Anda di halaman 1dari 9

Nama : Nur Annisah

NIM : 20220102239
UAS HUKUM BISNIS (EU301 8130)
1. Apakah ada akibat hukumnya bagi orang tersebut setelah dinyatakan pailit? apakah
semua harta harus disita? Yang Dalam hal Debitor sudah berpasangan, apakah harta
bersama juga masuk disita?
Jawab :
Setiap Orang Bisa Dipailitkan
Kepailitan meliputi seluruh kekayaan debitur pada saat putusan pernyataan pailit
diucapkan serta segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan. Debitur adalah setiap
orang baik orang perseorangan atau korporasi termasuk yang berbentuk badan hukum
maupun yang bukan badan hukum dalam likuidasi yang mempunyai utang karena
perjanjian atau undang-undang yang pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan.
Demi hukum, debitur kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus kekayaannya
yang termasuk dalam harta pailit, sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan.
Lebih lanjut, untuk mengetahui kreditur siapa yang dapat didahulukan menurut hukum
kepailitan, hal ini dapat merujuknya dalam Urutan Prioritas Pelunasan Utang dalam
Kepailitan.
Jadi, berdasarkan uraian singkat di atas, dapat dipahami bahwa yang dapat dinyatakan
pailit adalah baik orang perseorangan atau korporasi yang berbadan hukum maupun yang
bukan. Untuk mengetahui apa saja jenis badan usaha berbadan hukum dan yang bukan,
lebih lanjut bisa disimak dalam Jenis-jenis Badan Usaha dan Karakteristiknya.
Contoh Yurisprudensi
a. Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor 43 K/N/1999
Perkara kepailitan antara pihak bank (pemohon) melawan 2 orang penjamin atau
personal guarantor (termohon). Pada bagian amar putusan, termohon yang
merupakan orang perseorangan dinyatakan pailit.
b. Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor 020K/N/2006 yang telah menjatuhkan
putusan pailit terhadap orang perseorangan yang telah memiliki lebih dari 2 kreditur.
Akibat Hukum Jika Orang Dinyatakan Pailit
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, Pasal 24 ayat (1) UU 37/2004 yang mengatur:
“Debitor demi hukum kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus kekayaannya
yang termasuk dalam harta pailit, sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan”.
Oleh karenanya, akibat hukum pailit bagi orang perseorangan adalah ia demi hukum
kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus kekayaannya. Adapun “tanggal
putusan” yang dimaksud dihitung sejak pukul 00.00 waktu setempat. Jadi, misalnya
putusan diucapkan di Jakarta pada tanggal 17 Februari 2022 pukul 13.00 WIB, maka
putusan dihitung mulai berlaku sejak pukul 00.00 WIB tanggal 17 Februari 2022.
Dengan jatuhnya putusan pernyataan pailit maka terjadilah sita umum kepailitan. Seluruh
harta orang perserorangan yang dinyatakan pailit akan dilakukan pengurusannya dan
pemberesannya oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas, digunakan sebagai
jaminan bersama untuk para kreditur.
Kemudian dalam hal debitur sudah menikah, karena kepailitan meliputi seluruh kekayaan
debitur pada saat putusan pernyataan pailit diucapkan serta segala sesuatu yang
diperolehnya selama kepailitan, maka berdampak pula dengan harta bersama
perkawinan.
Hal ini tertuang secara tegas dalam Pasal 23 UU 37/2004, dengan bunyi:
“Debitor Pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 22 meliputi istri atau
suami dari Debitor Pailit yang menikah dalam persatuan harta”.
Namun demikian, sita umum pailit terhadap harta debitur tidak berlaku terhadap:
a. benda, termasuk hewan yang benar-benar dibutuhkan oleh debitur sehubungan
dengan pekerjaannya, perlengkapannya, alat-alat medis yang dipergunakan untuk
kesehatan, tempat tidur dan perlengkapannya yang dipergunakan oleh debitur dan
keluarganya, dan bahan makanan untuk 30 hari bagi debitur dan keluarganya, yang
terdapat di tempat itu;
b. segala sesuatu yang diperoleh debitur dari pekerjaannya sendiri sebagai penggajian
dari suatu jabatan atau jasa, sebagai upah, pensiun, uang tunggu atau uang
tunjangan, sejauh yang ditentukan oleh Hakim Pengawas; atau
c. uang yang diberikan kepada debitur untuk memenuhi suatu kewajiban memberi
nafkah menurut undang-undang.
Jadi, orang perseorangan dapat dipailitkan, dan dalam hal debitur telah menikah, sita
umum juga meliputi harta bersama perkawinan. Tetapi dengan catatan, terdapat
pengecualian sita umum pailit di atas.

