Pengertian perusahaan :
• Unsur pokok
- secara terus menerus
- Tujuan mencari keuntungan/laba
• Bentuk :
Perseorangan (baik sendiri dalam persekutuan)
Badan Usaha : Badan Hukum
Bukan Badan Hukum
Etika berasal dari kata Yunani ‘Ethos’, berarti adat istiadat
Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri
sendiri, seseorang maupun pada masyarakat
Norma Umum :
- Norma Sopan santun
- Norma Hukum
- Norma Moral
Unsur terpenting dalam aktivitas bisnis adalah persetujuan bisnis/
perdagangan di antara para pelaku bisnis (pengusaha, perusahaan,
konsumen dsb) mengenai pelbagai transaksi bisnis (produksi, transportasi,
penjualan/distribusi dan konsumsi dll).
- KUH Perdata (BW) Pasal 1365, ttg perbuatan melawan hukum., Barangsiapa melakukan perbuatan
melawan hukum, sehingga merugikan pihak lain, maka mewajibkan orang tsb. untuk mengganti
kerugian.
- Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Peseroan Terbatas Ps 126 a.l. menegaskan bhw
perbuatan hkm peleburan, penggabungan, pengambilalihan maupun pemisahan wajib
memperhatikan kepentingan persaingan sehat dalam melakukan usaha.
- Undang-Udang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK)- mengatur hak dan
kewajiban pelaku usaha dan juga konsumen.
• Praktek monopoli, pemusatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan
dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan
persaingan usaha yang tidak sehat dan merugikan kepentingan umum.
• Persaingan usaha tidak sehat, adalah persaingan antara pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau
melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.
Prinsip-prinsip Etika Profesi :
Dalam tuntutan profesional sangat erat hubungannya dg suatu kode etik masing-
masing profesi.
• Dalam hukum perjanjian jual beli dikenal asas itikad baik, yang artinya bahwa
setiap orang yang membuat suatu perjanjian jual beli harus dilakukan dengan
itikad baik.
• Asas itikad baik ini dari ukurannya dapat dibedakan atas itikad baik yang
subyektif dan itikad baik yang obyektif.
• Itikad baik dalam pengertian yang subyektif dapat diartikan sebagai kejujuran
seseorang dalam melakukan suatu perbuatan hukum yaitu apa yang terletak
pada sikap bathin seseorang pada saat diadakan suatu perbuatan hukum.
Asas Konsensual (kesepakatan)“dalam suatu perjanjian cukup ada kata sepakat dari
mereka yang membuat perjanjian itu, tanpa diikuti dengan perbuatan hukum lain kecuali
perjanjian yang bersifat formal.”
Perjanjian itu sudah mengikat sejak tercapainya kata sepakat mengenai pokok perjanjian.
Jadi pihak-pihak bebas membuat perjanjian apa saja asal tidak melanggar UU ketertiban
umum atau kesusilaan
• Ketika seseorang terbukti pada saat membuat suatu perjanjian dilandasi atas itikad
buruk maka dapat berakibat batalnya perjanjian tersebut.
Sebagai contoh seseorang yang membuat suatu perjanjian sewa menyewa mobil,
dengan tujuan/ niat dari penyewa untuk menggelapkan mobil yang disewanya,
maka penyewa tidak didasari oleh itikad baik dalam membuat suatu perjanjian.
• Asas ini merupakan asas bahwa para pihak, harus melaksanakan substansi
perjanjian berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun kemauan
yang baik dari para pihak.
Asas itikad baik dari keberlakuannya dapat dibagi menjadi dua macam, yakni itikad
baik relatif dan itikad baik mutlak.
• Itikad baik relatif yaitu seseorang memperhatikan sikap dan tingkah laku yang
nyata dari subjek.
itikad baik mutlak penilaian terletak pada akal sehat dan keadilan serta dibuat
ukuran yang obyektif untuk menilai keadaan menurut norma-norma yang obyektif.
• Ps 1320 Menentukan empat syarat sahnya perjanjian yaitu harus ada :
Misalkan perjanjian jual beli narkoba atau jual beli senjata gelap.
Bisnis dan Etika
Bisnis - sebagai kegiatan dapat dilihat dari tiga sudut pandang : ekonomis, etika-moral, dan hukum.
Etika bisnis dapat dijalankan pada tiga taraf : taraf makro, meso(madya/ menengah) dan mikro.
Tiga taraf ini berkaitan dengan tiga kemungkinan yang berbeda untuk menjalankan kegitan
ekonomi dan bisnis.
- Pada taraf makro, etika bisnis mempelajari aspek-aspek moral dari sistem ekonomi sebagai
keseluruhan.
