Anda di halaman 1dari 50

MODUL I

PENGERTIAN DASAR, SEJARAH HUKUM DAGANG, PERUSAHAAN

DAN PEKERJAAN

Modul ini akan mengarahkan mahsiswa untuk memahami hal dasar

dalam hukum dagang yang tentu akan sangat berguna untuk pembahasan

materi selanjutnya, karena dalam modul ini akan dipaparkan tentang

pengertian dasar tentang hukum dagang, sejarah hukum dagang, serta

pengertian perusahaan dan pekerjaan.

Dengan demikian diharapkan kepada peserta mata kuliah

memahami dengan baik pengertian-pengertian yang disajikan dalam modul

ini , dan mengerjakan/menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dijukan,

serta mengerjakan tes formatif yang disediakan untuk menilai pemahaman

peserta yang bermanfaat untuk mengetahui capaian tujuan pembelajaran.

KEGIATAN BELAJAR

PENGERTIAN DASAR, SEJARAH HUKUM DAGANG, PERUSAHAAN

DAN PEKERJAAN

A. Deskripsi Singkat
Pada kegiatan belajar pekan pertama ini, peserta kuliah akan

mempelajari tentang pengertian hukum dagang, sejarah hukum dagang

serta uraian singkat tentang perusahaan dan pekerjaan yang mengantar

peserta untuk memahami uraian yang lebih lengkap tentang perusahaan

pada pekan-pekan berikutnya.

B. Relevansi

Dalam kegiatan pembelajaran ini peserta kuliah diharapkan dapat

memahami pengertian hukum dagang dan sejarah hukum dagang yang

dengannya dapat memahami perkemnbangan dari penggunaan istilah

pedagang menjadi perusahaan sebagaimana yang dijelaskan pada bagian

berikutnya, demikian pula peserta kuliah akan mampu menjelaskan

perbedaan antara perusahaan dan pekerjaan.

C. Capaian Pembelajaran

1. Uraian
A. PENGERTIAN DASAR HUKUM DAGANG1

1. Pengertian Hukum Dagang

Hukum dagang pada dasarnya adalah hukum perikatan yang diperuntukkan

atau untuk mendukung kelancaran aktivitas di bidang perdagangan, hukum

perikatan umum seperti yang diatur dalam buku ke III KUHPerdata

dirasakan kurang memenuhi kebutuhan para pelaku dagang. Hukum yang

dibutuhkan dalam dunia perdagangan adalah hukum yang senafas dengan

karakteristik pebisnis yang senantiasa mewarnai kegiatan bisnis yaitu

mudah, cepat dan aman dalam berbagai aspek dari aktivitas perdagangan.

Oleh karena itu mereka membutuhkan hukum yang memberikan

kemudahan dan kecepatan untuk mendukung aktivitas perdagangan

mereka, tetapi tetap memberikan perlindungan hukum dalam arti "aman’.

Sebagai hukum perikatan, maka sesungguhnya Hukum Dagang merupakan

bagian dari hukum perikatan pada umumnya. Oleh karenanya ketentuan

tentang perikatan yang diatur dałam KUHD bukanlah hukum yang terpisah

sama sekali dengan hukum induknya yaitu KUHPerdata, tetapi mcrupakan

1Joko Imbawani,2016, Hukum Dagang Indonesia, Sejarah, Pengertian dan Prinsip2 Hukum Dagang, Setara
Press, Malang,, hal.17-21
kesatuan dengan beberapa pengecualian. Hal ini jelas ditegaskan dałam

Pasał 1 KUHD yang menentukan bahwa sepanjang tidak khusus diadakan

penyimpangan dałam KUHD maka ketentuan dałam hukum KUHPerdata

tetap berlaku. Dari ketentuan ini, nampak jelas bahwa KUHD merupakan

hukum khusus dari hukum umum yang diatur dałam KUHPerdata.

Konsekuensi dari ketentuan Pasał 1 KUHD ini adalah apabila masalah yang

sama diatur berlainan, maka ketentuan yang ada dałam KUHD-lah yang

dipakai sesuai dengan prinsi "hukum yang mengenyampingkan hukum yang

umum” (Lex Specialis Lex Generalis). Seperti misalnya norma tentang

kekuatan pembuktian dari bukd tertulis seperti pembukuan pensahaan yang

dibuat oleh pengusaha sebagai alat bukti di pengadilan. Prinsip yang dianut

mengenai alat bukti tertulis dałam KUHPerdata adalah bahwa alat bukti

tertulis selamanya tidak bisa dipakai sebagai alat bukti yang

menguntungkan pembuamya. Sedangkan di dałam KUHD alat bukd tertulis

berupa pembukuan atau catatan pensahaan menurut Pasał 7 KUHD bisa

dipakai sebagai alat bukti yang menguntungkan si pembuamya. Demikian

juga jika seautu perkara ódak diatur dałam KUHD maka ketentuan dałam

KUHPerdatalah yang dipergunakan. Misalnya hubungan internal dari

pesero pada Firma dan Comanditer Vennotschap, jika hal ini tidak diatur
dałam akta pendiriannya maka ketentuan yang mengatur masalah tersebut

di dałam KUHPerdata yang dipergunakan. Dari konsep ini dapadah

dipahami bahwa prinsip-prinsip umum dari hukum dagang dapat dijumpai di

dałam KUHPerdata sedangkan prinsipprinsip khusus hukum dagang dapat

dijumpai dałam KUHDagang dan berbagai perundang-undangan yang

merubah ketentuan KUHD maupun yang melengkapi dari apa yang sudah

ada sebelumnya.

