Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nurul Aidah

NIM : 2032500536
Soal
1. Jelaskan mengapa hukum diperlukan dalam kehidupan masyarakat!
Karena dapat menciptakan rasa aman, sebagai kontrol sosial, menjaga ketertiban, mengatur
tingkah laku masyarakat agar sesuai nilai yang berlaku, menciptakan ketertiban serta
keadilan, membantu mencapai tujuan bersama, dijadikan dasar untuk memberi sanksi
kepada masyarakat yang melanggar hukum, serta untuk memberi dan mengatur
keharmonisan antarsesama manusia.

2. Mengapa kaidah agama, kesusilaan, sopan santun dan hukum harus ditaati dan dijadikan
pedoman hidup secara bersama-sama, jelaskan?
Karena dengan menaati kaidah agama, kesusilaan, sopan santun, dan hukum dapat
menciptakan keteraturan. Dimana manusia dalam memenuhi kebutuhan sosial,
bersosialisasi, serta berperilaku dengan landasan keempat kaidah tersebut agar dapat
menjadi pribadi yang lebih baik serta terciptanya ketertiban masyarakat secara bersamaan.

3. Apakah setiap subyek hukum bisa melaksakan perbuatan hukum, jelaskan?


Tidak setiap subyek hukum bisa melakukan perbuatan hukum. Setiap subyek hukum bisa
melakukan perbuatan hukum baik untuk dan atas namanya sendiri maupun untuk nama
orang lain atau badan hukum, jika orang tersebut cakap bertindak dan berwenang
bertindak. Dimana cakap bertindak yaitu seperti telah dewasa, tidak hilang ingatan, tidak
berada dibawah pengampunan. Adapun untuk berwenang bertindak seperti memperoleh
kekuasaan bertindak dari peraturan perundangan, surat kuasa.  

4. Dalam melaksanakan perjanjian harus memenuhi syarat subyektif dan obyektif dan apabila
syarat subyektif tidak terpenuhi dapat dibatalkan, sedangkan apabila syrat obyektif batal
demi hukum. Jelaskan arti dapat dibatalkan dan batal demi hukum?
Perjanjian yang Dapat Dibatalkan adalah perjanjian yang dibuat para pihak yang
memenuhi unsur sahnya perjanjian, pada dasarnya dapat dibatalkan oleh para pihak,
apabila di dalam pelaksanaan perjanjian membuat para pihak mengalami kerugian, baik
pihak yang terikat dalam perjanjian maupun pihak ketiga yang berada di luar perjanjian.
Perjanjian yang dibuat dapat dibatalkan baik pada saat prestasi belum dilakukan, maupun
setelah prestasi dilakukan.
Perjanjian Batal Demi Hukum adalah kontrak yang tidak boleh dijalankan atau
diselesaikan sama sekali. Bila sebuah kontrak dinyatakan batal demi hukum sejak awal
berarti semua pihak harus meletakkan segala sesuatu seperti semula sebelum kontrak.
Kontrak batal demi hukum bila salah satu pihak tidak memiliki kapasitas untuk melakukan
kontrak, berdasarkan pada suatu kesalahan, atau melawan hukum.

5. Jelaskan pengertian wanprestasi?


Wanprestasi (ingkar janji) adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh debitur (pihak yang
berjanji untuk melakukan sesuatu) ketika ia tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana
diperjanjikan.
Kapan dapat dikatakan wanprestasi?
Seseorang dapat dinyatakan wanprestasi apabila pihak yang menyatakan wanprestasi dapat
membuktikan bahwa pihak yang dinyatakan wanprestasi telah melakukan ingkar janji atau
melakukan tindakan lalai.

Apa yang dimaksud dengan force majeure dan berikan contohnya?


Keadaan memaksa force majeure (overmacht) adalah suatu keadaan yang terjadi setelah
dibuatnya perjanjian, yang menghalangi debitur untuk memenuhi prestasinya, di mana
debitur tidak dapat dipersalahkan dan tidak harus menanggung risiko serta tidak dapat
menduga pada waktu perjanjian dibuat. Kesemuanya itu sebelum debitur lalai untuk
memenuhi prestasinya pada saat timbulnya keadaan tersebut.
6. Berikan analisa  anda mengenai perkembangan waralaba di Indonesia saat ini? (minimal 1
halaman)
Perkembangan usaha dengan sistem waralaba di Indonesia saat ini dan dimasa mendatang
mempunyai prospek yang baik dan semakin pesat kemajuannya, karena dapat menjanjikan
manfaat mikro yakni bagi Pemberi Waralaba (franchisor) maupun Penerima Waralaba
(franchisee), dan manfaat makro bagi kosumen untuk mendapatkan jaminan produk yang
bermutu, serta kesempatan berusaha dengan lapangan kerja baru bagi angkatan kerja Indonesia.
Disamping itu usaha waralaba dapat pula memperluas sarana dan akses pasar bagi produk-
produk barang dan jasa Indonesia.
Waralaba sendiri dikenal sebagai pola bisnis yang berkembang pesat karena ditopang oleh
gaya hidup masyarakat yang semakin selektif serta mengutamakan mutu dalam memperoleh
pelayanan barang dan jasa. Perkembangan pola bisnis waralaba ini telah menciptakan konsep
serta bentuk kegiatan perekonomian baru, namun tetap memerlukan aspek hukum sebagai upaya
untuk mempertahankan keberadaannya. Perkembangan waralaba saat sekarang ini telah melewati
angka 24.000 waralaba, baik lokal maupun yang internasional. Perkembangan franchise ternyata
membawa permasalahan baru dalam khasanah hukum di Indonesia. Hal ini terbukti dengan
banyaknya masalah yang timbul sehubungan dengan perjanjian waralaba ini.
Suatu perjanjian waralaba merupakan kesepakatan antara dua pihak, tetapi paling tidak
ada dua pihak lain yang terkena dampak dalam isi perjanjian waralaba yaitu franchisee lain
dalam sistem waralaba yang sama dan konsumen atau klien dari franchisee maupun masyarakat
umumnya. Franchisee lain dalam sistem waralaba (franchising) yang sama berharap bahwa
franchisee yang baru menjadi anggota akan menjaga nama dari seluruh sistem dengan menepati
standar yang telah menyebabkan seluruh sistem berhasil. Konsumen atau masyarakat pada
umumnya mengharapkan adanya produk atau jasa yang konsisten/standar yang diterima di
tempat lain. Oleh karena itu, didalam isi perjanjian waralaba dicantumkan kekhasan produk/jasa
yang ditawarkan yang tidak dimikili sistem usaha lain. Ini sekaligus menjadi kekuatan dari
sistem waralaba yang dikembangkan. Selain itu, franchisor juga berkewajiban untuk
mengembangkan paket usaha yang semuanya tertuang secara rinci dalam perjanjian waralaba.
Adanya peran pemerintah melalui kebijaksanaan yang ditempuh dalam mengantisipasi
maraknya perkembangan sistim bisnis waralaba dalam memberikan perlindungan terhadap
pengusaha kecil umumnya dan terhadap waralaba pada khususnya, kaitannya dengan adanya
liberalisasi ekonomi yang menghendaki berkurangnya intervensi pemerintah dalam kegiatan
ekonomi masyarakat. Kebijaksanaan Pemerintah tersebut dimaksudkan agar terdapat adanya
keseimbangan antara hak dan kewajiban antara pemberi waralaba dan penerima waraba yang
tertuang dalam perjanjian waralaba, sehingga diharapkan baginya ada perlindungan secara
hukum terhadap waralaba yang dapat dilihat aspek perjanjian waralaba.
Negara sebagai institusi yang berwenang untuk turut campur dalam pengaturan bisnis
waralaba yang selama ini masih berjalan atas dasar kebebasan berkontrak saja belum mencakup
aspek persaingan bisnis maupun anti trust/anti monopoli yang muncul dalam praktek bisnis
waralaba dan sejak berlakunya PP No.42 tahun 2007 adanya kewajiban pendaftaran dan
keterbukaan usaha dalam usaha waralaba.
Kewenangan yang ada tersebut, tidak terlepas dari peraturan yang mengatur tentang aspek-
aspek hukum lainnya seperti antitrust/anti monopoli serta perlindungan usaha kecil yang
berkaitan dengan waralaba, perlu segera dibentuk mengingat perkembangan waralaba yang
semakin pesat diikuti pula oleh kasus-kasus yang muncul dalam hubungan bisnis waralaba tidak
terangkat sampai ke permukaan/pengadilan untuk penyelesaian. Apalagi sengketa yang muncul
semata-mata bukan aspek kebebasan berkontrak saja tapi menyangkut aspek lainnya.

Anda mungkin juga menyukai