan kebebasan berbicara. Tapi pendapat ini masih terbatas.
Seperti kasus di Afrika Selatan, beberapa rezim tidak setuju bahwa investasi bisa mendukung perbaikan
etika. Contoh lain adalah Myanmar (Burma). Dikuasai rezim militer lebih dari 40 tahun, Myanmar adalah
salah satu pelaggar HAM paling berat. Tahun 1990an banyak perusahaan Barat dituduh melampaui batas
etika yang sangat keras. Beberapa pengejek verpendapat bahwa Myanmar adaah Negara dengan ekonomi
kecil, sehingga hukuman tidak mampu membuat begitu bereaksi, seperti apa yang ada di Cina. Nigeria
adalah Negara lain yang perlu dipertanyakan, ketka investasi membuat pelanggaran terhadap HAM. Yang
paling terkenal adalah Royal Dutch Shell, perusahaan minyak terbesar di negeri itu yang sering diprotes.
Tahun 1990an beberapa suku memprotes karena Royal Dutch Shell menyebabkan polusi dan gagal
memberi kompensasi. Shell dilaporkan meminta bantuan Brigade Mobil Nigeria untuk mengakhiri protes
para demonstran. Hasilnya menjadi berdarah. Di desa Umuechem, pasukan membunuh 80 demonstran
dan menghancurkan 495 rumah. Tahun 1993, protes di bagian Ogoni karena masalah pipa milik Shell dan
pasukan diminta lagi menghentikan protes. Hasilnya, 27 desa rusak, 80000 kehilangan tempat tinggal dan
2000 terbunuh.
Kritik bermunculan dan Shell disalahkan sebagai pemicu pembantaian. Shell tidak menggubris hal ini dan
pasukan menjadikan alasan demonstrsi sebagai cara untuk membunuh kelompok yang selama beberapa
lama berseberangan dengan pemerintah. Hal ini merubah kebijakan Shell dengan membuat mekanisme
dari dalam untuk membuat acuan agar tidak bertentangan dengan HAM.
3. Peraturan Lingkungan (Polusi )
Masalah etika muncul ketika peraturan lingkungan di negara investasi lebih rendah dibandingkan
dari negara asal investor. Banyak negara maju yang mengatur tentang peraturan dasar tentang
pembuangan gas emisi, pembuangan bahan berbahaya, penggunaan bahan beracun dan sebagainya.
Peraturan ini kadang kurang diperhatikan di negara berkembang dan menurut laporan,hasil polusi industri
tersebut bisa sampai ke tiap rumah.
Contohnya adalah yang terjadi di Nigeria. Pada laporan tahun 1992 oleh pemerhati lingkungan
isinya: Industri minyak telah menyebabkan polusi udara baik siang maupun malam, menghasilkan gas
beracun yang secara diam – diam dan secara sistematis mengganggu biota air dan membahayakan hidup
dari tanaman, permainan dan manusia itu sendiri, kita telah polusi air secara meluas dan polusi tanah
yang menyebabkan kematian terhadap hewan air, dan ikan dan di sisi lain lahan pertanian terkontaminasi
dan tanah menjadi berbahaya untuk ditanami, meskipun mereka meneruskan menggunakannya. Contoh
diatas menunjukkan bahwa kontrol terhadap polusi di Nigeria kurang dibandingkan dengan di negara
maju.
Haruskah perusahaan multinasional merasa tidak bersalah telah membuat polusi di negara lain?
Apakah bermoral ketika suatu perusahaan memutuskan berproduksi di negara berkembang karena
kontrol terhadap polusi tidak diperlukan dan perusahaan bebas merusak lingkungan dan mungkin
membahayakan penduduk lokal demi menekan biaya produksi dan mendapatkan keuntungan sebesar –
besarnya? Apakah hal yang benar dan tindakan moral seperti apakah yang harus digunakan menghadapi
keadaan seperti itu? Membuat polusi demi keuntungan ekonomi atau mengikuti peraturan yang melekat
tentang standart pengaturan polusi? Pertanyaan ini menjadi penting karena sebagian besar dari
lingkungan adalah milik umum tanpa ada pemilik tetapi semua orang bisa merampasnya. Tidak ada
seorangpun yang memiliki udara dan lautan tapi merusak keduanya tidak peduli dimana tempatnya
merugikan semuanya. Lautan dan udara adalah barang yang semua orang membutuhkan tapi tidak ada
seorangpun yang bertanggung jawab.
Dalam beberapa kasus fenomena yang dikenal sebagai tragedi yang sering menjadi diterima dan
biasa. Tragedi terjadi ketika sumberdaya digunakan oleh semua orang dan digunakan berlebihan sehingga
mengalami kerusakan. Kata fenomena pertama digunakan oleh Garrett Hardin yang menjelaskan masalah
pada abad 16 di Inggris. Daerah terbuka yang umum bagi semua digunakan sebagai padang untuk
menggembala ternak. Orang miskin menggunakan padang rumput ini dan ternyata menambah
penghasilan mereka. Sangat menguntungkan ketika terus menambah jumlah ternak, tetapi masalah sosial
yang dihadapi jauh dari keuntungan yang didapatkan dari beternak. Hasilnya menghabiskan rumput,
merusak padang rumput dan menghabiskan kandungan alam yang ada.
Dalam masyarakat modern, perusahaan bisa berperan membuat tragedi global dengan cara