- Pada taraf meso (madya atau menengah), etika bisnis menyelidiki masalah etis di bidang
organisasi. Organisasi di sini terutama berarti perusahaan, tapi bisa juga serikat buruh, lembaga
konsumen, perhimpunan profesi dan lain-lain.
- Pada taraf mikro, yang difokuskan adalah individu dalam hubungan dengan ekonomi atau bisnis.
Berkait tanggung jawab etis dari karyawan dan majikan, bawahan dan manajer, produsen dan
konsumen, pemasok dan investor.
Beberapa Prinsip dalam berbisnis
1. Utilitarisme
“Utilitarisme” berasal dari kata Latin “utilis” yang berarti “bermanfaat”. Menurut teori ini suatu
perbuatan adalah baik jika membawa manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan.
Prinsip ini menyatakan bahwa tindakan dan kebijakan perlu dievaluasi berdasarkan keuntungan dan
biaya yang dibebankan kepada masyarakat.
Sesuatu dianggap benar apabila mampu menekan biaya sosial dan memberikan keutunngan sosial
yang lebih besar.
2. Hak
Teori hak ini, hak merupakan sarana atau cara agar memungkinkan setiap pihak memilih dengan
bebas apapun kepentingan atau aktivitas mereka dan melindungi pilihan-pilihan mereka. Hak
kebebasan dan kesejahteraan orang lain harus dihormati.
- Hak moral sangat erat kaitannya dengan kewajiban
- Hak moral memberikan otonomi dan kesetaraan bagi individu dalam mencari kepentingan mereka.
- Hak moral sebagai dasar untuk membenarkan tindakan dan untuk melindungi orang lain.
3. Perhatian (Caring)
Menekankan bahwa ada kewajiban untuk memberikan perhatian terhadap kesejahteraan orang-
orang yang ada disekitar kita, terutama yang mempunyai hubungan ketergantungan
4. Teori keutumaan
Keutamaan bisa didefinisikan sebagai : watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan
dia untuk bertingkah laku baik secara moral. Ada banyak keutamaan dan semua keutamaan
untuk setiap orang dan untuk setiap kegiatan. Diantara keutamaan yang harus menandai pebisnis
perorangan bisa disebut: kejujuran, fairness, kepercayaan, dan keuletan.
- Kejujuran secara umum diakui sebagai keutamaan pertama dan paling penting yang harus dimiliki
oleh pelaku bisnis. Orang yang mempunyai keutamaan kejujuran tidak akan berbohong atau
menipu dalam transaksi bisnis. Untuk menilai tentang keutamaan kejujuran kadang-kadang ada
kesulitan. Garis perbatasan antara kejujuran dan ketidakjujuran tidak selalu bisa ditarik dengan
tajam.
- Fairness, dapat diberi terjemahan “keadilan” dan memang fairness dekat dengan paham
“keadilan” tapi tidak sama juga.
Arti lain : sikap wajar. Fairness adalah kesediaan untuk memberikan apa yang wajar kepada
semua orang dengan semua orang dan dengan “wajar” dimaksudkan apa yang bisa disetujui oleh
semua orang yang terlibat dalam suatu transaksi.
- Kepercayaan (trust) adalah keutamaan yang penting dalam konteks bisnis. Kepercayaan harus
ditempatkan dalam relasi timbal balik. Ada beberapa cara untuk mengamankan kepercayaan.
Salah satu cara ialah memberi garansi atau jaminan.
- Keutamaan keempat adalah keuletan (Solomon menggunakan kata toughness). Pebisnis harus
bertahan dalam banyak situasi yang sulit. Ia harus sanggup mengadakan negosiasi yang berat
tentang proyek atau transaksi yang bernilai besar. Ia harus berani juga mengambil risiko kecil
ataupun besar, karena perkembangan banyak faktor tidak bisa diramalkan sebelumnya.
- Kelompok keutamaan lain menandai orang bisnis pada taraf perusahaan,
dimiliki seorang manajer atau karyawan sejauh mereka mewakili
perusahaan, yaitu : keramahan, loyalitas, kehormatan, dan rasa malu.
5. Keadilan
Cara-cara yang adil dalam mendistribusikan keuntungan dan beban pada
para anggota masyarakat.
- Keadilan distributif, berkaitan dengan distribusi yang adil atas
keuntungan dan beban dalam masyarakat
- Keadilan retributif, pemberlakuan yang adil pada pihak-pihak yang
melakukan kesalahan
- Keadilan kompensatif, cara yang adil dalam memberikan kompensasi
pada seseorang atas kerugian yang dialami akibat perbuatan orang lain.