Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Etika bisnis
sangatlah diperlukan setiap perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Etika bisnis memberikan
kebebasan dan tanggung jawab kepada pelaku bisnis atau perusahaan yang diterapkan dalam kebijakan,
instuisi dan perilaku bisnis. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui apakah pelaku bisnis atau
perusahaan melakukan atau menjalankan etika bisnis.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa masih banyak perusahaan atau pelaku bisnis yang masih
melanggar etika bisnis atau tidak menggunakan prinsip-prinsip etika bisnis. Pelaku bisnis yang melanggar
etika bisnis tersebut hanya berorientasi pada keuntungan yang maksimal dan menguasai pangsa pasar,
sehingga merugikan banyak pihak.
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap perusahaan atau pelaku bisnis pada saat ini, diberi kebebasan dalam perekonomian pasar bebas
untuk dapat melakukan kegiatan dan mengembangkan diri dalam pembangunan ekonomi. Sehingga,
pelaku bisnis dapat bersaing untuk dapat berkembang dalam mekanisme pasar.
Didalam kebebesan dalam perekonomian pasar tersebut, pelaku bisnis atau perusahaan dalam
menjalankan kegiatan usahanya selalu mengharapkan keuntungan yang maksimal dan produk yang
mereka tawarkan diterima oleh masyarakat. Untuk itu, kerap dari pelaku bisnis atau perusahaan
menghalalkan segala cara agar tidak kalah saing.
Akhir-akhir ini banyak pelaku bisnis melakuakan pelanggaran etika bisnis dengan persaingan yang tidak
sehat. Pelanggaran etika bisnis tersebut sangat merugikan pihak pelaku bisnis atau perusahaan
menengah kebawah karena kurangnya kemampuan yang mereka miliki. Setiap pelaku bisnis atau
perusahaan seharusnya dapat memegang prinsip-prinsip etika bisnis tersebut.
Etika bisnis adalah studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah atau tata cara dalam
menjalankan sebuah bisnis. Dengan adanya etika bisnis pelaku bisnis atau perusahaan dapat
mengetahui aturan-aturan, nilai-nilai bahkan norma-norma dalam menjalankan usahanya.
Perusahaan yang menggunakan etika bisnis dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta
pimpinan dalam membangun hubungan yang adil, sehat dengan mitra kerja atau pelanggan, pemengang
saham dan masyarakat.
2. Penyebab adanya pelanggaran etika bisnis yang dilakukan oleh perusahaan atau
Pelaku bisnis.
Dalam penyusunan penulisan ini, penulis membatasi menjadi beberapa sub pokok bahasan meliputi :
Adapun tujuan penulisan ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Bisnis dalam membuat jurnal atau
tulisan mengenai Etika Bisnis. Maksud dari penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui mengapa etika sangat penting dalam menjalankan bisnis perusahaan
BAB II
LANDASAN TEORI
Pengertian etika berasal dari bahasa Yunani “Ethos” berarti adat istiadat atau kebiasaan.hal ini berarti
etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan segala
kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang lain atau dari satu generasi ke generasi
lainnya.
Menurut Magnis Suseno (1987) etika adalah sebuah ilmu dan bukan ajaran, yang menurutnya adalah
etika dalam pengertian kedua. Sebagai ilmu yang terutama menitikberatkan refleksi kritis dan rasional,
etika dalam kedua ini mempersoalkan apakah nilai dan norma moral tertentu harus dilaksanakan dalam
situasi konkret tertentu yang dihadapi seseorang.
Dalam bahasa Kant, etika berusaha menggugah kesadaran manusia untuk bertindak secara otonomdan
bukan secara heteronom. Etika bermaksud membantu manusia untuk bertindak secara bebas, tetapi
dapat dipertanggungjawabkan. Bebas dan tanggung jawab adalah unsur pokok dari otonomi moral yang
merupakan salah satu prinsip utama moralitas.
