Anda di halaman 1dari 18

ETIKA BISNIS

Dosen Pengampu : Alip Toto Handoko, SE., MM

Disusun oleh :
1. Adis Puan
2. Intan Faoziah
3. Siti Nurkholifatun Nisa
4. Vega Qotrun nada
5. Wahyu Laksono

FAKULTAS EKONOMI ISLAM DAN BISNIS ISLAM


PRODI EKONOMI SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM BAKTI NEGARA TEGAL
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Page | 1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Etika bisnis adalah bagian dari filsafat. Secara garis besar pengertian filsafat, etika
dan etika bisnis berhubungan erat satu sama lain.
Filsafat dalam arti luas adalah suatu usaha sistematis untuk memahami pengalaman manusia
secara pribadi dan kolektif/kelompok. Berbeda dengan teologi maka filsafat menggunakan

Page | 2
rasio untuk menafsirkan pengalaman manusia dan bukan mengandalkannya pada wahyu
Ilahi.
Dalam masyarakat, manusia mengadakan hubungan-hubungan antara lain hubungan
agama, keluarga, perdagangan, politik dan sebagainya. Sifat hubungan ini sangat rumit dan
coraknya berbagai ragam. Hubungan antara manusia ini sangat peka, sebab sering
dipengaruhi oleh emosi yang tidak rasional. Manusia selalu berusaha agar tercapai kerukunan
dan kebahagiaan di dalam suatu masyarakat. Timbullah peraturan baik tertulis maupun tidak
tertulis yang kita sebut etik, etika, norma, kaidah, tolak ukur.
Kebanyakan orang tidak senantiasa sadar akan fungsi etika. Salah satu sebabnya, etika
menjadi bagian yang integral dari pribadi seseorang sehingga tidak lagi dipersoalkan oleh
yang bersangkutan. Artinya seseorang jarang sekali memikirkan etika yang dimilikinya,
kecuali bila ia merasa bahwa dalam hubungannya dengan orang lain etika tersebut mendapat
tantangan. Pada saat tertentu kita pasti berhadapan dan berinteraksi dengan orang yang
memiliki etika yang berbeda.
Sasaran etika adalah moralitas (etika merupakan filsafat tentang moral). Moralitas adalah
istilah yang dipakai untuk mencakup praktek dan kegiatan yang membedakan apa yang baik
dan apa yang buruk, aturan-aturan yang mengendalikan kegiatan itu dan nilai-nilai yang
tersimbul di dalamnya yang dipelihara atau dijadikan sasaran oleh kegiatan praktek tersebut.

1.2 Dasar Teori


Menurut kamus, istilah etika memiliki beragam makna berbeda. Salah satu maknanya
adalah “prinsip tingkah laku yang mengatur individu dan kelompok”. Makna kedua menurut
kamus – lebih penting – etika adalah “kajian moralitas”. Tapi meskipun etika berkaitan
dengan moralitas, namun tidak sama persis dengan moralitas. Etika adalah semacam
penelaahan, baik aktivitas penelaahan maupun hasil penelaahan itu sendiri, sedangkan
moralitas merupakan subjek.

1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memberikan wawasan yang
utuh, komprehensip dan mendalam tentang etika dalam berbisnis dengan berbagai prinsip dan
tujuannya.

1.4 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan moralitas?

Page | 3
2. Apa yang dimaksud dengan Etika?
3. Apa yang dimaksud dengan Etika Bisnis?
4. Apa saja yang menjadi sasaran dan luang lingkup Etika Bisnis?
5. Apa saja prinsip-prinsip Etika Bisnis?
6. Hal-hal apa saja yang di harus di perhatikan dalam menciptakan Etika Bisnis?
7. Apa saja norma khusus dan norma umum?
8. Apa saja manfaat dalam dalam menerapkan Etika Bisnis?
9. Bagaimana dan apa saja yang menjadi kendala dalam tujuan pencapaian Etika Bisnis di
Indonesia?
10. Bagaimana peran Etika Bisnis?
11. Bagaimana peran Etika Bisnis dalam hubungan kerja?

