Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Etika adalah suatu sikap dan perilaku yang menunjukkan kesediaan dan
kesanggupan seorang secara sadar untuk mentaati ketentuan dan norma kehidupan
yang berlaku dalam suatu kelompok masayarakat atau satu organisasi. Etika
organisasi menekankan perlunya seperangkat nilai yang dilaksanakan setiap orang
anggota. Nilai tersebut berkaitan dengan pengaturan bagaimana seharusnya bersikap
dan berperilaku dengan baik seperti sikap hormat, kejujuran, keadilan, dan tanggung
jawab. Seperangkat nilai-nilai tersebut biasanya dijadikan sebagai acuan dan
dianggap sebagai prinsip-prinsip etis dan moral. Dalam kehidupan organisasi terdapat
berbagai permasalahan yang pemecahannya mengandung implikasi moral dan etika.
Ada cara pemecahan yang secara moral dan etika diterima tetapi ada juga yang tidak
dapat dipertanggungjawabkan. Cara-cara yang secara moral dan etika dapat diterima
merupakan cara yang benar dan sebaliknya cara-cara yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan disebut cara-cara yang salah.
Dalam praktek kehidupan organisasi tidak ada tolok ukur yang mutlak tentang yang
benar dan yang salah. Ini tidak terlepas dari berbagai faktor seperti agama, budaya
dan sosial. Pemahaman tentang yang benar dan yang salah itulah yang mendasari
perlunya etilka dalam organisasi, yaitu untuk membantu memberikan makna yang
tepat tentang kehidupan organisasi.

1
1.2 Rumusan Masalah
 Apa definisi dari etika organisasi?
 Apa pentingnya etika dalam suatu organisasi?
 Bagaimana prinsip-prinsip etika?
 Bagaimana dimensi etika dalam organisasi?
 Apa saja isu seputar etika?
 Bagaimana mengukur etika manajemen?
 Bagaimana mendorong pelaksanaan etika dalam manajemen?

1.3 Tujuan Pembahasan
 Untuk memahami definisi dari etika organisasi
 Untuk mengetahui pentingnya etika dalam suatu organisasi
 Untuk mengetahui prinsip-prinsip etika
 Untuk memahami dimensi etika dalam organisasi
 Untuk mengetahui apa saja isu seputar etika
 Untuk memahami bagaimana mengukur etika manajemen
 Untuk mengetahui cara mendorong pelaksanaan etika dalam manajemen

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Etika Organisasi


Untuk memahami etika organisasi, maka pertama-tama harus dipahami terlebih
dahulu apa itu yang dimaksud dengan etika. Istilah etika berasal dari bahasa
Yunani, “ethos” yang berarti watak atau kebiasaan. Pada umumnya orang-orang
sering menyebutnya dengan etiket yang berarti cara bergaul atau berperilaku yang
baik di tengah lingkungan sekitar. Setelah itu, istilah etika banyak dikembangkan
sebagai sebuah bentuk paduan berperilaku dalam berbagai hal, termasuk dalam
sebuah organisasi. Etika staff, etika karyawan, etika kedokteran dan lain sebagainya
merupakan salah satu contoh bentuk etika yang telah lama hadir di tengah masyarakat
kita.
Istilah etika berkaitan erat dengan pemahaman baik-buruk atau benar-salah
dalam sebuah perilaku. Dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar, manusia
memiliki potensi untuk menunjukkan perilaku yang nantinya akan dinilai sebagai
perilaku yang baik atau buruk dan benar atau salah. Pada masyarakat manapun, etika
akan selalu menyertai mereka. Walaupun terjadi potensi bentuk-bentuk etika yang
berbeda, akan tetapi bukan berarti mereka bersifat relatif karena senantiasa mengikuti
perubahan kondisi yang melingkupi mereka.
Setelah memahami apa itu etika, maka langkah selanjutnya adalah memahami
apa itu organisasi sehingga kita dapat merumuskan atau mengetahui etika-etika dasar
yang ada dalam komunikasi organisasi. Menurut beberapa pandangan, organisasi
adalah sebuah sistem hubungan terstruktur yang mengoordinasikan suatu usaha
individu atau kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Organisasi juga dapat
dipahami sebagai koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai tujuan
tertentu melalui pembagian kerja dan fungsi-fungsi tertentu berdasarkan hierarki
otoritas dan tanggung jawab.
Untuk melihat atau memahami organisasi secara lebih utuh, ada baiknya
melihat beberapa pandangan ahli mengenai organisasi sebagai berikut:

3
- Menurut Stoner, organisasi adalah sebuah pola hubungan interaksi untuk mengejar
tujuan bersama dengan melibatkan orang-orang (banyak) di bawah pengarahan
seorang manajer.
- Menurut James D. Mooney, organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia
untuk mencapai tujuan bersama. Setiap perserikatan yang dibuat oleh sekelompok
manusia tertentu, selama memiliki tujuan, bagi Mooney sudah cukup untuk dapat
dikatakan sebagai suatu organisasi.
- Menurut Chester I. Bernard, organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja
sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Dengan kata lain, organisasi adalah
suatu kesatuan aktivitas kerja sama oleh beberapa orang.
Dari beberapa pengertian tentang organisasi yang dirumuskan oleh para
ilmuwan tersebut terdapat perbedaan dari segi sudut pandang. Akan tetapi dapat
disimpulkan bahwa unsur mendasar dari suatu organisasi adalah orang yang
berjumlah lebih dari satu dan melakukan suatu kerja sama. Agar kerja sama tersebut
dapat menghasilkan sesuatu yang mereka inginkan bersama, maka sudah pasti
dibutuhkan aturan atau panduan mengenai apa yang perlu mereka lakukan dan tidak
perlu bahkan tidak boleh dilakukan.

2.2 Pentingnya Etika dalam Organisasi


Beberapa alasan mengapa norma moral dan etika itu diperlukan dalam
organisasi antara lain :
1. Karena etika berkaitan dengan perilaku manusia. Hal ini menyangkut aplikasi
seperangkat nilai luhur dalam bertindak bagi kehidupan seorang dan organisasi, dan
menyangkut berbagai prinsip yang menjadi landasan bagi perwujudan nilai-nilai
tersebut dalam berbagai hubungan yang terjadi antar manusia dan lingkungan hidup.
2. Agar bisa mengikuti kehidupan sosial yang tertib, manusia memerlukan
kesepakatan, pemahaman, prinsip dan ketentuan lain yang menyangkut pola perilaku.
Etika memberikan prinsip yang kokoh dalam berperilaku sehingga kehidupan dalam
organisasi semakin bermakna. Setiap bentuk kerja sama didasarkan pada kesepakatan
yang dicapai bersama.

4
3. Karena dinamika manusia dengan segala konsekuensinya baik bersifat norma
moral maupun etika perlu dianalisa dan dikaji ulang, hal ini dimaksudkan agar tetap
relevan dalam memperkaya makna kehidupan seseorang, kelompok, organisasi dan
masyarakat luas yang pada gilirannya memperlancar interaksi antar manusia.
4. Pentingnya etika dalam era modern sekarang ini lebih jelas terlihat bila diingat
bahwa etika menunjukkan kepada manusia nilai hakiki dari kehidupan sosial dengan
keyakinan agama, pandangan hidup dan sosial. Dapat dikatakan bahwa etika
berkaitan langsung dengan sistem nilai manusia, etika mendorong tumbuhnya naluri
moralitas, nilai-nilai hidup yang hakiki dan memberi inspirasi kepada manusia untuk
secara bersama-sama menemukan dan menerapkan nilai-nilai tersebut bagi
kesejahteraan dan kedamaian umat manusia. (Sondang Siagian, 1996, 335-337).

