Anda di halaman 1dari 21

Istilah bisnis-dagang-perusahaan

- Bisnis, keseluruhan kegiatan usaha yang dijalankan oleh orang atau


badan usaha secara teratur dan terus-menerus, berupa kegiatan
mengadakan barang-barang atau jasa-jasa maupun fasilitas-
fasilitas untuk diperjualbelikan, dipertukarkan atau disewagunakan
dengan tujuan mendapatkan keuntungan.

- Kegiatan bisnis merupakan suatu kegiatan dagang, usaha, industri


atau keuangan, yang berhubungan dengan produksi, perdagangan
barang dan jasa, dan urusan keuangan yang bertalian dengan
kegiatan-kegiatan tsb.

- Sebagai perusahaan komersial, profesi, atau perdagangan yang


didirikan atau dijalankan dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan.
• Pengertian pedagang :
- ps 2 (lama) KUHD, pedagang adalah mereka yang melakukan perbuatan
perniagaan sebagai pekerjaan sehari-hari
- Ps 3 (lama) KUHD, perniagaan adalah perbuatan berupa pembelian barang-
barang untuk dijual kembali

Pengertian perusahaan :

• Menurut pembentuk UU, perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang


dilakukan secara terus menerus/ tdk terputus, terang-terangan dalam kedudukan
tertentu untuk mencari laba.

• Menurus molengraaf, perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan


secara terus menerus, bertindak keluar, untuk mendapat penghasilan, dengan
cara memperniagakan barang-barang atau mengadakan perjanjian-2 perdagangan

• Menurut polak, ada perusahaan apabila diperlukan adanya perhitungan-2 laba


rugi yang dapat diperkirakan sebelumnya dan segala sesuatu dicatat dalam
pembukuan

• UU no. 3 tahun 1982 - wajib daftar perusahaan


Perusahaan - setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang
bersifat tetap dan terus menerus, didirikan dan berkedudukan di wil RI, untuk
tujuan mencari laba.
• Dalam UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat dijelaskan,
Pelaku Usaha adalah setiap orang perorangan atau badan hukum yang didirikan
dan berkedudukan atau melakukan kegiatan, dalam wilayah hukum negara
Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian,
menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi.

• Dalam UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen,


Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan hukum yang didirikan
dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara
Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.

• Unsur pokok
- secara terus menerus
- Tujuan mencari keuntungan/laba

• Pengertian perusahaan lebih luas dari pedagang dan perniagaan,


• Subyek Pelaku Bisnis –subyek hukum
Subyek hukum : pendukung hak dan kewajiban, terdiri :
1. Manusia – manusia perseorangan/ badan pribadi
2. Badan Hukum
- Badan hukum - suatu badan yang dianggap seperti halnya
manusia, dapat mempunyai hak dan kewajiban, serta tanggung
jawab sendiri, dapat melakukan perbuatan hukum dan dapat
menjadi subyek hukum.

• Bentuk :
 Perseorangan (baik sendiri dalam persekutuan)
 Badan Usaha : Badan Hukum
Bukan Badan Hukum
Etika berasal dari kata Yunani ‘Ethos’, berarti adat istiadat

Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri
sendiri, seseorang maupun pada masyarakat

Etika berkaitan dengan nilai-nilai, tatacara hidup yg baik, aturan hidup


yg baik dan segala kebiasaan yg dianut dan diwariskan dari satu orang
ke orang yang lain atau dari satu generasi ke generasi yg lain

Etika dapat dirumuskan sebagai refleksi kritis dan rasional mengenai :


a. Nilai dan norma yang menyangkut bagaimana manusia harus
hidup baik sebagai manusia
b. Masalah kehidupan manusia dengan mendasarkan diri pada nilai
dan norma moral yang umum diterima
Norma  memberi pedoman tentang bagaimana manusia
harus hidup dan bertindak secara baik dan
tepat, sekaligus menjadi dasar bagi penilaian
mengenai baik buruknya perilaku dan tindakan
manusia.

Norma Umum :
- Norma Sopan santun
- Norma Hukum
- Norma Moral
 Unsur terpenting dalam aktivitas bisnis adalah persetujuan bisnis/
perdagangan di antara para pelaku bisnis (pengusaha, perusahaan,
konsumen dsb) mengenai pelbagai transaksi bisnis (produksi, transportasi,
penjualan/distribusi dan konsumsi dll).