memindahkan usaha ke tempat yang bisa dengan bebas membuang limbah ke udara atau ke laut dan
sungai dan dapat merusak hal yang berharga di alam ini. Mungkin hak ini tidak melanggar hukum, tapi
apakah pantas dilakukan? Sekali lagi, diperlukan respon sosial terhadap etika yang berlaku.
4. Korupsi
Kasus korupsi menjadi masalah utama di hampir semua sejarah manusia dan terus berlanjut
sampai sekarang. Korupsi ada dan akan selalu ada dalam pemerintahan. Bisnis internasional mendapatkan
keuntungan dengan membayar pemerintahan yang seperti ini. Contoh klasik adalah kejadian pada tahun
1970an. Carl Kotchian, presiden dari Lockheed membayar $12,5 juta kepada agen Jepang dan pemerintah
untuk memuluskan pesanan besar untuk Lockheed Tristar dari Nippon Air. Ketika hal ini diketahui, pejabat
dari AS menuduh Lockheed membuat laporan palsu dan menggelapkan pajak. Meskipun pembayaran ini
di Jepang diterima dari bagian bisnis, hal ini menjadi skandal dan kasus yang besar. Pejabat pemerintah
dianggap melanggar hukum, satu anggota bunuh diri, pemerintahan bermasalah dan masyarakat Jepang
marah. Ternyata pembayaran seperti ini tidak diterima oleh masyarakat Jepang. Hal ini dianggap tidak
berbeda dengan uang suap yang dibayarkan kepada pejabat untuk melancarkan pesanan raksasa seperti
Boeing. Kotchian berlaku sangat tidak pantas dan berpendapat bahwa pembayaran tersebut sah. Dan
ternyata hal itu sama sekali salah!
Kasus Lockheed mendorong Foreign Corrupt Practices Art pada tahun 1977 tang telah dijelaskan di bab 2.
ini berisikan tentang memberikan uang suap terhadap pejabat negara lain untuk melancarkan bisnis.
Beberapa perusahaan AS menganggap ini adalah kerugian dalam bersaing. Dan hal ini dianggap sebagai
pembayaran perantara. Sebagaian mengetahui sebagai uang cepat dan hal ini dilakukan
untukmengamankan kontrak yang belum aman atau membayar untuk mendapatkan perlakuan istimewa
dari pemerintah setempat tetapi tidak mendapatkan hak tersebut di negara lain.
Tahun 1997, anggota dari Organization for Economic Cooperation and Development ( OECD )
membuat AS menggunakan Convention on Combating Bribery of Foreign Public Officials in International
Business Transactions. Pertemuan yang diadakan pada 1999 menyuruh anggota agar memasukkan
penyuapan sebagai tindakan kriminal. Pertemuan ini juga memperantarai pembayaran antara perusahaan
dan pemerintahan secara rutin. Agar menjadi efektif, hukum ini harus diadopsi ke hukum lokal di setiap
negara dan sampai sekarang sedang diusahakan.
Ketika menyalurkan pembayaran, masalah etika masih menjadi hal yang gelap. Di banyak negara,
pembayaran terhadap pejabat pemerintah sudah menjadi bagian hidup sehari – hari. Baberapa
berpendapat tidak berinvestasi karena tidak mau membayar suap mengacuhkan bahwa investasi bisa
meningkatkan standart ekonomi dengan menambah pendapatan dan menambah lapangan kerja. Dari hal
tersebut, memberi suap meskipun salah mungkin adalah hal yang harus dibayar untuk mendapatkan
sesuatu yang lebih baik. Beberapa langkah ekonomi ini dinilai dapat menembus regulasi tidak praktis pada
negara berkembang sehingga dapat membantu korupsi untuk tumbuh! Teori ekonomi ini membuat
beberapa negara merubah batas mekanisme pasar, korupsi dalam pasar gelap, penyelundupan dan
pembayaran rahasia pada para birokrat untuk mempercepat usaha sehingga menambah kesejahteraan.
Pendapat seperti ini digunakan untuk membujuk kongres AS untuk menerima pembayaran dari Foreign
Corrupt Prctices Act.
Sebaliknya, pakar ekonomi lain mengatakan bahwa korupsi mengurangi pendapatan dari investasi
bisnis dan membuat pertumbuahn ekonomi rendah. Di negara dimana korupsi menjadi hal biasa, birokrat
yang tidak produktif yang menginginkan pembayaran lain untuk memberi izin mengalihkan keuntungan
bisnis. Pengurangan keuntungan ini memperlambat tingkat pertumbuhan ekonomi. Penelitian terhadap
lebih dari 70 negara menunjukkan bahwa korupsi mempunyai dampak negatif yang signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di suatu negara.
Debat dan rumitnya masakah ini tetap berlangsung dan sekali lagi kita dapat memutuskan memberi suap
adalah hal yang tidak pantas dilakukan. Benar, bahwa korupsi adalah tidak baik dan menggangu
perekonomian suatu negara tapi pada kasus tertentu dibutuhkan pembayaran terhadap pemerintah agar
menghapuskan halangan untuk menciptakan lapangan kerja baru. Bagaimanapun, suap membuat korusi
semakin buruk dan buruk. Korupsi kembali pada diri masing – masing dan memulai untik tidak korupsi
adalah hal yang tidak mustahil meskipun sulit. Pendapat ini memperkuat masalah etika agar jangan
