Anda di halaman 1dari 39

ETIKA

Pengertian :

Secara Etimologi “etika”, berasal dari bahasa Yunani, : áEthos, kebiasaan ataupun
tingkah laku, Inggris : á Ethis, tingkah laku / perilaku manusia yang baik, tindakan yang
harus dilaksanakan manusia sesuai dengan moral pada umumnya.
Atau berarti sikap, cara berpikir, watak kesusilaan atau adat.

Identik dengan moral, yang berasal dari kata latin “mos” yang dalam bentuk jamaknya
“mores”, yang berarti adat istiadat atau cara hidup.

Dalam bahasa Indonesia kata moral berarti, akhlak atau kesusilaan yang mengandung
makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi pembimbing tingkah
laku bathin dalam hidup.
- Moral biasanya dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai/ dikaji (perbuatan itu
dilihat dalam diri orang itu sendiri), artinya subyek,
- Etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang ada dalam kelompok atau
masyarakat tertentu (merupakan aktivitas atau hasil pengkajian).

Dalam sebuah organisasi tertentu biasanya ada Kode Etik.


• Kode etik adalah suatu sistem norma, nilai, atau aturan profesional tertulis yang secara tegas
menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi para profesional.
Kode etik menyatakan perbuatan apa saja yang benar/salah, perbuatan apa yang harus dilakukan
dan perbuatan apa yang harus dihindari.
singkatnya kode etik yaitu suatu pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis ketika melakukan suatu
kegiatan / suatu pekerjaan, atau merupakan pola aturan /tata cara sebagai pedoman berperilaku.

• Pengertian lain, kode etik adalah, merupakan suatu bentuk aturan yang tertulis, yang secara
sistematik dengan sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan ketika dibutuhkan
dapat difungsikan sebagai landasan untuk memberikan sanksi berbagai macam tindakan yang
secara umum dinilai menyimpang dari kode etik tersebut.

• Tujuan kode etik yaitu agar kegiatan dalam suatu profesi tertentu dijalankan secara profesional
memberikan produk, pelayanan dan jasa yang sebaik-baiknya kepada para pemakai atau para
langganannya, serta menjaga kehormatan dan martabat sebuah profesi. Dengan adanya kode etik
akan melindungi perbuatan dari yang tidak profesional.

• Ketaatan tenaga profesional terhadap kode etik merupakan ketaatan yang naluriah, yang telah
bersatu dengan pikiran, jiwa serta perilaku tenaga profesional. Jadi ketaatan tersebut terbentuk dari
masing-masing orang bukan karena suatu paksaan. Dengan demikian tenaga profesional merasa jika
dia melanggar kode etiknya sendiri maka profesinya akan rusak dan yang rugi dia sendiri.
• Kode etik sendiri disusun oleh organisasi profesi masing2, sehingga masing-masing
dari sebuah organisasi profesi mempunyai kode etik tersendiri. Seperti misalnya kode
etik guru, pustakawan, dokter, pengacara, akuntan publik, Notaris-PPAT dan
sebagainya.

• Pengawasan terhadap pelaksaan kode etik dijalankan oleh organisasi, yang biasanya
dibentuk sebuah Majelis Kehormatan/ Pengawas profesi.

• Dalam hal terjadi pelanggaran kode etik, akan diselesaikan melalui organisasi, namun
dalam hal kemungkinan terdapat pelanggaran hukum dapat diajukan ke pengadilan.
Melanggar kode etik tidak selalu berarti melanggar hukum.

• Sebagai contohnya untuk Ikatan Dokter Indonesia terdapat Kode Etik Kedokteran. Jika
seorang dokter dianggap telah melanggar kode etik tersebut, maka ia akan diperiksa
oleh Majelis Kode Etik Kedokteran Indonesia, tidak langsung diperiksa oleh
pengadilan.

• Ikatan Notaris Indonesia punya Kode Etik, ada Majelis Kehormatan Notaris, Majelis
Pengawas Notaris.
• Larkin, etika sangat memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan kewajiban moral,
tanggungjawab, dan keadilan sosial.
Etika yang dimiliki individu memcerminkan karakter organisasi/ perusahaan yang merupakan kumpulan
individu2.
Etika menjelaskan standar dan norma perilaku baik dan buruk yang kemudian diimplementasikan oleh
masing2 individu dalam organisasi.
Perusahaan pada dasarnya merupakan Kumpulan individu2, sehingga etika yang dianut oleh individu
pada akhirnya akan tercermin dalam standar dan norma perilaku yang diimplementasikan oleh
individu2 dalam menjalankan pekerjaan di perusahaannya.