 Masyarakat memerlukan aturan hukum yang memungkinkan para


anggotanya untuk membuat dan melaksanakan persetujuan-persetujuan
bisnis.

¨ Aturan-aturan hukum dibutuhkan karena:


 Pihak-pihak yang terlibat dalam persetujuan bisnis itu membutuhkan
sesuatu yang lebih kuat dari sekedar janji yang beritikad baik dari masing-
masing pihak dan saling kepercayaan di antara mereka untuk melaksanakan
isi persetujuan;
 Adanya kebutuhan untuk menciptakan upaya-upaya hukum yang dapat
digunakan seandainya salah satu pihak tidak melaksanakan kewajibannya
atau tidak memenuhi janjinya.
Norma Hukum adalah norma yang dituntut
keberlakuannya secara tegas oleh masyarakat karena
dianggap perlu demi keselamatan dan kesejahteraan
manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

Norma hukum ini mencerminkan harapan,


keinginan dan keyakinan seluruh anggota
masyarakat tersebut tentang bagaimana hidup
bermasyarakat yang baik dan bagaimana masyarakat
tersebut harus diatur secara baik
Beberapa Norma Hukum :

- KUH Perdata (BW) Pasal 1365, ttg perbuatan melawan hukum., Barangsiapa melakukan perbuatan
melawan hukum, sehingga merugikan pihak lain, maka mewajibkan orang tsb. untuk mengganti
kerugian.

- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Barangsiapa untuk mendapatkan, melangsungkan atau


memperluas debit perdagangan atau perusahaan ……., melakukan perbuatan curang, …. Jika
karenanya dapat timbul kerugian orang lain, karena persaingan curang, dengan pidana penjara
paling lama satu tahun empat bulan atau denda .

- Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Peseroan Terbatas Ps 126 a.l. menegaskan bhw
perbuatan hkm peleburan, penggabungan, pengambilalihan maupun pemisahan wajib
memperhatikan kepentingan persaingan sehat dalam melakukan usaha.

- Undang-Udang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK)- mengatur hak dan
kewajiban pelaku usaha dan juga konsumen.

- UU nomor 5 Tahun 1999 – UU Larangan Praktek Monopoli :

• Praktek monopoli, pemusatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan
dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan
persaingan usaha yang tidak sehat dan merugikan kepentingan umum.

• Persaingan usaha tidak sehat, adalah persaingan antara pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau
melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.
Prinsip-prinsip Etika Profesi :
Dalam tuntutan profesional sangat erat hubungannya dg suatu kode etik masing-
masing profesi.

Adapun prinsip-prinsip etika profesi adalah:


1. Tanggung jawab, => melakukan pekerjaan dan tugasnya dg sebaik-baiknya,
hasil maksimal, mutu yg terbaik.
2. Keadilan, => tidak merugikan hak dan kepentingan pihak tertentu, khususnya
orang yang dilayani dlm kaitannya dg profesinya
3. Integritas Moral => mempunyai komitmen pribadi untuk menjaga keluhuran
profesinya, nama baiknya dan juga kepentingan orang lain maupun
masyarakat luas.

- Mematuhi norma hukum sendiri adalah sebuah pemenuhan kewajiban etika


dalam sebuah profesi, termasuk kegiatan bisnis.
Asas Itikad Baik dalam hukum Perjanjian :

• Dalam hukum perjanjian jual beli dikenal asas itikad baik, yang artinya bahwa
setiap orang yang membuat suatu perjanjian jual beli harus dilakukan dengan
itikad baik.

• Asas itikad baik ini dari ukurannya dapat dibedakan atas itikad baik yang
subyektif dan itikad baik yang obyektif.

• Itikad baik dalam pengertian yang subyektif dapat diartikan sebagai kejujuran
seseorang dalam melakukan suatu perbuatan hukum yaitu apa yang terletak
pada sikap bathin seseorang pada saat diadakan suatu perbuatan hukum.