mendekati korupsi apapun keuntungan yang didapat dari korupsi.
Banyak perusahaan multinasional yang setuju dengan kalimat ini, seperti contohnya perusahaan minyak
BP yang tidak memberi toleransi sedikitpun terhadap pelaku korupsi.
5. Kewajiban moral
Perusahaan multinasional mempunyai kekuatan untuk mengatur sumber daya dan kemampuan
mereka untuk memindahkan produksi dari satu negara ke negara lain. Kekuasaan tersebut tidak hanya
dibatasi oleh hukum dan peraturan tapi juga oleh kedisiplinan dari pasar dan proses yang bersaing juga
penting. Beberapa berkata bahwa kekuasaan yang berakar pada tanggung jawab sosial bisa memberikan
suatu komunitas hasil yang baik dan kemajuan. Konsep awal dari tanggung jawab sosial adalah sebuah ide
yang dimiliki pengusaha yang harus mempertimbangkan konsekuensi sosial ketika membuat keputusan
bisnis dan harus membuat anggaran untuk menentukan agar tercipta ekonomi yang baik dan konsekuensi
sosial yang baik.
Tanggung jawab sosial mudah dilakukan karena suatu cara yang baik untuk emlakukan sebuah
bisnis. Beberapa berpendapat bahwa bisnis, umumnya bisnis besar harus menyadari kewajiban
kebangsawanan mereka dan harus memberi imbal balik pada masyarakat yang membuat mereka menjadi
sukses. Kewajiban kebangsawanan berasal dari bahasa perancis yang artinya kehormatan dan murah hati
yang dimiliki oleh seorang bangsawan.
Dalam dunia bisnis, menjadi murah hati adalah sebuah tangung jawab menjadi usahawan yang
sukses. Hal ini telah lama disadari oleh pengusaha dan hal ini dapat menjadikan menaikkan kesejahteraan
dari komunitas dimana mereka menjalankan usaha.
Bagaimanapun juga, masih ada beberapa perusahaan yang menyalahgunakan kekuasaan demi
kepentingan pribadi. Cerita sejarah yang paling terkenal adalah the British East India Company. Didiriakn
pada tahun 1600, the East India Company menjadi kekuatan yang dominan di India pada abad ke 19.
besarnya kekuasaan dapat dilihat dari mereka mempunyai 40 kapal perang, memiliki pasukan tentara
terbesar di dunia dan secara de facto menguasai 240 juta penduduk dan memiliki uskup tersendiri untuk
menunjukkan dominasi mereka dalam dunia kegamaan.
Kekuasaan adalah hal yang normal. Tergantung kekuatan tersebut digunakan untuk apa. Bisa digunakan
untuk hal yang baik untuk meningkatkan kesejahteraan yang pantas dilakukan atau bisa digunakan untuk
mengerjai yang bertingkah tidak pantas. Seperti dalam kasus News Corporation yang merupakan salah
satu kerajaan media terbesar di dunia yang terdapat dalam Mamajemen Focus. Kekuasaan yang mereka
peroleh, mereka dapat dengan cara membangun persepsi publik dengan cara memilih berita – berita yang
mereka tayangkan. Pendiri News Corporation dan CEO Rupert Murdoch telah lama menyadari bahwa
China akan menjadi salah satu pasar yang menjajikan dalam pasar media dan tanpa izin mereka
memperluas jaringan News Corporation di China yang menggunakan satelit Star TV. Beberapa yang tidak
setuju mengatakan bahwa Murdoch menggunakan cara yang tidak pantas untuk menyelesaikan tujuan
ini.
Beberapa perusahaan multinasional telah menyadari kewajiban moral ini yaitu menggunakan kekuasaan
mereka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. BP, salah satu perusahaan minyak
terbesar dunia, telah membuat keputusan untuk melakukan investasi sosial di negara mereka melakukan
usaha. Di Algeria, BP melaksanakan proyek gas di tengah gurun Salah.ketika perusahaan mengetahui
bahwa dai Salah kekurangan air, perusahaan membangun 2 pipa air untuk menyediakan minum dan
menyediakan air agar dapat dibawa pulang oleh penduduk Salah. Tidak adal alasan ekonomi untuk
melakukan hal ini, tapi perusahaan percaya bahwa mereka memiliki tanggung jawab moral untuk
membangun masyarakat. Meskipun hal ini kecil bagi BP, tapi merupakan hal yang penting bagi penduduk
lokal.
6. Dilemma Etika
Kewajiban etika dari perusahaan multinasional terhadap kondisi tenaga kerja, HAM, korupsi,
pencemaran lingkungan, dan penggunaan energi tidak terlalu jelas. Disini kemungkinannya adalah tidak
adanya kompromi atau pembicaraan lebih lanjut tentang pemahaman terhadap etika tersebut. Dari
pandangan bisnis internasional, terdapat perdebatan apakah etika tergantung pada satu pandangan
budaya.
Di USA, eksekusi hukuman dapat diterima, tapi pada budaya lain ini tidak ditrima-eksekusi
hukuman mati dipandang sebagai suatu hinaan terhadap harga diri manusia dan hukuman mati tidak
dibenarkan. Banyak orang Amerika memandang bahwa cara berpikir seperti itu aneh, tapi orang-orang
