Anda di halaman 1dari 5

Nama : I Komang Pasek Wiratama

NIM : 2004551463
Kelas : Y/Reguler Sore

UJIAN TENGAH SEMESTER


HUKUM DAGANG

Soal.
1. Jelaskanlah jawaban saudara tentang :
a. Bagaimana sejarah hukum dagang tersebut serta jelaskan pula bagaimana
hubungan KUHD dan KUHPER sebagai sumber hukum dagang?
b. Jelaskanlah hubungan antara Swiseriseh dengan Swiseriseh obligationalrecht jika
dikaitkan dengan KUHPER dan KUHD yang ada di negara kita!
2. Bandingkanlah kapan seseorang dikatakan menjalankan pekerjaan dan kapan
dikatakan menjalankan perusahaan!
3. Kenapa setiap pengusaha harus membuat pembukuan dan wajib untuk mendaftarkan
perusahaannya?
4. Bandingkanlah tugas makelar yang resmi dengan tugas makelar yang tidak resmi
tersebut serta bagaimana akibat hukum dari perbuatan makelar yang melakukan
perbuatan melawan hukum dengan mengacu pada bunyi pasal!
5. Perantara atau pembantu pengusaha ini ada yang bekerja di dalam perusahaan dan ada
yang diluar perusahaan. Ada perbedaan antara perantara dari pembantu pengusaha
yang timbul berdasarkan perjanjian pemberi kuasa dan/atau pembantu pengusaha
yang timbul berdasarkan perjanjian pemberian kuasa, Jelaskanlah bagaimana sifat
hubungan hukum antara pimpinan perusahaan dengan agent perniagaan tersebut.
6. Jelaskanlah jawaban saudara apa saja tugas dan tanggung jawab seorang notaris,
pengacara, dan komisioner sebagai perantara diluar perusahaan
7. Buatlah satu kasus yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab seorang
perantara diluar perusahaan dan silahkan saudara mencari solusi dengan mengacu
pada dasar hukum yang berlaku.
Jawaban
1. Uraian
a. Kodifikasi hukum dagang yang pertama,dahulu sebelum zaman romawi,
disamping hukum perdata yang mengatur hubungan-hubungan hukum antara
perseorangan,yang saat ini masuk dalam KUH Perdata, para pedagang
membutuhkan peraturan-peraturan mengenai perniagaan. Karena perniagaan
makin lama semakin berkembang,maka kebutuhan hukum perniagaan atau hukum
dagang semakin bertambah. lama kelamaan hukum dagang yang pada waktu itu
masih merupakan hukum kebiasaan,begitu banyak, sehingga dipandang perlu
untuk mengadakan kodifikasi. Kodifikasi hukum dagang yang pertama dibuat atas
perintah Raja Lodewijk XIV di Prancis ,hukum dagang tersebut
adalah Ordonance du Commerce 1673 dan Ordonance de la Marine 1681.
Keberlakuan KUHD sebagai sumber hukum tidak dapat dipisahkan dari
keberlakuan KUHPER sebagai terjemahan tidak resmi dari (BW). Hal ini
dinyatakan tegas dalam Pasal 1 KUHD yang menyatakan bahwa terhadap hal-hal
yang dibicarakan di dalam KUHD berlaku pula KUHPER, sepanjang ketentuan -
ketentuan di dalam KUHD tidak mengesampingkan KUHPER tersebut. Di dalam
KUHD tidak terdapat ketentuan yang rinci mengenai Hukum Perjanjian .
Berdasarkan Pasal 1 KUHD, Hukum perjanjian yang diatur dalam KUHPER
berlaku juga terhadap semua perjanjian yang diatur dalam KUHD.
b. KUHPerdata menjadi sumber dari hukum perdata secara umum, lain halnya
dengan KUHD yang mengatus hukum perdata secara khusus. Sehingga
berdasarkan asas lex specialis derogat lex generale atau hukum khusus
mengesampingkan hukum yang lebih umum maka ketentuan-ketentuan dalam
KUHD dapat mengesampingkan ketentuan-ketentuan yang berada dalam
KUHPerdata. Sementara di Swiss terdapat dua pengaturan hukum dagang yaitu
Zivilgesetzbuch dan Obligationenrecht. Zivilgesetzbuch ini sama dengan
KUHPerdata di Indonesia hanya saja tidak mencakup tentang hukum perikatan
sementara Obligationenrecht secara khusus mengatur mengenai hukum perikatan
dan hukum dagang. Hubungan antara kedua hukum ini adalah bersifat koordinasi
dan saling melengkapi.
2. Dalam Pasal 6 KUHD : Pada pokoknya bahwa wajib bagi mereka menjalankan
perusahaan untuk membuat pembukuan. Jadi tidak wajib bagi yang melakukan
pekerjaan. Selanjutnya Pasal 16 KUHD : Pada pokoknya setiap perseroan Firma,
harus menjalankan perusahaan tidak dapat disebut Firma kalau hanya menjalankan
pekerjaan
Maka dapat dikatakan bahwa seseorang baru dapat dikatakan menjalankan suatu
perusahaan apabila ada unsur – unsur :
1. Terang-terangan bertindak keluar.
2.Teratur bertindak keluar.
3. Bertujuan untuk memperoleh keuntungan materi.
Dan selain itu seseorang akan dikatakan melakukan perkerjaan apabila orang tersebut
memeiliki unsur untuk :
1.Tujuannya memenuhi kebutuhan hidup.
2. Lebih banyak menggunakan tenaga.
3. Serta bisa atau tidaknya.
3. Menurut UU Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 28, pembukuan adalah suatu proses
pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi
keuangan. Di Indonesia kewajiban melakukan pembukuan setiap perusahaan
didasarkan pada Kitab Undang Undang Hukum Dagang (KUHD) pasal 6.