• Sedang Itikad baik dalam pengertian yang obyektif dimksudkan adalah


pelaksanaan suatu perjanjian yang harus didasarkan pada norma kepatutan
atau apa yang dirasakan patut dalam suatu masyarakat secara umum.
• Pasal 1338 ayat (1) KUH.Perdata. menyebutkan, 
Ayat 1. Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya. 
Kata "semua" menunjukkan adanya kebebasan bagi setiap orang untuk membuat
perjanjian dengan siapa saja dan tentang apa saja, asalkan tidak dilarang oleh hukum
Artinya bahwa semua ketentuan dalam perjanjian yang telah disepakati para pihak
mengikat dan wajib dilaksanakan oleh para pihak yang membuatnya.
Apabila salah satu pihak tidak melaksanakan perjanjian maka pihak yang dirugikan dapat
menuntut ganti rugi kepada pihak yang tidak melaksanakan kewajibannya/ wan prestasi.

Asas Konsensual (kesepakatan)“dalam suatu perjanjian cukup ada kata sepakat dari
mereka yang membuat perjanjian itu, tanpa diikuti dengan perbuatan hukum lain kecuali
perjanjian yang bersifat formal.”
Perjanjian itu sudah mengikat sejak tercapainya kata sepakat mengenai pokok perjanjian.

Ayat 3. Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik.


Yaitu keinginan subyek hukum untuk berbuat sesuatu, yang sudah mendapat
kesepakatan/ persetujuan dalam perjanjian untuk ditaati oleh kedua belah pihak sebagai
suatu peraturan bersama. (Sebelum, Saat dibuat, Pelaksanaan perjanjian)

Jadi pihak-pihak bebas membuat perjanjian apa saja asal tidak melanggar UU ketertiban
umum atau kesusilaan
• Ketika seseorang terbukti pada saat membuat suatu perjanjian dilandasi atas itikad
buruk maka dapat berakibat batalnya perjanjian tersebut.
Sebagai contoh seseorang yang membuat suatu perjanjian sewa menyewa mobil,
dengan tujuan/ niat dari penyewa untuk menggelapkan mobil yang disewanya,
maka penyewa tidak didasari oleh itikad baik dalam membuat suatu perjanjian.

• Asas ini merupakan asas bahwa para pihak, harus melaksanakan substansi
perjanjian berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun kemauan
yang baik dari para pihak.
Asas itikad baik dari keberlakuannya dapat dibagi menjadi dua macam, yakni itikad
baik relatif dan itikad baik mutlak.

• Itikad baik relatif yaitu seseorang memperhatikan sikap dan tingkah laku yang
nyata dari subjek.
itikad baik mutlak penilaian terletak pada akal sehat dan keadilan serta dibuat
ukuran yang obyektif untuk menilai keadaan menurut norma-norma yang obyektif.
• Ps 1320 Menentukan empat syarat sahnya perjanjian yaitu harus ada :

1. Kesepakatan kedua belah pihak. 


Kedua belah pihak yang membuat perjanjian saling setuju mengenai hal-hal yang disepakati
dalam perjanjian.
Perjanjian , rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji yang diucapkan atau ditulis.
Perjanjian tidak boleh dibuat dengan adanya paksaan kepada salah satu atau kedua belah
pihak. 
2. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum
Cakap melakukan perbuatan hukum, adalah setiap orang yang sudah dewasa dan sehat
pikirannya tidak sakit ingatan.
3. Obyek (Sesuatu yang diperjanjikan haruslah suatu hal atau barang yang cukup jelas). 
Maksudnya objek yang diatur dalam perjanjian harus jelas, setidak-tidaknya dapat ditentukan.
Jadi, tidak boleh samar-samar. Hal ini penting untuk memberikan jaminan atau kepastian
kepada pihak-pihak dan mencegah timbulnya kontrak fiktif.
4. Kausa yang halal.
Suatu perjanjian yang tidak memakai suatu sebab yang halal, atau dibuat dengan suatu sebab
yang palsu atau terlarang, tidak mempunyai kekuatan hukum.

Misalkan perjanjian jual beli narkoba atau jual beli senjata gelap. 
Bisnis dan Etika
Bisnis - sebagai kegiatan dapat dilihat dari tiga sudut pandang : ekonomis, etika-moral, dan hukum.