2.3 Etika dalam Komunikasi Organisasi


Berikut ini adalah beberapa etika komunikasi organisasi yang pada umumnya
dilakukan oleh anggota organisasi tertentu saat menghadapi lingkungan sekitarnya:
1. Tidak menggunakan perkataan yang menyerang kepribadian atau pribadi
individu.
2. Menggunakan bahasa-bahasa yang lazim atau dimengerti bersama oleh para
peserta komunikasi.
3. Singkat, jelas, dan mudah dipahami terutama untuk komunikasi-komunikasi yang
bersifat mendesak.
4. Tidak menyudutkan pemimpin dan menyebarkan informasi yang tidak benar
mengenai pemimpin.
5. Menyampaikan informasi atau berita sesuai dengan jalur yang seharusnya.
6. Tidak menyampaikan pesan dengan muatan sexual harassment yang dapat
membuat anggota organisasi tidak nyaman.
7. Tidak menipu komunikan dengan menyampaikan sesuatu yang tidak sebenarnya.
8. Tidak seluruh informasi perlu disampaikan apabila hal tersebut membahayakan
eksistensi organisasi.

5
9. Kebohongan dapat dilakukan pada kondisi khusus yang mengancam eksistensi
organisasi, misalnya penduduk Indonesia membohongi penjajah mengenai lokasi
persembunyian tentara atau organisasi yang ingin memerdekakan Indonesia.
10. Menyampaikan keburukan personal yang tidak berhubungan dengan kinerja
orang tersebut untuk menjatuhkan kedudukannya dalam organisasi.

2.4 Prinsip-prinsip Etika Organisasi


 Prinsip Keindahan
Prinsip ini mendasari segala sesuatu yang mencakup penikmatan rasa
terhadap keindahan. Berdasarkan prinsip ini, manusia memperhatikan nilai-nilai
keindahan dan ingin menampakkan sesuatu yang indah dalam perilakunya. Misalnya,
dalam berpakaian, penataan ruang, dan sebagainya sehingga membuatnya lebih
bersemangat untuk bekerja.
 Prinsip Persamaan
Setiap manusia pada hakikatnya memilikihak dan tanggung jawab yang
sama, sehingga muncul tuntutan terhadap persamaan hak antar laki-laki dan
perempuan, persamaan ras, serta persamaan dalam beragai bidang lainnya. Prinsip ini
melandasi perilaku yang tidak diskriminatif atas dasar apapun.
 Prinsip Kebaikan
Prinsip ini mendasari perilaku individu untuk selalu berupaya berubuat
kebaikan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip ini biasanya berkenaan
dengan nilai-nilai kemanusiaan, seperti hormat-menghormati, kasih-sayang,
membantu orang lain, dan sebagainya. Manusia pada hakikatnya selalu ingin berbuat
baik, karena dengan berbuat baik dia akan dapat diterima oleh lingkungannya.
Penyelengaraan pemerintahan dan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat
sesungguhnya bertujuan untuk menciptakan kebaikan kepada masyarakat.
 Prinsip Keadilan
Keadilan adalah kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan kepada
setiap orang apa yang semestinya mereka dapatkan. Oleh karena itu, prinsip ini

6
mendasari seseorang untuk berindak adil dan proporsional serta tidak mengambil
sesuatu yang menjadi hak orang lain.
 Prinsip Kebebasan
Kebebasan diartikan sebagai keleluasaan seseorang untuk bertindak atau
tidak sesuai dengan pilihannya sendiri. Dalam prinsip kehidupan dan hak asasi
manusia mempunyai hak untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kehendak sendiri
sepanjang tidak merugikan hak orang lain. Oleh karena itu, setiap kebebasa harus
diikuti dengan tanggung jawab sehinggs manusia tidak melakukan tindakan yang
semena-mena kepada orang lain.
 Prinsip Kebenaran
Kebenaran biasanya digunakan dalam logika keilmuan yang muncul dari
hasil pemikiran yang rasional. Kebenaran harus dapat dibuktikan dan ditunjukkan
agar dapat diyakini oleh orang lain. Tidak setiap kebenaran dapat diterima sebagai
suatu kebenaran apabila belum dibuktikan.