Eropa memandang orang Amerika kejam. Terhadap orientasi bisnis misalnya, praktek ”gift giving” antara
pihak-pihak terhadap negosiasi bisnis.
Ketika praktek ini betul-betul dipertimbangkan sebagai tindakan yang benar dan pantas di budaya
Asia, beberapa orang barat memandang praktek ini sebagai bentuk suap, dan oleh karena itu dianggap
tidak beretika, terutama apabila pemberian tersebut merupakan sesuatu yang penting.
Manager harus dihadapkan pada kenyataan etika dilema. Contohnya, bayangkan apabila eksekutif
Amerika berkunjung dan melihat cabang perusahaannya yang bertempat di negara miskin mengupah
gadis berusia 12 tahun untuk bekerja di perusahaannya. Hal ini cukup mengejutkan melihat bahwa cabang
perusahaannya menggunakan tenaga kerja anak-anak telah melanggar kode etika yang dimiliki oleh
perusahaan tersebut, orang amerika tersebut menginstruksikan kepada manager local untuk mengganti
anak-anak dengan orang dewasa. Manager local mematuhi perintah tersebut. Gadis yatim piatu tersebut
yang bekerja untk mencari sesuap nasi untuk dia dan adiknyayang baru berumur 6 tahun, sudah tidak
mendapat pekerjan lain, da dia putus asa sampai pada akhirnya dia bekerja di bidang prostitusi. Dua tahun
kemudian dia meninggal karena penyakit AIDS. Akhirnya adiknya menjadi pengemis. Si adik bertemu
dengan orang Amerika tersebut ketika ia mengemis di luar Mc. Donald’s. Sebenarnya keadaan ini
merupakan tanggung jawabnya yang dia lupakan., anak laki-laki itu mengemis pada orang Amerika
tersebut. Dan orang Amerika itu mempercepat langkahnya dan berjalan lebih cepat dan masuk ke Mc.
Donald’s dimana dia memesan empat buah chesseburger, kentang goreng, milkshake. Satu tahun
kemudian anak laki-laki itu terserang TBC dan akhirnya meninggal.
Setelah berkunjung orang Amerika tersebut sedikit memahami keadaan gadis itu,. Haruskah dia
tetap menwarkan penggantian tersebut? mungkin tidak! Seharusnya ini lebih baik, oleh karena, dia
memberikan status quo dan mengajak gadis itu kembali bekerja lagi? Tentu saja tidak, karena hal tersebut
seharusnya melanggar dan terlarang dengan beberapa alasan melawan kode etika pada perusahaan yang
mempekerjakan tenaga kerja anak-anak. Lalu apa yang seharusnya dilakukan? Apa kewajiban dari
eksekutif terhadap dilemma ini?
Pertanyaan tersebut tidak mudah untuk dijawab. Hal tersebut merupakan kemurnian dari etika
dilemmas-merupakan situasi yang tidak ada alternatifnya seperti penerimaan terhadap etika sendiri. Pada
kasus ini, tenaga kerja anak-anak tidak dapat diterima, tapi tidak dapat dipungkiri bahwa gadis itu adalah
pekerja, dan tidak dapat dipungkiri juga bahwa diahanya mencari sumber pendapatan. Apa yang
diinginkan eksekutif Amerika, apa yang diinginkan manager, adalah arah moral, atau mungkin pemecahan
masalah etika, yang dapat menjadi panduan bagi manager untuk mencari solusi etika dilemma. Nanti pada
chapter ini kita akan menjelaskan garis besar apa yang dimaksud arah moral, atau pemecahan masalah
etika, yang keduanya serupa. Untuk saat ini, sudah cukup dimengerti bahwa etika dilemma tetap terjadi
karena tetap menjadi hal yang rumit di dunia, sulit untuk digambarkan, dan menyebabkan konsekwensi
pertama, kedua, dan ketiga sulit untuk diukur. Melakukan hal yang benar, atau mengetahui hal yang
mungkin benar, seringkali sulit untuk dilakukan.
7. Akar dari tindakan yang tidak beretika
Banyak manager berlaku seperti tidak beretika di bidang bisnis internasional. Kelompok investor
Amerika mulai tertarik untuk memulihkan SS United States, yang yang dulunya adalah kapal mewah.
Langkah pertama untuk memulihkannya adalah penarikan asbestos kapal. Asbestos adalah material racun
yang diproduksi dari abu murni yang pabila dihirup dapat menyebabkan efek yang berakibat kerusakan
paru-paru, kanker, dan kematian. Atas dasar itu, pemerintah di negara-negara tersebut menekan standar
pengembangan perubahan asbestos. Beberapa perusahaan U.S, dengan standar yabg ditetapkan di
Amerika, mengupah pekerjanya lebih dari $100 milion. Perusahaan di Ukraina menawarkan untuk
melakukan pekerjaan tersebut dengan upah $2 milion, jadi kapal-kapal tersebut ditarik ke pelabuhan
Ukraina di Sevastopol. Dengan persetujuan upah $2 milion, ini menunjukkan bahwa perusahaan Ukraina
tidak dapat mengadopsi standar seperti di Amerika. Sebagai konsekwensinya, pekerjanya memiliki resiko
yang signifikan dalam menghasilkan asbestos-penyebar penyakit. Apabila pada kasus ini, keinginan untuk
menghemat biaya dapat diartika oleh investor Amerika sebagai tindakan yang tidak beretika, dengan
sepengetahuan mereka mncari keuntungan bagi perusahaan dengan tidak melindungi pekerjanya