Menurut Allan Afuah (2004) bisnis adalah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk
menghasilkan dana menjual barang ataupun jasa agar mendapatkan keuntungan dalam pemenuhan
kebutuhan masyarakat dan ada di dalam industri. Para pelaku bisnis ini biasanya disebut entrepreneur.
Menurut Velasquez (2005) etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar
dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan,
institusi dan perilaku bisnis.
Menurut Agus Arijanto (2011) etika bisnis adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
kegiatan bisnis yang dilakukan oleh para pelaku-pelaku bisnis. Masalah etika dan ketaatan pada hukum
yang berlaku merupakan dasar yang kokoh yang harus dimiliki oleh pelaku bisnis dan akan menentukan
tindakan apa dan perilaku bagaimana yang akan dilakukan dalam bisnisnya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan yaitu mengadakan penelaahan terhadap
buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan
masalah yang dipecahkan serta menggunakan metode searching di internet, yaitu dengan membaca
referensi-referensi berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam tugas ini.
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Zaman Prasejarah: Pada awal sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lain
menyelidiki bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan manusia bersama dalam negra dan membahas
bagaimana kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga harus diatur.
2. Masa Peralihan: pada tahun 1960-an: dimulai pemberontakan terhadap kuasa dan otoritas di
Amerika Serikat (AS), revolusi mahasiswa (di ibukota prancis), penolakan terhadap establishment
(kemapanan). Hal ini memebri perhatian pada dunia pendidikan, khususnya bidang ilmu manajemen,
yaitu dengan menambahkan mata kuliah baru dalam kurikulum dengan nama Business and Society.
Topik masalah yang paling sering dibahas adalah corporate social responsibility.
3. Etika Bisnis Lahir di Amerika Serikat pada 1970-an yang mana sejumlah filsuf mulai terlibat dalam
memikirkan masalah-masalah etis disekitar bisnis dan etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan
tepat atas krisis moral yang sedang meliputi dunia bisnis di Amerika Serikat pada saat itu.
4. Etika Bisnis meluas ke Eropa: tahun 1980-an di Eropa Barat, etika bisnis sebagai ilmu baru mulai
berkembang kira-kira 10 tahun kemudian. Terdapat forum pertemuan antara akamdemisi dari
universitas serta sekolah bisnis yang disebut European Business Ethics Network (EBEN).
5. Etika Bisnis menjadi Fenomena secara Global pada 1990-an, dan tidak hanya terbatas lagi pada
dunia barat (Eropa, Amerika Serikat). Tetapi etika bisnis sudah dikembangkan diseluruh dunia. Bahkan
telah didirikan Internatioal Society for Business, Economics, and Ethics (ISBEE) pada 25-28 Juli 1996 di
Tokyo, Jepang.
Setelah melihat penting dan relevansinya etika bisnis ada baiknya kita tinjau lebih lanjut apa saja sasaran
dan lingkup etika bisnis itu. Ada tiga sasaran dan lingkup pokok etika bisnis, yaitu:
1. Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi dan masalah yang terkait
dengan praktek bisnis yang baik dan etis. Dengan kata lain, etika bisnis yang pertama bertujuan untuk
menghimbau para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnisnya secara baik dan etis. Karena lingkup etika
bisnis yang pertama ini lebih sering ditujukan kepada para manajer dan pelaku bisnis, dan lebih sering
berbicara mengenai bagaimana perilaku bisnis yang baik dan etis.
2. Etika bisnis untuk menyadarkan masyarakat, khususnya konsumen, buruh atau karyawan, dan
masyarakat luas pemilik aset umum semacam lingkungan hidup, akan hak dan kepentingan mereka yang
tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapa pun juga. Pada tingkat inietika bisnis berfungsi untuk
menggungah masyarakat untuk bertindak menuntut para pelaku bisnis untuk berbisnis secara baik demi
terjaminnya hak dan kepentingan masyarakat tersebut.