2.5     Dimensi Etika dalam Organisasi


 Birokrasi
Nilai-nilai yang berlaku dalam suatu organisasi secara konseptual telah
dikembangkan sejak munculnya teori tentang organisasi. Salah satu teori klasik
tentang organisasi yang cukup dikenal dan sangat berpengaruh terhadap
pengembangan organisasi adalah birokrasi. Menurut teori ini, ciri organisasi yang
ideal yang sekaligus menjadi nilai-nilai perilaku yang harus dianut oleh setiap
anggota organisasi adalah:

a. Adanya pembagian kerja


b. Hierarki wewenang yang jelaas
c. Prosedur seleksi yang formal
d. Aturan dan prosedur kerja yang rinci
e. Hubungan yang tidak didasarkan atas hubungan pribadi

7
Teori birokrasi menempatkan setiap anggota organisasi dalam suatu hierarki struktur
yang jelas, setiap pekerjaan harus diselesaikan berdasarkan prsedur dan aturan kerja yang
telah ditetapkan, dan setiap orang terikat secara ketat dengan aturan-aturan tersebut. Selain itu, hubungan
antar individu dalam organisasi dan dengan lingkungan di dalam organisasi hanya dibatasi dalam
hubungan pekerjaan sesuai tugas dan tanggung jawab masing-masing. Dalam model organisasi ini pola
perilaku yang berkembang bersifat sangat kaku dan formal.

 Prinsip Manajemen Organisasi


Berbeda dengan teori birokrasi terdapat teori lain yang mengidentifikasi
prinsip-prinsip manajemen organisasi. Prinsip-prinsip ini cukup banyak diadopsi oleh
para pimpinan organisasi, baik publik maupun swasta. Prinsip-prinsip ini bahkan
ditemukan juga dalam organisasi yang dikelola secara birokratis. Prinsip-prinsip
tersebut adalah pembagian kerja, wewenang, disiplin, kesatuan perintah (komando),
koordinasi, mendahulukan kepentingan organisasi, remunerasi, sentralisasi versus
desentralisasi, inisiatif, dan kesetiakawanan kelompok.
 Pembagian kerja
Pembagian kerja yang sangat spesifik dapat meningkatkan kinerja dengan cara
membuat para pekerja lebih produktif. Para spesialis dipandang akan sangat mahir
dengan spesialisasinya karena hanya melakukan bagian tertentu dari suatu pekerjaan.
 Wewenang
Untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik, setiap anggota harus diberi
kewenangan tertentu seimbang dengan tugas yang dipikulnya. Selanjutnya setiap
wewenang yang diberikan harus diikuti dengan tanggung jawab yang seimbang pula.
 Disiplin
Para pegawai harus menaati dan menghormati peraturan yang mengatur
organisasi. Disiplin yang baik merupakan hasil dari kepemimpinan yang efektif,
saling pengertian yang jelas antara pimpinan dan para pegawai tentang peraturan
organisasi, serta penerapan sanksi yang adil bagi yang menyimpang dari peraturan
tersebut.

8
 Kesatuan Perintah
Setiap pegawai hanya menerima perintah dari satu orang atasan. Tidak boleh
terjadi ada dua nakhoda dalam satu kapal.
 Pembentukan Etika Dalam Pemerintah
Sebagaimana diuraikan sebelumnya, etika merupakan nilai-nilai perilaku yang
ditunjukkan oleh seseorang atau suatu organisasi dalam interaksinya dengan
lingkungan. Nilai-nilai perilaku yang ditunjukkan oleh individu sangat dipengaruhi
oleh nilai-nilai yang dianut oleh individu tersebut serta nilai-nilai yang berlaku dan
berkembang dalam organisasi yang kemudian menjadi suatu kebiasaan yang
berakumulasi menjadi budaya yang akan dianut oleh organisasi tersebut.