• Gray, Etika merupakan nilai2 atau aturan tingkah laku yang diterima oleh suatu golongan tertentu atau
individu.

• Magnis Suseno dan Sony Keraf, mengatakan untuk memahami etika perlu dibedakan dengan moralitas.
Moralitas adalah suatu sistem nilai tentang bagaimana seseorang harus berperilaku sebagai manusia.
Sistem nilai ini terkandung dalam ajaran2, moralitas memberi manusia aturan atau petunjuk konkret
tentang bagaimana hidup, bertindak dalam hidup sebagai manusia yang baik dan bagaimana
menghindari perilaku2 yang tidak baik.
Sedangkan etika berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam
hidupnya dalam kelompok masyarakat.
• Kamus bahasa Indonesia, istilan etika diartikan sebagai :
a.Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral.
b.Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
c.Nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat.
• Secara etimologis, etika adalah ajaran atau ilmu tentang adat kebiasaan yang berkenaan dengan
kebiasaan baik dan buruk, yang diterima umum mengenai sikap, perbuatan, kewajiban, dsb.

• Hakekatnya moral menunjuk pada ukuran2 yang telah diterima oleh suatu komunitas, sementara etika
umumnya lebih dikaitkan dengan prinsip2 yang dikembangkan dalam wacana etika, atau aturan2 yang
diberlakukan bagi suatu profesi.

• Antonius Alijoyo, perusahaan perlu menerapkan nilai2 etika berusaha. Karena dengan etika dan
kejujuran dalam berusaha dapat menciptakan aset langsung atau tidak langsung yang dapat
meningkatkan nilai perusahaan.

• Moral dan etika mempunyai fungsi yang sama, yaitu memberi orientasi bagaimana dan kemana harus
melangkah dalam hidup, namun sedikit perbedaan bahwa moralitas langsung menunjukkan inilah
caranya untuk melangkah, sedang etika justru mempersoalkan apakah atau bagaimana harus
melangkah.
• Moralitas adalah suatu pranata, sedang etika adalah sikap kritis setiap pribadi atau kelompok
masyarakat dalam merealisasikan moralitas. Pada akhirnya etika menghimbau orang untuk bertindak
sesuai moralitas, etika berusaha membantu manusia untuk bertindak secara bebas yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Apa itu Etika Bisnis
- Etika secara praksis berarti : apa yang dilakukan sejauh sesuai atau tidak sesuai
dengan nilai dan norma moral.
- Etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral. Dalam etika sebagai refleksi, berpikir
tentang apa yang dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus dilakukan atau
tidak boleh dilakukan.
- Etika adalah cabang filsafat yang mempelajari baik buruknya manusia. Karena itu etika
dalam arti ini disebut juga “filsafat parktis”.

Etika bisnis dapat dijalankan pada tiga taraf : taraf makro, meso(madya/ menengah) dan
mikro. Tiga taraf ini berkaitan dengan tiga kemungkinan yang berbeda untuk
menjalankan kegitan ekonomi dan bisnis.
- Pada taraf makro, etika bisnis mempelajari aspek-aspek moral dari sistem ekonomi
sebagai keseluruhan.
- Pada taraf meso (madya atau menengah), etika bisnis menyelidiki masalah etis di
bidang organisasi. Organisasi di sini terutama berarti perusahaan, tapi bisa juga serikat
buruh, lembaga konsumen, perhimpunan profesi dan lain-lain.
- Pada taraf mikro, yang difokuskan adalah individu dalam hubungan dengan ekonomi
atau bisnis. Di sini dipelajari tanggung jawab etis dari karyawan dan majikan, bawahan
dan manajer, produsen dan konsumen, pemasok dan investor.
Beberapa Prinsip dalam berbisnis

1. Utilitarisme
“Utilitarisme” berasal dari kata Latin “utilis” yang berarti “bermanfaat”. Menurut teori ini suatu
perbuatan adalah baik jika membawa manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan.
Prinsip ini menyatakan bahwa tindakan dan kebijakan perlu dievaluasi berdasarkan keuntungan dan
biaya yang dibebankan kepada masyarakat.
Sesuatu dianggap benar apabila mampu menekan biaya sosial dan memberikan keutunngan sosial
yang lebih besar.