Dalam kepustakaan hukum Anglo Saxon atau Common law khususnya

Anglo American, hukuk bisnis bukan merupakan cabang atau bagian hukum

tertentu. Menurut Ralph C Hoeber, istilah hukum bisnis tidak mengacu

kepada cabang hukum tertentu, tetapi lebih mengacu kepada berbagai

bagian hukum yang erat kaitannya dengan berbagai kegiatan bisnis.

Bahkan, di sii banyak ketentuan hukum publik yang secara langsung dan

substansial mempengaruhinya. Dengan demikian, hukum bisnis tidak hanya

mencakup hukum keperdataan saja, seperti kontrak jual beli, surat

berharga, keagenan, pasar modal, perusahaan, kepailitan, pwrbuatan


melawan hukum, tetapi juga hukum publik, seperti hukum pidana, hukum

tata negara. Bahkan juga hukum internasional baik publik maupun privat.2

2. Pengertian Pedagang Dihapus.

Penafsiran otentik berkenaan dengan suatu terminologi hukum, sangat

berpotensi bahwa di suatu saat mendatang penafsiran tersebut menjadi

tidak tepat lagi karena rerkembangan-perkembangan yang terjadi.

Penafsiran otentik memang untuk mencegah kemungkinan penafsiran

yang Iain, akan kelemahannya adalah penafsiran ini dapat menyebabkan

terbatasnya ruang lingkup txkerjanya suatU pemndang-mdangan. Sebagai

contoh rniahya penafsiran otentik mengenai terminologi pedagang yang

termaktub dalam Pasal 2 sampai dengan Pasal 5 KUHD

Dalam Pasal 2 s/d 5 KUHD diattr tentang pengertian pedagang dan

perbuatanl*rdagangan. Pedagang memrut Pasal 2 KUHD adalah mereka

yang melakukan perbuatan perdagangan sebagai pekerjaan sehari-hari.

Dari batasan yang diberikan nmdang-tmdang ini dapat diartikan bahwa

ketentuan yang termaktub dalam kodifikasi ini hanya berlaku bagi mereka

2 Ridwan Khairandy, 2006, Pengantar Hukum Dagang, FH UII Press, Yogyakarta, hal. 2
yang dalam pengertian pasal ini. Selanjumya yang diartikan sebagai

perbuatan perdagangan pada umumnya (Pasal 3 KUHD) adalah membeli

barang untuk dijual kembali (dalam jumlah banyak atau sedikit) atau hanya

untuk disewakan pemakaiannya. Termasuk juga dalam pengertian

perdagangan menurut Pasal 4 KUHD adalah perbuatan-perbuatan:

1 Perdagangan Komisi;

1. Mengenai wesel, cek, arat sanggup; pdagang, pemimpin Bank, makelar;

2. Perbuatan paa pedagang, pemimpin bank, bendahara, dan makelar;

3. Pemborongan pembangunan, perbaikan dan memperlengkapi kapal, inl

beli kapal, makanan dan minunan keperluan kapal;

4. Ekspedisi da pengangktran barang dagangan;

5. Menyewakan dan mencartakan kapal;

6. Perbuatan agen, bongkar muat kapal, pemegang buku, pelayan

pedagang, unsan dagang para pedagang.

Sedangkan Pasal 5 KUHD mengatur tentang kewajiban yang

timbul dari antara Iain tabrakan kapal atau mendorong kapal Iain,

patolongan dan penyimpanan barang dari kapal karam, kandas atau

penemuan barang di laut, membuang barang ke laut.


Dalam penerapannya, ketentuan dari Pasal 2 s/d 5 KUHD ternyata

menimbulkan banyak kesulitan antara Iain:

1. Pengertian “barang" yang ditentukan dalam Pasal 3 KUHD hanya

meliputi barang bergerak. Padahal dalam tnnyak juga tajadi

perdagangan barang yang gedung, rumah, kapal terdaftar dan yang

lainnya. Degan demikian jual beli barang tidak bergerak tidak tunduk

pada ketentuan Pasal 2 s/d 5 KUHD.