2. Secara umum, terdapat 4 (empat) pilar strategis didalam kerangka untuk


mengoptimalkan fungsi penegakan hukum untuk mencegah dan meminimalisir
terjadinya praktik curang atau kejahatan pasar modal, yaitu strategi dalam hal apa saja ?
Jawab :
Secara umum, terdapat 4 (empat) pilar strategis didalam kerangka untuk
mengoptimalkan fungsi penegakan hukum untuk mencegah dan meminimalisir
terjadinya praktik curang atau kejahatan pasar modal, yaitu strategi dalam hal :
1. Kerangka hukum (legal framework);
Kerangka hukum yang kuat diperlukan sebagai dasar untuk memberikan hukuman
yang cukup atau memadai kepada pihak yang melakukan pelanggaran pasar modal
yang juga berfungsi sebagai alat bagi para pemeriksa dan penyidik Bapepam untuk
melakukan penegakan hukum.
2. Pemeriksaan dan penyidikan (investigation);
Perangkat dan mekanisme pemeriksaan dan penyidikan harus diikuti pula oleh
sumber daya manusia yang bersih, berdedikasi dan kompeten sehingga mampu
menghasilkan pemeriksaan yang efektif dalam kerangka pembuktian (evidence)
3. Penuntutan (prosecution);
Proses penuntutan yang dilakukan oleh kejaksaan yang dibantu oleh Bapepam harus
memiliki kemampuan untuk memaksimalkan efisiensi danefektifitas sehingga
terciptanya kepastian hukum sehingga dapat mendorong kepercayaan pencari
keadilan yakni investor atau pihak yang dirugikan.
4. Sanksi atau hukuman (sanction).
Sanksi merupakan hal yang menjadi faktor penentu apakah hukuman yang diberikan
dapat menimbulkan efek jera bagi pelaku praktik curang atau kejahatan pasar modal.
Hukuman denda atau penjara harus diterapkan secara paralel dan proporsional sesuai
dengan bentuk pelanggaran yang dilakukan sehingga dapat mencerminkan sebuah
proses hukum yang adil dan efektif.