2. Hak
Teori hak ini, hak merupakan sarana atau cara agar memungkinkan setiap pihak memilih dengan
bebas apapun kepentingan atau aktivitas mereka dan melindungi pilihan-pilihan mereka. Hak
kebebasan dan kesejahteraan orang lain harus dihormati.
- Hak moral sangat erat kaitannya dengan kewajiban
- Hak moral memberikan otonomi dan kesetaraan bagi individu dalam mencari kepentingan mereka.
- Hak moral sebagai dasar untuk membenarkan tindakan dan untuk melindungi orang lain.

3. Perhatian (Caring)
Menekankan bahwa ada kewajiban untuk memberikan perhatian terhadap kesejahteraan orang-
orang yang ada disekitar kita, terutama yang mempunyai hubungan ketergantungan.
- Customer care (perhatian kepada pelanggan)
4. Teori keutumaan
Keutamaan bisa didefinisikan sebagai : watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan
dia untuk bertingkah laku baik secara moral. Ada banyak keutamaan dan semua keutamaan
untuk setiap orang dan untuk setiap kegiatan. Diantara keutamaan yang harus menandai pebisnis
perorangan bisa disebut: kejujuran, fairness, kepercayaan, dan keuletan.
- Kejujuran secara umum diakui sebagai keutamaan pertama dan paling penting yang harus
dimiliki oleh pelaku bisnis. Orang yang mempunyai keutamaan kejujuran tidak akan berbohong
atau menipu dalam transaksi bisnis. Untuk menilai tentang keutamaan kejujuran kadang-kadang
ada kesulitan. Garis perbatasan antara kejujuran dan ketidakjujuran tidak selalu bisa ditarik
dengan tajam.
- Fairness, dapat diberi terjemahan “keadilan” dan memang fairness dekat dengan paham
“keadilan” tapi tidak sama juga.
Arti lain : sikap wajar. Fairness adalah kesediaan untuk memberikan apa yang wajar kepada
semua orang dengan semua orang dan dengan “wajar” dimaksudkan apa yang bisa disetujui oleh
semua orang yang terlibat dalam suatu transaksi.
- Kepercayaan (trust) adalah keutamaan yang penting dalam konteks bisnis. Kepercayaan harus
ditempatkan dalam relasi timbal balik. Ada beberapa cara untuk mengamankan kepercayaan.
Salah satu cara ialah memberi garansi atau jaminan.
- Keutamaan keempat adalah keuletan (Solomon menggunakan kata toughness). Pebisnis harus
bertahan dalam banyak situasi yang sulit. Ia harus sanggup mengadakan negosiasi yang berat
tentang proyek atau transaksi yang bernilai besar. Ia harus berani juga mengambil risiko kecil
ataupun besar, karena perkembangan banyak faktor tidak bisa diramalkan sebelumnya.
- Keutamaan lain menandai orang bisnis pada taraf perusahaan, dimiliki
seorang manajer atau karyawan sejauh mereka mewakili perusahaan,
yaitu : keramahan, loyalitas, kehormatan, dan rasa malu.

5. Keadilan
Cara-cara yang adil dalam mendistribusikan keuntungan dan beban
kepada anggota masyarakat.
- Keadilan distributif, berkaitan dengan distribusi yang adil atas
keuntungan dan beban dalam masyarakat
- Keadilan retributif, pemberlakuan yang adil pada pihak-pihak yang
melakukan kesalahan
- Keadilan kompensatif, cara yang adil dalam memberikan kompensasi
pada seseorang atas kerugian yang dialami.