1.Sudut pandang ekonomis


Dapat meliputi kegiatan dengan maksud memperoleh untung. Dipandang dari sudut ekonomis,
bisnis yang baik (good bussines) adalah bisnis yang membawa banyak keuntungan. Orang berbisnis
selalu memperhitungkan keuntungan.

2. Sudut pandang etika-moral


Selalu ada kendala etis bagi perilaku pebisnis. Tidak semuanya untuk mengejar tujuan
(keuntungan) boleh lakukan. Ada keharusan menghormati kepentingan dan hak orang lain. Bisnis
yang baik (good bussines-keuntungan) belum tentu bisnis yang baik secara moral.

3. Sudut pandang hukum


- Dari segi norma, hukum lebih jelas dan pasti dibandingkan etika. Karena hukum dituliskan hitam
atas putih dan ada sanksi tertentu, bila terjadi pelanggaran.
- Hukum dan etika kerap kali tidak bisa dilepaskan satu sama lain.
- Bisnis harus menaati hukum dan peraturan yang berlaku. “Bisnis yang baik” antara lain berarti
juga bisnis yang patuh pada hukum. Disamping hukum, kita membutuhkan etika juga. Kita
memerlukan norma moral yang menetapkan apa yang etis dan tidak etis untuk dilakukan.
- Pada taraf normatif etika mendahului hukum. Jika secara moral suatu perilaku ternyata salah,
kemungkinan (walaupun tidak pasti) perilaku itu melanggar hukum.
Tolak ukur
Dapat disimpulkan, bahwa supaya dapat disebut bisnis yang baik
(good bussines), tingkah laku bisnis harus memenuhi syarat-syarat
dari semua sudut pandang tadi.
- Bisnis yang scr ekonomis tidak baik (tidak membawa untung)
bukan bisnis yang baik.
- Bisnis tidak dapat disebut bisnis yang bail (good bussines), kalau
tidak baik dari sudut pandang etika dan hukum juga.
Apa itu Etika Bisnis
- Etika sebagai praktis berarti : apa yang dilakukan sejauh sesuai atau tidak sesuai dengan nilai
dan norma moral.
- Etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral. Dalam etika sebagai refleksi, berpikir tentang apa
yang dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
- Etika sebagai ilmu mempelajari baik buruknya manusia.

Etika bisnis dapat dijalankan pada tiga taraf : taraf makro, meso(madya/ menengah) dan mikro.
Tiga taraf ini berkaitan dengan tiga kemungkinan yang berbeda untuk menjalankan kegitan
ekonomi dan bisnis.
- Pada taraf makro, etika bisnis mempelajari aspek-aspek moral dari sistem ekonomi sebagai
keseluruhan.
- Pada taraf meso (madya atau menengah), etika bisnis menyelidiki masalah etis di bidang
organisasi. Organisasi di sini terutama berarti perusahaan, tapi bisa juga serikat buruh, lembaga
konsumen, perhimpunan profesi dan lain-lain.
- Pada taraf mikro, yang difokuskan adalah individu dalam hubungan dengan ekonomi atau bisnis.
Berkait tanggung jawab etis dari karyawan dan majikan, bawahan dan manajer, produsen dan
konsumen, pemasok dan investor.
Beberapa Prinsip dalam berbisnis

1. Utilitarisme
“Utilitarisme” berasal dari kata Latin “utilis” yang berarti “bermanfaat”. Menurut teori ini suatu
perbuatan adalah baik jika membawa manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan.
Prinsip ini menyatakan bahwa tindakan dan kebijakan perlu dievaluasi berdasarkan keuntungan dan
biaya yang dibebankan kepada masyarakat.
Sesuatu dianggap benar apabila mampu menekan biaya sosial dan memberikan keutunngan sosial
yang lebih besar.

2. Hak
Teori hak ini, hak merupakan sarana atau cara agar memungkinkan setiap pihak memilih dengan
bebas apapun kepentingan atau aktivitas mereka dan melindungi pilihan-pilihan mereka. Hak
kebebasan dan kesejahteraan orang lain harus dihormati.
- Hak moral sangat erat kaitannya dengan kewajiban
- Hak moral memberikan otonomi dan kesetaraan bagi individu dalam mencari kepentingan mereka.
- Hak moral sebagai dasar untuk membenarkan tindakan dan untuk melindungi orang lain.

