Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Etika bisnis adalah bagian dari filsafat. Secara garis besar pengertian filsafat,
etika dan etika bisnis berhubungan erat satu sama lain.
Filsafat dalam arti luas adalah suatu usaha sistematis untuk

memahami

pengalaman manusia secara pribadi dan kolektif/kelompok. Berbeda dengan


teologi maka filsafat menggunakan rasio untuk menafsirkan pengalaman manusia
dan bukan mengandalkannya pada wahyu Ilahi.
Dalam masyarakat, manusia mengadakan hubungan-hubungan

antara lain

hubungan agama, keluarga, perdagangan, politik dan sebagainya. Sifat hubungan


ini sangat rumit dan coraknya berbagai ragam. Hubungan antara manusia ini
sangat peka, sebab sering dipengaruhi oleh emosi yang tidak rasional. Manusia
selalu berusaha agar tercapai kerukunan dan kebahagiaan di dalam suatu
masyarakat. Timbullah peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang kita
sebut etik, etika, norma, kaidah, tolak ukur.
Kebanyakan orang tidak senantiasa sadar akan fungsi etika. Salah satu
sebabnya, etika menjadi bagian yang integral dari pribadi seseorang sehingga
tidak lagi dipersoalkan oleh yang bersangkutan. Artinya seseorang jarang sekali
memikirkan etika yang dimilikinya, kecuali bila ia merasa bahwa dalam
hubungannya dengan orang lain etika tersebut mendapat tantangan. Pada saat
tertentu kita pasti berhadapan dan berinteraksi dengan orang yang memiliki etika
yang berbeda.
Sasaran etika adalah moralitas (etika merupakan filsafat tentang moral).
Moralitas adalah istilah yang dipakai untuk mencakup praktek dan kegiatan yang
membedakan apa yang baik dan apa yang buruk, aturan-aturan yang
mengendalikan kegiatan itu dan nilai-nilai yang tersimbul di dalamnya yang
dipelihara atau dijadikan sasaran oleh kegiatan praktek tersebut.

1.2 Dasar Teori


Menurut kamus, istilah etika memiliki beragam makna berbeda. Salah satu
maknanya adalah prinsip tingkah laku yang mengatur individu dan kelompok.

Makna kedua menurut kamus lebih penting etika adalah kajian moralitas.
Tapi meskipun etika berkaitan dengan moralitas, namun tidak sama persis dengan
moralitas. Etika adalah semacam penelaahan, baik aktivitas penelaahan maupun
hasil penelaahan itu sendiri, sedangkan moralitas merupakan subjek.
A. Moralitas
Moral berasal dari kata mos dalam bahasa latin, yang bentuk jamaknya
mores,

yang

artinya

adalah

tata

cara

atau

adat

istiadat

(http//:staff.uny.ac.id)
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:592), moral diartikan sebagai aklak,
budi pekerti, atau susila.
Sehingga moralitas dapat dipahami sebagai pedoman yang dimiliki individu
atau kelompok mengenai apa itu benar dan salah, atau baik dan jahat.
Pedoman moral mencakup norma-norma yang kita miliki mengenai jenisjenis tindakan yang kita yakini benar atau salah secara moral, dan nilai-nilai
yang kita terapkan pada objek-objek yang kita yakini secara moral baik atau
secara moral buruk. Norma moral seperti selalu katakan kebenaran,
membunuh orang tak berdosa itu salah. Nilai-nilai moral biasanya
diekspresikan sebagai pernyataan yang mendeskripsikan objek-objek atau
ciri-ciri objek yang bernilai, semacam kejujuran itu baik dan ketidakadilan
itu buruk. Standar moral pertama kali terserap ketika masa kanak-kanak dari
keluarga, teman, pengaruh kemasyarakatan seperti gereja, sekolah, televisi,
majalah, music dan perkumpulan.
Hakekat standar moral :
1. Standar moral berkaitan dengan persoalan yang kita anggap akan
merugikan secara serius atau benar-benar akan menguntungkan
manusia.
2. Standar moral tidak dapat ditetapkan atau diubah oleh keputusan dewan
otoritatif tertentu.
3. Standar moral harus lebih diutamakan daripada nilai lain termasuk
(khususnya) kepentingan diri.

4. Standar moral berdasarkan pada pertimbangan yang tidak memihak.


5. Standar moral diasosiasikan dengan emosi tertentu dan kosa kata tertentu.
Standar moral, dengan demikian, merupakan standar yang berkaitan dengan
persoalan yang kita anggap mempunyai konsekuensi serius, didasarkan pada
penalaran yang baik bukan otoritas, melampaui kepentingan diri, didasarkan
pada pertimbangan yang tidak memihak, dan yang pelanggarannya
diasosiasikan dengan perasaan bersalah dan malu dan dengan emosi dan
kosa kata tertentu.
B. Etika
Etika berasal dari dari kata Yunani Ethos (jamak ta etha), berarti adat
istiadat. Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri
seseorang maupun pada suatu masyarakat. Etika berkaitan dengan nilai-nilai,
tatacara hidup yg baik, aturan hidup yg baik dan segala kebiasaan yg dianut dan
diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau dari satu generasi ke
generasi yg lain
Etika merupakan ilmu yang mendalami standar moral perorangan dan
standar moral masyarakat. Ia mempertanyakan bagaimana standar-standar
diaplikasikan dalam kehidupan kita dan apakah standar itu masuk akal atau
tidak masuk akal standar, yaitu apakah didukung dengan penalaran yang
bagus atau jelek.
Etika merupakan penelaahan standar moral, proses pemeriksaan standar
moral orang atau masyarakat untuk menentukan apakah standar tersebut masuk
akal atau tidak untuk diterapkan dalam situasi dan permasalahan konkrit.
Tujuan akhir standar moral adalah mengembangkan bangunan standar moral
yang kita rasa masuk akal untuk dianut.

C. Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang
3

benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana
diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis.
Menurut Zimmerer (1996:20), etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku
pengusaha berdasarkan nilai nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan
dalam membuat keputusan dan memecahkan persoalan.
Menurut Ronald J. Ebert dan Ricky M. Griffin (2000:80), etika bisnis
adalah istilah yang sering digunakan untuk menunjukkan perilaku dari etika
seseorang manajer atau karyawan suatu organisasi.
Menurut K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis, (Yogjakarta: PenerbitKanisius,
2000, Hal. 5), Etika Bisnis adalah pemikiran refleksi kritis tentang moralitas
dalam kegiatan ekonomi dan bisnis.
Etika Bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang
benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana
diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis (Velasquez, 2005)
Etika bisnis merupakan suatu ajaran untuk membedakan antara salah dan
benar guna memberikan pembekalan kepada setiap pemimpin perusahaan
ketika mempertimbangkan untuk mengambil keputusan strategis yang terkait
dengan masalah moral yang kompleks. (Hill dan Jones, 1998)
Etika bisnis adalah standar etika yang berkaitan dengan tujuan dan cara
membuat keputusan bisnis. (Steade et al (1984: 701) dalam bukunya Business,
Its Natura and Environment An Introduction).
Etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang
mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri
dan juga masyarakat. (Business & Society - Ethics and Stakeholder
Management, Caroll&Buchholtz.
Etika bisnis merupakan studi standar formal dan bagaimana standar itu
diterapkan ke dalam system dan organisasi yang digunakan masyarakat
modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan
diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi.
Sarina H. Manaroinsong dalam jurnal Etika Bisnis menulis keutamaan,
sasaran dan lingkup etika bisnis.
a. Keutamaan Etika bisnis

Dalam bisnis modern, para pelaku bisnis dituntut untuk menjadi orangorang profesional di bidangnya. Perusahaan yang unggul bukan hanya
memiliki kinerja dalam bisnis,manajerial dan finansial yang baik akan
tetapi juga kinerja etis dan etos bisnis yang baik
Dalam persaingan bisnis yang sangat ketat,maka konsumen benarbenar raja. Kepercayaan konsumen dijaga dengan memperlihatkan citra
bisnis yang baik dan etis.
Dalam sistem pasar terbuka dengan peran pemerintah yang menjamin
kepentingan dan hak bagi semua pihak, maka perusahaan harus
menjalankan bisnisnya dengan baik dan etis.
Perusahaan modern sangat menyadari bahwa karyawan bukanlah
tenaga yang harus dieksploitasi demi mendapat keuntungan.
Kenneth Blanchard dan Norman Vincent Peale: perlakuan yang baik
terhadap karyawan telah menaikkan keuntungan perusahaan sebesar 20%
atau telah menurunkan harga produk perusahaan tersebut sebesar 20%.
b. Sasaran dan Lingkup Etika Bisnis
Etika bisnis bertujuan untuk menghimbau pelaku bisnis agar menjalankan
bisnisnya secara baik dan etis.
Untuk menyadarkan masyarakat khususnya konsumen, buruh atau
karyawan dan masyarakat luas akan hak dan kepentingan mereka yang
tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapapun juga.
Etika bisnis juga berbicara mengenai sistem ekonomi yang sangat
menentukan etis tidaknya suatu praktek bisnis.
D. Integritas
Integritas berasal dari bahasa Latin integer; incorruptibility , firm
adherence to a code of especially moral a acristic values, yaitu , sikap yang
teguh mempertahankan prinsip , tidak mau korupsi, dan menjadi dasar yang
melekat pada diri sendiri sebagai nilai-nilai moral.
Definisi integritas secara kamus :
Integrity is a personal quality of fairness that we all aspire to unless you're
a dishonest, immoral scoundrel, of course.

Having integrity means doing the right thing in a reliable way. It's a
personality trait that we admire, since it means a person has a moral compass
that doesn't waver. It literally means having
Dalam kamus Indonesia terkait mutu, sifat, atau keadaan yg menunjukkan
kesatuan yg utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yg memancarkan
kewibawaan; kejujuran
Integritas bukan hanya sekedar bicara, pemanis retorika, tetapi juga sebuah
tindakan. Bila kita menelusuri karakter yang dibutuhkan para pemimpin saat
ini dan selamanya mulai dari integritas, kredibilitas dan segudang karakter
mulia yang lainnya-pastilah akan bermuara pada pribadi agung manusia
pilihan al-mustofa Muhammad saw. Yang di utus untuk menyempurnakan
karakter manusia.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengambilan Keputusan Moral dalam Etika Bisnis
Scholars George dan John Steiner telah mengidentifikasi enam sumber utama
etika dalam arena bisnis Amerika .

1. Warisan genetik . Sifat-sifat kebaikan sering dikaitkan dengan perilaku


etis mungkin ,

dalam beberapa ukuran , menjadi produk dari sifat

genetik diperkuat dari waktu ke waktu oleh proses evolusi .


2. Agama. Moralitas agama jelas merupakan kekuatan utama dalam
membentuk etika sosial kita .
3. Sistem filsafat . Filosofi telah berperan dalam perkembangan moral
masyarakat kita .
4. Pengalaman budaya . Nilai-nilai individu dibentuk dalam ukuran besar
oleh norma-norma masyarakat .
5. Sistem hukum. Hukum merupakan pendekatan kasar dari standar etika
masyarakat . Dengan demikian , hukum berfungsi untuk mendidik kita
tentang kursus etika dalam kehidupan.
6. Kode etik . Steiner dan Steiner mengidentifikasi tiga kategori utama dari
aturan-aturan tersebut . Kode perusahaan , biasanya singkat dan sangat
umum , mengungkapkan luas harapan tentang perilaku fit . Kedua ,
kebijakan operasi perusahaan sering mengandung dimensi etika . Ketiga ,
banyak asosiasi profesi dan industri telah mengembangkan kode etik .
Secara pengertian pengambilan keputusan (desicion making) adalah
melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah
melalui beberapa perhitungan dan pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan
dijatuhkan, ada beberapa tahap yang mungkin akan dilalui oleh pembuat
keputusan. Tahapan tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah utama,
menyusn alternatif yang akan dipilih dan sampai pada pengambilan keputusan
yang terbaik.
Secara umum, pengertian pengambilan keputusan telah dikemukakan oleh
banyak ahli, diantaranya adalah :
1. G. R. Terry : Mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah
sebagai pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih
alternatif yang mungkin.
2. Claude S. Goerge, Jr : Mengatakan proses pengambilan keputusan itu
dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan
pemikiran yang termasuk pertimbangan, penilaian dan pemilihan diantara
sejumlah alternatif.
3. Horold dan Cyril ODonnell : Mereka mengatakan bahwa pengambilan
keputusan adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara

bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan
tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya,
petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
4. P. Siagian : Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis
terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang
matang atas alternatif dan tindakan.
Pengambilan keputusan semata-mata bukan karena kepentingan pribadi
dari seorang si pengambil keputusannya. Beberapa hal kriteria dalam
pengambilan keputusan yang etis diantaranya adalah :
1) Pendekatan bermanfaat (utilitarian approach), yang dudukung oleh filsafat
abad kesembilan belas , pendekatan bermanfaat itu sendiri adalah konsep
tentang etika bahwa prilaku moral menghasilkan kebaikan terbesar bagi
jumlah terbesar.
2) Pendekatan individualisme adalah konsep tentang etika bahwa suatu
tindakan dianggap pantas ketika tindakan tersebut mengusung kepentingan
terbaik jangka panjang seorang indivudu.
3) Konsep tentang etika bahwa keputusan yang dengan sangat baik menjaga
hak-hak yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
hak persetujuan bebas. Individu akan diperlakukan hanya jika individu

tersebut secara sadar dan tidak terpaksa setuju untuk diperlakukan.


hak atas privasi. Individu dapat memilih untuk melakukan apa yang ia

inginkan di luar pekerjaanya.


hak kebebasan hati nurani. Individu dapat menahan diri dari

memberikan perintah yang melanggar moral dan norma agamanya.


hak untuk bebas berpendapat. Individu dapat secara benar mengkritik

etika atau legalitas tindakan yang dilakukan orang lain.


hak atas proses hak. Individu berhak untuk berbicara tanpa berat

sebelah dan berhak atas perlakuan yang adil.


hak atas hidup dan keamanan. Individu berhak untuk hidup tanpa
bahaya dan ancaman terhadap kesehatan dan keamananya.

http://chipachupz.blogspot.com/2013/10/pengambilan-keputusan-dalametika_25.html diakses pada 1 April 2014 pukul 23.45

Pengambilan keputusan moral seseorang dapat dijelaskan melalui teori


Kohlberg, dalam hal ini Kohlberg mengemukakan teori perkembangan moral
berdasar teori Piaget, yaitu dengan pendekatan organismik (melalui tahaptahap perkembangan yang memiliki urutan pasti dan berlaku secara universal).
Selain itu Kohlberg juga menyelidiki struktur proses berpikir yang mendasari
perilaku moral (moral behavior).
Tahap-tahap perkembangan moral Kohlberg terdiri dari 3 tingkat, yang
masing-masing tingkat terdapat 2 tahap, yaitu:
I. Tingkat Pra Konvensional (Moralitas Pra-Konvensional) perilaku anak
tunduk pada kendali eksternal:
Tahap 1: Orientasi pada kepatuhan dan hukuman anak melakukan
sesuatu agar memperoleh hadiah (reward) dan tidak mendapat

hukuman (punishment)
Tahap 2: Relativistik Hedonism anak tidak lagi secara mutlak
tergantung aturan yang ada. Mereka mulai menyadari bahwa setiap
kejadian bersifat relative, dan anak lebih berorientasi pada prinsip
kesenangan. Menurut Mussen, dkk. Orientasi moral anak masih

bersifat individualistis, egosentris dan konkrit.


II. Tingkat Konvensional (Moralitas Konvensional) fokusnya terletak pada
kebutuhan social (konformitas).

Tahap 3: Orientasi mengenai anak yang baik anak memperlihatkan


perbuatan yang dapat dinilai oleh orang lain.

Tahap 4: Mempertahankan norma2 sosial dan otoritas menyadari


kewajiban

untuk

melaksanakan

norma-norma

yang

ada

dan

mempertahankan pentingnya keberadaan norma, artinya untuk dapat


hidup secara harmonis, kelompok sosial harus menerima peraturan
yang telah disepakati bersama dan melaksanakannya
III. Tingkat Post-Konvensional (Moralitas Post-konvensional) individu
mendasarkan penilaian moral pada prinsip yang benar secara inheren.

Tahap 5: Orientasi pada perjanjian antara individu dengan lingkungan


sosialnya pada tahap ini ada hubungan timbal balik antara individu
dengan lingkungan sosialnya, artinya bila seseorang melaksanakan

kewajiban yang sesuai dengan tuntutan norma social, maka ia berharap


akan mendapatkan perlindungan dari masyarakat.

Tahap 6: Prinsip Universal pada tahap ini ada norma etik dan
norma pribadi yang bersifat subjektif. Artinya: dalam hubungan antara
seseorang dengan masyarakat ada unsur2 subjektif yang menilai
apakah suatu perbuatan/perilaku itu baik/tidak baik; bermoral/tidak
bermoral. Disini dibutuhkan unsur etik/norma etik yang sifatnya
universal

sbg

sumber

utk

menentukan

suatu

perilaku

yang

berhubungan dengan moralitas.


Menurut Kohlberg, seorang Manager harus melewati ketiga level tersebut
dengan baik. Kohlberg menemukan bahwa banyak orang dewasa yang tidak
pernah melewati atau keluar dari Level 2. Konsekuensinya, apabila Kohlberg
benar, banyak manager yang akan bersikap tidak beretika, yang secara
sederhana karena mereka tidak memilki kedewasaan moral.
Tanggung Jawab Perusahaan
Menurut K. Bertens dalam buku Pengantar Etika Bisnis menyebutkan
beberapa hal mengenai tanggung jawab perusahaan.
1. Tanggung Jawab legal dan tanggung jawab moral perusahaan
Perusahaan harus mempunyai tanggung jawab legal, karena sebagai
badan hukum ia memiliki status legal. Karena merupakan badan hukum,
perusahaan mempunyai banyak hak dan kewajiban legal yang dimiliki
juga oleh manusia perorangan , seperti menuntut di pengadilan, dituntut
di pengadilan, mempunyai milik, mengadakan kontrak, dll. Seperti
subyek hukum biasa (manusia perorangan), perusahaan pun harus
mentaati perturan hukum dan memenuhi hukumannya, bila terjadi
pelanggaran. Suatu korporasi adalah suatu makhluk buatan, tidak
terlihat, tidak terwujud, dan hanya berada di mata hukum. Karena
semata mata ciptaan hukum, ia hanya memiliki ciri-ciri yang oleh akta
pendiriannya diberikan kepada (Hakim Agung, Marshal,1819).
Ciri-ciri yang ditentukan dalam akte pendirian korporasi bisa
mengakibatkan bahwa korporasi itu berperan penting dan mempunyai
dampak besar atas dunia di sekelilingnya. Supaya mempunyai tanggung

10

jawab moral, perusahaan perlu berstatus moral atau dengan kata lain
perusahaan merupakan pelaku moral. Pelaku moral (moral agent) bisa
melakukan perbuatan yang kita beri kualifikasi etis atau tidak etis. Salah
satu syarat penting adalah miliki kebebasan atau kesanggupan
mengambil keputusan bebas.
Apakah pimpinan perusahaan atau orang-orang pembentuk perusahaan
merupakan pelaku moral. Mereka masing-masing miliki status moral.
Yang dipersoalkan adalah apakah perusahaan sendiri merupakan pelaku
moral, terlepas dari orang yang termasuk dalam perusahaan ini. Ada
argument pro dan kontra. Disatu pihak harus diakui bahwa hanya
individu atau manusia perorangan yang mempunyai kebebasan untuk
mengambil keputusan, dan akibatnya hanya individu yang dapat
memikul tanggung jawab. Tetapi di lain pihak suli juga untuk menerima
pandangan bahwa perusahaan hanyalah semacam benda mati yang
dikemudikan oleh para manager.
Perusahaan yang mepunyai sejarah tertentu yang sering dilukiskan pada
kesempatan

yubileum

100

tahun

berdirinya

atau

sebagainya.,

perusahaan bisa tumbuh , perusahaan bisa menjalankan pengaruh atas


politik local, kita sering mendengar ada corporate culture yang tertentu,
dan sebagainya. Ciri-ciri tersebut tidak mungkin ditemukan pada benda
mati.
Menurut Peter Frence 1979, corporate can be full-fledge moral person
and have whatever previleges, rights and duties as are. In the normal
course of affairs, accorded to moral persons. Pernyataan ini jelas
membela status moral perusahaan. Ada keputusan yang diambil oleh
korporasi yang hanya bisa dihubungkan dengan korporasi itu sendiri
dan tidak dengan beberapa orang yang bekerja untuk korporasi tersebut.
2. Pandangan Milton Friedman tentang tanggung jawab social
perusahaan
Yang dimaksud disini adalah tanggung jawab moral perusahaan
terhadap masyarakat. Tanggung jawab moral perusahaan bisa diarahkan
kepada banyak hal : kepada diri sendiri, kepada para karyawan, kepada
perusahaan lain, dsb. Namun yang paling disoroti adalah tanggung
jawab moral terhadap masyarakat dalam kegiatan perusahaan tsb.
11

Tanggung jawab perusahaan adalah meningkatkan keuntungan menjadi


sebanyak mungkin. Tanggung jawab ini diletakkan dalam tangan
manajer. Pelaksanaanya tentu harus sesuai dengan aturan-aturan main
yang berlaku di masyarakat, baik dari segi hukum, maupun dari segi
kebiasaan etis.
Menurut Friedman maksud dari perusahaan adalah perusahaan publik
dimana kepemilikan terpisah dari manajemen. Para manajer hanya
menjalakan tugas yang dipercayakan kepada mereka oleh para
pemegang saham. Sehingga tanggung jawab social boleh dijalankan
oleh para manajer secara pribadi, seperti juga oleh orang lain, akan
tetapi sebagai manajer mereka mereka mewakili pemegang saham dan
tanggung jawab mereka adalah mengutamakan kepentingan mereka,
yakni memperoleh keuntungan sebanyak mungkin.
Friedman menyimpulkan bahwa doktrin tanggung jawab social dari
bisnis merusak system ekomoni pasar bebas. Terdapat satu dan hanya
satu tanggung jawab social untuk bisnis, yakni memanfaatkan sumber
dayanya dan melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang bertujuan
meningkatkan keuntungan, selama masih dalam batas aturan main,
artinya melibatkan diri dalam kompetisi yang terbuka dan bebas tanpa
penipuan atau kecurangan.
3. Tanggung jawab ekonomis dan tangung jawab sosial
Masalah tanggung jawab sosial perusahaan dapat menjadi lebih jelas,
jika kita membedakan dari tanggung jawab lain. Bisnis selalu
mempunya dua tanggung jawab : tanggung jawab ekonomis dan
tanggung jawab social.
Jika