Keadilan dapat diartikan, memberikan kepada setiap orang apa yang


menjadi haknya.
• Keadilan (Aristoteles)
Setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan
kriteria yang rasional obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Keadilan
berarti tidak ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya.
1. Keadilan legal, menyangkut antara individu atau kelompok masyarakat
dengan negara. Semua pihak dijamin mendapat perlakuan sama sesuai
dengan hukum yang berlaku. Dibidang bisnis, menuntut negara bersikap
netral dalam memperlakukan semua pelaku ekonomi, negara menjamin
kegiatan bisnis yang sehat dan baik dengan mengeluarkan aturan hukum
bisnis yang berlaku sama bagi semua pelaku bisnis.
2. Keadilan komunikatif, hubungan yang adil antara orang yang satu dengan
yang lain. Menyangkut hubungan vertikal antara negara dg warganya, dan
hubungan horizontal antar warga negara. Hubungan yang fair antara pihak-
pihak yang terlibat.
3. Keadilan distributif, distribusi ekonomi yang merata dan dianggap adil bagi
semua warga negara. Berkaitan dengan prinsip perlakuan yang sama sesuai
dg aturan dan ketentuan dalam perusahaan yang adil.
Ciri yang menandai Keadilan
Keadilan tertuju pada orang lain, keadilan harus ditegakkan, dan keadilan menuntut
persamaan :

• Masalah keadilan atau ketidak adilan hanya bisa timbul dalam konteks antar
manusia, diperlukan se kurang-kurangnya dua orang manusia.

• Keadilan mengikat kepada setiap orang yang dimaksudkan dan mengandung


kewajiban serta hak yang harus dipenuhi. Dalam mitologi Romawi Dewi Iustitia
(keadilan) digambarkan dengan memegang timbangan dalam tangan. Timbangan
menunjuk kepada ciri, yaitu keadilan harus dilaksanakan persis sesuai dengan
bobot hak seseorang, hal itu se olah-olah dapat ditimbang.

• keadilan menuntut persamaan (equaliy). Atas dasar keadilan harus memberikan


kepada setiap orang apa yang menjadi haknya, tanpa kecuali. Dewi Iustitia yang
memegang timbangan dalam tangannya dalam mitologi Romawi digambarkan
juga matanya tertutup dengan kain. Sifat ini menunjuk kepada ciri keadilan harus
dilaksanakan terhadap semua orang, tanpa melihat orangnya siapa.
 Peranan Nilai dalam Etika Bisnis
Menilai – memberikan pertimbangan untuk menentukan sesuatu itu benar atau salah,
baik atau buruk, indah atau jelek, berguna atau tidak berguna. Hasil penilaian inilah
disebut nilai.
Nilai sebagai keyakinan standar untuk menentukan apa yang benar atau salah dan apa
yang baik atau buruk.
Nilai tidak hanya menunjukkan apa yang diinginkan, tapi juga apa yang seharusnya
dilakukan serta cara bagaimana untuk mencapainya.

Dalam etika bisnis, nilai dapat berarti apa yang baik dan apa yang buruk dilakukan oleh
para pelaku bisnis dalam mencapai tujuannya, melalui bisnisnya.
Baik untuk pencapaian tujuan bisnisnya, juga bagi kepentingan stakholder dan masyarakat.

Sebuah organisasi perusahaan - mempekerjakan orang2, sehingga nilai dalam bisnis dapat
berbentuk nilai perseorangan (personal value), kelompok (group value) dan organisasional
(organizational value)
Etika bisnis mencakup hubungan antara perusahaan dengan orang yang
menginvestasi uangnya dalam perusahaan (pemodal), dengan konsumen,
pegawai, kreditur (pemberi kredit/pinjaman) dan pesaing.

 Orang yang menanam uang (modal) atau investor menginginkan


manajemen dapat mengelola perusahaan secara berhasil, sehingga dapat
menghasilkan keuntungan bagi mereka.

 Konsumen menginginkan agar perusahaan menghasilkan produk barang


atau jasa bermutu yang dapat dipercaya dan dengan harga yang layak. (UU
no. 8 Tahun 1999 ttg Perlindungan Konsumen UU PK)

 Para karyawan menginginkan agar perusahaan mampu membayar balas


jasa (upah) yang layak bagi kehidupan mereka, memberi kesempatan naik
pangkat atau promosi jabatan dsb. (UU Ketenagakerjaan)
 Pihak kreditur mengharapkan agar semua hutang perusahaan dapat dibayar tepat
pada waktunya dan membuat laporan keuangan yang dapat dipercaya dan dibuat
secara teratur.

 Pihak pesaing mengharapkan agar dalam persaingan dilakukan secara baik/ wajar,
tidak merugikan dan menghancurkan pelaku usaha lain/ pesaing. (UU no. 5 Tahun
1999 ttg Larangan Praktek Monopili dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU LPM).

Orang-orang bisnis diharapkan bertindak secara etis dalam berbagai aktivitasnya di


masyarakat.

Etika bisnis menyangkut usaha membangun kepercayaan antara masyarakat dengan


perusahaan,dan ini merupakan elemen sangat penting buat suksesnya suatu bisnis
dalam jangka panjang.

Jadi prinsipnya seorang wirausaha lebih baik merugi daripada melakukan perbuatan
tidak terpuji.
• Menjaga etika adalah suatu hal yang sangat penting
untuk melindungi reputasi perusahaan.
• Masalah etika ini selalu dihadapi oleh para manajer
dalam keseharian kegiatan bisnis, namun harus dijaga
terus menerus.
• Reputasi sebuah perusahaan yang etis tidak dibentuk
dalam waktu pendek tapi akan terbentuk dalam
jangka panjang.
• Merupakan aset tak ternilai sebagai good will bagi
sebuah perusahaan.
• Suatu trademark istimewa/ terkenal merupakan
competitive advantage (Keunggulan kompetitif).
Komponen Etika
1. Komponen Sumber
- kemauan individu, tidak suka menipu atau berbohong
- konsensus sosial, ada kesepakatan tidak saling menjatuhkan atau
merugikan
- nilai pribadi, seseorang memiliki pribadi jujur.

2. Komponen Teknik/ metode


usaha melalui berbagai metode untuk mencapai konsensus. Misalnya: hasil negosiasi
disepakati tidak boleh membanting harga

3. Komponen Produk
kesepakatan individu dalam masyarakat.
misalnya :
- apabila barang dibeli terdapat cacat dapat ditukar kembali dalam waktu
tiga hari.
- apabila baju yang dibeli tidak sesuai ukuran dapat ditukar dalam waktu dua
hari.
4. Aliran Etika
- Aliran Teologi
Menilai perbuatan orang dari tujuannya.
Mis: menurunkan harga untuk menjatuhkan lawan
bisnisnya.

Kesimpulan:
a. Etika bisnis perlu dimiliki individu dan perusahaan
b. Etika bisnis sangat bermanfaat dalam menyelesaikan masalah-
masalah bisnis
c. Etika bisnis memiliki sanksi moral
d. Tanpa etika bisnis, kegiatan usaha tidak sehat dan dapat
menimbulkan kekacauan
Konsep Etika Bisnis

Konsep etika bisnis tercermin pada corporate culture (budaya perusahaan).


Menurut Kotler (1997) budaya perusahaan merupakan karakter suatu
perusahaan yang mencakup pengalaman, cerita, kepercayaan dan norma
bersama yang dianut oleh jajaran perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari cara
karyawannya berpakaian, berbicara, melayani tamu dan pengaturan kantor.

Dasar pemikiran:
Suatu perusahaan akan hidup berkembang apabila perusahaan tersebut memiliki
pasar, dan dikelola oleh orang-orang yang ahli dan menyenangi pekerjaannya.
Perusahaan dalam melangsungkan hidupnya dihadapkan pada masalah:
a. intern,misalnya masalah perburuhan
b. Ekstern,misalnya hub. konsumen dan persaingan
c. Lingkungan, misalnya gangguan keamanan

• UU no. 8 Tahun 1999 ttg Perlindungan Konsumen (UU PK)


• UU no. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopili dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat (UU LPM)
pada dasarnya ada 3 hal yang dapat membantu perusahaan
mengatasi masalah di atas yaitu:
1. Perusahaan tersebut harus dapat menemukan sesuatu
yang baru.
2. Mampu menemukan yang terbaik dan berbeda
3. Tidak lebih jelek dari yang lain

Untuk mewujudkan hal tersebut perlu memiliki nilai-nilai yang


tercermin pada:
-Visi
-Misi
-Tujuan
-Budaya organisasi
Budaya organisasi terdapat bbrp unsur :

1. Memecahkan masalah baik internal maupun eksternal organisasi


2. Budaya tersebut dapat ditafsirkan secara mendalam
3. Mempunyai persepsi yang sama
4. Pemikiran yang sama
5. Perasaan yang sama

Fungsi dan Manfaat Budaya Organisasi


1. Fungsi
menentukan maksud dan tujuan organisasi, dengan fungsi tersebut organisasi akan
mengikat anggotanya.

2. Manfaat
a. mampu memecahkan masalah intern
b. mampu memecahkan masalah ekstern
c. mampu memiliki daya saing
d. mampu hidup jangka panjang
Perlindungan Monsumen

UU no. 8 Tahun 1999 ttg Perlindungan Konsumen UU PK

• Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya


kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen

• Pengertian dalam UU PK :
- konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/jasa yang tersedia
dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang
lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

- Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wil hukum negara RI, baik sendiri
maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam
berbagai bidang ekonomi.
Hak Konsumen adalah
1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkosumsi barang
dan/atau jasa
2. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau
jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan
3. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa
4. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan
5. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut
6. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen
7. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif
8. hak untuk mendapatkan konpensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila
barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya
9. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya
Kewajiban pelaku usaha adalah :

a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;


b.memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan;
c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
d.menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan
berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;
e.memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang
dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang
dibuat dan/atau yang diperdagangkan;
f. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;
g.memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa
yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
Larangan Pelaku Usaha dalam Memproduksi dan Memperdagangkan:
 Larangan Memproduksi dan/ atau Memperdagangkan Barang dan/ atau Jasa:

a. tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan ;
b. tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam hitungan
sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut;
c. tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam hitungan yang benar;
d. tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran sebagaimana
dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang dan/atau jasa
e. tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya, mode, atau
penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan ;
f. tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan/promosi
g. tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu penggunaan;
h. tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan "halal" ;
i. tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama barang,
ukuran, berat, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan
alamat pelaku usaha ;
j. tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa
Indonesia sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku.
 Larangan Memperdagangkan :
a. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang
yang rusak, cacat atau bekas, dan tercemar tanpa
memberikan informasi secara lengkap dan benar atas
barang dimaksud.
b. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan
farmasi dan pangan yang rusak, cacat atau bekas dan
tercemar, dengan atau tanpa memberikan informasi
secara lengkap dan benar.

 Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran dimaksud


dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa
tersebut serta wajib menariknya dari peredaran.
Larangan Pelaku Usaha dalam Promosi :
1. menawarkan, memproduksikan, mengiklankan barang dan/atau jasa secara tidak benar ;
2. membuat pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan
3. cara obral atau lelang, dilarang mengelabui/ menyesatkan konsumen
4. harga atau tarif khusus , jika pelaku usaha tersebut tidak bermaksud untuk melaksanakan
5. menjanjikan pemberian hadiah berupa barang dan/atau jasa lain secara Cuma-cuma
dengan maksud tidak memberikannya atau tidak sebagaimana yang dijanjikannya
6. menawarkan, mempromosikan atau mengiklankan obat, obat tradisional, suplemen
makanan, alat kesehatan, dan jasa pelayanan kesehatan dengan menjanjikan hadiah
7. memberikan hadiah melalui cara undian, dilarang untuk:
a. tidak melakukan penarikan hadiah setelah batas waktu yang dijanjikan;
b. mengumumkan hasilnya tidak melalui media massa;
c. memberikan hadiah tidak sesuai dengan yang dijanjikan;
d. mengganti hadiah yang tidak setara dengan nilai hadiah yang dijanjikan.
8. melakukan pemaksaan atau cara lain yang dapat menimbulkan gangguan baik fisik maupun
psikis terhadap konsumen
9. menawarkan barang dan/atau jasa melalui pesanan dilarang untuk:
a. tidak menepati waktu penyelesaian sesuai dengan yang dijanjikan;
b. tidak menepati janji atas suatu pelayanan dan/atau prestasi.
Larangan Pelaku usaha periklanan :

a. mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan,


kegunaan dan harga barang dan/atau tarif jasa serta
ketepatan waktu penerimaan barang dan/atau jasa;
b.mengelabui jaminan/garansi ;
c. memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat ;
d.tidak memuat informasi mengenai risiko pemakaian barang
dan/atau jasa;
e.mengeksploitasi kejadian dan/atau seseorang tanpa seizin
yang berwenang atau persetujuan yang bersangkutan;
f. melanggar etika dan/atau ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai periklanan.
Klausula Baku :
Klausula Baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan
ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu
dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen.

Dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian
yang berisi pernyataan :
a. pengalihan tanggung jawab pelaku usaha;
b. bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen;
c. bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas barang
dan/atau jasa yang dibeli oleh konsumen;
d. pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara langsung maupun tidak
langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang
dibeli oleh konsumen secara angsuran;
e. mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan jasa yang
dibeli oleh konsumen;
f. memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta
kekayaan konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa;
g. tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan
dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha ;
h. menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk pembebanan hak
tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh konsumen
secara angsuran.
• Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau
bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang
pengungkapannya sulit dimengerti.

• Setiap klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada
dokumen atau perjanjian yang memenuhi ketentuan larangan dimaksud
dinyatakan batal demi hukum

• Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,


pencemaran, dan atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang
dan atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.
• Ganti rugi sebagaimana dimaksud dapat berupa pengembalian uang
atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya,
atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Pengawasan :
• Pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen
serta penerapan ketentuan peraturan perundangundangannya
diselenggarakan oleh pemerintah, masyarakat,dan lembaga
perlindungan konsumen swadaya masyarakat

• Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat adalah


lembaga nonpemerintah yang terdaftar dan diakui oleh
pemerintah yang mempunyai kegiatan menangani perlindungan
konsumen.

• Badan Perlindungan Konsumen Nasional adalah badan yang


dibentuk untuk membantu upaya pengembangan perlindungan
konsumen
Penyelesaian Sengketa

• Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku


usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan
sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui
peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum.
• melalui pengadilan atau diluar pengadilan berdasarkan
pilihan sukarela para pihak yang bersengketa
• Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa
konsumen di luar pengadilan, gugatan melalui pengadilan
hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan
tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh para pihak
yang bersengketa
• Penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan
Melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
(BPSK), badan yang bertugas menangani dan
menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan
konsumen
diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan mengenai
bentuk dan besarnya ganti rugi dan/atau mengenai
tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terjadi
kembali atau tidak akan terulang kembali kerugian yang
diderita oleh konsumen
• Penyelesaian sengketa konsumen melalui pengadilan
umum (negeri), mengacu pada ketentuan tentang
peradilan umum yang berlaku
Penyelesaian sengketa melalui BPSK (Kep. MenPerindag. nomor : 350/MPP/Kep.12/2001
tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BPSK ) 3 cara : Konsiliasi ; Mediasi ; Arbitrase.

1. Konsiliasi, dilakukan sendiri oleh para pihak yang bersengketa dengan didampingi oleh
Majelis (BPSK) yang bertindak secara pasif sebagai konsiliator. Sedangkan proses
penyelesaiannya diserahkan sepenuhnya kepada konsumen dan pelaku usaha, baik mengenai
bentuk maupun jumlah ganti rudinya.
2. Mediasi, dilakukan sendiri oleh para pihak yang bersengketa dengan didampingi oleh Majelis
(BPSK) yang bertindak secara aktif sebagai mediator, dengan memberikan nasehat, petunjuk,
saran dan upaya-upaya lain dalam menyelesaikan masalah sengketa yang bersangkutan.
• Penyelesaian sengketa dengan cara konsiliasi maupun mediasi dilakukan dalam bentuk
kesepakatan yang dibuat dalam perjanjian tertulis yang dibuat dan ditandatangani oleh
para pihak yang bersengketa dan dikuatkan dalam bentuk keputusan BPSK.
• Dalam penyelesaian dengan cara konsiliasi maupun mediasi tidak memuat sanksi
termasuk sanksi administrasi, karena penyelesaiannya berupa kesepakatan para pihak.
3. Arbitrase, yaitu penyelesaian dilakukan sepenuhnya dan diputus oleh Majelis (BPSK) yang
bertindak sebagai Arbiter, dalam bentuk Keputusan Majelis BPSK yang ditandatangani oleh
Ketua dan anggota Majelis BPSK.
• Keputusan Majelis BPSK melalui penyelesaian Arbitrase ini dapat memuat sanksi
administrasi, berupa penetapan ganti rugi paling banyak Rp. 200.000.000,- .
Sanksi Oleh BPSK :
• BPSK berwenang menjatuhkan sanksi administratif terhadap
pelaku usaha yang melanggar , berupa penetapan ganti rugi
paling banyak Rp 200.000.000,-.

Sanksi Pidana
• Penuntutan pidana dapat dilakukan terhadap pelaku usaha
dan/atau pengurusnya
• pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda
paling banyak Rp 2.000.000.000
• Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit
berat, cacat tetap atau kematian diberlakukan ketentuan
pidana yang berlaku.
Monopoli & Persaingan Usaha

UU no. 5 Th. 1999 ttg Larangan Praktek Monopili dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

• Monopoli, adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau atas
penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha.

• Praktek monopoli, adalah pemusatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang
mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu
sehingga menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat dan merugikan kepentingan umum.

• Persaingan usaha tidak sehat, adalah persaingan antara pelaku usaha dalam menjalankan
kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak
jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.

• Pelaku usaha adlh, setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan
hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan
dalam wilayah hukum negara RI, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian,
menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi.

• Konsumen adlh, setiap pemakai dan atau pengguna barang dan atau jasa baik untuk
kepentingan diri sendiri maupun untuk kepentingan pihak lain.
Hal-hal yang dilarang, menyangkut :

1. Perjanjian
2. Kegiatan
3. Posisi Dominan

1. Perjanjian yang dilarang (antar pelaku usaha) :


- Oligopoli
- Penetapan harga
- Pembagian Wilayah
- Pemboikotan
- Kartel
- Trust
- Oligopsoni
- Integrasi Vertikal
- Perjanjian tertutup
- Perjanjian dengan pihak luar negeri
2. Kegiatan yang dilarang :
- Monopoli
- Monopsoni
- Penguasaan Pasar
- Persekongkolan

3. Posisi Dominan
- Rangkap Jabatan
- Pemilikan Saham
- Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan
• Perjanjian, suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha untuk
mengikatkan diri terhadap satu atau lebih pelaku usaha lain
dengan nama apapun, baik tertulis maupun tidak tertulis.
(UULPM)

• Kegiatan, tindakan atau perbuatan “sepihak” yang dilakukan


oleh satu pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha tanpa
adanya keterkaitan hubungan (hukum) secara langsung dengan
pelaku usaha atau kelompok usaha lainnya.

• Posisi Dominan, keadaan dimana pelaku usaha tidak


mempunyai pesaing yang berarti di pasar bersangkutan dalam
kaitan dengan pangsa pasar yang dikuasai, atau pelaku usaha
mempunyai posisi tertinggi diantara pesaingnya, di pasar
bersangkutan dalam kaitan kemampuan keuangan, kemampuan
akses pada pasokan atau penjualan, serta kemampuan untuk
menyesuaikan pasokan atau permintaan barang atau jasa
tertentu.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), adalah :

- Komisi yang dibentuk untuk mengawasi pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan
usahanya agar tidak melakukan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
- Komisi ini bersifat independen, terlepas dari pengaruh dan kekuasaan Pemerintah
serta pihak lain.
- KPPU mengadakan pemeriksaan terhadap pelaku usaha berdasarkan laporan
maupun tanpa adanya laporan.

Keputusan KPPU :
- KPPU memutuskan, apakah telah terjadi pelanggaran atau tidak terjadi pelanggaran UU

- Terhadap pelaku usaha yang melakukan pelanggaran UU,


KPPU berwenang menjatuhkan sanksi, berupa :
= Sangsi Administrasi
a. penghentian dan/ atau pembatalan perjanjian/ kegiatan yang terbukti menimbulkan praktek
monopoli ;
b. penetapan ganti rugi dan/ atau denda serendah-rendahnya 1 milyar dan setinggi-tingginya 25
milyar.

- Keputusan KPPU dapat dipakai sebagai bukti permulaan yang


cukup bagi penyidik untuk melakukan penyidikan ;

Anda mungkin juga menyukai