3. Etika bisnis juga berbicara mengenai system ekonomi yang sangat menentukan etis tidaknya suatu
praktek bisnis dalam hal ini etika bisnis lebih bersifat makro, yang karena itu barangkali lebih tepat
disebut sebagai etika ekonomi.
1. Dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan, karena etika telah dijadikan sebagai corporate
culture. Dengan adanya etika bisnis, secara intern semua karyawan terikat dengan standard etis yang
sama, sehingga akan mengambil kebijakan/keputusan yang sama terhadap kasus sejenis yang timbul.
2. Dapat membantu menghilangkan grey area (kawasan kelabu) dibidang etika. (penerimaan komisi,
penggunaan tenaga kerja anak, kewajiban perusahaan dalam melindungi lingkungan hidup).
4. Menyediakan bagi perusahaan dan dunia bisnis pada umumnya, kemungkinan untuk mengatur diri
sendiri (self regulation).
5. Bagi perusahaan yang telah go publik dapat memperoleh manfaat berupa meningkatnya
kepercayaan para investor. Selain itu karena adanya kenaikan harga saham, maka dapat menarik minat
para investor untuk membeli saham perusahaan tersebut.
7. Membangun corporate image / citra positif , serta dalam jangka panjang dapat menjaga
kelangsungan hidup perusahaan (sustainable company).
Pada dasarnya, setiap pelaksanaan bisnis seyogyanya harus menyelaraskan proses bisnis tersebut
dengan etika bisnis yang telah disepakati secara umum dalam lingkungan tersebut.
Sonny Keraf (1998) menjelaskan bahwa prinsip etika bisnis adalah sebagai berikut :
1. Prinsip otonomi ; yaitu sikap kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak
berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan
2. Prinsip kejujuran ; terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan secara jelas bahwa
bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur
dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam penawaran barang atau
jasa dengan mutu dan harga sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu
perusahaan.
3. Prinsip keadilan ; menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang
adil dan sesuai kriteria yang rasional obyektif, serta dapat dipertanggungjawabkan.
4. Prinsip saling menguntungkan (Mutual benefit principle) ; menuntut agar bisnis dijalankan
sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak.
5. Prinsip integritas moral ; terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau
perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik pimpinan atau orang-
orangnya maupun perusahaannya.
Pelanggaran etika bisnis bisa terjadi pada setiap pelaku bisnis atau perusahaan. Dengan alasan
menghasilkan keuntungan yang maksimal dan produk yang ditawarkan dapat diterima oleh masyarakat,
pelaku bisnis kerap menghalalkan segala cara. Pelaku bisnis dan perusahaan menengah kebawah yang
dirugikan dalam pelanggaran etika bisnis tersebut karena kurangnya kemampuan yng mereka miliki.
Bisnis yang baik bukan saja bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain bisnis
tersebut menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral.
Tahun 2010 menjadi tahun memprihatikan bagi ribuan Jamaah Calon Haji (JCH) dan Jamaah Colon
Umrah (JCU) indonesia yang ingin ke Tanah Suci dengan menggunakan jasa biro Perjalanan Haji dan
Umrah. Karena keinginan ribuan JCH dan JCU untuk berkunjung ke negeri Kelahiran Nabi Muhammad
SAW tersebut sama sekali tidaka terealisasi karena pihak travel hanya memberikan janji-janji semu
meski calon jamaah tersebut sudah memenuhi semua persyaratan administrasi termasuk biaya besar
yang harus dikeluarkan demi terlaksananya niat yang pada umumnya dilaksanakan sekali seumur hidup.
Di Provinsi Riau sendiri, kasus gagalnya calon jamaah haji dan umrah berangkat ke Tanah Suci
akibat ulah Travel Penyelenggara Haji dan Umrah yang tidak bertanggungjawab yang sempat terungkap
kepermukaan sebanyak 60 an orang. Terdiri dari 22 JCH plus asal Pekanbaru, Rokan Hulu dan Indragiri
Hilir menggunakan biro perjalanan Sekapur Sirih terlantar di Hotel Sabrina Pekanbaru dan gagal
berangkat ke Tanah Suci. 28 CJH asal Rokan Hilir terlantar di Medan dan terpaksa pulang ke daerah asal
tanpa pernah sampai ke Tanah Suci dengan biro perjalanan yang tidak jelas.