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Moralitas
Moral berasal dari kata ‘mos’ dalam bahasa latin, yang bentuk jamaknya ‘mores’, yang
artinya adalah tata cara atau adat istiadat.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:592), “moral diartikan sebagai akhlak, budi pekerti,
atau susila”. Sehingga moralitas dapat dipahami sebagai pedoman yang dimiliki individu atau
kelompok mengenai apa itu benar dan salah, atau baik dan jahat.

Page | 4
Pedoman moral mencakup norma-norma yang kita miliki mengenai jenis-jenis
tindakan yang kita yakini benar atau salah secara moral, dan nilai-nilai yang kita terapkan
pada objek-objek yang kita yakini secara moral baik atau secara moral buruk. Norma moral
seperti “selalu katakan kebenaran”, “membunuh orang tak berdosa itu salah”. Nilai-nilai
moral biasanya diekspresikan sebagai pernyataan yang mendeskripsikan objek-objek atau
ciri-ciri objek yang bernilai, semacam “kejujuran itu baik” dan “ketidakadilan itu buruk”.
Standar moral pertama kali terserap ketika masa kanak-kanak dari keluarga, teman, pengaruh
kemasyarakatan seperti gereja, sekolah, televisi, majalah, music dan perkumpulan.

2.2. Etika
Etika berasal dari dari kata Yunani, Ethos (jamak – ta etha), berarti adat istiadat. Etika
berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu
masyarakat. Etika berkaitan dengan nilai-nilai, tatacara hidup yg baik, aturan hidup yg baik
dan segala kebiasaan yg dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau dari
satu generasi ke generasi yg lain
Etika merupakan penelaahan standar moral, proses pemeriksaan standar moral orang
atau masyarakat untuk menentukan apakah standar tersebut masuk akal atau tidak untuk
diterapkan dalam situasi dan permasalahan konkrit. Tujuan akhir standar moral adalah
mengembangkan bangunan standar moral yang kita rasa masuk akal untuk dianut.

Etika menurut para ahli:


a. Nietzsche, etika sebagai ilmu menghimbau orang untuk memiliki moralitas tuan dan
bukan moralitas hamba.
b. Kant, etika berusaha menggugah kesadaran manusia untuk bertindak secara otonom
dan bukan secara heteronom. Etika bermaksud membantu manusia untuk bertindak
secara bebas dan bertanggungjawab. Kebebasan dan tanggung jawab adalah unsur
pokok dari otonomi moral yang merupakan salah satu prinsip utama moralitas,
termasuk etika bisnis.

Page | 5
2.3. Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan
salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan,
institusi, dan perilaku bisnis.
a. Zimmerer (1996:20), etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha
berdasarkan nilai – nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat
keputusan dan memecahkan persoalan.
b. Menurut Ronald J. Ebert dan Ricky M. Griffin (2000:80), etika bisnis adalah istilah
yang sering digunakan untuk menunjukkan perilaku dari etika seseorang manajer atau
karyawan suatu organisasi.
c. Menurut K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis, (Yogjakarta: PenerbitKanisius, 2000,
Hal. 5), Etika Bisnis adalah pemikiran refleksi kritis tentang moralitas dalam kegiatan
ekonomi dan bisnis.

2.4. Sasaran dan Lingkup Etika Bisnis


a. Etika bisnis bertujuan untuk menghimbau pelaku bisnis agar menjalankan bisnisnya
secara baik dan etis.
b. Untuk menyadarkan masyarakat khususnya konsumen, buruh atau karyawan dan
masyarakat luas akan hak dan kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh
praktek bisnis siapapun juga.
c. Etika bisnis juga berbicara mengenai sistem ekonomi yang sangat menentukan etis
tidaknya suatu praktek bisnis.

