Anda di halaman 1dari 5

UK 4

Nama : Villa Santika


NIM : K7413172_Kelas F
Jurusan/ SMT : P.IPS- Pendidikan Ekonomi/ II
Mata Kuliah : Hukum Bisnis
Pengampu : Dr. Djoko Santosa TH, M.Pd

SOAL:

1. apa yang dimaksud kepailitan dalam dunia bisnis.


2. Jelaskan pengertian arbitrase dan peran apa saja yang dapat dilakukan oleh seorang
arbitraser dalam dunia bisnis.
3. Sebutkan siapa yang disebut mitra bisnis dari suatu perusahaan?
4. Jelaskan pengertian joint venture dalam bisnis dan berikan contoh perusahaan yang
merupakan joint venture.
5. Sebagai seorang wirausaha dalam menjalankan usahanya wajib memiliki SIUP dan
TDP, Jelaskan!
6. Dalam menjalankan bisnis, seorang pebisnis harus memahami hukum-hukum bisnis
yang berlaku termasuk Hukum Bisnis Syariah. Jelaskan pengertian Hukum Syariah!
7. Dalam menjalankan usaha waralaba diawali dengan pembuatan perjanjian antara
pemberi waralaba (franchisor) dan penerima waralaba (franchisee). Sebutkan apa saja
yang harus ada dalam perjanjian waralaba!

Jawab:

1. Jelaskan apa yang dimaksud kepailitan dalam dunia bisnis.

Kepailitan merupakan suatu proses di mana seorang debitur yang mempunyai kesulitan
keuangan untuk membayar utangnya dinyatakan pailit oleh pengadilan, dalam hal ini
pengadilan niaga, dikarenakan debitur tersebut tidak dapat membayar utangnya. Harta debitur
dapat dibagikan kepada para kreditur sesuai dengan peraturan pemerintah.
Dari sudut sejarah hukum, undang-undang kepailitan pada mulanya bertujuan untuk
melindungi para kreditur dengan memberikan jalan yang jelas dan pasti untuk menyelesaikan
utang yang tidak dapat dibayar.

Menurut UU No. 4 Tahun 1998 : “Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan
tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan
pailit dengan putusan pengadilan yang berwenang, baik atas permohonan sendiri ataupun
atas permintaan seorang atau lebih kreditornya.”

Menurut UU No. 37 Tahun 2004 : “Sita umum atas semua kekayaan Debitur Pailit yang
pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim
Pengawas.”
2. Jelaskan pengertian arbitrase dan peran apa saja yang dapat dilakukan oleh
seorang arbitraser dalam dunia bisnis.

Arbitrase adalah cara penyelesaian sengketa perdata di luar peradilan umum yang
mendasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh pihak yang
bersengketa.

Menurut Subekti, arbitrase adalah penyelesaian suatu perselisihan (perkara) oleh seorang
atau beberapa orang wasit (arbitrer) yang bersama-sama ditunjuk oleh para pihak yang
berperkara dengan tidak diselesaikan lewat pengadilan.

Menurut UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa :
“Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar lembaga peradilan
umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat para pihak secara tertulis
oleh para pihak yang bersengketa.”

Peran yang dilakukan oleh seorang arbitraser dalam dunia bisnis, sebagai berikut:

a) Menjamin kerahasiaan sengketa terhadap masing-masing pihak yang sedang


bersengketa.
b) Mempunyai pengetahuan, pengalaman serta latar belakang yang cukup mengenai
masalah yang disengketakan, jujur dan adil.
c) Membuat putusan yang mengikat para pihak dan dengan melalui tata cara (prosedur)
sederhana saja ataupun langsung dapat dilaksanakan.
d) Arbitraser ahli di bidangnya.
e) Menyelesaikan sengketa-sengketa dalam dunia bisnis di luar peradilan umum dengan
bersifat netral, imbang, dan tidak berat sebelah.
f) Menafsirkan suatu kontrak, memutuskan apakah suatu kontrak telah dilaksanakan,
menentukan konsekwensi suatu pelanggaran, dan juga dapat menyempurnakan suatu
kontrak yang tidak lengkap. Arbitraser tidak hanya menyelesaikan sengketa-sengketa
dalam lapangan hukum privat, tetapi juga dalam lapangan hukum publik, bahkan dalam
hubungan antar negara (arbitrase internasional publik).