Kemudian 13 JCU dari Dumai tertipu dan terlantar disalah satu hotel di Pekanbaru dan Jakarta
oleh biro perjalanan PT Berkah Toyyiban. JCU Dumai kemudian tetap berangkat ke Tanah Suci tapi
dengan menggunakan biro perjalanan lain. Sepulangnya dari Tanah Suci mereka menuntut
pengembalian biaya perjalanan yang telah disetorkan termasuk ganti rugi atas biaya yang dikeluarkan
saat berada di Hotel Pekanbaru dan jakarta. Tapi itikat baik dari PT Berkah Tayyiban tidak juga kunjung
terlihat akhirnya JCU Dumai sepakat melaporkan kasus tersebut ke Kapolres Dumai.
Walaupun ribuan kasus telah menimpa JCH dan JCU, namun hingga saat ini masih banyak travel
haji dan umrah yang tidak memilki izin usaha, namun mereka tetap aktif memberangkatkan jamaah.
Banyaknya travel tak berizin tapi tetap beroperasi ini tentu sangat merugikan masyarakat, pemerintah,
dan perusahaan yang secara sah mengantongi izin dari pemerintah.
Ironisnya lagi, kasus seperti ini sebenarnya sudah bertahun-tahun berjalan, puluhan bahkan
ratusan calon jamaah umrah dan haji terlantar dan tertipu setiap tahunnya karena prilaku pihak travel
yang tidak bertanggungjawab.
Namanya saja penyelenggara haji dan umrah khusus, tentu yang dihadapkan masyarakat disini
adalah pelayanan khusus dan lebih dari biasanya. Tapi kenyataannya, berbagai masalah kerap melanda
mereka saat menggunakan biro perjalanan khusus tersebut. Misalnya, jauhnya akomodasi jamaah haji,
masalah katering, pembatasan dan penjatahan kuota, terjadinya penggunaan paspor hijau, pelayanan
buruk di tanah suci dan sebagainya. Masyarakat selalu mendapat penawaran menarik, namun yang
mereka peroleh jauh dari apa yang dijanjikan oleh pengelola travel tak berizin tersebut.
Tetapi sungguh disayangkan dibalik semua itu, banyak jamaah yang tertipu tersebut tidak berani
melaporkan travel penyelenggara bermasalah tersebut ke pihak berwajib ataupun ke Kementerian
Agaman (Kemenag) dengan berbagai alasan, diantaranya karena malu. Akibatnya travel bermasalah tadi
terus saja beroperasi dengan korban yang kian hari kian bertambah.
Permasalahan haji cukup banyak, tetapi tidak satupun solusi yang tepat sehingga permasalahan
kian bertambah, keluhan individu menumpuk, biaya OHN makin mencekik, tetapi pelayanan tidak setara
dengan harga jual.
Prilaku Biro Perjalanan Haji dan Umrah tersebut jelas mencoreng citra Kantor Wilayah
Kementerian Agaman (Kanwil Kemenag) Provinsi Riau, walaupun biro-biro tersebut sama sekali tidak
ada kaitannya dengan Kemenag. Seperti di Provinsi Riau, dari 15 biro perjalanan Haji dan Umrah hnaya
beberapa saja yang memiliki izin resmi, selebihnya konsersium dengan perusahaan lain bahkan ada
beberapa perusahaan yang sama sekali tidak tercatat di Kemenag RI. Meski sudah dilakukan
pemanggilan dan diminta agar menyampaikan fotocopy status perusahaan, namun dari beberapa travel
tersebut hingga kini belum juga memberikan laporan status keberadaannya kepada Kemenag Provinsi
Riau.