Pada Pasal 2 UU No 3 Tahun 1982 tentang wajib daftar perusahaan disebutkan bahwa
“Daftar Perusahaan bertujuan mencatat bahan-bahan keterangan yang dibuat secara
benar dari suatu perusahaan dan merupakan sumber informasi resmi untuk semua
pihak yang berkepentingan mengenai identitas, data, serta keterangan lainnya tentang
perusahaan yang tercantum dalam Daftar Perusahaan dalam rangka menjamin
kepastian berusaha.”. Tujuan yang akan dicapai adalah untuk mendapatkan informasi
informasi tentang transaksi keuangan dan transaksi barang agar dapat ditentukan
dengan tepat kebijaksanaan selanjutnya. Selain KUHD pasal 6, juga UU Pajak tahun
2000 pasal 28 ayat 1 - 12 yang mewajibkan perusahaan menyelenggarakan
pembukuan perusahaan, sehingga diketahui hak dan kewajibannya. Pembukuan yang
baik memudahkan pengusaha menghitung laba rugi dan menentukan besarnya pajak
yang harus dibayar. Begitu pula pembukuan yang diselenggarakan dengan baik akan
memungkinkan investor melakukan penilaian keadaan perusahaan apakah sehat atau
tidak.

Seperti yang petama kali diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD) pasal 23  Para persero firma diwajibkan mendaftarkan akta itu dalam register
yang disediakan untuk itu pada kepaniteraan raad van justitie (pengadilan Negeri)
daerah hukum tempat kedudukan perseroan itu. Selanjutnya pasal 38 KUHD : Para
persero diwajibkan untuk mendaftarkan akta itu dalam keseluruhannya beserta ijin
yang diperolehnya dalam register yang diadakan untuk itu pada panitera raad van
justitie dari daerah hukum kedudukan perseroan itu, dan mengumumkannya dalam
surat kabar resmi.