2 Perdagangan, dalam Pasal 3 KUHD hanya perbuatan membeli sebagai

perbuatan utamanya, bukan perbuatan menjual. Karena perbuatan

menjual merupakan tujuan dari perbuatan membeli. Padahal

perbuatanmenjual menurut Pasal 4 KUHD juga termasuk perbuatan-

perbuatan padagangan. Seperti menjual wesel, jual beli kapal.

3 Menurut Pasal 2 KUHD, perdagangan hanya perbuatan yang

dilakukan oleh pedagang, menurut Pasal 4 KUHD perbuatan

serupa dapat dilakukan oleh bukan pedagang, misalnya, komisioner

dan makelar.

4. Jika terjadi perselisihan antara pedagang dan bukan bukan pedagang

mengenai pelaksanaan perjanjian, KUHD tidak dapat diterapkan,


karena KUHD hanya diperuntukkan bagi pedagang yang pekerjaan

sehari-harinya melakukan perbuatan padagangan.

Setelah dirasakan adanya hambatan dalam pelaksanaannya,

Pemerintah (Belanda waktu itu) mengadakan koreksi atas ketentuan

mengenai rumusan atau subjek yang merupakan lingkup dari KUHD.

Koreksi tersebut berupa penghapusan pasal 2 s/d 5 KUHD dan mengganti

istilah "pedagang" dan "perbuatan perdagangan" dengan istilah

"perusahaan" dan “Perbuatan Perusahaan”. Namun demikian pengertian

perusahaan dan perbuatan perusahaan tidak dijelaskan lebih lanjut dalam

KUHD. Tampaknya pembentuk UU sengaja tidak memberikan batasan

tentang apa yang dimaksud dengan perusahan, agar pengertian

perusahaan dapat lebih fleksibel terhadap kemajuan jaman.

B. SEJARAH HUKUM DAGANG3

Kalau kita bicara tentang sejarah hukum dagang maka sebenarnya hukum
dagang itu lahir dari kebiasaan-kebiasaan pedagang yang menyimpangi
hukum perdata pada umumnya, karena dalam dunia memperlancar

3 Ibid., hal.5-9.
perdagangan sehingga lahirlah kebiasaan-kebiasaan dalam dunia
perdagangan dan diikuti oleh para pedagang lainnya.

Lahirnya kebisaan-kebisaan tersebut, tentu dilakukan dengan mendasarkan


pada kebebasan berkontrak, dan dengan kebiasaan-kebiasaan tersebut
maka dapat memenuhi kebutuhan para pedagang. Kemudian, dengan
berkembangnya komunikasi dan transportasi maka perdagangan ini pun
juga semakin berkembang dan volume perdagangan pun semakin
meningkat bahkan perdagangan sudah melampaui batas negara atau
terjadi perdagangan perdagangan internasional.

Kodifikasi kodifikasi kebiasaan dalam dunia perdagangan ini pertama


kalinya dilakukan pada masa pemerintahan Raja Lodewijk XIV di Prancis
yang biasa dikenal dengan kode Napoleon. Kodifikasi itu dikenal dengan
ordonnance De commerce tahun 1637 dan ordonansi De La Marine pada
tahun 1681.

Pada saat Belanda ditaklukkan oleh Perancis maka pemerintah Perancis


juga memberlakukan kodifikasi tersebut di Belanda sebagai hukum positif
Namun demikian sebagai bentuk perlawanan dari kelompok pejuang
Belanda pada waktu itu, mereka pun menyiapkan KUHD (WvK) Belanda
sendiri dengan melakukan perubahan-perubahan terhadap ordonance De
commerce dan ordonance de la marine. Kitab undang-undang ini yaitu
KUHD yng buatan Belanda diberlakukan setelah kedaulatan Belanda pulih
kembali.

Kitab undang-undang hukum dagang atau KUHD ini jugalah yang


diberlakukan di Indonesia yang dulu dikenal dengan Hindia Belanda dengan
berdasarkan asas konkordansi yaitu dengan S. 1847 Nomor 23 tanggal 30
April 1847 dan berlaku mulai tanggal 1 Mei 1848, yaitu apa yang kita kenal
sebagai KUHD atau kitab undang-undang hukum dagang yang merupakan
tiruan dari Wetboek van Koophandel atau dikenal dengan WvK Belanda
yang berlaku sejak 1 Oktober 1838 jadi hampir 10 tahun setelah berlakunya
di Belanda kemudian KUHD ini juga berlaku di Indonesia.

Walaupun Indonesia sudah merdeka tetapi kitab undang-undang hukum


dagang yang merupakan turunan atau tiruan dari Wetboek van Koophandel
ini tetap berlaku di Indonesia untuk mengisi kekosongan hukum sebelum
disusunnya hukum dagang nasional. Hal ini didasarkan pada ketentuan
Pasal II Aturan Peralihan undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.

