Anda di halaman 1dari 5

Ketentuan dalam ujian Hukum Dagang :

1. Dikerjakan sendiri-sendiri, dibuat dalam bentuk file PDF/ word.


2. Dikumpulkan pada tanggal 22 November 2020.
3. Dilarang bekerjasama dalam menjawab Soal Ujian .

Soal Ujian
1. Dalam Hukum dagang, terdapat perjanjian antar pihak yang juga diatur dalam
KUHP, maka para pihak dapat terdapat hubungan apa dalam perjanjian
tersebut ?
2. Dalam hukum dagang, terdapat KUHD, KUH Perdata, Undang-Undang No. 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, mengapa perlu asas Lex Specialist de
rogat lex Generali ?
3. Apabila tidak terdapat ketentuanyang khusus dalam peraturan khusus, apa
yang akan dilakukan oleh pengacara, Legal Officer, dan ahli hukum dalam
menerapkan hukum?
4. Mengapa pasal 2 sampai dengan pasal 5KUHDagang sudah tidak relevn lagi dan
dihapuskan ?
5. Dalam kesimpulan mengenai definisi perusahaan, terdapat 6 unsur , salah
satunya adalah dilakukan dengan terang-terangan. Jelaskan mengapa harus
dilakukan demikian ?
6. Mengapa dibedakan antara perusahaan dan pekerjaan ?
7. Mengapa perlu ada kewajiban pengusaha dibidang Bookeeping dalam pasal 12
KUHD, Pasal 1 ayat (1), Pasal 30 Undang-Undang No. 8 tahun 1997, dan pasal
397 KUH Pidana ?
8. Sampai dimana kewenangan Pemegang Prokurasi dalam melaksanakan
tugasnya ?
9. mengapa dunia bisnis atau perusahaan membutuhkan makelar ?
10. Apa perbedaan antara makelar dan agen perniaagaan?
11. Sejauh mana tanggung jawab bertindak bagi makelar bertindak untuk memberi
kuasa yang masih akan datang ?