4. Kewajiban Makelar Resmi


1) Mengadakan buku catatan mengenai tindakannya sebagai makelar, setiap hari catatan
itu disalin dalam buku dengan keterangan yang jelas tentang pihak-pihak yang
mengadakan transaksi, penyelelenggaraan, penyerahan, kwalitet jumlah dan harga
serta syarat-syarat yang dijanjikan (Pasal 66 KUHD).
2) Siap sedia tiap saat untuk memberikan kutipan / ikhtisar dari buku itu kepada pihak-
pihak yang ersangkutan mengenai pembicaraan dan tindakan yang dilakukan dalam
hubungan dengan transaksi yang diadakan (Pasal 67 KUHD).
3) Menyimpan contoh sampai penyerahan barang itu dilakukan. Menjamin kebenaran
tanda-tanda dari penjual dalam perdagangan surat wesel atau surat-surat berharga
lainnya yang tercantum dalam surat –surat tersebut (Pasal 69 KUHD).
Makelar tidak resmi
Selain menangani kasus-kasus besar seperti kasus hukum dan kasus pajak,
sesungguhnya markus pun bergerak di tingkat akar rumput. Kita telah terbiasa
menggunakan jasa calo pembuatan kartu tanda penduduk (KTP), calo pembuatan
surat izin mengemudi (SIM), dan calo-calo kecil lainnya. Begitu pun tes calon
pegawai negeri sipil (CPNS), selalu melahirkan makelar. Ada saja yang mengaku
dapat menjadikan seseorang diterima sebagai PNS. Tidak sedikit mereka yang tertipu
walaupun ada juga yang berhasil. Selain itu, kita juga mengenal makelar jabatan,
yaitu seseorang yang menjadi penghubung bagi mereka yang akan menduduki jabatan
tertentu.
Yang menjadi pembeda
Makelar resmi upah pekerjaan diberikan ketika sudah selesai pekerjaannya sedangkan
maklar tidak resmi upah sesuai dengan perjanjian
Makelar resmi berkwajiban menyimpan contoh barang sesdangkan mekelar tidak
resmi  tidak diwajibkan menyimpan contoh barang
Makelar resmi bertanggungjawab atas sahnya tanda tangan perjanjian wesel
sedangkan makelar tidak resmi tidak menanggung sahnya atas tanda tangan perjanjian
wesel
Makelar resmi cukup dapat membuat catatan biasa, sedangkan makelae harus dapat
membuat catatan dalam bentuk buku yang tersusun rapih.
5. Pengusaha adalah seseorang yang melakukan atau menyuruh melakukan
perusahaannya.
Sebuah perusahaan dapat dikerjakan oleh seseorang pengusaha atau beberapa orang
pengusaha dalam bentuk kerjasama. Dalam menjalankan perusahaannya seorang
pengusaha dapat bekerja sendirian atau dapat dibantu oleh orang-orang lain disebut
“pembantu-pembantu perusahaan”. Orang-orang perantara ini dapat dibagi dalam dua
golongan. Golongan pertama terdiri dari orang-orang yang sebenarnya hanya buruh
atau pekerja saja dalam pengertian BW dan lazimnya juga dinamakan handels-
bedienden. Dalam golongan ini termasuk, misal pelayan, pemegang buku, kassier,
procuratie houder dan sebagainya. Golongan kedua terdiri dari orang-orang yang
tidak dapat dikatakan bekerja pada seorang majikan, tetapi dapat dipandang sebagai
seorang lasthebber dalam pengertian BW. Dalam golongan ini termasuk makelar,
komissioner.
Hubungan pengusaha dengan agen perusahaan adalah sama tinggi dan sama rendah,
seperti pengusaha dengan pengusaha. Hubungan agen perusahaan bersifat tetap. Agen
perusahaan juga mewakili pengusaha, maka ada hubungan pemberi kuasa. Perjanjian
pemberian kuasa diatur dalam Bab XVI, Buku II, KUHPER, mulai dengan pasal
1792, sampai dengan 1819. Perjanjian bentuk ini selalu mengandung unsur
perwakilan (volmacht) bagi pemegang kuasa (pasal 1799 KUHPER). Dalam hal ini
agen perusahaan sebagai pemegang kuasa, mengadakan perjanjian dengan pihak
ketiga atas nama pengusaha.
6. Tugas dan wewenang Notaris menurut Pasal 15 tentang Jabatan Notaris
(1) Notaris berwenang membuat Akta autentik mengenai semua perbuatan, perjanjian,
dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang
dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam Akta autentik,
menjamin kepastian tanggal pembuatan Akta, menyimpan Akta, memberikan grosse,
salinan dan kutipan Akta, semuanya itu sepanjang pembuatan Akta itu tidak juga
ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh
undang-undang.
(2) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Notaris berwenang pula:
a. mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah
tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;
b. membukukan surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;
c. membuat kopi dari asli surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat uraian
sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan;
d. melakukan pengesahan kecocoka Jn fotokopi dengan surat aslinya;
e. memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan Akta;
f. membuat Akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau
g. membuat Akta risalah lelang.
Tugas dan Wewenang Komisioner
 retensi adalah hak komisioner untuk menahan barang-barang komiten sampai haknya
dibayar oleh komiten, seperti belum dibayarnya komisi atau biaya-biaya pada waktu
komisioner melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan komiten. Sedang hak
privilege yaitu hak istimewa yang dimiliki seorang komisioner untuk memotong
bagian haknya (komisi dan biaya-biaya lain-lain) yang harus dibayarkan, termasuk
uang persekot (voorshat), biaya dan ongkos periklanan yang sedang berjalan. Kalau
sampai waktu yang ditentukan belum terbayar, komisioner berhak menjual barang
milik komiten, atau ditahan atau dijadikan jaminan untuk terbayarnya hak-hak
komisioner.
Tugas wewenang Pengacara
a. Memperjuangkan hak asasi manusia
b. Sebagai pengawal hak asasi manusia dan pengawal konstitusi
c. Memberikan nasehat hukum
d. Memberikan informasi seputar hukum
e. Membela kepentingan klinennya
f. Memberikan bantuan hukum secara gratis kepada masyarakat lemah dan tidak
mampu.
g. Mewakili klien di pengadilan
7. Notaris Pasek, S.H., M.Kn., pernah mengalami pengalaman yang tidak mengenakkan
sepanjang karirnya sebagai Notaris. Dua tahun lalu, ia pernah mengurusi pembuatan
akta otentik terkait jual beli rumah yang dilakukan Tuan X kepada Nyonya Z. Sebagai
pejabat yang berwenangan mengurusi akta, Notaris Pasek pun memasukkan perihal
yang dituangkan dalam jual beli tersebut ke dalam aktanya.
Akta selesai dibuat dan ditandatangani kedua belah pihak berikut saksi-saksinya.
Namun, selang sebulan setelah penandatanganan dilakukan, Nyonya Z merasa ada
yang janggal dari proses jual beli ini. Ia merasa ditipu oleh Tuan X.
Nyonya Z pun kemudian melapor ke Polisi. Setelah dijelaskan panjang lebar, Polisi
pun memanggil Tuan X sebagai pelaku penjual rumah kepada Nyonya Z. Perdebatan
panjang terjadi. Pasalnya Tuan X merasa apa yang dilakukannya dalam jual beli pun
telah benar.
Menghindari perdebatan panjang, Polisi pun kemudian memanggil Notaris Pasek dan
meminta memperlihatkan isi akta otentik terkait proses jual beli antara Tuan X dan
Nyonya Z. Merasa berwenang dalam merahasiakan isi akta, Notaris Pasek pun
menjelaskan kepada Polisi bahwa ia tidak bisa menunjukkan Minuta Akta karena
dianggap sebagai suatu rahasia.
Polisi pun tetap meminta dan Notaris Pasek tetap pada pendiriannya bahwa ia punya
hak ingkar dalam kasus ini. Namun, dengan pertimbangan bahwa kasus ini bisa
berujung pada aduan pidana, Notaris Pasek bersedia memperlihatkan Minuta Akta
dengan seizin Majelis Kehormatan Notaris.
Seminggu kemudian, Majelis Kehormatan memberikan persetujuan atas pengambilan
fotokopi Minuta Akta yang dipegang Notaris Pasek. Akhirnya, setelah diteliti isi
fotokopi Minuta Akta dan juga mengambil keterangan langsung dari Notaris Pasek,
Polisi menyimpulkan bahwa aktivitas jual beli yang dilakukan Tuan X dan Nyonya Z
tidak bertentangan secara hukum.

Anda mungkin juga menyukai