Demikian sejarah singkat hukum dagang yang aturan utamanya adalah


dalam kitab undang-undang hukum dagang

Disadari bahwa berdasarkan perkembangan dunia perdagangan saat ini


maka bagian-bagian tertentu dalam KUHD ini juga telah diatur dalam
undang-undang tersendiri sehingga apa yang terdapat dalam KUHD sudah
tidak berlaku lagi dengan adanya undang-undang baru tersebut.

Apabila kita perhatikan bagaimana fungsi hukum dagang dalam


pembangunan nasional maka dapat dikatakan bahwa perkembangan
hukum selalu berada di belakang perkembangan masyarakat sehingga
perlu adanya suatu pengaturan yang berkaitan dengan perdagangan yang
terus diperbarui untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Sebagi salah satu contoh yaitu tentang pengaturan perseroan terbatas
misalnya yang dulu diatur dalam Pasal 36 sampai Pasal 56 KUHD,
kemudian karena pengaturan dalam KUHD dianggap tidak memadai maka
dikeluarkanlah Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 itupun tidak
berlangsung lama karena pada tahun 2007 yaitu dengan undang-undang
Nomor 40 tahun 2007 keluar lagi undang-undang baru tentang Perseroan
Terbatas.

C. PENGERTIAN PERUSAHAAN4

Istilah perusahaan adalah istilah ekonomi yang dipakai dalam

KUHD dan perundang-undangan diluar KUHD. Meskipun pengertian

perusahan tidak dirumuskan secara othentik, namun dalam memori

penjelasan (memorie van toelichting) pemerintah di depan Parlemen dalam

pembicaraan tentang usul perubahan menjelaskan bahwa yang dimaksud

dengan perusahaan adalah keseluruhan perbuatan, yang dilakukan secara

tidak terputus-putus, dengan terang-terangan dalam kedudukan tertentu

untuk untuk mencari laba.

Prof. Molengraaf, memberikan batasan tentang pengertian

perusahaan sebagai keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus

menerus, bertindak keluar, untuk mendapatkan penghasilan atau

4 Ibid., hal.21-28
keuntungan, dengan cara memperniagakan barang-barang dan jasa,

menyerahkan barang-barang, atau mengadakan perjanjan-perjanjian

perdagangan.

Dr Wasis menjelaskan bahwa perusahaan adalah suatu bentuk

organisasi yang bertujuan mencari laba dengan mempergunakan faktor-

faktor produksi, menghasilkan barang atau jasa, untuk kepcrluan

masyarakat.

UU No.3 tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan

merumuskan dalam Pasal 1 huruf b bahwa Perusahaan adalah setiap

bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap

dan terus menerus dan didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam

wilayah Indonesia untuk tujuan memperoleh keuntungan dan/ atau laba.

Meskipun masing-masing rumusan tersebut diatas berbeda,

namun tampaknya dapat disepakati bahwa dari rumusan di atas ada

titik temunya yaitu bahwa tujuan perusahaan melaksanakan kegiatan

perusahaannya adalah untuk mencari keuntungan. Kalau variabel

"laba" ini dijadikan indikator dari perusahaan maka selanjutnya dapat

dibedakan apakah suatu kegiatan itu adalah melaksanakan

perusahaan atau bukan. Kalau tujuan untuk mencari keuntungan


menjadi faktor utama, maka kegiatan itu adalah menjalankan

perusahaan, tetapi jika keuntungan bukan merupakan faktor yang

utama maka kegiatan itu dikategorikan sebagai menjalankan

pekerjaan.

Dengan demikian pengertian perusahaan jauh lebih luas dari

pengertian pedagang. Karena mencari kuntungan dalam pengertian

perusahaan tidak hanya bersumber pada modal (capital), tetapi termasuk

dalam pengertian ini keuntungan yang bersumber atau bersendikan pada

keahlian atau pengetahuan yang dimilikinya. Dalam hal ini misalnya,

seorang dokter, akuntan, pengacara yang melakukan kegiatan untuk

mencari keuntungan, dapat dikategorikan sebagai menjalankan

perusahaan. Tetapi jika mereka melaksanakan kegiatannya tersebut

bukan semata-mata mencari keuntungan, misalnya seorang dokter yang

menjalankan kegiatannya di rumah sakit pemerintah, maka ia tidaklah

termasuk menjalankan perusahaan, tetapi menjalankan pekerjaan.

Dengan pengertian yang luas tersebut, maka yang termasuk dalam

kegiatan menjalankan perusahaan adalah meliputi seluruh sektor ekonomi

mulai dari sektor produksi, distribusi, transportasi sampai dengan


perdagangan, termasuk juga di dalamnya sektor pendukung dari semua

kegiatan tersebut.

4.Pengusaha dan Pemirnpin Perusahaan.