Sementara itu, berdasarkan data dari Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji (HIMPUH), saat
ini terdapat sekitar 218 perusahaan jasa travel haji dan 100 perusahaan biro perjalanan umrah yang
memiliki izin di seluruh indonesia. Prospek usaha travel haji dan umroh di Indonesia cukup besar dengan
semakin tingginya minat dan keinginan masyarakat untuk menunaikan rukun islam ke lima tersebut.
Tapi sepertinya travel yang benar-benar siap memberangkatkan calon jamaah haji masih sangat kurang
dan kondisi tersebut dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab untuk membuka bidang
usaha dengan berkedok biro perjalan haji dan umrah. Akibatnya, banyak masyarakat yang menjadi
korban penipuan setiap tahunnya.
a. Mengejar keuntungan dan kepentingan pribadi (Personal Gain and Selfish Interest)
Adanya sikap serakah. Dimana para pekerja ini akan menempatkan kepentingannya untuk memperoleh
kekayaan melebihi kepentingan lainnya meski pun dalam melakukan akumulasi kekayaan tersebut dia
merugikan pekerja lainnya, perusahaan, dan masyarakat.
Ketika perusahaan berada dalam situasi persaingan yang sangat keras, perusahaan sering kali terlibat
dalam berbagai aktivitas bisnis yang tidak etis untuk melindungi tingkat proftabilitas mereka.
c. Pertentangan antara Nilai-Nilai Perusahaan dengan Perorangan (Business Goals versus Personal
Values)
Masalah etika dapat pula muncul pada saat perusahaan hendak mencapai tujuan-tujuan tertentu atau
menggunakan metode-metode baru yang tidak dapat diterima oleh para pekerjanya.
Lembaga perlindungan konsumen kurang mengawasi para pengusaha atau produsen sehingga
pelanggaran sangat mungkin terus terjadi.
f. Rendahnya tingkat pendidikan, pengetahuan serta informasi masyarakat mengenai bahan dan
material berbahaya.
Dengan bertujuan mencari keuntungan sebanyak-banyaknya perusahaan atau produsen terkadang tidak
memahami betul prinsip etika bisnis yang harus diterapkan dengan benar sehingga pelanggaran dapat
terjadi.
1. Adanya pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah atau lembaga yang terkait terhadap
perusahaan.
2. Pemerintah dan lembaga yang terkait berperan aktif dalam mensosialisasikan informasi terhadap
masyarakat awam.
3. Perusahaan atau pelaku bisnis hendaknya benar-benar memahami betul prinsip etika dalam
berbisnis agar tidak merugikan konsumen.
4. Adanya sanksi atau tidak tegas yang diberikan pemerintah terhadap pelaku bisnis atau perusahaan
yang melakukan pelanggaran etika bisnis.
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Banyaknya pelaku bisnis atau perusahaan yang terlalu berambisi untuk mendapat keuntungan besar
menyebabkan banyak masyarakat atau konsumen harus menderita kerugian. Lemahnya kedudukan
konsumen yang tidak mengetahui secara pasti tentang karakteristik dan kualitas barang yang dibelinya
atau jasa yang digunakannya adalah salah satu faktor penyebab terjadinya pelanggaran etika bisnis.
Kelemahan ini sering digunakan oleh pelaku bisnis yang tidak bertanggung jawab untuk menjual jasa
dengan cara memberikan diskon dan sebagainya. Rendahnya pengetahuan yang dimiliki masyarakat
mengakibatkan sangat mudahnya masyarakat dipengaruhi oleh orang yang hendak mencari keuntungan
dengan segala cara.
4.2 Saran
1. Bagi pihak pemerintah dan lembaga terkait harus dapat menindak lanjuti pelaku bisnis atau
perusahaan yang melanggar etika bisnis demi kepentingan pribadi.
2. Bagi perusahaan harus memahami betul dan dapat menerapkan etika bisnis dengan benar
sehingga tidak ada pihak yang dirugikan dalam hal ini konsumen.