2.5. Prinsip-prinsip Etika Bisnis.


Pada dasarnya, setiap pelaksanaan bisnis seyogyanya harus menyelaraskan proses
bisnis tersebut dengan etika bisnis yang telah disepakati secara umum dalam lingkungan
tersebut. Sebenarnya terdapat beberapa prinsip etika bisnis yang dapat dijadikan pedoman
bagi setiap bentuk usaha. Sonny Keraf (1998) menjelaskan bahwa prinsip etika bisnis adalah
sebagai berikut :
a. Prinsip Otonomi
Sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan
kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.

Page | 6
b. Prinsip Kejujuran
Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan secara jelas bahwa bisnis
tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama,
jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam
penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam
hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.
c. Prinsip Keadilan
Menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan
sesuai criteria yang rasional obyektif, serta dapat dipertanggung jawabkan.
d. Prinsip Saling Menguntungkan (Mutual Benefit Principle)
Menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak.
e. Prinsip Integritas Moral
Terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar
perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik pimpinan atau orang-orangnya
maupun perusahaannya.

2.6. Hal-hal Yang Harus Diketahui Dalam Menciptakan Etika Bisnis.


a. Menuangkan ke dalam Hukum Positif
Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang menjadi
Peraturan Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum dari
etika bisnis tersebut, seperti “proteksi” terhadap pengusaha lemah.
b. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar
Kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh)
karena persyaratan tidak bisa dipenuhi dan jangan memaksa diri untuk mengadakan
“kolusi” serta memberikan “komisi” kepada pihak yang terkait.

Page | 7
c. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya
dalam bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih
kompleks lagi.
d. Memelihara Kesepakatan
Memelihara kesepakatan atau menumbuhkembangkan Kesadaran dan rasa Memiliki
terhadap apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis.
e. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar
Kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh)
karena persyaratan tidak bisa dipenuhi dan jangan memaksa diri untuk mengadakan
“kolusi” serta memberikan “komisi” kepada pihak yang terkait.

2.7. Norma Khusus Dan Norma Umum


a. Norma Khusus adalah aturan yang berlaku dalam bidang kegiatan khusus atau
kehidupan khusus. Contoh aturan olah raga, aturan pendidikan, lebih khusus aturan
sebuah sekolah.
b. Norma Umum adalah norma yang lebih bersifat umum dan sampai pada tingkat
tertentu boleh dikatakan lebih bersifat universal atau dipahami atau dijadikan landasan
menentukan perbuatan yang baik atau buruk oleh banyak orang di dunia.

Norma umum ini terbagi menjadi 3 yaitu:


a. Norma Sopan santun atau Norma Etiket, yaitu adalah norma yang mengatur pola
perilaku dan sikap lahiriah dalam pergaulan sehari-hari. Etika tidak sama dengan
Etiket. Etiket hanya menyangkut perilaku lahiriah yang menyangkut sopan santun
atau tata karma
b. Norma Hukum adalah norma yang dituntut keberlakuannya secara tegas oleh
masyarakat karena dianggap perlu dan niscaya demi keselamatan dan kesejahteraan
manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Norma hukum ini mencerminkan harapan,
keinginan dan keyakinan seluruh anggota masyarakat tersebut tentang bagaimana

Page | 8
hidup bermasyarakat yang baik dan bagaimana masyarakat tersebut harus diatur
secara baik
c. Norma Moral, yaitu aturan mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai
manusia. Norma moral ini menyangkut aturan tentang baik buruknya, adil tidaknya
tindakan dan perilaku manusia sejauh ia dilihat sebagai manusia.

2.8. Manfaat Menerapkan Etika Bisnis Diperusahaan


a. Perusahaan mendapatkan kepercayaan dari konsumen.
Perusahaan yang jujur akan menciptakan konsumen yang loyal. Bahkan konsumen
akan merekomendasikan kepada orang lain untuk menggunakan produk tersebut.
b. Citra perusahaan di mata konsumen baik.
Dengan citra yang baik maka perusahaan akan lebih dikenal oleh masyarakat dan
produknya pun dapat mengalami peningkatan penjualan
c. Meningkatkan motivasi pekerja.
Karyawan akan bekerja dengan giat apabila perusahaan tersebut memiliki citra yang
baik dimata perusahaan.
d. Keuntungan perusahaan dapat di peroleh.
Etika adalah berkenaan dengan bagaimana kita hidup pada saat ini dan
mempersiapkan diri untuk masa depan. Bisnis yang tidak punya rencana untuk
menghasilkan keuntungan bukanlah perusahaan yang beretik.