4.1 Pangusaha.

Pengusaha adalah orang yang memiliki dan menjalankan perusahaan atau

yang menyuruh pihak Iain untuk menjalankan perusahaannya. Pengusaha

yang menjalankan perusahaan artinya pengusaha tersebut mengelola

sendiri perusahaannya, baik dilakukan secara sendiri ataupun dengan

bantuan pekerja. Apabila seorang pengusaha menjalankan

perusahaannya bersama-sama dengan pekerja, maka sesungguhnya ia

mempunyai dua fungsi yaitu fungsi yang pertama sebagai pengusaha dan

fungsi kedua sebagai pemimpin perusahaan.

Tetapi tidak tertutup kemungkinan ia menyuruh orang Iain untuk

menjalankan perusahaannya (ia tidak turut serta menjalankan

perusahaan). Pengelolaan perusahaan dikuasakan kepada orang Iain.

Penerima kuasa yang menjalankan perusahaan atas nama pemberi kuasa

ini disebut pemimpin perusahaan atau menejer perusahaan, direktur

perusahaan, sedangkan yang memberi kuasa disebut pengusaha.


Dengan demikian kedudukan pimpinan perusahaan dalam struktur suatu

badan usaha sesungguhnya bukan sebagai pegawai atau karyawan

perusahaan, melainkan pihak yang mewakili pengusaha dalam

menjalankan peruahaannya/mereka.

4.2 Pemimpin Perusahaan

Pada perusahaan persekutuan, terutama yang berbadan hukum, secara

kodrad memerlukan pihak atau orang tertentu untuk menjalankan kegiatan

usaha dari perusahaan. Oleh karena pemilik perusahaan terdiri dari lebih

dari satu orang maka perlu kesepakatan siapa yang ditunjuk untuk menjadi

pimpinan perusahaan. Orang yang ditunjuk untuk menjadi pimpinan

perusahaan dapat berasal dari para pemilik perusahaan dan dapat pula

diambil dari kalangan profesional yang bukan pemilik perusahaan. Seorang

Pemimpin perusahaan (menejer) adalah orang yang diberi kuasa oleh

Pengusaha untuk menjalankan perusahaan atas nama Pengusaha.

Kedudukan seorang pimpinan perusahaan adalah mewakili atau

menggantikan Pengusaha dalam segala hal dalam menjalankan

perusahaan. la bertanggung jawab atas maju mundurnya perusahaan.

Karena keahlian dan tanggungjawabnya itu ia dibayar oleh Pengusaha

dengan upah yang mahal.


5. Pembantu Pengusaha

Pembantu pengusaha adalah setiap orang yang melakukan perbuatan

membantu pengusaha dalam menjalankan perusahaan dengan mendapat

upah. Pemimpin perusahan tidak termasuk dalam pengertian dari

pembantu pengusaha, karena kedudukannya adalah pemegang kuasa

untuk menggantikan/mewakili pengusaha dalam menjalankan

perusahaannya. Dalam konsep hukum ketenagakerjaan, pembantu

pengusaha ini adalah pekerja atau karyawan perusahaan. Berdasarkan

aktivitasnya pekerja perusahaan ini dapat dibedakan dalam pekerja yang

bekerja di lingkungan perusahaan dan pekerja yang bekerja di luar

lingkungan perusahaan.

5.1 Pembantu Pengusaha dalam Lingkungan Perusahaan.

Pembantu dalam lingkungan perusahan adalah pekerja yang mempunyai

hubungan kerja tetap dengan pengusaha, dan bekerja berdasarkan suatu

perjanjian kerja dalam lingkungan perusahan. Mereka yang termasuk juga

dalam kelompok ini adalah :

5.1.1 Pemegang Prokurasi.

Pemegang prokurasi adalah orang yang bekerja di lingkungan perusahaan

berdasarkan hubungan pemberian kuasa. Seorang pemegang prokurasi


adalah pemegang kuasa dari pengusaha untuk mengelola satu bagian

besar/bidang tertentu dari perusahaan. la adalah orang kedua setelah

pengusaha / pemimpin perusahaan, yang berkedudukan sebagai pimpinan

perusahaan.

5.1.2 Pengurus filial.

Ada kalanya sebuah perusahaan tidak hanya memilih satu pusat kegiatan.

Jika perusahaan dalam melakukan kegiatan usahanya memiliki lebih dari

satu tempat atau jenis tsaha maka diperlukan orang yang mengurus cabang

(filial) usaha perusahaan. Pengurus filial adalah pemegang kuasa yang

mewakili Pengusaha menjalankan pensahaan dengan mengelola sau:

cabang perusahaan yang melipud daerah tertentu. la pemimpin cabang

yang bertanggung jawab mengelola cabang perusahaan yang

bersangkutan.

5.1.3. Pelayan toko.

Adalah setiap orang yang memberikan pelayanan membantu pengusaha di

toko dalam menjalankan perusahaan. Pelayan toko adalah pekerja tetap

pensahaan yang mewakili pengusaha melayani pelanggan, mencatat

harga, menerima pembayaran, mengurus barang dalam gudang / toko.