3. Bagi masyarakat lebih berhati-hati dalam memilih produk yang dalam memilih travel yang akan
digunakan agar tidak mengalami kerugian.
DAFTAR PUSTAKA
Keraf, Sonny. 1998. Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta : Kanisius
Arijanto, Agus. 2011. Etika Bisnis bagi Pelaku Bisnis : Cara Cerdas dalam Memahami Konsep dan Faktor-
faktor Etika Bisnis dengan Beberapa Contoh Praktis. Jakarta : Grafindo.
Gustina.2008. Jurnal : Etika Bisnis suatu Kajian Nilai dan Moral dalam Bisnis.
Ajie, Reza. 2012. Tugas Etika Bisnis: Makalah Pelanggaran Etika Bisnis. Dalam
http://reza-ajie.mhs.narotama.ac.id/2012/10/08/tugas-etika-bisnis-makalah-pelanggaran-etika-
bisnis/#comment-10639\
ANALISIS JURNAL
Banyaknya pelaku bisnis atau perusahaan yang terlalu berambisi untuk mendapat keuntungan
besar menyebabkan banyak masyarakat atau konsumen harus menderita kerugian. Lemahnya
kedudukan konsumen yang tidak mengetahui secara pasti tentang karakteristik dan kualitas barang yang
dibelinya atau jasa yang digunakannya adalah salah satu faktor penyebab terjadinya pelanggaran etika
bisnis. Kelemahan ini sering digunakan oleh pelaku bisnis yang tidak bertanggung jawab untuk menjual
jasa dengan cara memberikan diskon dan sebagainya. Rendahnya pengetahuan yang dimiliki masyarakat
mengakibatkan sangat mudahnya masyarakat dipengaruhi oleh orang yang hendak mencari keuntungan
dengan segala cara.
Jurnal Kedua
ABSTRAK
ETIKA BISNIS
Kata kunci: Etika Bisnis, Etika dalam kegiatan Pemasaran, Prinsip Etika Bisnis
Etika Bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang
berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat
membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil
dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat. Masalah yang menjadi kajian
penelitian mengenai etika bisnis. Pembahasannya mengenai etika yang digunakan oleh pelaku bisnis
didalam menjalankan bisnisnya. Dan perusahaan yang diteliti adalah PT Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah data sekunder, dan metode analisis yang
digunakan adalah analisa deskriptif.
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
2. Observasi
Untuk mendapatkan data dan informasi tersebut penulis menggunakan data sekunder berupa artikel
berita yang terdapat di beberapa portal berita.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.2 Analisis/Pembahasan
4.2.1 Artikel Tentang Permasalahan Mie Instan Indofood di Taiwan
Inilah potret kekisruhan mi instan Indofood di Taiwan – Kontan.co.id, Senin 10 Oktober 2010 18:29 WIB,
Jakarta. Departemen Kesehatan Taiwan menyatakan produk mi instan Indonesia mengandung zat
pengawet E218 (Methyl P-Hydroxybenzoate) yang seharusnya digunakan untuk bahan kosmetik dan
kecantikan. Kandungan ini ditemui dalam mi instan yang diproduksi oleh PT Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk (ICBP).
“Produk yang kami ekspor ke Taiwan sudah memenuhi peraturan Departemen Kesehatan Biro
Keamanan Makanan Taiwan. Jadi kami meyakini bahwa produk yang dimaksud bukan produk mie instan
ICBP yang ditujukan untuk pasar Taiwan,” jelas Direktur ICBP Taufik Wiraatmadja dalam siaran persnya,
Senin (11/10).
Atas kasus ini, Komisi VI DPR RI pun meminta klarifikasi dari Kementerian Perdagangan (Kemdag). “Kami
meminta klarifikasi dari atase perdagangan menganai pelarangan masuk mie instan ke Taiwan,” kata
Mirati Dewaningsih dari Fraksi PKB saat melakukan rapat kerja dengan Kemdag; yang dipimpin oleh
Sekretaris Jenderal Ardiansyah Parman didamping oleh seluruh atase perdagangan dan kepala
Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) dari seluruh negara, hari ini.