2.9. Kendala Pencapaian tujuan etika bisnis di Indonesia


Keraf (1993:81-83) menyebut beberapa kendala tersebut yaitu:
a. Standar moral para pelaku bisnis pada umumnya masih lemah. Banyak di antara
pelaku bisnis yang lebih suka menempuh jalan pintas, bahkan menghalalkan segala
cara untuk memperoleh keuntungan dengan mengabaikan etika bisnis, seperti
memalsukan campuran, timbangan, ukuran, menjual barang yang kadaluwarsa, dan
memanipulasi laporan keuangan
b. Banyak perusahaan yang mengalami konflik kepentingan. Konflik kepentingan ini
muncul karena adanya ketidaksesuaian antara nilai pribadi yang dianutnya atau antara

Page | 9
peraturan yang berlaku dengan tujuan yang hendak dicapainya, atau konflik antara
nilai pribadi yang dianutnya dengan praktik bisnis yang dilakukan oleh sebagian besar
perusahaan lainnya, atau antara kepentingan perusahaan dengan kepentingan
masyarakat. Orang-orang yang kurang teguh standar moralnya bisa jadi akan gagal
karena mereka mengejar tujuan dengan mengabaikan peraturan.
c. Situasi politik dan ekonomi yang belum stabil. Hal ini diperkeruh oleh banyaknya
sandiwara politik yang dimainkan oleh para elit politik, yang di satu sisi
membingungkan masyarakat luas dan di sisi lainnya memberi kesempatan bagi pihak
yang mencari dukungan elit politik guna keberhasilan usaha bisnisnya. Situasi
ekonomi yang buruk tidak jarang menimbulkan spekulasi untuk memanfaatkan
peluang guna memperoleh keuntungan tanpa menghiraukan akibatnya.
d. Lemahnya penegakan hukum. Banyak orang yang sudah divonis bersalah di
pengadilan bisa bebas berkeliaran dan tetap memangku jabatannya di pemerintahan.
Kondisi ini mempersulit upaya untuk memotivasi pelaku bisnis menegakkan norma-
norma etika.
e. Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen untuk menegakkan kode etik
bisnis dan manajemen. Organisasi seperti KADIN beserta asosiasi perusahaan di
bawahnya belum secara khusus menangani penyusunan dan penegakkan kode etik
bisnis dan manajemen.

2.10. Peran Etika Bisnis


Adapun etika bisnis perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta
mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, dimana diperlukan
suatu landasan yang kokoh untuk mencapai itu semua. Dan biasanya dimulai dari
perencanaan strategis, organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan didukung oleh
budaya perusahaan yang handal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten
dan konsekuen.

Page | 10
Menurut Richard De George, bila perusahaan ingin sukses/berhasil memerlukan 3 hal pokok
yaitu :
a) Memiliki produk yang baik
b) Memiliki managemen yang baik
c) Memiliki Etika