2.6 Isu Seputar Etika


Kreitner (1992) memberikan uraian dari beberapa isu seputar etika di masa
kini yang sering kali dihadapi oleh perusahaan. Di antara beberapa isu tersebut
adalah:
1.        Penggunaan obat-obatan terlarang
2.        Pencurian oleh para pekerja atau korupsi
3.        Konflik kepentingan
4.        Pengawasan kualitas atau quality control
5.        Penyalahgunaan informasi yang bersifat rahasia
6.        Penyelewengan dalam pencatatan keuangan
7.        Penyalahgunaan penggunaan aset perusahaan
8.        Pemecatan tenaga kerja
9.        Polusi lingkungan
10.    Cara bersaing dari perusahaan yang dianggap tidak etis
11.    Penggunaan pekerja atau tenaga kerja di bawah umur
12.    Pemberian hadiah kepada pihak-pihak tertentu yang terkait dengan pemegang
kebijakan
13.    Dan lain sebagainya.

9
Beberapa isu ini tak jarang terjadi dalam satu perusahaan, sehingga taktis
perusahaan tersebut dianggap tidak menjalankan kegiatannya secara etis. Di sisi lain,
sebagian perusahaan telah berusaha untuk melakukan yang terbaik sehubungan
dengan berbagai isu etika tersebut. Peran pemerintah sangat penting untuk dapat
menjamin perusahaan dan masyarakat dapat menjalankan kegiatannya secara lebih
beretika.

2.7 Mengukur Etika Manajemen


Nilai personal dapat digunakan untuk mengukur etika. Lebih lanjut
lagi, Griffin(2000) mengenalkan sebuah model untuk menilai etika.

10
Model penilaian etika tersebut memberikan panduan apakah sesuatu
tindakan atau kegiatan memenuhi kriteria atau tidak dapat dinilai dari 4 kriteria
etika, yaitu dari sisi manfaat (benefits),  pemenuhan hak-hak (rights),  prinsip
keadilan (justice),  dari sifat pemeliharaan (caring). Sebagai contoh, sebuah tindakan
manajer dalam pemberian insentif kepada pegawai yang berprestasi. Tindakan ini
bisa dikatakan tindakan yang etis atau memenuhi kriteria etika.
Dari sisi manfaat, jelas semua pihak bisa merasakan manfaat dari prestasi yang
dilakukan pegawai. Perusahaan memperoleh manfaat dari hasil kerja keras
pegawainya yang berprestasi, demikian juga bagi pegawainya. Insentif memberikan
manfaat psikis berupa penghargaan terhadap kerja kerasnya sekaligus manfaat fisik
berupa balasan yang seimbang dengan apa yang telah dilakukannya.
Dari sisi pemenuhan hak-hak, jelas tindakan pemberian insentif kepada pegawai
yang berprestasi – jika memang telah ditetapkan aturannya – memenuhi kriteria
pemenuhan hak-hak dari seluruh pihak. Bagi yang menerima insentif dia terpenuhi
haknya setelah memberikan prestasi kepada organisasi. Bagi yang tidak berprestasi,
maka dia tidak memiliki hak untuk mendapatkan insentif hingga dia dapat
menunjukkan prestasinya.
Dari sisi prinsip keadilan, jelas bahwa tindakan pemberian insentif bagi
pegawai yang berprestasi memenuhi prinsip keadilan, yaitu dengan memberikan
perlakuan yang seimbang dengan apa yang telah ditunjukkan pegawai dalam
pekerjaannya.
Dari sisi pemeliharaan, jelas pemberian insentif akan mampu  menjaga
konsistensi produktivitas kegiatan organisasi, dikarenakan jenis pemberian insentif
dapat memacu pegawai untuk bekerja lebih baik bagi organisasi. Di sisi lain, juga
tetap memelihara motivasi pegawai yang telah menunjukkan prestasi yang baik
melalui penghargaan dengan pemberian insentif.
Sekalipun tidak secara sempurna menjelaskan kriteria dan panduan untuk
menilai tindakan yang etis maupun tidak, namun model penilaian etika tersebut
diatas setidaknya dapat memberikan sedikit penjelasan bagaimana sebuah

11
tindakan atau kegiatan bisa dinilai dari kriteria etikanya. Dalam praktiknya,
model tersebut bisa dikembangkan lagi dengan menambahkan kriterianya maupun
dengan menambahkan pertanyaan-pertanyaan kritisnya guna menganalisis sebuah
tindakan apakah telah memenuhi kriteria etika maupun tidak.

2.8 Mendorong Pelaksanaan Etika dalam Manajemen


Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa etika manajemen sebagai bagian dari
tanggung jawab sosial perusahaan yang perlu untuk diwujudkan di masa-masa
mendatang. Ada beberapa hal yang mungkin dapat dilakukan oleh perusahaan
sehubungan dengan dorongan untuk melaksanakan etika dalam manajemen. Beberapa
hal yang mungkin dapat dilakukan tersebut, diantaranya adalah pelatihan etika,
advokasi etika, standar aturan mengenai etika perusahaan, dan keterlibatan masyarakat
dalam mengontrol etika bisnis.

1.    Pelatihan Etika (Ethics Training)


Manusia pada dasarnya mebutuhkan pembiasaan dalam melakukan sesuatu.
Budaya organisasi sebagai nilai-nilai yang dianut oleh sebuah organisasi dalam
menjalan kegiatannya pada kenyataannya memerlukan waktu dalam mewujudkannya.
Demikian pula dengan etika dalam bisnis maupun etika dalam manajemen. Perlu
adanya pembiasaan-pembiasaan yang diberlakukan kepada para pelaku organisasi,
dari mulai level tertinggi hingga terendah. Pembiasaan ini dapat dilakukan melalui
berbagai jenis pelatihan yang menyangkut etika dan keterkaitannya dengan
perwujudan lingkungan sosial yang lebih baik.

2.    Advokasi Etika (Ethical Advocates)


Advokasi etika adalah upaya perusahaan untuk menjalankan etika dalam
kegiatan-kegiatannya dengan cara menempatkan orang atau tim khusus dalam tim
manajemen perusahaan yang bertugas untuk mengontrol dan mengawasi segala
kegiatan perusahaan agar tetap memenuhi standar-standar etika. Pada umumnya, pihak
yang dipekerjakan dan ditempatkan dalam bagian ini adalah mereka yang berlatar

12
belakang ilmu hukum yang dianggap mengetahui seluk-beluk regulasi dan
bagaimanab regulasi tersebut bisa dijalankan. Sekalipun upaya ini mendapat kritik
karena pada praktiknya penyelewengan dapat pula dilakukan oleh tim advokasi etika,
namun upaya perusahaan untuk menyediakan orang atau tim khusus patut dihargai
sebagai usaha untuk mewujudkan kegiatan bisnis yang lebih beretika.

3.    Standar Aturan Mengenai Etika Perusahaan (Code of Ethics)


Upaya lain yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan menetapkan
standar aturan mengenai etika yang harus dijalankan oleh perusahaan atau seringkali
dinamakan sebagai code of ethics.Implementasi dari  Code of ethics ini akan sangat
efektif jika memenuhi dua syarat, yaitu:
Pertama, perusahaan perlu menyatakan secara spesifik kepada publik
mengenai code of ethics yang mereka jalankan. Sebagai contoh, Perusahaan Xerox
menetapkan aturan bahwa perusahaan mereka akan melakukan kejujuran terhadap
pelanggan, tidak akan memberikan sogokan, tidak akan merahasiakan sesuatu
terhadap konsumen, maupun tidak akan melakukan penipuan yang terkait dengan
harga. Pernyataan spesifik ini mereka nyatakan dalam berbagai kesempatan di depan
khalayak ramai dan publisitas yang mereka lakukan.
Kedua, agar code of ethics ini bisa berjalan secara efektif adalah perlu adanya
dukungan dari tim manajemen puncak melalui sistem pengawasan tertentu
sepertireward and punishment system dan lain sebagainya. Tanpa ada dukungan dari
manajemen puncak, code of ethics ini pun akan sulit untuk diimplementasikan.

4.    Keterlibatan Publik dalam Etika Manajemen Perusahaan


Upaya lain untuk menjamin bahwa perusahaan akan menjalankan
kegiatannyasecara lebih beretika adalah dengan melibatkan publik dalam
setiap kegiatan perusahaan yang dianggap tidak beretika. Dalam istilah manajemen ini
dinamakan sebagai whistle-blowing  (meniup peluit). Konteksnya adalah bahwa jika
sebuah perusahaan menjalankan suatu kegiatan yang tidak memenuhi standar etika
dan perusahaan cenderung membiarkan praktik tersebut untuk terus berjalan, kenyataan

13
ini kemudian dilaporkan oleh anggota perusahaan kepada pihak publik seperti media
massa, lembaga swadaya masyarakat, ataupunpemerintah yang representatif untuk
menangani kasus-kasus seperti ini. Upaya ini akan mendorong perusahaan agar benar-
benar memerhatikan kepentingan publik, dan mencoba mengingatkan perusahaan
bahwa jika kegiatan tidak etis dilakukan perusahaan, maka perusahaan akan
menghadapi konsekuensi logis berupa penilaian buruk dari masyarakat.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Etika merupakan hal yang terpenting dimana pun kita berada, kapan pun itu,
kepada siapun itu. Etika merupakan perilaku kita terhadap apapun dengan yang selalu
berkaitan dengan pemahaman baik-buruknya sesuatu. Di dalam organisasi etika
sangat diperlukan. Karena di dalam organisasi kita banyak berinteraksi dengan
banyak orang, dari kalangan mana pun itu yang setiap orang paastinya berbeda-beda.
Seseorang akan dianggap baik bila seseorang tersebut memiliki etika yang bagus.
Pada organisasi tentulah ada komunikasi yang harus baik agar tidak adanya
kesalahpahaman baik antar anggota organisasi, maupun dengan pihak eksternal.
Dengan demikian, terdapat etika berkomunikasi dalam organisasi. Etika organisasi
juga memiliki prinsip-prinsip yang amat perlu kita ketahui, agar kita tidak salah
dalam mengartikan etika organisasi tersebut. Oleh karena itu, tetaplah menjaga etika
dimanapun, kapanpun, kepada siapapun karena kita tidak bernilai tanpa adanya etika.

3.2 Saran
Semakin besar suatu organisasi atau perusahaan, maka semakin besar pula
tuntunan masyarakat terhadap organisasi atau perusahaan tersebut. Banyak lembaga
bisnis yang menggunakan segala cara untuk memenangkan persaingan. Oleh karena
itu, diharapkan manajer dapat menjalankan bisnis yang memenuhi syarat dalam etika
bisnis manajerial, baik secara moral maupun norma masyarakat. Organisasi sebagai
suatu sistem juga diharapkan dapat memiliki tanggung jawab social terhadap
masyarakat.
Adapun penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan, sehingga masih
diperlukan tambahan perbaikan-perbaikan untuk menghasilkan makalah yang lebih
baik lagi dan lengkap. Perlu adanya perbaikan-perbaikan tambahan dari pembaca
untuk kesempurnaan dalam pembuatan makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Sule, Ernie Trisnawati dan Kurniawan Saefullah. 2005. Pengantar Manajemen.


Jakarta: Kencana
http://handokolipoeto4.wixsite.com/sukasuka/single-post/2017/05/30/ARTI-DAN-
PENTINGNYA-ETIKA-DALAM-ORGANISASI
https://pakarkomunikasi.com/etika-komunikasi-organisasi
http://sandipondaag14.blogspot.com/2012/10/etika-dalam-organisasi.html?m=1
http://fitriyanti667.blogspot.com/2018/05/tanggung-jawab-sosial-dan-etika.html?m=1

16

Anda mungkin juga menyukai