3. Bagaimana menurut saudara tentang hubungan antara peraturan dengan implementasi


hukum antimonopoli di Indonesia?
Jawab :
Seperti yang sudah diketahui bahwa Indonesia telah mengatur terkait larangan praktik
Monopoli pada UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat dan ditambah juga dengan kehadiran dari UU No. 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen, maka pelaku usaha diharapkan dapat
mengimplementasikan aturan tersebut dan selalu berusaha secara kompetitif dalam dunia
usaha serta tidak akan mengorbankan pihak konsumen. Hal-hal yang pernah terjadi dalam
praktek di masa lalu terutama dalam hal monopoli diharapkan tidak akan terjadi kembali.
Dengan kehadiran UU No. 5 Tahun 1999 ditujukan untuk memberikan jaminan dalam
proses persaingan, maka pelaku usaha harus menyesuaikan dengan ketentuan yang ada
karena jika aturan tersebut tidak dapat diimplementasikan dengan baik maka praktek
monopoli yang terjadi pada masa lalu akan terulang kembali dan konsekuensi dari hal
tersebut akan menyebabkan kualitas hukum dari UU No. 5 Tahun 1999 tidak memiliki
jaminan kepastian hukum, keadilan dan bahkan kemanfaatan. Dengan dimikian, cita-cita
untuk mewujudkan dunia ekonomi yang tetap berlandaskan prinsip-prinsip Pasal 33 UUD
1945 yakni asas kekeluargaan hanya akan menjadi keinginan di atas kertas.
Implementasi hukum persaingan usaha tersebut dibawah kontrol KPPU (Komisi
Pengawas Persaingan Usaha) sebagai lembaga independen sesuai amanah UU No. 5
Tahun 1999. Hukum persaingan usaha dapat menjadi ujung tombak dan alat perubahan
kepada masyarakat khususnya pelaku usaha sehingga terhindar dari persaingan usaha
tidak sehat. Salah satu bentuk pengawasan yang dilakukan oleh KPPU adalah dengan
menjalin kerja sama dengan Dinas Perdagangan dan Koperasi, rutin melakukan kontrol
lapangan serta melakukan sosialisasi terhadap persaingan usaha yang sehat. Sehingga
dengan adanya UU No. 5 Tahun 1999 dan pengawasan langsung dari KPPU diharapkan
peraturan dapat diimplementasikan dengan baik dan terhindar dari persaingan usaha
tidak sehat termasuk praktik monopoli.