3. Sebutkan siapa yang disebut mitra bisnis dari suatu perusahaan?

Mitra bisnis adalah orang atau badan usaha dari dua pihak yang berbeda yang bekerja
sama karena saling membutuhkan atau saling melengkapi dalam suatu kegiatan bisnis atau
usaha.

Pihak yang tergolong sebagai mitra usaha dari suatu perusahaan, yaitu:

a) Investor merupakan pihak yang menanamkan modal. Modal digunakan untuk membeli
bahan mentah, membayar tenaga kerja, membeli peralatan yang dibutuhkan untuk
menjalankan usaha perusahaan dan sebagainya untuk memproduksi barang maupun jasa.
b) Karyawan merupakan tenaga kerja yang mampu menyelesaikan pekerjaannya di
perusahaan yang mendapat imbalan berupa upah atau gaji.
c) Masyarakat dikatakan sebagai mitra perusahaan karena perusahaan memiliki hubungan
dengan masyarakat yaitu lokasi perusahaan terletak di lingkungan masyarakat sehingga
perusahaan harus memberi biaya-biaya sosial seperti memberikan biaya kesehatan dan
pendidikan agar masyarakat mengijinkan perusahaan beroperasi di lokasi tersebut.
d) Pemerintah merupakan pihak yang memberikan ijin usaha kepada wirausahawan yang
juga berperan untuk membuat kebijakan untuk menjamin perusahaan melaksanakan
tanggung jawab sosial (CSR).

4. Jelaskan pengertian joint venture dalam bisnis dan berikan contoh perusahaan
yang merupakan joint venture.

Joint Venture adalah dua atau lebih perusahaan independen menyetor modal bersama
untuk menciptakan perusahaan baru. Joint venture adalah kerja sama beberapa pihak untuk
menyelenggarakan usaha bersama dalam jangka waktu tertentu. Biasanya kerja sama berakhir
setelah tujuan tercapai atau pekerjaan selesai. Anggota joint venture disebut venture/ partner/
sekutu. Pada umumnya, semua sekutu ikut mengelola jalannya perusahaan. Sebagai salah
satu contoh perusahaan-perusahaan yang melakukan Joint Venture adalah:

Indofood dengan Nestle : Dua perusahaan yakni PT Indofood Sukses Makmur Tbk
(Indofood) dan Nestle S.A (Nestle), Switzerland, membentuk perusahaan patungan (joint
venture). Perusahaan joint venture itu adalah PT Nestle Indofood Citarasa Indonesia.
Perusahaan joint venture itu akan fokus di bisnis kuliner (bumbu penyedap makanan).
Menurut CEO PT Indofood Anthoni Salim, pendirian usaha patungan baru ini, akan
menciptakan peluang memperbesar pangsa pasar. Sebab, dua perusahaan besar ini akan
saling memanfaatkan dan mengembangkan kekuatan yang dimilikinya.

5. Sebagai seorang wirausaha dalam menjalankan usahanya wajib memiliki SIUP


dan TDP, Jelaskan!