5.1.4. Pekerja keliling.


Pekerja keliling adalah pembantu pengusaha yang bekerja di luar

lingkungan perusahaan. Sebagai pekerja keliling maka tugas utamanya

adalah mencari dan membina hubungan dengan pelanggan yang tidak

mungkin untuk mendatangi perusahaan. Dengan demikian ia bertugas

berkeliling di luar kantor/toko untuk memajukan perusahaan, dengan

mempromosikan barang dagangan atau membuat perjanjian dengan calon

pelanggan.

5.2 Pembantu Pengusaha diluar lingkungan perusahaan

Pembantu pengusaha di luar lingkungan perusahaan ada yang

mempunyai hubungan tetap dengan pengusaha dan ada pula yang

mempunyai hubungan tetap.

5.2.1 Yang mempunyai hubungan tetap.

5.2.1.1. Agen Perusahaan.

Masalah distribusi produk, yaitu kegiatan untuk memasarkan produk

merupakan permasalahn tersendiri yang harus dicari jawabannya oleh

perusahaan. Dalam dunia perdagangan modern, umumnya produsen

ddak memasarkan sendiri hasil produksinya melainkan bekerjasama

dengan perusahaan yang bergerak sebagai distributor, atau setidaknya

bagi perusahaan besar membangun sendiri perusahaan yang khusus


bergerak sebagai distributor. Dalam keadaan tertentu disu-ibusi produk

dapat juga dilakukan melalui perjanjian keagenan.

Keagenan adalah hubungan hukum yang dibangun bedasarkan

perjanjian antara pemegang merek (principal) dengan suatu perusahaan

industri tertentu untuk melakukan perakitan, pembuatan, manufaktur serta

penjualan, barang modal atau produk industri tertentu. Seringkali

pemegang merek yang memiliki formula produk yang telah terstandarisasi

tidak memproduksi endiri barang atau produk tertentu, akan tetapi mereka

mempercayakan pada suatu industri tertenn.i untuk memproduksi untuk

dirinya. Meskipun dalam kemasan produk dicantumkan siapa yang

memproduksi dan untuk siapa produk tersebut dibuat akan tetapi yang

menjadi titik perhatian konsumen adalah merek dagang dari barang yang

dipasarkan.

Jasa keagenan adalah usaha jasa perantara untuk melakukan suatu

transaksi bisnis tertentu yang menghubungkan produsen di satu pihak

dengan konsumen di lain pihak. Agen perusahaan adalah orang yang

mewakili pengusaha untuk mengadakan dan melaksanakan perjanjian

dengan pihak kedga atas nama pengusaha. Fungsi agen perusahaan


adalah sebagai pengantara sekaligus sebagai wakil pengusaha dalam

kegiatan melakukan hubungan bisnis dengan pihak ketiga.

Agen perusahaan adalah perusahaan yang berdiri sendiri yang

mewakili kepentingan pengusaha yang diageninya di suatu tempat la dapat

mengageni lebih dari satu pengusaha.

Hubungan keagenan antara agen dengan principal merupakan

hubungan yang dibangun melalui layanan lepas jual. Artinya hak milik atas

produk yang dijual oleh agen tidak lagi berada pada principal melainkan

sudah berpindah kepada agen.

5.2.1.2. Bank.

Bank adalah lembaga keuangan yang memberikan layanan di bidang

keuangan. Sesuai dengan fungsi bank, lembaga keuangan ini memberikan

layanan berupa simpanan, kredit dan pembayaran. Dalam kegiatan usaha

dari suatu perusahaan bantuan bank dalam kelancaran aktivitas

perusahaan adalah berupa mewakili pengusaha untuk melakukan

pembayaran dan menerima uang atas nama pengusaha. Dalam hal ini

pengusaha adalah nasabah bank dimana ia mempunyai rekening giro.

Sama halnya dengan agen perusahaan, Bank adalah perusahaan yang

berdiri sendiri bukan bagian dari perusahaan yang diwaklinya.


5.2.2. yang mempunyai hubungan tidak tetap.

Pembantu pengusaha di luar perusahaan yang mempunyai

hubungan tidak tetap, adalah mereka yang diperlukan bantuannya oleh

Pengusaha manakala diperlukan. Misalnya Notaris dan Pengacara.

D.PENGERTIAN PEKERJAAN5
Pada pengertian perusahaan unsur laba merupakan unsur mutlak,

sedangkan pada pengertian pekerjaan unsur laba tidak merupakan unsur

mutlak. Perbuatan yang dilakukan bagi suatu pekerjaan itu tidak untuk

mencari laba, tetapi misalnya atas dasar cinta ilmiah peri kemanusiaan atau

agama.

Menurut pendapat pemerintah Belanda perencana Wetboek

VanDalam kaitan dengan kegiatan seorang pengusaha maka pengusaha

adalah seorang yang melakukan atau yang menyuruh melakukan

perusahaan. Dia dapat melakukan atau menjalankan perusahaannya

sendiri, dan juga dapat menyuruh orang lain melakukan perusahaannya itu.

Jadi ia tidak turut serta melakukan perusahaan yaitu. Dengan demikian

5Purwosutjipto, H.M.N., 1985, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Djambatan, Jakarta,
hal.16-17.
dalam menjalankan perusahaannya seorang pengusaha memiliki beberapa

alternatif yaitu: satu dapat melakukan perusahaannya sendirian tanpa

pembantu; dua dia bisa melakukan perusahaannya dengan pembantu; tiga

dia dapat menyuruh lakukan orang lain untuk melakukan perusahaannya

sedangkan dia tidak turut serta dalam melakukan perusahaan itu. Orang lain

yang disuruh oleh pengusaha tersebut adalah pemegang prokurasi yang

menjalankan perusahaan atas nama pemberi kuasa. Pengusaha dalam

bentuk kedua turut serta melakukan perusahaan. Dia mempunyai dua

kedudukan yaitu sebagai pengusaha dan pemimpin perusahaan. Dalam

bentuk ketiga pengusaha tidak turut serta dalam menjalankan perusahaan.

Oleh karena itu dia hanya memiliki kedudukan sebagai pengusaha saja.

Adapun pengusaha dalam bentuk pertama dilaksanakan sendiri tanpa

pembantu sangatlah sederhana semua urusan dikerjakan sendiri.

Perusahaan yang semacam ini ini adalah perusahaan kecil dan sangat

sederhana. Jadi laba Tidak merupakan unsur mutlak.

Menurut Polak pekerjaan itu dapat direncanakan sebelumnya dan

dicatat (meskipun tidak dicatat dalam pembukuan) tetapi tidak

memperhitungkan laba rugi .


Adapun contoh pekerjaan untuk berbagai macam bidang kegiatan

dapat dilihat di antaranya adalah:

1. Pekerjaan dinas pemerintah yang melayani rakya,t misalnya

pencatatan sipil, pencatatan perkawinan, peradilan,

kepamongprajaan kepolisian dan lain-lain.

2. Pekerjaan sosial, misalnya Palang Merah Indonesia,

perkumpulan kematian, perkumpulan olahraga, perkumpulan

kebudayaan dan lain-lain

3. pekerjaan untuk agama, misalnya: Muhammadiyah, Dakwah

Islamiyah dan lain-lain.

Mungkin, timbul pertanyaan tenang melakukan pekerjaan ini, dalam

kaitannya dengan profesi tertentu, misalnya bagaimana kedudukan dokter

pengacara, notaris, dan juru sita.

Kedudukan dokter pengacara, notaris dan juru sita, menurut

pemerintah Belanda yang perencana Wetboek Van Koophandel bahwa

mereka tidak menjalankan perusahaan karena mereka melakukan

tugasnya atas dasar kualitas pribadinya atau keahliannya. Mereka tidak

menjalankan perusahaan tetapi melakukan pekerjaan.


Polak Meragukan kebenaran pendapat pemerintah Belanda pada

waktu itu mengenai kedudukan dokter pengacara, notaris dan jurusita

sebab tukang kayu, tukang jahit, juga orang-orang yang pekerjaannya

didasarkan pada kualitas pribadinya atau keahliannya tapi mereka itu

dalam masyarakat selalu dipandang sebagai menjalankan perusahaan.

Menurut Polak, dokter pengacara, notaris dan jurusita itu menjalankan

perusahaan bila mereka dalam melaksanakan pekerjaannya

memperhitungkan laba rugi yang dapat diperkirakan dan mencatatnya

dalam pembukuan.

Sebagai contoh, dokter pemerintah yang menjalankan tugasnya di

rumah sakit pemerintah maka dokter itu tidak menjalankan perusahaan

tetapi menjalankan pekerjaan, karena dia dalam menjalankan tugasnya itu

tidak memperhitungkan laba rugi dan tidak membukukan semua itu dalam

pembukuannya. Kalau dokter yang sama itu membuka praktik di rumahnya

sendiri maka dia menjalankan perusahaan karena dia menjalankan

tugasnya dengan memperhitungkan laba rugi dan mencatatnya itu semua

dalam pembukuannya.
2. Latihan

Peserta kuliah dapat menjawab dua soal berikut, dan setelah itu peserta

diharapkan menelusuri jawabannya pada bagian uraian, baik itu jawaannya

tertera secara langsung atau berdasarkan kajian peserta sendiri

berdasarkan bahan yang ada.

1. Uraikan perbedaan antara pedagang dan pengusaha;

2. Uraikan perbedaan antara perusahaan dan pekerjaan.

Setelah peserta menguraikan jawaban atas kedua tersebut maka

peserta dapat mendiskusikan hasil uraian masing-masing untuk

menemukan uraian yang paling tepat.