terhadap resiko kesehatan.
Kenapa manager melakukan tindakan yang tidak beretika? Tidak ada jawawan yang simpel untuk
menjawab pertanyaan tersebut, karena penyebab yang rumit, tapi sedikit pernyataan dapat dibuat (lihat
gambar 4.1). pertama, etika bisnis tidak dapat dipisahkan dari etika personal, yang secara umum dapat
diterima panduannya tentang prinsip salah dan benar bagi individu. Sebagai individu, kita secara tipikal
tahu bahwa berbohong, dan mencuri adalah salah-hal ini tidak beretika-dan tahu tindakan yang benar
adalah yang jujur dan terhormat, dan tetap teguh pada apa yang kita percaya untuk menjadi baik dan
benar.
Hal ini pada umumnya benar di mata masyarakat. Kode etika seseorang yang berdampingan
dengan kepribadian kita berasal dari beberapa sumber, yang terdiri dari keluarga kita, sekolah kita,
kepercayaan kita, dan media. Kode etika personal kita mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
tindakan kita sebagai pelaku bisnis. Seorang individu yang punya kepekaan kuat terhadap etika adalah
orang yang jarang sekali bertindak tidak beretika pada bidang bisnis. Ini merupakan langkah pertama
untuk membuktikan bahwa kepekaan yang tinggi terhadap etika bisnis bagi masyarakat menegaskan
kekuatan dari personal ethics.
Manager suatu perusahaan yang bekerja ke luar negeri di perusahaan multinasional (manager
ekspatriat) mungkin memiliki pengalaman luar biasa tentang tekanan terhadap pelanggaran personal
ethics. Mereka keluar dari kebiasaan sosial dan budaya yang mendukungknya, yang secara psikologi dan
geografi jauh dari perusahaan induk. Mereka mungkin merasakan perbedaan budaya di setiap tempat
yang berbeda nilainya pada norma etika yang dianggap penting di perusahaan induk, dan mereka mungkin
mengalah dengan pekerja lokal yang memiliki standar etika yang keras. Perusahaan induk mungkin
mendesak manager ekspatriat untuk mencapai cita-cita yang kurang relistis yang hanya dapat dicapai
dengan mengambil jalan tengah atau berpura-pura tidak beretika. Contohnya, untuk memenuhi mandat
penting tentang pencapaian tujuan, manager ekspatriat mungkin memberi suap untuk memenangkan
kontrak atau mungkin melakukan pengamatan kondisi dan kontrol lingkungan yang minimal dapat
diterima.
Manager lokal mungkin menganjurkan ekspatriat untuk mengadaptasi tindakannya. Oleh karena
jarak geografis, perusahaan induk mungkin tidak dapat untuk mengamati bagaimana manager ekspatriat
memenuhi tujuannya, atau mungkin memilih untuk tidak mengamati bagaimana mereka melakukannya,
dengan mengijinkan tindakan untuk berjalan baik dan tetap dilakukan. Juga, banyak penelitian tentang
tindakan yang tidak beretika pada bidang bisnis telah menyimpulkan bahwa pelaku bisnis kadangkala
tidak menyadari tindakan mereka yang tidak beretika, utamanya karena kesalahan pengucapan. Apakah
ini suatu keputusan atau tindakan etika? Malah, mereka mereka menggunakan perhitungan bisnis untuk
membuat keputusan bisnis, untuk mendapatkan keputusan tersebut mungkin juga membutuhkan ukuran
etika.
Kesalahan pada prosesnya bisa terjadi apabila tidak menggabungkan pertimbangan etika untuk
membuat keputusan bisnis. Hal ini dapat ditunjukkan pada kasus Nike ketika manager memutuskan
membuat subkontrak (lihat kasus pembukaan). Keputusan tersebut mungkin saja dipilah karena
pertimbangan dasar pada bisnis variamel seperti biaya, pengiriman, dan kualitas produk, dan manager
kunci salah mengucapakan, bagaimana subkontraktor memperlakukan tenaga kerjanya? Apabila mereka
mempertanyakan pertanyaan tersebut, mereka kemungkinan beralasan bahwa itu adalah urusan
subkontraktor, bukan mereka. (contoh lainnya pada pengambilan keputusan bisnis yang mungkin tidak
beretika, lihalah Management Focus yang menuliskan keputusan Pfizer’s untuk mencoba eksperimen
obatnya kepada anak-anak yang menderita meningitis di Nigeria.
Sayangnya suasana di beberapa tidak mendorong seseorang untuk berpikir sampai konsekwensi etika
terhadap keputusan bisnis. Ini menunjukkan pada kita 3 penyebab tindakan yang tidak beretika pada
bisnis-budaya organisasi yang mengabaikan etika bisnis, mengurangi keputusan pada kegiatan ekonomi
yang bersih. Istilah budaya organisai berhubungan dengan nilai dan norma yang merupakan bagian
diantara pekerja pada organisasi. Kamu akan kembali memgingat dari chapter 3bahwa nilai adalah ide
abstrak apa yang dipercaya suatu kelompok untuk menjadi lebih baik, benar, dan sangat diperlukan,
sedangkan norma adalah kebiasaan sosial dan petunjuk yang menentukan tindakan yang tepat pada
situasi penting. Hanya sebagai masyarakat yang berbudaya, yang dapat melakukan aktivitas bisnis. Secara
bersamaan, nilai dan norma membentuk budaya pada organisasi bisnis, dan budaya tersebut memiliki
pengaruh penting pada etika untuk mengambil keputusan bisnis.
Penulis Robert Bryce telah menjelaskan tentang keadaan budaya orgaisasi saat ini-kebangkrutan yang
dialami perusahaan energi multinasional Enron terjadi akibat ketamakan dan penipuan. Menurut Bryce,
hal tersebut dibuat oleh top manager yang mengambil keputusan sendiri untuk memperkaya dirinya
sendiri dan keluarganya. Bryce menunjukkan bagaiman ex-CEO Kenneth Lay membuat keyakinan
keuntungan keluarganya kebanyakan dari Enron. Banyak perusahaan bisnis travel Enron dijalankan oleh
travel agency yang dimiliki adik Lay. Ketika internal auditor merkomendasikan bahwa perusahaan itu
dapat melakukan hal yang lebih baik apabila menggunakan travel agency lain, dia segera mengundurkan
diri dari perusahaannya. Pada tahun 1997, Enron memperoleh sebuah perusahaan yang dijalankan oleh
anak dari Kenneth Lay, Mark Lay, yang mecoba mengembangkan usahanya pada bisnis perdagangan
bubur kayu dan kertas. Saat itu, Mark Lay dan perusahaan lainnya yang dia kontrol menjadi target
investigasi kriminal penipuan, dan penggelapan. Sebagai bagian ddari keputusannya, Enron mengangkat
Mark Lay sebagai eksekutif dengan kontrak 3 tahun dengan jaminan $1 milin yang dibayar setiap eriode,
plus pilihan untuk menjual 20.000 lembar saham Enron. Bryce juga mendetailkan anak laki-lakinya yang
sudah dewasa menggunakan jet Enron untuk mengirimkan bed ukuran besar ke prancis. Deengan Kenneth
Lay sebagai contohnya, ini mungkin bukan hal mengejutkan lagi bahwa keegoisan suatu saat akan
mendatangkan kehancuran pada Enron. Catatan paling penting adalah contoh pada Kepala Keuangan
Andrew Fastrow yang membuat ”off balance sheet” yang bekerja sama bukan hanya menyembunyikan
kondisi financial perusahaan Enron dari investor , tapi juga membayar membayar miliar dollar ke Fastrow.
(fastrow kemudian terbukti melakukan tindakan kriminal penipuan dan dihukum penjara.)
Penyebab keempat dari tindakan yang beretika sudah ditunjukkan pada-ini ditekankan oleh induk
perusahaan untuk melaksanakan memainkan cara yang kuang relistis yang dapat dicapai hanya dengan
mengambil jalan tengah atau bertindak seerti tidak beretika. Lagi, Bryce membicarakan bagaimana hal ini
kemungkinan dapat terjadi di Enron. Penyukse Lay sebagai CEO, Jeff Skilling, mengambil sistem evaluasi
performa di tempat yang memasangkan lebih dari 15% dari underperformer setiap 6 bulan. Ini membuat
tekanan-alat budaya pada performa jarak dekat, dan respon beberapa eksekutif dan pedagang energi
yang menekan dengan memalsukan nilai dari perdagangan, contohnya-0untuk membuat hal ini terlihat
membuat performa yang lebih baik dari yang sebenarnya.
Penjelasan dari kegagalan Enron adalah bahwa budaya organisasi dapat mengesahkan tindakan yang
dianggap tidak beretika, pentingnya ketika hal ini digabungkan dengan fokus dari menentukan tujuan
dengan tidak beretika, seperti memperbesar jangka pendek dari ekonomi, tidak peduli berapa biayanya.
Pada keadaan seperti itu, disana terdapat kemungkinan yang lebih besar dari biasanyabahwa manager
akan melanggar etika personalnya sendiri dan menggunakan tindakan yang tidak beretika. Dengan hal
yang sama, budaya organisasi dapat melakukan hal yang sebaliknya dari tindakan yang beretika. Pada
Hewlett-Packard, misalnya, Bill Hewlett dan David Packard, pendiri perusahaan, memperbanyak jumlah
dari nila yan diketehui sebagai The HP Way. Nilai ini, yang membentuk jalan bisnis adalah memimpin
keduanya dan dengan badan hukum, memiliki komponen etika yang penting. Antara hal yang lainnya,
mereka menekankan kebutuhan untuk kepercayaan diri dan berkenaan dengan seseorang, membuka
komunikasi, dan terfokus pada pekerja individu.
Enron dan Hewlett-Packard contohnya menunjukkan dasar dari penyebab kelima dari kegiatan
yang tidak beretika-kepemimpinan. Pemimpin membantu mengembangkan budaya dari organisasi, dan
mereka menjadi contoh bagi pengikut lainnya. Pekerja lain pada bidang bisnis seringkali menggunakan
petunjuk dari pemimpin mereka, dan apabila pemimpin tersebut tidak memiliki tindakan pada hal etika,
mereka mungkin juga tidak. Ini bukan tentang hal yang dikatakan oleh pemimpinnya, tapi apa yang
mereka lakukan. Enron contohnya, memiliki kode etika bahwa Kennet Lay seringkali menyerah pada
dirinya sendiri, tapi tindakan Lay sendiri adalah untuk memperbanyak jumlah keluarganya di
perusahaanya daripada hal lainnya.

Mencermati kasus suap menyuap yang melibatkan anggota KPPU M. Iqbal


dan Presdir First Media Billy Sindoro dapat membuka mata kita bahwa
begitu kotornya etika bisnis di Indonesia. Jika etika bisnis seperti
itu masih dipertahankan maka jangan harap korupsi dapat hilang dari
negara kita. Oleh karena itu, jangan ada lagi pengusaha-pengusaha di
Indonesia yang memiliki etika bisnis seperti Lippo.

Lippo Group yang dikenal sebagai perusahaan besar di Indonesia saja


ternyata memiliki etika bisnis yang sangat buruk. Dengan kasus Suap
KPPU sangat jelas telihat bahwa Billy Sindoro (tangan kanan Bos Lippo
Group) menyuap M. Iqbal untuk mempengaruhi putusan KPPU dalam kasus
dugaan monopoli Siaran Liga Inggris. Lippo ingin Astro Malaysia tetap
menyalurkan content ke PT Direct Vision (operator Astro Nusantara)
meski Astro Malaysia tengah bersiteru dengan Lippo Group. Jika
Investor Asing seperti Astro Malaysia diperlakukan seperti itu maka
tidak akan ada lagi investor asing yang mau masuk ke Indonesia.
Akibatnya, perekonomian Indonesia akan semakin buruk dan akan terjadi
krismon entah yang ke berapa kalinya, apalagi dalam berita hari ini BI
rate naik dari 0,25 % menjadi 9,5 %….