- SELAMAT MENGERJAKAN –
NAMA : ALFONSA ANUGRAH DWI CAHYANINGTYAS
NIM : 190710101410
KELAS : HUKUM DAGANG B
JAWABAN UTS
1. Pada hukum dagang rumahnya adalah hukum perdata namun sanksinya ada
dalam hukum pidana karena berkaitan dengan hak orang lain. KUHP pasal 397
menyatakan tentang kepailitan, perusahaan tersebut dinyatakan pailit jika pengusaha
tidak bisa membayar hutang tetapi masih memiliki aset. Namun tidak bisa orang itu
membayar rata semuanya sesuai hutang yang dimiliki. Maka pasal 1131 dan 1132
KUHPer menyatakan bahwa harta kekayaan yang sudah ada maupun akan datang dari
debitur merupakan tanggungan perhutangan yang harus dibayar ke kreditur. Dalam
hal ini seseorang dinyatakan pailit jika tidak mampu membayar hutangnya maka
hakim memutuskan perusahaan itu pailit dan tidak boleh mengurus harta kekayaan
atau ada orang lain yang mengurusnya untuk diberikan pada kreditur. Oleh karena itu
hubungan perjanjian antar pihak yang diatur melalui KUHP adalah debitur yang tidak
bisa membayar hutang pada kreditur hingga dinyatakan pailit
2. Perlunya asas lex specialis derogat legi generalis dalam hukum dagang adalah
untuk mengatasi konflik antara UU yang lebih luas substansi pengaturannya
berhadapan dengan UU yang lebih sempit substansi pengaturannya. Lex specialis
derogat legi generalis menyatakan bahwa hukum yang bersifat khusus
mengesampingkan hukum yang bersifat umum. KUHD merupakan suatu lex specialis
terhadap KUHPerdata yang berposisi sebagai lex generalis, karena sebagai lex
specialis jika dalam KUHD terdapat ketentuan mengenai hal yang sama diatur dalam
KUHPerdata maka ketentuan dalam KUHD itulah yang berlaku.
3. Jika tidak ada ketentuan yang khusus dalam peraturan khusus, yang dilakukan
oleh pengacara, Legal Officer, dan ahli hukum dalam menerapkan hukum adalah
dengan menggunakan aturan umum. Hal itu karena pada asas lex specialis derogat
legi generalis peraturan atau ketetapan khusus menyampingkan ketetapan umum
(general). Maka jika tidak ada ketentuan khususnya, peraturan yang dipakai sebagai
dasar hukum adalah peraturan umumnya
4. Alasan pasal 2-5 KUHD dihapus karena pada Pasal 3 KUHD pengertian barang
hanya meliputi barang bergerak sehingga jual beli barang tidak bergerak tidak tunduk
pada Pasal 2-5 KUHD. Kegiatan perniagaan sebagaimana diatur dalam pasal 3 KUHD
hanya kegiatan membeli sedangkan menjual adalah tujuan dari kegiatan perdagangan.
Pasal 4 KUHD menyatakan bahwa kegiatan menjual merupakan bagian dari kegiatan
perdagangan. Menurut Pasal 2 KUHD bahwa perbuatan dagang hanya dilakukan oleh
pedagang, namun Pasal 4 KUHD menentukan bahwa kegiatan perdagangan juga
termasuk komisioner, makelar, penyewa,dan sebagainya. Jika terjadi perselisihan
antara pedagang dengan bukan pedagang maka tidak dapat digunakan KUHD.
5. Perusahaan perlu memiliki unsur terang-terangan karena perusahaan tersebut
akan berhubungan dengan banyak pihak ( pihak 2, 3,dst). Misalnya saat harus
berhubungan dengan tukang listrik, petani, hingga sampai di tangan konsumen.
Dalam hal ini berarti perusahaan melakukan serangkaian kerja yang membutuhkan
banyak pihak maka perlu unsur terang-terangan, diakui dan dibenarkan oleh
pemerintah berdasarkan undang-undang. Bentuk terang-terangan ini dapat diketahui
dari akta pendirian perusahaan, nama dan merek perusahaan, surat izin usaha, surat
izin tempat usaha, dan akta pendaftaran perusahaan.
6. Perlunya dibedakan antara perusahaan dan pekerjaan adalah karena ada akibat
hukum tertentu apabila suatu kegiatan dikategorikan menjalankan perusahaan atau
pekerjaan. Pada pasal 6 KUHD terdapat kewajiban seorang pengusaha untuk
mengadakan pencatatan mengenai keadaan kekayaan serta segala sesuatu yang
berhubungan dengan perusahaannya. Sementara pada pekerjaan tidak wajib
melakukan pembukuan seperti perusahaan. Selain itu pada pasal 16 KUHD pada
pokoknya setiap perseroan Firma, harus menjalankan perusahaan tidak dapat disebut
Firma kalau hanya menjalankan pekerjaan.
7. Alasan perlu ada kewajiban pengusaha dibidang Bookeeping dalam pasal 12
KUHD adalah mengenai kerahasiaan dalam bookeeping. Akan tetapi kerahasiaan
yang dimaksud tidaklah mutlak, artinya dapat dilakukan terobosan dengan beberapa
cara, misalnya representation dan communication. Representation berarti pembukaan
pembukuan oleh hakim untuk kepentingan perkara perdata maupun perkara pidana,
sedangkan communication yaitu pemberitaan oleh mereka yang langsung
berkepentingan terhadap buku-buku perusahaan sesuai dengan UU (tidak harus
melibatkan hakim ). Pasal 11 ayat (1) adalah menyatakan bahwa masa daluwarsa
dokumen adalah 10 tahun, setelah 10 tahun tersebut ada kasus maka tidak ada hukum
bagi pelaku usaha yang melakukan pemusnahan. Pada pasal 30 Undang-Undang No.
8 tahun 1997 setelah berlakunya UU ini maka ketentuan yang menyangkut
penyimpanan, pemindahan, penyerahan, dan pemusnahan arsip yg bertentangan
dengan UU ini dinyatakan tidak berlaku lagi dalam arti masih memberikan
keleluasaan UU lain yang mengaturnya tetap berlaku asal tidak bertentangan dengan
UU no 8 tahun 1997. Sementara pasal 397 KUHP adalah jika seorang pedagang yang
dinyatakan pailit dihukum selama-lamanya 1,4 tahun , jika ia merugikan hak-hak
krediturnya dengan tidak memenuhi kewajibannya tentang membuat catatan dalam
pasal 6 KUHD dan kewajiban menyimpan dan memperlihatkan buku-buku dan surat
yang dimaksud dalam pasal itu. Oleh karena itu buku dan surat ini menjadi bukti
suatu perusahaan dinyatakan pailit di mata hakim. Dalam hal ini seseorang dinyatakan
pailit jika tidak mampu membayar hutangnya maka hakim memutuskan perusahaan
itu pailit dan tidak boleh mengurus harta kekayaan atau ada orang lain yang
mengurusnya untuk diberikan pada kreditur