4. Bagimana Kedudukan atau status dari KPPU dalam menjalankan fungsi kewenangannya
menjadi hal yang sangat penting? Berikan dasar hukumnya
Jawab :
Dalam konteks ketatanegaraan, KPPU merupakan lembaga negara komplementer (state
auxiliary organ) yang mempunyai wewenang berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999 untuk
melakukan penegakan hukum persaingan usaha. pembentukan KPPU bertujuan untuk
menjamin iklim usaha yang kondusif, dengan adanya persaingan yang sehat, sehingga ada
kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan
pelaku usaha kecil. Selain itu, komisi ini dibentuk juga untuk mendorong terciptanya
efisiensi dan efektivitas dalam kegiatan usaha.
KPPU merupakan suatu organ khusus yang mempunyai tugas ganda selain menciptakan
ketertiban dalam persaingan usaha juga berperan untuk menciptakan dan memelihara
iklim persaingan usaha yang kondusif. Meskipun KPPU mempunyai fungsi penegakan
hukum khususnya Hukum Persaingan Usaha, namun KPPU bukanlah lembaga peradilan
khusus persaingan usaha. Dengan demikian KPPU tidak berwenang menjatuhkan sanksi
baik pidana maupun perdata.
Kedudukan KPPU lebih merupakan lembaga administrative karena kewenangan yang
melekat padanya adalah kewenangan administratif, sehingga sanksi yang dijatuhkan
merupakan sanksi administratif. Anggota KPPU diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
atas persetujuan DPR. Anggota KPPU dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab
kepada Presiden.
Contoh kendala yang dihadapi oleh KPPU dalam melaksanakan tugas dan
kewenangannya adalah :
a. Walaupun KPPU berwenang untuk melakukan penelitian dan penyelidikan, namun
KPPU tidak mempunyai wewenang untuk melakukan penggeledahan terhadap pelaku
usaha yang diindikasikan melakukan pelanggaran terhadap UU No.. 5 Tahun 1999.
b. Dalam melakukan penelitian dan penyelidikan, KPPU seringkali terkendala dengan
sifat kerahasiaan perusahaan sehingga KPPU tidak bisa mendapatkan data perusahaan
yang diperlukan.
c. Walaupun KPPU berwenang untuk meminta keterangan dari instansi Pemerintah,
namun sampai sekarang belum terjalin kerjasama yang baik antara KPPU dengan
instansi pemerintah dalam hal penyelidikan terhadap dugaan persaingan usaha tidak
sehat. Sehingga KPPU seringkali mengalami kesulitan dalam melakukan tugasnya
karena kurangnya data pendukung.
d. Walaupun KPPU berwenang untuk memanggil pelaku usaha atau saksi, tetapi KPPU
tidak bisa memaksa kehadiran mereka.
5. Bagaimana menurut saudara tentang konsep mempunyai ide mengenai konsep
perdagangan online, Apakah ide/konsep bisnis ini bisa didaftarkan paten?
Jawab :
UU Hak Cipta mengatur bahwa ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu
pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran,
imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk
nyata.
Sedangkan UU Paten mengatur bahwa invensi adalah ide inventor yang dituangkan ke
dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi dapat
berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau
proses.
Bagi kebanyakan bisnis, business model berisi informasi bisnis rahasia seperti penemuan
rahasia, teknis pelaksanaan, keuangan, rincian produksi, dan pemasaran. Ini menjadi
informasi bisnis yang eksklusif dan signifikan. Dalam perlindungan hukum kekayaan
intelektual, hal ini dikenal sebagai rahasia dagang.
Business model bisa menjadi sebuah dokumen rahasia yang tidak dapat sembarangan
diungkapkan kepada orang lain bahkan kepada calon rekan bisnis atau investor sebelum
mereka menandatangani Non-Disclosure Agreement atau perjanjian kerahasiaan.
Business Model Dilindungi Rahasia Dagang
Indonesia juga telah memiliki undang-undang yang mengatur mengenai rahasia dagang,
yaitu UU Rahasia Dagang. Yang dimaksud dengan rahasia dagang adalah informasi
yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai
ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik
rahasia dagang.
Lingkup perlindungan rahasia dagang meliputi metode produksi, metode pengolahan,
metode penjualan, atau informasi lain di bidang teknologi dan/atau bisnis yang memiliki
nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum.
Syarat untuk mendapatkan perlindungan rahasia dagang jika informasi tersebut bersifat
rahasia, mempunyai nilai ekonomi, dan dijaga kerahasiaannya melalui upaya
sebagaimana mestinya, dengan rincian penjelasan sebagai berikut:
1. Rahasia, apabila informasi tersebut hanya diketahui oleh pihak tertentu atau tidak
diketahui secara umum oleh masyarakat.
2. Memiliki nilai ekonomi, apabila sifat kerahasiaan informasi tersebut dapat
digunakan untuk menjalankan kegiatan atau usaha yang bersifat komersial atau
dapat meningkatkan keuntungan secara ekonomi.
3. Dijaga kerahasiaannya, apabila pemilik atau para pihak yang menguasainya telah
melakukan langkah-langkah yang layak dan patut.
Jika memang baru sampai pada suatu ide/konsep dan belum dituangkan menjadi
suatu karya, produk atau proses, maka ide tersebut tidak akan mendapatkan
perlindungan hukum hak cipta ataupun hak paten dan tidak dapat dicatatkan atau
didaftarkan pada Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual. Akan tetapi, business
model yang dibuat bisa jadi termasuk dalam kategori rahasia dagang yang dilindungi
oleh hukum, dan untuk ini tidak memerlukan pendaftaran.
Sehingga sebelum memiliki kesempatan untuk secara memadai mengamankan suatu ide
menjadi suatu karya atau produk yang dapat memperoleh perlindungan kekayaan
intelektual, disarankan, hindari mendiskusikan ide tersebut dengan orang lain.
Selain itu juga harus berhati-hati dalam membagi informasi penting dan tidak
mempromosikan ide tersebut dalam segala macam forum publik sampai memang sudah
benar-benar dapat diwujudkan dan dilindungi karena siapa pun dapat mengambil ide
tersebut dan kemudian mewujudkannya sendiri.

6. Saudara akan mendirikan bentuk usaha yang dengan menggunakan paten milik
perusahaan PT B. Apakah pengurusan lisensi paten harus dilakukan sebelum mendirikan
usaha? Atau dapat dilaksanakan bersamaan dengan pendirian usaha?.berikan pendapat
hukum serta UU serta pasal terkait hal tersebut diatas
Jawab :
Dalam hal ini saya hendak mendirikan perusahaan yang sepertinya harus menggunakan
paten milik PT B maka saya asumsikan bahwa paten yang dimaksud adalah paten (Paten
diberikan untuk invensi yang baru, mengandung langkah inventif, dan dapat diterapkan
dalam industri) bukan paten sederhana (paten untuk setiap invensi baru, pengembangan
dari produk atau proses yang telah ada, dan dapat diterapkan dalam industri). Kemudian
perlu diperhatikan juga apakah untuk paten yang hendak dimintakan lisensinya tersebut
adalah paten-produk, paten-proses, atau paten-produk dan paten-proses sekaligus.
Pemegang paten memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan paten yang dimilikinya dan
untuk melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya:
a. Dalam hal paten-produk, untuk membuat, menggunakan, menjual, mengimpor,
menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau
diserahkan produk yang diberi paten;
b. Dalam hal paten-proses, untuk menggunakan proses produksi yang diberi paten
untuk membuat barang atau tindakan lainnya sebagaimana dimaksud pada huruf a di
atas.
Lisensi Paten
Untuk dapat menggunakan paten milik perusahaan lain, maka diperlukan adanya izin
dari pemegang paten kepada Anda atau perusahaan Anda. Izin tersebut dinamakan
dengan lisensi.
Pada prinsipnya, lisensi melalui suatu perjanjian hanya bersifat pemberian hak untuk
menikmati manfaat ekonomi dari paten dalam jangka waktu dan syarat tertentu.
Selanjutnya, Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2018 tentang
Pencatatan Perjanjian Lisensi Kekayaan Intelektual (“PP 36/2018”) menyebutkan
bahwa:
“Pemberi Lisensi tidak dapat memberikan Lisensi kepada penerima Lisensi jika hak
kekayaan intelektual yang dilisensikan:
a. berakhir masa perlindungannya; atau
b. telah dihapuskan”.
Oleh karena itu, sangat penting untuk bisa memastikan apakah paten yang akan
dimintakan lisensinya tersebut masih dalam masa perlindungan dan patennya tidak
dihapuskan.
Lisensi juga harus dibuat dalam bentuk tertulis antara pemberi lisensi dan penerima
lisensi. Apabila perjanjian lisensi dibuat dalam bahasa asing wajib diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia.
Selanjutnya, perjanjian lisensi dilarang memuat ketentuan yang dapat:
a. merugikan perekonomian Indonesia dan kepentingan nasional Indonesia;
b. memuat pembatasan yang menghambat kemampuan bangsa Indonesia dalam
melakukan pengalihan, penguasaan, dan pengembangan teknologi;
c. mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat; dan/atau
d. bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, nilai-nilai agama,
kesusilaan, dan ketertiban umum.
Permohonan pencatatan perjanjian lisensi kemudian diatur di dalam Pasal 7 PP 36/2018
sebagai berikut:

1. “Perjanjian Lisensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) wajib dilakukan
pencatatan oleh Menteri.
2. Perjanjian Lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:
a. tanggal, bulan, tahun, dan tempat perjanjian Lisensi ditandatangani;
b. nama dan alamat pemberi Lisensi dan penerima Lisensi;
c. objek perjanjian Lisensi;
d. ketentuan mengenai Lisensi bersifat eksklusif atau noneksklusif, termasuk
sublisensi;
e. jangka waktu perjanjian Lisensi;
f. wilayah berlakunya perjanjian Lisensi; dan
g. pihak yang melakukan pembayaran biaya tahunan untuk paten”.
Pengurusan Lisensi Paten
Lisensi sendiri dapat diberikan oleh pemegang paten kepada perorangan atau kepada
badan hukum. Hal ini sebagaimana tergambar pada Pasal 76 ayat (1) jo. Alinea Kelima
Penjelasan Pasal 19 ayat (1) UU Paten.
Oleh karena itu, menurut saya, pengurusan lisensi paten dapat dilakukan sebelum
mendirikan usaha maupun bersamaan dengan pendirian usaha.
Jika pegurusan lisensi paten dilakukan sebelum mendirikan usaha, maka yang menerima
lisensinya adalah Anda sebagai perorangan. Namun jika dilaksanakan bersamaan dengan
pendirian usaha berbentuk badan hukum, maka yang menerima lisensinya adalah badan
hukum tersebut.
Namun demikian, Anda perlu memerhatikan ketentuan Pasal 13 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UU PT”) berikut:
“Perbuatan hukum yang dilakukan calon pendiri untuk kepentingan Perseroan yang
belum didirikan, mengikat Perseroan setelah Perseroan menjadi badan hukum apabila
RUPS pertama Perseroan secara tegas menyatakan menerima atau mengambil alih
semua hak dan kewajiban yang timbul dari perbuatan hukum yang dilakukan oleh
calon pendiri atau kuasanya”.
Selain itu, Pasal 14 UU PT mengatur bahwa:
1. “Perbuatan hukum atas nama Perseroan yang belum memperoleh status badan
hukum, hanya boleh dilakukan oleh semua anggota Direksi bersama-sama semua
pendiri serta semua anggota Dewan Komisaris Perseroan dan mereka semua
bertanggung jawab secara tanggung renteng atas perbuatan hukum tersebut.
2. Dalam hal perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
pendiri atas nama Perseroan yang belum memperoleh status badan hukum,
perbuatan hukum tersebut menjadi tanggung jawab pendiri yang bersangkutan dan
tidak mengikat Perseroan.
3. Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), karena hukum menjadi
tanggung jawab Perseroan setelah Perseroan menjadi badan hukum.
4. Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya mengikat dan
menjadi tanggung jawab Perseroan setelah perbuatan hukum tersebut disetujui oleh
semua pemegang saham dalam RUPS yang dihadiri oleh semua pemegang saham
Perseroan.
5. RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah RUPS pertama yang harus
diselenggarakan paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah Perseroan memperoleh
status badan hukum".

7. Apabila debitur wanprestasi, apakah dapat dijadikan dasar eksekusi bagi bank dalam
kredit dengan tanpa agunan, berikan dasar hukumnya
Jawab :
Dalam hal kredit tanpa agunan, tidak terdapat benda milik nasabah debitur atau milik
pihak ketiga yang khusus diberikan kepada bank untuk dibebani dengan lembaga
jaminan kebendaan. Sehingga, dalam kredit tanpa agunan tersebut hanya dijamin
dengan jaminan umum sebagaimana diatur pada Pasal 1131 KUH Perdata yang
berbunyi:
“Segala kebendaan si berutang baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik
baik yang sudah ada maupun yang akan ada, menjadi tanggungan segala perikatan
perorangan”.
Dengan demikian, karena kredit tanpa agunan dijamin dengan jaminan umum, maka
kedudukan bank dalam kredit tanpa agunan hanya sebagai kreditur konkuren. Jika
nasabah debitur wanprestasi, bank tidak dapat melakukan eksekusi atas benda-benda
milik nasabah debitur seperti kedudukan bank sebagai kreditur preferen yang ada
jaminan kebendaan.
Upaya yang dapat dilakukan oleh bank selaku kreditur adalah dengan mengajukan
gugatan atas dasar wanprestasi ke Pengadilan Negeri bagi bank konvensional atau ke
Pengadilan Agama untuk bank syariah dan meminta sita jaminan atas harta kekayaan
yang dimiliki oleh nasabah debitur.
Sita jaminan bermakna bahwa untuk menjamin pelaksanaan suatu putusan di kemudian
hari, barang-barang milik tergugat baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak
selama proses berlangsung, terlebih dahulu disita. Artinya, barang-barang tersebut tidak
dapat dialihkan, diperjualbelikan atau dengan jalan lain dipindahtangankan kepada orang
lain.

Anda mungkin juga menyukai