Seorang wirausaha wajib mengurus surat ijin usaha dengan membuat SIUP (Surat Ijin
Usaha Perusahaan) dan TDP (Tanda Daftar Perdagangan) agar pemerintah Indonesia dapat
mengetahui perkembangan dan pembinaan dunia usaha di wilayah Republik Indonesia.
Selain itu kantor-kantor yang menangani usaha dagang dapat membina dan mengawasi usaha
perdagangan. Selain itu sebagai wujud tanggung jawab seorang wirausaha dalam
menjalankan usahanya dengan tetap memperhatikan keselamatan kerja, kesehatan, dan
kebersihan di tempat kerja. Seorang pengusaha juga harus memperhatikan lingkungan di
sekitar tempat usaha dilaksanakan, yakni dengan tidak membuang limbah pabrik secara
sembarangan yang sebelum dibuang dilakukan filterisasi/ penyaringan terlebih dahulu
sehingga tidak menyebabkan polusi atau pencemaran baik pencemaran tanah, udara maupun
air.
6. Dalam menjalankan bisnis, seorang pebisnis harus memahami hukum-hukum
bisnis yang berlaku termasuk Hukum Bisnis Syariah. Jelaskan pengertian
Hukum Syariah!

Bisnis adalah usaha dagang; usaha komersial dalam dunia perdagangan; bidang usaha.
[4] Bisnis atau usaha merupakan sistem interaksi sosial yang mencerminkan sifat khas bisnis
sehingga seolah-olah menjadi suatu dunia tersendiri yang otonom. Dalam hal ini bisnis
merupakan aktifitas yang cakupannya amat luas meliputi aktifitas produksi, distribusi,
perdagangan, jasa ataupun aktifitas yang berkaitan dengan suatu pekerjaan untuk
memperoleh penghasilan.

Hukum syariah adalah semua aturan-aturan Allah SWT, untuk mengatur manusia di
dunia baik menyangkut aqidah, ibadah, akhlak dan muamalah duniawiyat. Dalam hal etika
bisnis maka juga termasuk kepada persoalan syariah, khususnya dibidang akhlaknya.

Jadi hukum bisnis syariah adalah segala usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidup berupa aktifitas produksi, distribusi, konsumsi dan perdagangan baik berupa barang
maupun jasa yang sesuai dengan aturan-aturan dan hukum-hukum Allah yang terdapat dalam
al Qur’an dan as Sunnah.

7. Dalam menjalankan usaha waralaba diawali dengan pembuatan perjanjian


antara pemberi waralaba (franchisor) dan penerima waralaba (franchisee).
Sebutkan apa saja yang harus ada dalam perjanjian waralaba!

Waralaba (Franchise) merupakan sistem usaha yang tidak memakai modal sendiri,
artinya untuk membuka gerai waralaba cukup menggunakan modal milik investor lain.
Seorang franchise (pembeli usaha waralaba) harus memenuhi syarat-syarat khusus yang
ditetapkan oleh franchisor (perusahaan waralaba), karena pada franchise akan menggunakan
merek yang sama dengan franchisor sehingga harus memiliki standar yang sama.

Unsur – unsur Franchise ( waralaba )

 Adanya minimal 2 pihak, yaitu pihak franchisor dan pihak franchisee. Pihak franshisor
sebagai pihak yang memberikan franchise sementara pihak franshisee merupakan pihak
yang diberikan/ menerima franshise tersebut;
 Adanya penawaran paket usaha dari franchisor,
 Adanya kerja sama pengelolaan unit usaha antara pihak franchisor dengan pihak
franchisee,
 Dipunyaianya unit usaha tertentu (outlet) oleh pihak franchisee yang akan
memamfaatkan paket usaha miliknya pihak franchisor,
 Seringkali terdapat kontrak tertulis antara pihak franchisor dan pihak franchisee.