Milton

Friedman

menyebutkan

peningkatan

keuntungan

perusahaan sebagai tanggung jawab sosialnya, sebenarnya hal ini justru


membicarakan tanggung jawab ekonomi saja, bukan tanggung jawab
social. Kinerja setiap perusahaan menyumbangkan kepada kinereja
ekonomi nasioal sebuah Negara.
Tanggung jawab social perusahaan adalah tanggung jawab terhadap
masyarakat di luar tanggung jawab ekonomis. Secara positif perusahaan
bisa melakukan kegiatan yang tidak membawa keuntungan ekonomis
dan semata-mata dilangsungkan demi kesejahteraan masyarakat atau
12

salah satu kelompok di dalamnya. Secara negative perusahaan bisa


menahan diri untuk tidak melakukan kegiatan-kegiatan tertentu yang
sebenarnya menguntungkan dari segi bisnis, tetapi akan merugikan
masyarakat atau sebagian masyarakat.
Dalam mengambil keputusan, perusahaan tentu tidak boleh menutup
mata terhadap akibat-akibat sosialnya., tetapi jika sudah diusahakan
perbaikan ekononomis dan tidak berhasil mereka tidak wajib menerima
kerugian ekonomis itu demi suatu tujuan diluar bisnis.
4. Kinerja social perusahaan
Ada beberapa alasan mengapa bisnis menyalurkan sebagian labanya
kepada karya amal melalui yayasan independent. Alasan pertama
berkaitan dengan perusahaan-perusahaan itu berstatus public. Rapat
umum pemegang saham dapat menyetujui bahwa sebagian laba tahunan
disisihkan untuk karya amal sebuah yayasan khusus. Disamping alasan
financial seperti pajak, alasan lain lagi adalah bahwa pemimpin
perusahaan tidak bisa ikut campur dalam urusan suata yayasan
independent, dan dengan demikian bantuan mereka lebuh tulus, bukan
demi kepentingan perusahaan saja.
Upaya kinerja sosial perusahaan sebaiknya tidak dikategorikan sebagai
pelaksanaa tanggung jawab sosial perusahaan. Walaupun secara
langsung tidak dikejar keuntungan, namun usaha-usaha kinerja social
perusahaan ini tidak bisa dilepaskan dari tanggung jawab ekonomis
perusahaan.
Konsepsi kinerja sosial perusahaan ini memang tidak asing terhadap
tanggung jawab ekonomis perusahaan, tetapi konsepsi ini sangat cocok
juga dengan paham stakeholders management.
Menurut Zimmerer, ada beberapa macam pertanggungjawaban perusahaan,
yaitu:
1. Tanggung jawab terhadap lingkungan. Perusahaan harus ramah
lingkungan, artinya perusahaan harus memerhatikan, melestarikan, dan
menjaga lingkungan, misalnya tidak membuang limbah yang mencemari
lingkungan, berusaha mendaur ulang limbah yang merusak lingkungan,

13

dan menjalin komunikasi dengan kelompok masyarakat yang ada di


lingkungan sekitarnya.
2. Tanggung jawab terhadap karyawan. Tanggung jawab perusahaan
terhadap karyawan dapat diakukan dengan cara:
a. Mendengarkan dan menghormati pendapat karyawan
b. Meminta input kepada karyawan
c. Memberikan umpan balik positif maupun negative
d. Selalu menekankan tentang kepercayaan kepada karyawan
e. Membiarkan karyawan mengetahui apa yang sebenarnya mereka
harapkan
f. Memberikan imbalan kepada karyawan yang bekerja dengan baik
g. Memberi kepercayaan kepada karyawan
Prinsip-prinsip Etika Bisnis
Prinsip otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil
keputusan dan bertindak berdasarkan kesadaran sendiri tentang apa yang
dianggapnya baik untuk dilakukan.
Prinsip Kejujuran, antara lain:
Kejujuran dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan

kontrak.

Kejujuran dalam penawaran barang dan jasa dengan mutu dan

harga sebanding.
Kejujuran

dalam

hubungan

kerja

intern

dalam

suatu

perusahaan.
Prinsip Keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama
sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional,
objektif dan dapat dipertanggung jawabkan.
Prinsip

Saling

Menguntungkan

menuntut

agar

bisnis

dijalankan

sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak & menuntut agar


persaingan bisnis haruslah melahirkan win solution.
Prinsip Integritas Moral dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri
pelaku bisnis atau perusahaan agar menjalankan bisnis dengan tetap menjaga
nama baiknya atau nama baik perusahaan.
Realisasi Moral bisnis
Norma etis berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain. Kalau di
Amerika, bertindaklah sebagaimana dilakukan orang Amerika( kubu
14

komunitarian ). Artinya perusahaan harus mengikuti norma dan aturan moral


yang berlaku di negara itu.
Norma sendirilah yang paling benar dan tepat. Bertindaklah di mana saja
sesuai dengan prinsip yang dianut dan berlaku di negaramu sendiri.
Pandangan ini mewakili kubu moralisme universal, bahwa pada dasarnya
norma dan nilai moral berlaku universal (prinsip yang dianut sendiri juga
berlaku di negara lain).
Tidak ada norma moral yang perlu diikuti sama sekali (De George
menyebutnya sebagai denganimmoralis naif). Pandangan ini sama sekali
tidak benar.
Pendekatan-Pendekatan stakeholders
Pendekatan stakeholder ialah cara mengamati dan menjelaskan secara
analitis bagaimana berbagai unsur akan dipengaruhi dan juga mempengaruhi
keputusan dan tindakan bisnis, memetakan hubungan-hubungan yang terjalin.
Pendekatan Stakeholder dalam kegiatan bisnis pada umumnya untuk
memperlihatkan siapa saja yang mempunyai kepentingan, terkait, dan terlibat
dalam bisnis itu.
Kelompok stakeholders:
Kelompok primer yaitu pemilik modal atau saham, kreditor, karyawan,
pemasok, konsumen, penyalur dan pesaing atau rekanan. Perusahaan harus
menjalin relasi bisnis yang baik dan etis dengan kelompok ini.
Kelompok sekunder yaitu pemerintah setempat, pemerintah asing,
kelompok sosial, media massa, kelompok pendukung, masyarakat.
(ETIKA BISNIS ~ Sarina H. Manaroinsong #16210388 @4EA21)

2.2 ETIKA INTEGRITAS


Etika Integritas secara total yang berikut adalah disampaikan oleh Stephen R.
Covey

15

Dalam bukunya yang berjudul The Seven Habit of Effective People Stephen
R. Covey membahas hal-hal yang kritis tentang integritas dalam bisnis dan
tindakan.

Menurut Covey, We can grow our own goodness in our

organizations if our integrity is a natural consequence of our humility and


courage.
Dapatkah kita pikir adanya perbedaan dalam bisnis apabila seorang pengambil
keputusan bertindak dalam Integritas yang terbaik ?
Ethical Movement pada beberapa tahun yang lalu telah menyebabkan
banyak organisasi salah jalan. Banyak pemimpin organisasi telah bingung
antara etika dengan isu hukum atau saat mereka mengambil tindakan dengan
pendekatan terpisah dari pendekatan integritas dan alamiah dalam etika.
Dengan pendekatan alami, seorang eksekutif akan melihat segala sesuatunya
dari kacamata Etika, secara konsekuen, secara menyeluruh, tidak dalam
kerangka yang berbeda-beda.
Dalam pendekatan alami juga semua dilakukan secara tulus (sincere) , yang
berasal dari bahasa latin Sin dan Cere yang berarti tanpa polesan, tanpa
kosmetik, tanpa sesuatu yang menutupi muka, tanpa mengandalkan personal,
relasi dan penampilan, terlihat apa adanya. Etika personal adalah terlihat apa
adanya.
Untuk eksekutif yang telah kehilangan integritas, penampilan adalah mereka.
Mereka hidup dan bekerja dalam dunia penampilan yang bukan diri mereka
sendiri. Mereka selalu khawatir terhadap apa yang orang lain lihat bukan pada
siapa mereka. Mereka adalah aktor yang selalu memoles penampilan mereka
dan memelihara citra mereka.
Moto seorang eksekutif seharusnya to be rather than to seem , Menjadi
seseorang yang utuh daripada dalam kepura-puraan. Sayangnya kepura-puraan
telah menggantikan integritas aslinya. Pura-pura adalah lawan dari
kenyataannya. Secara menyeluruh dan terpadu, bukan bagian dari kelompok.
Kita tidak akan memiliki anak integritas apabila ada kekurangan dalam ibu
kerendahan hati, atau memiliki kerendahan hati tapi kurang keberanian dalam
bertindak dalam keyakinan. Malah kita akan berada dalam kemunafikan.

16

Menurut Stephen R. Covey, Integritas hanya dapat dilahirkan dari 2 karakter :


kerendahan hati dan keteguhan hati.
Generasi pertama adalah kerendahan hati dan keteguhan hati.
Kerendahan hati berarti merealisasikan prinsip-prinsip tak berbatas waktu dan
hukum alam dengan mengesampingkan nilai sosial, nilai dan hasrat pribadi.
Sedangkan keteguhan hati merupakan puncak kualitas dari nilai yang telah
teruji dimana setiap nilai akan diuji. Suka atau tidak kita akan menyelaraskan
nilai-nilai kita, hidup kita dan kebiasaan hidup kita pada prinsip-prinsip
tersebut. Rendah hati berbeda dengan keteguhan hati, saat diri kita berenang
dalam arus utama yang bertentangan dengan nilai-nilai alami maka disinilah
keteguhan hati bekerja.
Generasi kedua : Integritas. Saat seseorang sudah memiliki kerendahan hati
dan keteguhan hati maka akan melahirkan Integritas. Integritas berarti kita
memadukan prinsip dengan sekitarnya dan dimana rasa aman diri berasal dari
dalam bukan dari luar. Hal ini juga berarti integritas merupak level tertinggi
dari kejujuran dan kredibiltas dalam semua hubungan (relationship).
Kita tidak memiliki integritas apabila tidak memiliki kerendahan hati, atau
memiliki kerendahan hati tapi tidak memilki keteguhan hati dalam keyakinan.
Malah kita akan menjadi seorang pengekor, munafik (hipokrit) dan
bermasalah dalam etis kepribadian. Dengan kata lain rasa aman diri kita
berasal dari luar dimana derajatnya tergantung sejauh mana tingkat
ketergantungan kita terhadap luar.
Generasi ketiga : buah integritas. Generasi ketiga adalah banyak buah atau
anak-anak integritas.

Anak pertama dari integritas adalah wisdom (bijaksana). Kita akan menilai
segala sesuatu secara lebih baik. Kita tidak akan dalam kondisi overactive,
tidak akan dikhotomi, tidak akan menjadi sumber bencana, tidak akan
berlaku ekstrim. Kita akan menjalani hidup secara seimbang dengan
kebijaksanaan (wisdom), akan melihat segala sesuatu secara perspektif

17

yang benar dan seimbang. Tidak akan bereaksi berlebihan ataupun kurang
bereaksi.

Anak kedua dari integritas adalah Abundance Mentality (mentalitas


kelimpahan). Apabila timbul dari dalam maka kita tidak akan terus
menerus membandingkan dengan yang lain. Segala sesuatu dilihat secara

melimpah dan sangat luas.


Anak ketiga dari integritas adalah synergy. Kamu akan datang dengan idea
yang lebih baik, pemikiran transformasi dan semangat win-win dalam
kemitraan saat ada merasakan ada ancaman atau bagaimana kita
membandingkan dengan yang lain. Kita akan menyampaikan ide-ide
dengan berani dan penuh pertimbangan untuk menemukan alternatif yang
terbaik, tidak secara sederhana menyilakan atau memenuhi tuntutan yang

lain.
Buah manis yang lain dari pribadi dan organisasi yang berintegritas adalah
relationships of thrust (hubungan yang saling percaya) dengan semua
pemegang kepentingan (stakeholders).

Secara jelas, kepercayaan akan

meningkat saat kita membangun kredibilitas tinggi berdasarkan pada


kepercayaan. Secara sederhana kita tidak akan memilki hubungan yang
utuh tanpa integritas pribadi yang asli apa adanya. Pada keuntungan pada
line bisnis termasuk persaingan , fleksibilitas, kemampuan respon,
kualitas, nilai tambah ekonimis dan pelayanan pelanggan, tergantung pada
hubungan kepercayaan.
2.3 Penerapan Psikologi ke dalam Etika Bisnis (Psycoethics)
Anita Roddick, adalah wanita pengusaha asal Inggris, pendiri perusahaan
kosmetik The Body Shop yang memproduksi dan menjual produk kecantikan
dari bahan-bahan alami dan ramah lingkungan.
Lahir tahun 1942 di Littlehampton, Sussex, England dari keluarga imigran
Yahudi-Italia, nama kecilnya adalah Anita Lucia Perilli. Ibunya mengelola
sebuah kafe, dan keempat anaknya diminta membantu sepulangnya mereka
dari sekolah dan pada akhir pekan.
Masa sekolah dilewatkannya di St Josephs Convent, dan diteruskannya di
Maude Allen Secondary Modern. Selanjutnya Anita masuk sekolah guru di
Bath College of Higher Education (sekarang Universitas Bath Spa). Ia senang

18

pergi berkelana keliling dunia ke Tahiti, Australia, dan Afrika Selatan, dan
akhirnya diperkenalkan oleh ibunya dengan seorang penyair Skotlandia
bernama Gordon Roddick. Anita dan Gordon menikah pada tahun 1970, ketika
mereka sudah memiliki seorang putri dan Anita sedang hamil putri kedua.
Mereka berdua membuka rumah makan, dan mengembangkan bisnis dengan
membuka sebuah hotel.
Sewaktu suaminya berkelana di Amerika, Anita Roddick membuka toko The
Body Shop dengan uang hasil pinjaman. Toko pertama didirikannya di
Brighton pada tahun 1976, dan belum banyak mempunyai barang. Ketika baru
dibuka, tokonya hanya menjual sejumlah krim dan produk perawatan rambut.
Pada tahun 1990, Roddick membantu pendirian majalah The Big Issue yang
keuntungan penjualannya digunakan untuk membantu tunawisma. Selain itu,
Roddick mendirikan yayasan amal Children On The Edge untuk membantu
anak-anak yang kurang beruntung di Eropa Timur dan Asia. Roddick juga
banyak membantu sejumlah organisasi amal termasuk Greenpeace. Pada bulan
Februari 2007, Roddick mengumumkan dirinya menderita Hepatitis C
menahun, dan mempromosikan yayasan Hepatitis C Trust, dan ikut serta
melakukan kampanye penanggulangan Hepatitis.
Bennett "Ben" Cohen (lahir 18 Maret 1951) adalah seorang Amerika
pengusaha, aktivis, dan dermawan. Dia adalah co-pendiri perusahaan es krim
Ben & Jerry .
Lahir di Brooklyn, New York dan dibesarkan di kota Merrick di Long Island
oleh orang tuanya Frances dan Irving, Cohen pertama kali bertemu dan
berteman dengan mitra bisnis masa depannya, Jerry Greenfield , dalam kelas
olahraga SMA kelas tujuh pada tahun 1963. Dalam tahun berikutnya, Cohen
menemukan pekerjaan sebagai tukang es krim sebelum kuliah di Colgate
University
Sekitar 1977, Ben telah memutuskan untuk masuk ke bisnis makanan dengan
teman lamanya Jerry Greenfield , dan pada bulan Mei tahun depan, dua orang
membuka Ben & Jerry Homemade Ice Cream Parlor di Burlington, Vermont.
Mereka awalnya berniat untuk memulai bisnis bagel, tetapi menemukan biaya
peralatan mahal dan beralih ke es krim sebaliknya, memilih Burlington

19

sebagai lokasi karena itu adalah kota perguruan terkemuka yang tidak
memiliki sebuah toko es krim.
Ben & Jerry langsung menjadi hit di Burlington, gambar orang banyak dengan
es krim yang dicampur krim lokal segar dan susu dengan rasa baru liar dan
"sebagian besar dari bahan-bahan apa pun yang mereka merasa baik."
Ben & Jerry secara bertahap berkembang menjadi bisnis nasional dan salah
satu yang usaha terbesar perusahaan es krim di Amerika Serikat. Selanjutnya
Cohen menggunakan keuntungan dari es krim tersebut untuk aktif secara
sosial, umumnya melalui Ben & Jerry Yayasan. Yayasan menerima 7,5% dari
semua keuntungan Ben & Jerry
Leona Helmsley

Ambisius dalam bekerja, termasuk mengalahkan kepentingan keluarga

demi karier & bisnis Perjalanan karier dimulai dari bawah sampai bisa
memiliki usaha sendiri

Menyusul tuduhan oleh kontraktor yang belum dibayar yang kerja

yang dilakukan di rumahnya telah dibebankan pada perusahaan, dia diselidiki


dan dihukum karena penggelapan pajak penghasilan dan kejahatan lainnya
pada tahun 1989. Meskipun memiliki awalnya menerima hukuman dari 16
tahun, Helmsley diminta untuk melayani hanya 19 bulan penjara dan dua
bulan di bawah tahanan rumah.
Michael Milken

Didakwa atas pemerasan dan penipuan sekuritas pada tahun 1989

dalam insider trading investigasi. Sebagai hasil dari tawar-menawar


pembelaan , ia mengaku bersalah atas surat berharga dan pelanggaran
pelaporan tetapi tidak untuk pemerasan atau insider trading. Milken dijatuhi
hukuman sepuluh tahun penjara, didenda $ 600 juta, dan secara permanen
dilarang dari industri sekuritas oleh Securities and Exchange Commission .
Hukumannya kemudian dikurangi menjadi dua tahun untuk bekerja sama
dengan kesaksian terhadap mantan rekan-rekannya dan untuk perilaku yang
baik.

Sejak dibebaskan dari penjara, Milken telah mendanai penelitian medis

. Dia adalah co-pendiri Milken Family Foundation, ketua Milken Institute ,


dan pendiri filantropi medis mendanai penelitian melanoma , kanker dan
penyakit yang mengancam jiwa lainnya.
20

VENTURING BEYOND COMPLIANCE


Menurut identifikasi Lynn Sharp Paine, pendekatan yang dilakukan untuk
mendukung business ethics dalam perusahaan/korporasi ada 2 hal :
1. Legal Compliance
2. Integritas Organisasi
Strategi tsb ditempuh dengan beberapa cara :

Ethos kerja

Objektiv

Leadership

Metods

Asumsi behavior

Keterbatasan pendekatan Compliance based


Tidak responsif terhadap permasalahan keseharian
Sulit memberikan solusi pada area abu-abu
Tidak memberikan kesempatan pada personal empowerment
Tidak bisa melihat detail permasalahan pada industri
Tantangan pendekatan Integrity based
Pembuatan framework ethic
Alignment antara praktis & prinsip
Harus bisa mengatasi sinisme publik
Memecahkan konflik ethics
Navigasi dengan kompas Ethic
Purpose : tujuan organisasi
People : Siapa subyek & obyek? Apa wewenangnya?
Power : Otoritas Organisasi & kemampuan bertindak
Prinsip : Kewajiban organisasi

21

BAB III
STUDI KASUS DAN KESIMPULAN

3.1. Studi Kasus

22

Dalam studi kasus kali ini, kami mengambil contoh dalam Etika Perbankan
Seorang pejabat bank mengadakan manipulasi secara licik sehingga
sulit dibuktikan bahwa bank dirugikan. Pejabat tersebut begitu licik, sehingga
tidak mudah dibuktikan tentang adanya manipulasi yang menguntungkan pejabat.
Pejabat Bank, bermaksud mengantongi uang manipulasi beberapa ratus juta
rupiah dan mendiamkannya. Sewaktu pejabat bank merenungkan perbuatannya,
ia sadar bahwa bank yang dirugikan, seandainya uang tidak dikembalikan.
Seandainya beberapa pejabat bank melakukan hal yang sama, maka
kemungkinan besar bank akan jatuh pailit. Uang yang tertanam di bank itu bukan
hanya milik beberapa gelintir pemegng saham, melainkan juga ratusan orang
menyimpan uangnya di bank tersebut.
Menurut etika perbankan, setiap uang milik bank tidak boleh diambil
atau ditarik oleh pejabat bank untuk dimiliki secara pribadi. Hal ini bertentangan
dengan etika perbankan. Karena pejabat bank tersebut sadar akan etika perbankan
yang melarang mengambil uang bank untuk kepentingan pribadinya, maka
pejabat bank tersebut wajib untuk mengembalikan uang bank. Kesadaran terakhir
ini kita sebut kesadaran moral. Keputusan ini secara sadar diambil oleh pejabat,
karena ia merasa bahwa itu adalah tanggung jawabnya bukan saja sebagai
karyawan bank, melainkan juga sebagai manusia yang memiliki moral atau
kesusilaan berlandaskan ajaran Tuhan Yang Maha Esa yang tercantum dalam sila
pertama Pancasila. Ajaran Agama melarang mengambil uang atau barang milik
orang lain untuk kepentingan diri sendiri.

3.2. Kesimpulan
a. Dalam bisnis dengan para pelakunya yang merupakan orang biasa, maka
diperlukan prinsip-prinsip etika bisnis dan moral yang melandasi setiap pelaku
bisnis tersebut. Adanya etika bisnis membuktikan bahwa bagi bisnis justru

23

tidak ada pengecualian serta bukan pula bentuk permusuhan yang lama
terhadap bisnis dan kegiatan ekonomis.
b. Etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai
nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan dan
memecahkan persoalan. Kelompok pemilik kepentingan yang memengaruhi
keputusan bisnis adalah Para pengusaha dan mitra usaha, Petani dan
perusahaan pemasok bahan baku, Organisasi pekerja, pemerintah, bank,
investor, masyarakat umum serta pelanggan
c. Etika bisnis bisa membantu untuk mengambil keputusan moral yang dapat
dipertanggungjawabkan, tapi tidak berniat mengganti tempat dari para pelaku
moral dalam perusahaan.
d. Setiap perusahaan harus memiliki tanggung jawab terhadap semua pihak yang
bersangkutan dengan perusahaannya seperti tanggung jawabnya terhadap
lingkungan, karyawan, investor, pelanggan, masyarakat. Karena dengan
beretika bisnis yang baik selain dapat menjamin kepercayaan dan loyalitas dari
semua unsur yang berpengaruh pada perusahaan, juga sangat menentukan
maju / mundurnya suatu perusahaan.
e. Integritas

menjadi

kunci

kepemimpinan

bagaimana

membuat

keputusan yang benar pada waktu yang benar dalam bersikap dan
berperilaku karena disitulah terletak pondasi dalam membangun
kepercayaan dan hubungan antara individu dalam organisasi. Integritas
seseorang dapat menuntun mana yang jujur dan yang tidak jujur yang
tidak mudah di kacaukan hal-hal yang bersifat formal tapi dapat
menyesatkan.
f. Banyak organisasi yang menerapkan desain budaya organisasi yang
bukan didasarkan pada budaya etis tapi mengadopsi penalaran moral
pada tahap rendah dengan hanya menitikberatkan perhatian pada
perilaku, berujung pada pengambilan keputusan dan perilaku yang
tidak etis yang dilakukan oleh karyawan, Menerapkan integritas moral
di dalam konteks organisasi dengan demikian perlu memikirkan
bagaimana membentuk perilaku anggota organisasi agar sejalan dengan
perilaku yang diharapkan oleh organisasi dan sekaligus membentuk
kesadaran moral yang berorientasi kepada nilai moral universal.

24

Anda mungkin juga menyukai