Pentingnya pembukuan bagi perusahaan merupakan hal yang harus diperhatikan


karena kerap kali pemilik bisnis mencampur keuangan pribadi dan perusahaan yang
nantinya akan membingungkan pemilik bisnis. Jika hal tersebut terjadi, mereka bisa
saja menggunakan keuangan pribadi untuk perusahaan dan begitupun sebaliknya.
Oleh karena itu sekecil apapun bisnisnya, seorang pengusaha harus mengerti
pentingnya pembukuan untuk perusahaannya. Dengan demikian, bisa diketahui hasil
yang diperoleh dan mengalokasikannya untuk rencana usaha kedepannya.

8. Pemegang prokurasi adalah orang yang diberikan kekuasaan oleh pemilik


perusahaan untuk menolong pemilik perusahaan di dalam menjalankan tugas
penyelenggaraan sebagian dari perusahaan, tetapi ia bukan pemimpin perusahaan.
Kekuasaan pemegang prokurasi memang mirip dengan pemimpin perusahaan, tetapi
dibatasi dan hal harus diketahui pihak ketiga dengan memberi kode P.P ketika
menandatangani surat-surat perusahaan. Mewakili perusahaan di muka hakim. Berikut
contoh tugas dari prokurasi :1) Meminjam uang, 2) Menarik dan mengakseptir surat
wesel, 3) Menandatangani perjanjian dagang , 4) Menandatangani surat keluar diawali
dengan PP
9. Sebelum menuju alasan dunia bisnis membutuhkan makelar, saya akan
menjelaskan tentang makaelar, yaitu menurut pasal 64 KUHD pekerjaan makelar
terdiri dari mengadakan pembelian dan penjualan untuk majikannya atas barang-
barang dagangan, kapal-kapal, saham-saham dalam dana umum dan efek lainnya dan
obligasi, surat-surat wesel, surat-surat order dan surat-surat dagang lainnya,
menyelenggarakan diskonto, asuransi, perkreditan dengan jaminan kapal dan
pemuatan kapal, perutangan uang dan lain sebagainya Dalam hal ini makelar bukan
orang yang berdasarkan pengangatan jabatan tetapi bertindak berdasarkan pemberian
kuasa dari penjual untuk menjual atau mencari pembeli barang. Setelah mendapatkan
hak tersebut, makelar dan pihak penjual dapat membuat perjanjian
mengenai fee/honorarium atas jasa makelar. Hal itu karena pada dasarnya, seorang
makelar dalam menjalankan pekerjaannya mendapat upah ataupun provisi tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 KUHD. Oleh karena itu makelar sebagai
perantara dagang berguna bagi dunia bisnis karena atas kewenangannya sesuai
perjanjian diberi kuasa dari penjual untuk menjual atau mencari pembeli barang
10. Perbedaan antara agen dan makelar adalah kalau agen berarti perantara
perdagangan yang atas nama suatu perusahaan tertentu untuk menjualkan barang atau
jasanya. Agen ini menjual barang atau jasa dengan harga berdasarkan kesepakatan
antara dirinya dan produsen. Agen mendapatkan keuntungan berdasar komisi atau
pendapatan lain sesuai kesepakatan. Makelar merupakan perantara yang atas nama
orang lain (pemberi kuasa) mencarikan barang bagi pembeli dan atau menjualkan
barang bagi penjual. Makelar mengadakan perjanjian-perjanjian atas nama mereka
dalam penjualan atau pembelian suatu barang. Makelar tidak ikut bertanggung jawab
atas penyerahan barang dan pembayarannya. Tugasnya hanya memungkinkan penjual
dan pembeli mengadakan perjanjian jual beli sendiri.

11. Makelar dapat bertindak untuk pemberi kuasa yang akandatang menurut pasal 62
KUHD, pada umumnya makelar berbuat atas nama pemberi kuasa. Namun dalam
praktek sering terjadi seorang makelar berbuat dengan tidakmenyebutkan pemberi
kuasanya. Dalam hal ini makelar dianggap “ berbuat untuk pemberi kuasa yang masih
akan datang”, yang akibatnya makelar menjadi pihak dalam perjanjian.

Anda mungkin juga menyukai