3. Rangkuman

Perkembangan pengaturan perdagangan sejak menggunakan

istilah pedagang sampai penggunaan perusahaan/pengusaha memiliki

bentuk yang berbeda, demikian pula tidak semua usaha yang menghasikan

sesuatu selamanya digolongkan sebagai menjalankan perusahaan, karena

kegiatan yang dilakukan dapat saja hanya merupakan kegiatan

menjalankan pekerjaan.
4. Daftar Pustaka

Joko Imbawani, 2016, Hukum Dagang Indonesia, Sejarah, Pengertian dan


Prinsip2 Hukum Dagang, Setara Press, Malang.
Purwosutjipto, H.M.N., 1985, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia,
Djambatan, Jakarta.
Ridwan Khairandy, 2006, Pengantar Hukum Dagang, FH UII Press,
Yogyakarta.

C. Tugas dan Lembar Kerja

Pada tugas ini peserta diharapkan masing-masing ciri dari pedagang,

pengusaha/perusahaan dan pekerja.

D. Tes Formatif

1. Setelah berlakunya KUHD, maka dalam kegiatan /menjalankan

perusahaan:

A. BW selalu berlaku;

B. BW tidak berlaku

C. BW berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan KUHD

D. KUHD berlaku sepanjang tidak bertentangan dengahn BW

2. Keberlakuan BW didasarkan pada asas:


A. Lex specialis, lex generalis (lex specialis derogat legi generale)

B. Lex superior derogat legi inferiori;

C. Lex posteriori derogat legi priori

D. Lex generalis deregat legi speciali

3. Agar pengertian perusahaan dsapat lebih fleksibel terhadap

kemajuan zaman, maka, pembentuk undang-undang:

A. Tidak memeberikan pengertian perusahaan;

B. Menetapkan pengertian perusahaan;

C. Menyamakan perusahaan dan perdagangan;

D. Membedakan pengertian perdagang dan perusahaan.

4. Berdasarkan sejarah, kodifikasi pertama kebiasaan dalam dunia

perdagangan, dikenal dengan Ordonance De Commerce, pada:

A. Tahun 1681;

B. Tahun 1637;
C. Tahun 1631;

D. Tahun 1687

5. SaUnsur utama yang membedakan pekerjaan dan perusahaann, adalah

tentang:

A. Mencari laba

B. Terang-terangan;

C. Terus menerus;

D. Semua benar

6. Pembantu Pengusaha dalam lingkungan perusahaan:

A. Pelayan toko;

B. Pekerja keliling

C. Pemegang prokurasi

D. Semua benar
7. Dalam melakukan pekerjaan, dimaksudkan tidak untuk mencari laba, tapi

biasanya atas dasar:

A. Cinta ilmiah;

B. Peri kemanusiaan;

C. Agama;

D. Semua benar.

8. Pembantu pengusaha di luar lingkungan perusahaan yang mempunyai

hubungan tetap, adalah:

A. Notaris;

B. Akuntan publik;

C. Pengacara;

D. Agen perusahaan.

9. Perseroan Terbatas, diatur atau pernah diatur dalam:

A. KUHD

B. UU No.1 Tahun 1995;


C. UU No.40 Tahun 2007

D. Semua benar

10. Dasar hukum KUHD berlaku di Indonesia:

A. Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945

B. S.1847-23

C. Code De Commerce;

D. Ordonance DE La Marine.
Dalam kaitan dengan kegiatan seorang pengusaha maka pengusaha adalah

seorang yang melakukan atau yang menyuruh melakukan perusahaan. Dia dapat

melakukan atau menjalankan perusahaannya sendiri, dan juga dapat menyuruh orang

lain melakukan perusahaannya itu. Jadi ia tidak turut serta melakukan perusahaan

yaitu. Dengan demikian dalam menjalankan perusahaannya seorang pengusaha

memiliki beberapa alternatif yaitu: satu dapat melakukan perusahaannya sendirian

tanpa pembantu; dua dia bisa melakukan perusahaannya dengan pembantu; tiga dia

dapat menyuruh lakukan orang lain untuk melakukan perusahaannya sedangkan dia

tidak turut serta dalam melakukan perusahaan itu. Orang lain yang disuruh oleh

pengusaha tersebut adalah pemegang prokurasi yang menjalankan perusahaan atas

nama pemberi kuasa. Pengusaha dalam bentuk kedua turut serta melakukan

perusahaan. Dia mempunyai dua kedudukan yaitu sebagai pengusaha dan pemimpin

perusahaan. Dalam bentuk ketiga pengusaha tidak turut serta dalam menjalankan

perusahaan. Oleh karena itu dia hanya memiliki kedudukan sebagai pengusaha saja.

Adapun pengusaha dalam bentuk pertama dilaksanakan sendiri tanpa pembantu

sangatlah sederhana semua urusan dikerjakan sendiri. Perusahaan yang semacam ini

ini adalah perusahaan kecil dan sangat sederhana

Anda mungkin juga menyukai