Bambang Mulyatno, Kepala Bidang Perdagangan, Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taipei disela-
sela rapat kerja di komisi VI DRP RI di Jakarta, hari ini menguraikan kisruhnya mi instan Indonesia di
Taiwan. Menurutnya, temuan pemerintah Taiwan ini mengindikasikan adanya persaingan pasar mi
instan di negara itu. Pasalnya, mi instan dari Indonesia mengalami kenaikan ekspor karena jumlah
konsumsinya yang meningkat.
Bayangkan konsumennya saja dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI) bisa mencapai 150.000 orang, belum
termasuk orang-orang yang ada disekitarnya, kata Bambang.
4.2.2 Artikel Pelanggaran Dalam Etika Pemasaran dan Produksi Indomie di Taiwan
TEMPOInteraktif, Taiwan – Dua jaringan supermarket terbesar di Taiwan berhenti menjual produk mi
instan merek Indomie setelah pemerintah Taiwan menemukan bahan pengawet yang dilarang di produk
asal Indonesia.
Pusat Keamanan Makanan Taiwan telah menguji mi tersebut dan bakal menanyakannya terhadap
insiden tersebut ke para importir dan distributor. Importir dari Hong Kong mengatakan mi-mi tersebut
diperkirakan dibawa ke Thailand secara ilegal.
Beberapa warga Taiwan mengatakan mereka akan membeli mi merek lain. Sementara, para tenaga kerja
Indonesia di Taiwan mengaku akan tetap memakan Indomie karena harganya enak dan murah.
Pemerintah Taiwan mengumumkan menarik mi instan Indomie, Jumat. Penarikan itu dilakukan setelah
dua bahan pengawet terlarang, methyl p-hydroxybenzoate dan benzoic acid, ditemukan di dalam
Indomie. Bahan pengawet tersebut hanya dibolehkan untuk kosmetik.
Bahan pengawet tersebut dilarang digunakan di makanan-makanan di Taiwan, Kanada, dan Eropa. Jika
bahan pengawet tersebut dikonsumsi, bisa menyebabkan orang muntah. Bahkan, kalau bahan
pengawet tersebut dimakan untuk jangka waktu yang cukup lama atau dalam jumlah yang banyak, itu
bisa menyebabkan metabolic acidosis, sebuah kondisi akibat terlalu banyak mengkonsumsi asam.
Jaringan toko ParknShop dan Wellcome menarik semua produk Indomie dari supermarket-supermarket
milik mereka. Importir Indomie di Taiwan, Fok Hing (HK) Trading, mengatakan mi produk Indomie sudah
memenuhi standar keamanan makanan di Hong Kong maupun Badan Kesehatan Dunia (WHO). Fok Hing
(HK) Trading mengutip penilaian kualitas Indomie pada Juni yang menyatakan tidak menemukan
kandungan pengawet terlarang di Indomie. “Mi Indomie aman dimakan dan mereka masuk ke Hong
Kong melalui salurang impor resmi,” tulis Fok Hing (HK) Trading. “Produk yang mengandung racun dan
ditemukan di Taiwan diduga diimpor secara ilegal.”
Sementara itu, produsen Indomie di Indonesia, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP),
mengatakan produk-produk mereka sudah memenuhi standar internasional.)
“ICBP menegaskan bahwa produk-produknya telah sesuai dengan petunjuk global yang dibuat CODEX
Alimentarius Commission, badan standar makanan internasional. Kami sedang mengkaji situasi di
Taiwan terkait beberapa laporan tersebut dan akan mengambil langkah yang diperlukan untuk
melindungi konsumen kami di negara itu dan negara lainnya,” ujar Direktur ICBP Taufik Wiraatmadja
dalam siaran pers di situs Indofood, Senin (11/10).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari penulisan ini dapat kita simpulkan bahwa Pelanggaran etika bisnis dapat melemahkan daya saing
hasil industri di pasar internasional. Etika bisnis perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu
untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai
kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, dimana diperlukan suatu landasan yang
kokoh untuk mencapai itu semua.
Seperti pada kasus PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (produk mie instan) masalah yang terjadi
dikarenakan kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai kandungan-kandungan apa saja yang
terkandung dalam produk tersebut. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk sudah melakukan perbuatan
yang sangat merugikan dengan memasukkan 2 zat berbahaya pada produk mereka yang berdampak
buruk pada konsumen yang menggunakan produk mereka dan juga masalah mengenai illegal nya
produk tersebut.
5.2 Saran
Seharusnya PT. Indofood lebih jeli dalam menggunakan zat-zat kandungan yang ada di dalam produk
mereka. Seperti halnya produk Indomie, memang disukai oleh masyarakat Indonesia di luar negeri
dengan harga murah dan rasa yang enak. Akan tetapi ketika menggunakan kandungan yang
membahayakan, itulah yang melanggar etika produksi. Untuk prediksi bahwa produk di Taiwan itu
adalah ilegal, PT. Indofood harus lebih jeli dalam pengawasan produk-produk mereka yang telah di
distribusi. Jangan sampai ketika sudah di distribusi ke negara lain, di negara lain itu diolah kembali
dengan kandungan berbahaya untuk dikonsumsi.
DAFTAR PUSTAKA
Arijanto, Agus. 2011. Etika Bisnis Bagi Pelaku Bisnis: Cara Cerdas dalam Memahami Konsep dan Faktor-
faktor Etika Bisnis dengan Beberapa Contoh Praktis. Jakarta: Grafindo.
Bartono, P.H., SE. 2005. Today Business Ethics, Jakarta: Elex Media Komputindo.
Beekun, Rafik Issa. 1997. Islamic Business Ethics. Herndon, VA: International Institute of Islami Thought
Bennet, Johm C. 1997. “Principles and The Context, Can Ethical Principles Guide Action?” Dalam Bennet,
John C. et al. Storm over Ethics. United Churches Press, The Bethany Press: Cambridge.
H. Triyo Rachmadi, S.Kep. (2013, 08 Oktober). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 033 Tahun 2012
Tentang Bahan Tambahan Pangan (BTP). Kebumenkab.go.id [Online].
Tersedia: http://www.kebumenkab.go.id/index.php/public/article/detail/44
Kustin Ayuwuragil D. Tanpa Tahun. Biografi Indofood CBP Sukses Makmur. Profil.merdeka.com [Online].
Tersedia: http://profil.merdeka.com/indonesia/i/indofood-cbp-sukses-makmur/
Suhendra. (2010, 11 Oktober). Laris Manis di Taiwan, Kasus Indomie ‘Berbahaya’ Berindikasi Perang
Dagang. Finance detik.com [Online].
Tersedia: http://finance.detik.com/read/2010/10/11/141628/1461188/4/laris-manis-di-taiwan-kasus-
indomie-berbahaya-berindikasi-perang-dagang
Wikipedia. (2014, 29 Juli). Indofood Sukses Makmur.
Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Indofood_Sukses_Makmur
ANALISIS JURNAL
Dari penulisan ini dapat kita simpulkan bahwa Pelanggaran etika bisnis dapat melemahkan daya
saing hasil industri di pasar internasional. Etika bisnis perusahaan memiliki peran yang sangat penting,
yaitu untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta
mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, dimana diperlukan suatu
landasan yang kokoh untuk mencapai itu semua. Seperti pada kasus PT Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk (produk mie instan) masalah yang terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan dan informasi
mengenai kandungan-kandungan apa saja yang terkandung dalam produk tersebut. PT Indofood CBP
Sukses Makmur Tbk sudah melakukan perbuatan yang sangat merugikan dengan memasukkan 2 zat
berbahaya pada produk mereka yang berdampak buruk pada konsumen yang menggunakan produk
mereka dan juga masalah mengenai illegal nya produk tersebut.