2.11. Etika Bisnis Dalam Hubungan Kerja.


1. Perjanjian Kerja
Berdasarkan Pasal 56 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
(“UU No.13/2003”), terdapat 2 (dua) jenis perjanjian kerja, yaitu Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu Dan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu.
a. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang sering disebut dengan karyawan kontrak,
dibuat berdasarkan jangka waktu tertentu atau berdasarkan selesainya pekerjaan tertentu.
Klausul ini untuk memenuhi syarat suatu hal tertentu seperti dalam syarat umum sahnya
perjanjian, yaitu obyeknya ditentukan berdasarkan “waktu pekerjaan” atau “selesainya
pekerjaan”. Obyek tersebut menurut jenis, sifat dan kegiatannya selesai dalam waktu tertentu
dan tidak bersifat tetap. Perjanjian berdasarkan PKWT meliputi :
1. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya
2. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama,
paling lama 3 tahun
3. Pekerjaan yang bersifat musiman
4. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk
tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan
PKWT tidak mensyaratkan adanya uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja
jika terjadi PHK Karyawan. Semua ketentuan yang mengatur hubungan kerja antara
perusahaan dan karyawan diatur berdasarkan isi perjanjian kerja. Isi perjanjian itu bisa saja
mengabaikan ketentuan yang ada dalam UU Ketenagakerjaan sepanjang perusahaan dan
karyawan menyepakatinya.
Suatu PKWT wajib dibuat secara tertulis. PKWT yang tidak didaftarkan pada instansi
ketenagakerjaan terkait di wilayahnya masing-masing. PKWT yang tidak didaftarkan pada
instansi ketenagakerjaan akan membuat PKWT itu menjadi tidak sah, dan secara otomatis
PKWT itu akan menjadi PKWTT dimana karyawan secara otomatis pula memperoleh hak-
haknya sesuai peraturan perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan.

Page | 11
Jika jangka waktu perjanjiannya habis, PKWT dapat diperpanjang dan diperbaharui
kembali. PKWT yang berdasarkan pada jangka waktu tertentu dapat diadakan untuk paling
lama 2 tahun, dan setelahnya hanya boleh diperpanjang 1 kali untuk jangka waktu paling
lama 1 tahun.
Dalam PKWT tidak dikenal adanya masa percobaan kerja. Jika dalam PKWT
disyaratkan adanya masa percobaan kerja, maka masa percobaan kerja itu batal demi hukum.
Sejak PKWT tersebut didaftarkan pada instansi dinas ketenagakerjaan terkait, hukum tidak
mengakui adanya masa percobaan kerja dan karenanya sejak awal masa percobaan tersebut
dianggap tidak ada. Sebaliknya, dalam PKWTT dapat dipersyaratkan adanya masa percobaan
kerja yang lamanya tidak boleh lebih dari 3 bulan.

b. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu


PKWTT merupakan perjanjian yang tidak ditentukan waktunya dan bersifat tetap.
Berbeda dengan PKWT yang wajib dibuat secara tertulis dan didaftarkan di instansi
ketenagakerjaan terkait, selain tertulis PKWTT dapat dibuat secara lisan dan tidak wajib
mendapat pengesahan dari instansi ketenagakerjaan terkait. Jika PKWTT dibuat secara lisan,
maka klausul-klausul yang berlaku diantara mereka (Perusahaan dan Karyawan) adalah
klausul-klausul sebagaimana yang diatur dalam UU Ketenagakerjaan – Perusahaan dan
Karyawan dianggap menyetujui UU Ketenagakerjaan sebagai “sumber perikatan” mereka.
Jika PKWTT dibuat secara lisan maka perusahaan wajib membuat surat pengangkatan
kerja bagi Karyawan yang bersangkutan. Surat Pengangkatan itu sekurang-kurangnya
memuat keterangan :
1. Nama dan alamat karyawan
2. Tanggal mulai bekerja
3. Jenis pekerjaan
4. Besarnya upah

PKWTT dapat mensyaratkan adanya masa percobaan kerja untuk paling lama 3
bulan.Selama masa percobaan Perusahaan wajib membayar upah pekerja dan upah tersebut
tidak boleh rendah dari upah minimum yang berlaku. Suatu PKWTT – termasuk juga PKWT
dapat berakhir karena :
- Pekerja meninggal dunia
- Berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja

Page | 12
- Adanya putusan pengadilan atau putusan/penetapan lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
Munculnya keadaan tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian kerja yang dapat
menyebabkan berakhirnya hubungan kerja PKWTT tidak berakhir karena berakhirnya
perusahaan atau beralihnya hak atas perusahaan karena penjualan, pewarisan, atau hibah.
Dalam hal terjadi pengalihan perusahaan, misalnya hal karyawan menjadi tanggung jawab
perusahaan baru, kecuali ditentukan lain dalam perjanjian pengalihan diantara pengurus
perusahaan yang lama dan yang baru – dan perjanjian itu tidak boleh mengurangi hak-hak
karyawan. Dalam hal perusahaan merupakan orang perseorangan dan meninggal dunia, ahli
waris pengusaha tersebut dapat mengakhiri perjanjian kerja setelah merundingkannya dengan
karyawan. Dalam hal karyawan yang meninggal dunia, ahli waris karyawan itu berhak
mendapatkan hak-haknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau
yang telah diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan ,atau perjanjian kerja bersama.

2. Unsur-Unsur Dalam Perjanjian Kerja


Berdasarkan pengertian perjanjian kerja diatas, dapat ditarik beberapa unsur dari
perjanjian kerja, yakni :
a. Adanya Unsur Work atau Pekerjaan
Dalam suatu perjanjian kerja harus ada pekerjaan yang diperjanjikan (objek perjanjian),
pekerjaan tersebut haruslah dilakukan sendiri oleh pekerja, hanya dengan seizin majikan
dapat menyuruh orang lain. Hal ini dijelaskan dalam KUHPerdata Pasal 1603 a yang
berbunyi :
- “Buruh wajib melakukan sendiri pekerjaannya; hanya dengan seizin majikania
dapat menyuruh orang ketiga menggantikannya’.
- Sifat pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja itu sangat pribadi karena
bersangkutan ketrampilan/keahliannya, maka menurut hukum jika pekerja
meninggal dunia maka perjanjian kerja tersebut putus demi hukum.
b. Adanya Unsur Perintah
Manifestasi dari pekerjaan yang diberikan kepada pekerja oleh pengusaha adalah
pekerja yang bersangkutan harus tunduk pada perintah pengusaha untuk melakukan pekerjaan
sesuai dengan yang diperjanjikan. Di sinilah perbedaan hubungan kerja dengan hubungan
lainnya.
c. Adanya Unsur Upah

Page | 13
Upah memegang peranan penting dalam hubungan kerja, bahkan dapat dikatakan bahwa
tujuan utama orang bekerja pada pengusaha adalah untuk memperoleh upah. Sehingga jika
tidak unsur upah, maka suatu hubungan tersebut bukan merupakan hubungan kerja.

3. Berakhirnya Perjanjian Kerja


Definisi perjanjian kerja menurut Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan (“UU Ketenagakerjaan”) adalah perjanjian antara
pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak
dan kewajiban para pihak. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa perjanjian kerja
harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh para pihak yang membuatnya. Namun, perjanjian kerja
pun dapat diakhiri bilamana:
a. pekerja meninggal dunia;
b. berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja;
c. adanya putusan pengadilan dan/atau putusan atau penetapan lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; atau
d. adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang dapat menyebabkan
berakhirnya hubungan kerja