3. Perhatian (Caring)
Menekankan bahwa ada kewajiban untuk memberikan perhatian terhadap kesejahteraan orang-
orang yang ada disekitar kita, terutama yang mempunyai hubungan ketergantungan
4. Teori keutumaan
Keutamaan bisa didefinisikan sebagai : watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan
dia untuk bertingkah laku baik secara moral. Ada banyak keutamaan dan semua keutamaan
untuk setiap orang dan untuk setiap kegiatan. Diantara keutamaan yang harus menandai pebisnis
perorangan bisa disebut: kejujuran, fairness, kepercayaan, dan keuletan.
- Kejujuran secara umum diakui sebagai keutamaan pertama dan paling penting yang harus dimiliki
oleh pelaku bisnis. Orang yang mempunyai keutamaan kejujuran tidak akan berbohong atau
menipu dalam transaksi bisnis. Untuk menilai tentang keutamaan kejujuran kadang-kadang ada
kesulitan. Garis perbatasan antara kejujuran dan ketidakjujuran tidak selalu bisa ditarik dengan
tajam.
- Fairness, dapat diberi terjemahan “keadilan” dan memang fairness dekat dengan paham
“keadilan” tapi tidak sama juga.
Arti lain : sikap wajar. Fairness adalah kesediaan untuk memberikan apa yang wajar kepada
semua orang dengan semua orang dan dengan “wajar” dimaksudkan apa yang bisa disetujui oleh
semua orang yang terlibat dalam suatu transaksi.
- Kepercayaan (trust) adalah keutamaan yang penting dalam konteks bisnis. Kepercayaan harus
ditempatkan dalam relasi timbal balik. Ada beberapa cara untuk mengamankan kepercayaan.
Salah satu cara ialah memberi garansi atau jaminan.
- Keutamaan keempat adalah keuletan (Solomon menggunakan kata toughness). Pebisnis harus
bertahan dalam banyak situasi yang sulit. Ia harus sanggup mengadakan negosiasi yang berat
tentang proyek atau transaksi yang bernilai besar. Ia harus berani juga mengambil risiko kecil
ataupun besar, karena perkembangan banyak faktor tidak bisa diramalkan sebelumnya.
- Kelompok keutamaan lain menandai orang bisnis pada taraf perusahaan,
dimiliki seorang manajer atau karyawan sejauh mereka mewakili
perusahaan, yaitu : keramahan, loyalitas, kehormatan, dan rasa malu.

5. Keadilan
Cara-cara yang adil dalam mendistribusikan keuntungan dan beban pada
para anggota masyarakat.
- Keadilan distributif, berkaitan dengan distribusi yang adil atas
keuntungan dan beban dalam masyarakat
- Keadilan retributif, pemberlakuan yang adil pada pihak-pihak yang
melakukan kesalahan
- Keadilan kompensatif, cara yang adil dalam memberikan kompensasi
pada seseorang atas kerugian yang dialami akibat perbuatan orang lain.

Keadilan dapat diartikan sebagai to give everybody his own (memberikan


kepada setiap orang apa yang menjadi haknya).
• Keadilan (Aristoteles)
Setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan
kriteria yang rasional obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Keadilan
berarti tidak ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya.
1. Keadilan legal, menyangkut antara individu atau kelompok masyarakat
dengan negara. Semua pihak dijamin mendapat perlakuan sama sesuai
dengan hukum yang berlaku. Dibidang bisnis, menuntut negara bersikap
netral dalam memperlakukan semua pelaku ekonomi, negara menjamin
kegiatan bisnis yang sehat dan baik dengan mengeluarkan aturan hukum
bisnis yang berlaku sama bagi semua pelaku bisnis.
2. Keadilan komunikatif, hubungan yang adil antara orang yang satu dengan
yang lain. Menyangkut hubungan vertikal antara negara dg warganya,
dan hubungan horizontal antar warga negara. Hubungan yang fair antara
pihak-pihak yang terlibat.
3. Keadilan distributif, distribusi ekonomi yang merata dan dianggap adil
bagi semua warga negara. Berkaitan dengan prinsip perlakuan yang
sama sesuai dg aturan dan ketentuan dalam perusahaan yang juga adil
dan bail.

Anda mungkin juga menyukai