Surat Kabar Sinar Harapan tahun 2003 pernah membuat artikel dengan
judul Bank Lippo dan Bayang-bayang “The Riady Family”. Dalam artikel
tersebut dijelaskan bahwa keluarga Riady, pemilik Group Lippo juga
pernah tersandung masalah yaitu mereka merekayasa laporan keuangan
Bank Lippo. Seperti yang dikutip dari SK Sinar Harapan, “Kasus Bank
Lippo kali ini bermula dari terjadinya perbedaan laporan keuangan
kuartal III Bank Lippo, antara yang dipublikasikan di media massa dan
yang dilaporkan ke Bursa Efek Jakarta (BEJ). Dalam laporan yang
dipublikasikan melalui media cetak pada 28 November 2002 disebutkan
total aktiva perusahaan sebesar Rp 24 triliun dengan laba bersih Rp 98
miliar. Sementara dalam laporan ke BEJ tanggal 27 Desember 2002, total
aktiva berkurang menjadi Rp 22,8 triliun dan rugi bersih (yang belum
diaudit) menjadi Rp 1,3 triliun.”

Dalam artikel tersebut dikatakan bahwa rekayasa laporan keuangan


dilakukan keluarga Riady karena mereka memiliki agenda terselubung
yaitu untuk kembali menguasai kepemilikan Bank Lippo.Rekayasa laporan
keuangan tersebut dilakukan dengan cara melaporkan kerugian yang tidak
tejadi, kerugian bank itu direkayasa melalui 2 cara yakni menurunkan
nilai aset melalui valuasi yang dirancang sangat merugikan bank dan
transfer aset kepada pihak terkait untuk menciptakan kerugian di pihak
bank, tetapi menguntungkan pemilik lama.

Seperti yang dikutip dari SK Sinar Harapan bahwa Lippo Goup juga
memiliki trik licik dalm bisnis yaitu dengan melakukan goreng saham.
Dalam artikel SK Sinar harapan dikatakan bahwa ” Selain penurunan
nilai aset yang tidak rasional, manajemen Lippo juga merekayasa secara
sistematis untuk menurunkan harga saham Bank Lippo di BEJ dengan cara
“menggorengnya”. Akibatnya, harga saham turun drastis dari Rp 540 di
bulan Agustus 2002 menjadi Rp 230 pada Februari 2003 (turun 50 persen
lebih). ”

Cara “goreng saham” dilakukan keluarga Riady untuk memperbesar


kepemilikan saham dari pemilik lama melalui right issue yang
dipaksakan dalam harga pasar sangat rendah karena mereka mengetahui
pemerintah tidak bersedia membeli saham right issue (rekapitalisasi
kedua) karena bertentangan dengan UU Propenas. Saham pemerintah
menjadi terdilusi, sehingga kepemilikan keluarga Riady menjadi dominan
kembali hanya dengan dana yang kecil.

Sepak Terjang bisnis keluarga Riady ternyata juga hingga Amerika


Serikat, menurut artikel yang dimuat Majalah Fortune pada 23 Juli 2001
bahwa James T Riady, bos Lippo Group membiayai dana kampanye Bill
Clinton yang saat itu mencalonkan diri sebagai Presiden AS. Hal
tersebut dilakukan agar keluarga Riady memiliki pengaruh di AS agar
bisnisnya bisa lebih berkembang.

Melihat seperti itu maka sudah sepatutnya etika bisnis Indonesia harus
diperbaiki jika kita menginginkan ekonomi Indonesia tidak terpuruk.
Cara Suap-menyuap, korupsi juga harus dihilangkan dalam negara Indonesia.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dalam makalah ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Moral dapat diartikan sebagai akhlak, dan susila (su=baik, sila=dasar, susila=dasar-dasar kebaikan);
Moralitas berarti kesusilaan; sedangkan Etik (Ethics) = etika, tata susila. Sedangkan secara etika
(Ethical) diartikan pantas, layak, beradab, susila. Jadi kata moral dan etika penggunaannya sering
dipertukarkan dan disinonimkan, yang sebenarnya memiliki makna dan arti berbeda.
2. Etika bisnis merupakan studi standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam system
dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang
dan jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi.
3. Pentingnya etika bisnis tersebut dalam dunia bisnis yakni berlaku untuk kedua perspektif, baik lingkup
makro maupun mikro.
4. Penerapan etika bisnis dalam organisasi perusahaan mengakibatkan perusahaan bertindak seperti
individu dan memiliki tujuan yang disengaja atas apa yang mereka lakukan, kita dapat mengatakan
mereka bertanggung jawab secara moral untuk tindakan mereka dan bahwa tindakan mereka adalah
bermoral atau tidak bermoral dalam pengertian yang sama yang dilakukan manusia.

B. Saran
Setelah mengetahui beberapa isu isu dan persoalan etika dalam bisnis Internasional disadari
betapa pentingnya peranan etika bisnis dalam suatu perusahaan, maka penulis menyarankan dan
mengajak kepada pembaca agar dalam menjalankan usaha bisnisnya menerapkan suatu bisnis yang
beretika untuk mengurangi resiko kegagalan dan yang paling utama adalah agar dapat bersaing secara
kompetitif dalam era globalisasi saat ini

Anda mungkin juga menyukai