BAB III
STUDI KASUS

3.1. Studi Kasus


a. Sebuah perusahaan pengembang di Lampung membuat kesepakatan dengan sebuah

Page | 14
perusahaan perusahaan kontraktor untuk membangun sebuah pabrik. Sesuai dengan
perjanjian yang telah disepakati pihak pengembang memberikan spesifikasi bangunan
kepada pihak perusahaan kontraktor tersebut. Dalam pelaksanaannya, perusahaan
kontraktor menyesuaikan spesifikasi bangunan pabrik yang telah dijanjikan. Sehingga
bangunan pabrik tersebut tahan lama dan tidak mengalami kerusakan. Dalam kasus ini
pihak perusahaan kontraktor telah mematuhi prinsip kejujuran karena telah memenuhi
spesifikasi bangunan yang telah mereka musyawarahkan bersama pihak pengembang.
b. Sebuah Yayasan Maju Selalu menyelenggarakan pendidikan setingkat SMA. Pada tahun
ajaran baru sekolah mengenakan biaya sebesar Rp.500.000,- kepada setiap siswa baru.
Pungutan sekolah ini diinformasikan kepada mereka saat akan mendaftar,sehingga setelah
diterima,mereka harus membayarnya. Kemudian pihak sekolah memberikan informasi ini
kepada wali murid bahwa pungutan tersebut digunakan untuk biaya pembuatan seragam
sekolah yang akan dipakai oleh semua murid pada setiap hari rabu-kamis. Dalam kasus
ini Yayasan dan sekolah dapat dikategorikan mengikuti transparasi.
c. Pada tahun 1990 an, kasus yang masih mudah diingat yaitu Enron. Bahwa Enron adalah
perusahaan yang sangat bagus dan pada saat itu perusahaan dapat menikmati booming
industri energi dan saat itulah Enron sukses memasok enegrgi ke pangsa pasar yang
bergitu besar dan memiliki jaringan yang luar biasa luas. Enron bahkan berhasil
menyinergikan jalur transmisi energinya untuk jalur teknologi informasi. Dan data yang
ada dari skilus bisnisnya, Enron memiliki profitabilitas yang cukup menggiurkan. Seiring
dengan booming indutri energi, akhirnya memosisikan dirinya sebagai energy merchants
dan bahkan Enron disebut sebagai ”spark spead” Cerita pada awalnya adalah anggota
pasar yang baik, mengikuti peraturan yang ada dipasar dengan sebagaimana mestinya.
Pada akhirnya Enron meninggalkan prestasi dan reputasinya baik tersebut, karena
melakukan penipuan dan penyesatan.. Sebagai perusahaan Amerika terbesar ke delapan,
Enron kemudian kolaps pada tahun 2001.

Berdasarkan referensi-referensi dan contoh diatas. saya sependapat etika bisnis adalah
studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah yang harus dipelajari oleh
semua perilaku bisnis. karena menurut saya dalam berbisnis sangat penting untuk beretika
dan melakukan persaingan yang sehat antar pelaku bisnis. kita dapat melihat di contoh diatas
pelaku bisnis yang menggunakan etika dalam berbisnis akan mengikuti transparansi,
kejujuran, dan nilai-nilai moral yang baik. sedangkan pada contoh ketiga ialah contoh kasus

Page | 15
yang melakukan penipuan dan penyesatan. sangat tidak bagus dan merusak nama dan citra
perusahaan.

BAB IV
KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan
Dalam bisnis dengan para pelakunya yang merupakan orang biasa, maka diperlukan
prinsip-prinsip etika bisnis dan moral yang melandasi setiap pelaku bisnis tersebut. Adanya

Page | 16
etika bisnis membuktikan bahwa bagi bisnis justru tidak ada pengecualian serta bukan pula
bentuk permusuhan yang lama terhadap bisnis dan kegiatan ekonomis.
Etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai – nilai moral
dan norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan dan memecahkan persoalan.
Kelompok pemilik kepentingan yang memengaruhi keputusan bisnis adalah Para pengusaha
dan mitra usaha, Petani dan perusahaan pemasok bahan baku, Organisasi pekerja,
pemerintah, bank, investor, masyarakat umum serta pelanggan
Etika bisnis bisa membantu untuk mengambil keputusan moral yang dapat
dipertanggungjawabkan, tapi tidak berniat mengganti tempat dari para pelaku moral dalam
perusahaan.
Setiap perusahaan harus memiliki tanggung jawab terhadap semua pihak yang
bersangkutan dengan perusahaannya seperti tanggung jawabnya terhadap lingkungan,
karyawan, investor, pelanggan, masyarakat. Karena dengan beretika bisnis yang baik selain
dapat menjamin kepercayaan dan loyalitas dari semua unsur yang berpengaruh pada
perusahaan, juga sangat menentukan maju / mundurnya suatu perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.hukumtenagakerja.com/perjanjian-kerja-untuk-waktu
tertentu/#sthash.EF491rzD.dpuf
http://adheirma309.blogspot.com/2014/12/makalah-etika-bisnis.html

Page | 17
Page | 18

Anda mungkin juga menyukai