Perjanjian franchise merupakan kesepakatan tertulis yang dibuat antara Franchisor


dan Franchisee untuk melindungi hak dan kewajiban masing-masing pihak. Selain itu,
perjanjian franchise juga diperlukan sebagai salah satu syarat administratif bagi franchisee
untuk mendapatkan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW) sebagai bukti sebuah
perusahaan penerima waralaba (franchisee). Peraturan Menteri Perdagangan No.53 tahun
2012 disebutkan bahwa perjanjian franchise setidaknya memuat hal-hal sebagai berikut :
a) Nama dan alamat para pihak, yaitu nama dan alamat jelas
pemilik/penanggungjawab perusahaan yang mengadakan perjanjian yaitu Pemberi
Waralaba dan Penerima Waralaba.
b) Jenis hak Kekayaan Interlektual, yaitu jenis Hak Kekayaan Intelektual Pemberi
Waralaba, seperti merek dan logo perusahaan, desain outlet/gerai, sistem
manajemen/pemasaran atau racikan bumbu masakan yang diwaralabakan.
c) Kegiatan usaha, yaitu kegiatan usaha yang diperjanjikan seperti perdagangan
eceran/ritel, pendidikan, restoran, apotek atau bengkel.
d) Hak dan kewajiban Pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba , yaitu hak yang
dimiliki baik oleh Pemberi Waralaba maupun Penerima Waralaba,
seperti:Bantuan, fasilitas, bimbingan operasional, pelatihan, dan pemasaran yang
diberikan Pemberi Waralaba kepada Penerima Waralaba, seperti bantuan fasilitas
berupa penyediaan dan pemeliharaan komputer dan program IT pengelolaan
kegiatan usaha.
a. Pemberi Waralaba berhak menerima fee atau royalty dari Penerima
Waralaba, dan selanjutnya Pemberi Waralaba berkewajiban memberikan
pembinaan secara berkesinambungan kepada Penerima Waralaba.
b. Penerima Waralaba berhak menggunakan Hak Kekayaan Intelektual atau
ciri khas usaha yang dimiliki Pemberi Waralaba, dan selanjutnya Penerima
Waralaba berkewajiban menjaga Kode Etik/kerahasiaan HKI atau ciri khas
usaha yang diberikan Pemberi Waralaba.
e) Wilayah usaha, yaitu batasan wilayah yang diberikan Pemberi Waralaba kepada
Penerima Waralaba untuk mengembangkan bisnis Waralaba seperti; wilayah
Sumatra, Jawa dan Bali atau di seluruh Indonesia.
f) Jangka waktu perjanjian, yaitu batasan waktu mulai dan berakhir perjanjian
terhitung sejak surat perjanjian ditandatangani oleh kedua belah pihak.
g) Tata cara pembayaran imbalan, yaitu tata cara/ketentuan termasuk waktu dan cara
perhitungan besarnya imbalan seperti fee atau royalty apabila disepakati dalam
perjanjian yang menjadi tanggung jawab Penerima Waralaba.
h) Penyelesaian sengketa, yaitu penetapan tempat/lokasi penyelesaian sengketa,
seperti melalui Pengadilan Negeri tempat/domisili perusahaan atau melalui
Pengadilan, Arbitrase dengan mengunakan hukum Indonesia.
i) Tata cara perpanjangan, pengakhiran, dan pemutusan perjanjian seperti pemutusan
perjanjian tidak dapat dilakukan secara sepihak, perjanjian berakhir dengan
sendirinya apabila jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian telah berakhir.
Perjanjian dapat diperpanjang kembali apabila dikehendaki oleh kedua belah
pihak dengan ketentuan yang ditetapkan bersama.
j) Jaminan dari pihak Pemberi Waralaba untuk tetap menjalankan kewajiban-
kewajibannya kepada Penerima Waralaba sesuai dengan isi Perjanjian hingga
jangka waktu Perjanjian berakhir.
k) Jumlah gerai yang akan dikelola oleh Penerima Waralaba.

Isi perjanjian ini diharapkan dapat melindungi masing-masing pihak. Oleh karena itu,
penting bagi franchisor maupun franchisee untuk melakukan review terhadap isi perjanjian
franchise sebelum melakukan penandatanganan. Jangka waktu yang cukup panjang
(umumnya 5 tahun) rentan terjadi permasalahan. Untuk itu, perjanjian yang kuat dan
mengikat kedua belah pihak sangat penting untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak
diinginkan di masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai