“HUKUM DAGANG”
DOSEN
DISUSUN OLEH :
KARINA MAHARANI
D10121627
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkatlimpahan Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun Makalahyangberjudul “Sejarah Hukum Dagang”. Penulis
menyadari bahwa didalam pembuatan makalahini masih jauh dari kesempurnaan. berkat bantuan dari Allah
swt dan tidak lepas dari bantuanberbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa
hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : Dosen atas nama Adiguna kharismawan S.H,M.H,
Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca..Kritik dan saran dari
KARINA MAHARANI
D10121627
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bentuk perdagangan yang pertama kali berlangsung pada zaman dahulu sejak manusia hidup
dalam alam primitif, adalah dagang tukar menukar. Apabila seseorang memiliki barang yang tidak ia
perlukan maka ia akan menukar barang tersebut dengan barang lainnya yang diperlukannya, begitupun
sebaliknya. Pada saat itu, yang bisa ditukar hanya barang dan barang saja (pertukaran in natura) seperti
menukar padi dengan gandum. Dalam hal ini, pertukaran dibatasi, belum ada hubungan pertukaran yang
Dewasa ini, dagang dengan cara tukar menukar mengalami berbagai kesulitan, seperti nilai
pertukaran yang harus sama antara barang yang dimiliki dan barang yang akan ditukar. Kesulitan yang
terjadi diakibatkan oleh meningkatnya kebutuhan manusia. Oleh karena itu, untuk mengurangi tingkat
kesulitan didirikannya hukum perdagangan agar dapat mengatur dan menata apabila terjadi pelanggaran
dalam proses perdagangan. Hukum inilah yang akan menindak langsung apabila terjadi pelanggaran dan
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Hukum dagang adalah hukum yang mengatur tingkah laku manusia yang turut melakukan
perdagangan untuk memperoleh keuntungan atau hukum yang mengatur hubungan hukum antara
manusia dan badan-badan hukum satu sama lainnya dalam lapangan perdagangan.1
Pembagian hukum privat (sipil) ke dalam hukum perdata dan hukum dagang sebenarnya
bukanlah pembagian yang asasi, tetapi pembagian sejarah dari hukum dagang. Bahwa pembagian
tersebut bukanlah bersifat asasi, dapat kita lihat dalam ketentuan yang tercantum dalam Pasal 1 KUHD
yang menyatakan: “Bahwa peraturan-peraturan KUHS dapat juga dijalankan dalam penyelesaian soal-
soal yang disinggung dalam KUHD terkecuali dalam penyelesaian soal-soal yang semata-mata diadakan
1
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, Yogyakarta: Deepublish, 2015, h.1
2
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, h.1
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)/Wetboel van Koophandel (WvK) tidak
memberikan pengertian mengenai hukum dagang. Oleh karena itu, definisi hukum dagang sepenuhnya
Soekardono, mengatakan “hukum dagang adalah bagian dari hukum perdata pada umumnya,
yakni yang mengatur masalah perjanjian dan perikatan-perikatan yang diatur dalam Buku II BW.
Dengan kata lain, hukum dagang adalah himpunan peraturan-peraturaan yang mengatur hubungan
seseorang dengan orang lain dalam kegiatan perusahaan yang terutama terdapat dalam kodifikasi KUHD
dan KUHPerdata”.4
Achmad Ichsan, mengatakan “hukum dagang adalah hukum yang mengatur soal-soal
perdagangan yaitu soal-soal yang timbul karena tingkah laku manusia dalam perdagangan atau
perniagaan”.5
Fockema Andreae (Kamus Istilah Hukum Belanda-Indonesia), mengatakan hukum dagang atau
Handelsrecht adalah keseluruhan dari aturan hukum mengenai perusahaan dalam lalu lintas
perdagangan, sejauh mana diatur dalam KUHD dan beberapa undang-undang tambahan.6
Munir Fuady mengartikan Hukum Bisnis, “suatu perangkat kaidah hukum yang mengatur tentang
tata cara pelaksanaan rusan kegiatan dagang, industri atau keuangan yang dihubungkan dengan produksi
atau pertukaran barang atau jasa dihubungkan dengan produksi atau pertukaran barang atau jasa dengan
menempatkan uang dalam risiko tertentu dengan usaha tertentu dengan optik adalah untuk mendapatkan
keuntungan tertentu”.7
Dari pengertian para sarjana diatas, dapat dikemukakan secara sederhana rumusan hukum
dagang, yakni serangkaian norma yang timbul khusus dalam dunia usaha atau egiatan perusahaan.
Norma tersebut dapat bersumber pada aturan hukum yang sudah dikodifikasikan, yaitu KUHPer dan
Hubungan hukum perdata dengan hukum dagang dapat dikatakan saling berkaitan satu dengan
yang lainnya sehingga tidak terdapat perbedaan secara prinsipil antara keduanya. Hal ini dapat
3
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, h.6
4
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, h.6
5
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, h.6
6
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, h.6
7
Farida Hasyim, Hukum Dagang, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, h.13
8
Farida Hasyim, Hukum Dagang, h.14
9
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, Jakarta: PT Grasindo, 2017, h.41
Sementara itu, dalam Pasal 1 KUHD disebutkan bahwa KUHPer seberapa jauh dari padanya
dalam kitab ini tidak khusus diadakan penyimpangan-penyimpangan, berlaku juga terhadap hal-hal yang
bersangkutan, oleh kitab ini, dan oleh hukum perdata. Kemudian didalam Pasal 15 KUHD disebutkan
bahwa segala persoalan tersebut dalam bab ini dikuasai oleh persetujuan pihak-pihak yang bersangkutan,
Dengan demikian, berdasarkan Pasal 1 dan Pasal 15 KUHD dapat diketahui kedudukan KUHD
terhadap KUHPer. Pengertiannya, KUHD merupakan hukum yang khusus (lex specialis), sedangkan
KUHPer merupakan hukum yang bersifat umum (lex generalis), sehingga berlaku suatu asas lex
specialis derogat legi generali, artinya hukum yang khusus dapat mengesampingkan hukum yang
umum.11
Beberapa pendapat sarjana membicarakan hubungan KUHPer dan KUHD antara lain:
1. Van Kan beranggapan, bahwa hukum dagang adalah suatu tambahan hukum perdata yaitu suatu
tambahan yang mengatur hal-hal yang khusus. KUHS memuat hukum perdata dalam arti sempit
sedangkan KUHD memuat penambahan yang mengatur hal-hal khusus hukum perdata dalam arti
sempit.12
2. Van Apeldoorn menganggap, hukum dagang suatu bagian istimewa dari lapangan hukum perikatan
3. Sukardono menyatakan bahwa Pasal 1 KUHD memelihara kesatuan antara hukum perdata umum
dan hukum perdata dagang sekadar KUHD tidak khusus menyimpang dari KUHPer.14
4. Tirtaamijaya menyatakan bahwa hukum dagang adalah suatu hukum sipil yang istimewa.15
5. Soebekti, terdapatnya KUHD disamping KUHPer sekarang ini dianggap tidak pada tempatnya oleh
karena itu sebenarnya hukum dagang tidak lain dari pada hukum perdata dan perkataan dagang
6. Purwosutjipto, bahwa hukum dagang terletak dalam lapangan hukum perikatan, yang khusus
10
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.41
11
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.41
12
Farida Hasyim, Hukum Dagang, h.14
13
Farida Hasyim, Hukum Dagang, h.14
14
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, h.9
15
Farida Hasyim, Hukum Dagang, h.14
16
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, h.10
17
HMN. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang, Jakarta: Djambatan, 1999, h.4
Sebelum tahun 1938, Hukum Dagang hanya mengikat kepada para pedagang saja yang
melakukan usaha dagang. Kemudian, sejak tahun 1938 pengertian perbuatan dagang menjadi lebih luas
dan dirubah menjadi perbuatan perusahaan yang mengandung arti menjadi lebih luas sehingga berlaku
Sementara itu, tidak ada satu pun para sarjana memberikan pengertian tentang perusahaan, namun
1. Menurut Hukum
Perusahaan adalah mereka yang melakukan sesuatu untuk mencari keuntungan dengan
menggunakan banyak modal (dalam arti luas), tenaga kerja, dan dilakukan secara terus menerus, serta
3. Menurut Molengraff
Perusahaan (dalam arti ekonomi) adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus
Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat
tetap dan terus menerus, didirikan dan bekerja, serta berkedudukan dalam wilayah negara Republik
Dengan demikian, ada beberapa pendapat yang dapat diambil kesimpulan bahwa seseorang baru
dapat dikatakan menjalankan perusahaan jika telah memenuhi unsur-unsur, seperti berikut:
1. Terang-terangan
Dengan kata lain, perusahaan yang dijalankan oleh seorang pengusaha dengan mempunyai
kedudukan dan kualitas tertentu, sedangkan yang dinamakan pengusaha adalah setiap orang atau badan
hukum yang langsung bertanggung jawab dan mengambil risiko di dalam perusahaan dan juga
mewakilinya secara sah. Oleh karena itu, suatu perusahaan yang dijalankan oleh pengusaha dapat
20
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.43
1. Seorang diri saja
Pengusaha adalah orang yang menjalankan perusahaan perdagangan atau orang yang memberikan
kuasa perusahaannya kepada orang lain. Apabila seseorang melakukan atau menyuruh melakukan suatu
Menurut Abdulkadir Muhammad, pengusaha adalah orang yang menjalankan perusahaan atau
baik dilakukan sendiri maupun dengan bantuan pekerja. Ini umumnya terdapat pada perusahaan
perseorangan. Apabila pengusaha menjalankan perusahaan dengan bantuan pekerja, dalam hal ini dia
mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pengusaha dan sebagai pemimpin perusahaan.23
Pengusaha adalah seseorang yang melakukan atau menyuruh melakukan perusahaan sendirian,
misalnya pengusaha-pengusaha perseorangan yang setip hari menjajakan makanan dan minuman dengan
berjalan kaki atau yang lainnya. Dia melakukan perusahaannya sendiri, tanpa pembantu itulah pengusaha
perseorangan. Bisa juga dia menyuruh oraang lain membantunya dalam melakukan perusahaan, tetapi
ada juga kemungkinan bahwa dia menyuruh orang lain melakukan perusahaannya, jadi dia tidak turut
serta melakukan perusahaan, dengan alasan kurang ahli, sedangkan dia mempunyai cukup modal untuk
c. Dia dapat menyuruh orang lain untuk melakukan perusahaannya, sedangkan dia tidak turut serta
melakukan perusahaannya.24
Orang-orang lain yang disuruh oleh pengusaha untuk melakukan perusahaannya adalah
pemegang-pemegang kuasa, yang menjadikan perusahaan atas nama pengusaha si pemberi kuasa.25
Pengusaha yang melakukan perusahaannya dengan dibantu oleh orang lain, sehingga turut serta,
dia mempunyai dua kedudukan yaitu: sebagai pengusaha dan sebagai pemimpin perusahaan. Sedangkan
pengusaha yang menyuruh orang lain untuk melakukan perusahaan dan dia tidak ikut serta, maka
21
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.43
22
Farida Hasyim, Hukum Dagang, h.128
23
Abdulkadir Muhammad, Hukum Dagang dan Surat-Surat Berharga, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2013, h.25
24
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, h.15
25
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, h.16
keududukannya hanya sebagai pengusaha, sedangkan yang menjadi pemimpin perusahaan adalah orang
Di dalam menjalankan kegiatan suatu perusahaan yang dipimpin oleh seorang pengusaha tidak
mungkin melakukan usahanya seorang diri, apalagi jika perusahaan tersebut dalam skala besar. Oleh
karena itu, diperlukan bantuan orang atau pihak lain untuk membantu melakukan kegiatan-kegiatan usaha
tersebut.27
Sementara itu, pembantu-pembantu dalam perusahaan dapat dibagi menjadi dua fungsi, yakni
Pembantu di dalam perusahaan adalah mempunyai hubungan yang bersifat sub ordinasi, yaitu
hubungan atas dan bawah sehingga berlaku suatu perjanjian pemburuhan, misalnya pemimpin
perusahaan, pemegang prokurasi, pimpinan filial, pedagang keliling, dan pegawai perusahaan.
Pembantu di luar perusahaan adalah mempunyai hubungan yang bersifat koordinasi, yaitu
hubungan yang sejajar sehingga berlaku suatu perjanjian pemberian kuasa antara pemberi kuasa dan
penerima kuasa yang akan memperoleh upah, seperti yang diatur dalam Pasal 1792 KUHPer,
Dengan demikian, hubungan hukum yang terjadi di antara mereka yang termasuk dalam
Pengusaha adalah setiap orang yang menjalankan perusahaan. Menurut undang-undang, ada dua
Di dalam Pasal 6 KUHD menjelaskan makna pembukuan, yakni mewajibkan setiap orang
yang menjalankan perusahaan supaya membuat catatan atau pembukuan mengenai kekayaan dan
26
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, h.16
27
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.44
28
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.44
29
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.44
semua hal yang berkaitan perusahaan, sehingga dari catatan tersebut dapat diketahui hak dan
pembukuan, sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 menggunakan istilah dokumen
perusahaan, yaitu merupakan data, catatan, dan atau keterangan yang dibuat dan atau diterma oleh
perusahaan dalam langkah pelaksanaan kegiatannya, baik tertulis diatas kertas maupun sarana lain,
terekam dalam bentuk cara apapun, dan dapat dilihat, dibaca, dan didengar.31
Selain itu, didalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1997 yang dikatakan dokumen
a. Dokumen Keuangan
Dokumen keuangan terdiri dari catatan (neraca tahunan, perhitungan laba rugi tahunan,
rekening, jurnal transaksi harian), bukti pembukuan dan data administrasi keuangan yang
merupakan bukti adanya hak dan kewajiban serta kegiatan usaha suatu perusahaan.
b. Dokumen Lainnya
Dokumen lainnya terdiri dari data atau setiap tulisan yang berisi keterangan yang
mempunyai nilai guna bagi perusahaan, meskipun tidak terkait langsung dengan dokumen
keuangan.32
Sifat pembukuan yang dibuat oleh seorang pengusaha adalah rahasia, artinya meskipun tujuan
diadakannya pembukuan agar pihak ketiga mengetahui hak-hak dan kewajibannya, namun tidak
berarti secara otomatis setiap orang diperbolehkan memeriksa atau mengetahui pembukuan
pengusaha.33
Dalam kaitannya dengan tersebut diatas, yakni pembukuan sebagai kekuatan pembuktian,
berdasarkan Pasal 12 KUHD menentukan bahwa tiada seorangpun dapat dipaksa akan
memperlihatkan buku-bukunya. Akan tetapi, kerahasiaan pembukuan yang dimaksud oleh Pasal 12
KUHD tersebut tidak mutlak, artinya bisa dilakukan terobosan dengan beberapa cara, misalnya:
30
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.44
31
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.44
32
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.45
33
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.45
a. Representation, artinya melihat pembukuan pengusaha dengan perantara hakim, sebagaimana
b. Communication, artinya pihak-pihak yang disebutkan dapat melihat pembukuan pengusaha secara
langsung tanpa perantara hakim, hal ini disebabkan yang bersangkutan mempunyai hubungan
Sebagaimana telah ditentukan oleh Undang-Undang bahwa pembukuan wajib dibuat oleh
seorang pengusaha, tentunya bagi pengusaha yang tidak menjalankan kewajibannya atau lalai dapat
dikenakan sanksi sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 dan Pasal
Dengan adanya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang wajib daftar perusahaan maka
setiap orang atau badan yang menjalankan perusahaan, menurut hukum wajib untuk melakukan
pendaftaran tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan usahanya sejak tanggal 1 Juni 1985. Yang
dimaksud daftar perusahaan adalah daftar catatan resmi yang diadakan menurut atau berddasarkan
ketentuan undang-undang ini atau peraturan-peraturan pelaksanaannya, memuat hal-hal yang wajib
didaftarkan oleh setiap perusahaan, dan disahkan oleh pejabat yang berwenang dari kantor
pendaftaran perusahaan.36
Dengan demikian, daftar perusahaan merupakan daftar informasi umum yang harus
Daftar perusahaan bertujuan mencatat bahan-bahan keterangan yang dibuat secara benar dari
suatu perusahaan dan merupakan sumber informasi resmi untuk semua pihak yang berkepentingan
mengenai identitas, data, serta keterangan lainnya tentang perusahaan yang tercantum dalam daftar
perusahaan dalam rangka menjamin kepastian perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang wajib daftar
dalam daftar perusahaan adalah berbentuk badan hukum, persekutuan, perseorangan, dan perusahaan-
perusahaan baru yang sesuai dengan perkembangan perekonomian, sedangkan perusahaan yang
ditolak pendaftarannya karena dianggap belum melakukan wajib daftar, tetapi tidak mengurangi
34
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.46
35
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.46
36
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.46
37
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.47
kesempatan dalam usaha atau kegiatan selama tenggang waktu kewajiban pendaftaran sejak
penolakan pendaftaran.38
Kemudian, setiap perubahan dan penghapusan wajib dilaporkan pada kantor tempat
pendaftaran perusahaan oleh pemilik atau pengurus yang bersangkutan dengan menyebutkan alasan
perubahan dan penghapusan dalam waktu 3 bulan setelah terjadi perubahan atau penghapusan.39
Selain itu, berdasarkan Pasal 25 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982, daftar perusahaan
c. Perusahaan yang brsangkutan dihentikan segala kegiatan usahanya berdasarkan suatu putusan
Bentuk-bentuk perusahaan secara garis besar dapat diklasifikasikan dan dilihat dari jumlah
a. Perusahaan perseorangan, yaitu suatu perusahan yang dimiliki oleh perseorangan atau seorang
pengusaha.
b. Perusahaan persekutuan, yaitu suatu perusahaan yang dimiliki oleh beberapa orang pengusaha
a. Perusahaan berbadan hukum, yaitu sebuah subjek hukum yang mempunyai kepentingan
sendiri terpisah dari kepentingan pribadi anggotanya, punya tujuan yang terpisah pula dari tujuan
pribadi para anggotanya, dan tanggung jawab pemegang saham terbatas kepada nilai saham yang
diambilnya.
b. Perusahaan bukan badan hukum, yaitu harta pribadi para sekutu juga akan terpakai untuk
38
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.48
39
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.48
40
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.48
41
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.49
1. Perusahaan swasta, yaitu perusahaan yang seluruh modalnya dimiliki oleh swasta dan tidak ada
campur tangan pemerintah. Perusahaan ini terbagi dalam tiga perusahaan, yakni:
2. Perusahaan negara, yaitu perusahaan yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh negara.
Pada umumnya perusahaan negara disebut dengan badan usaha milik negara (BUMN), terdiri dari
Selain itu, berdasarkan pembagian bentuk perusahaan dapat digolongkan menjadi dua jenis, yakni
1. Perusahaan Perseorangan
Perusahaan perseorangan yaitu perusahaan swasta yang didirikan dan dimiliki oleh pengusaha
perorangan yang bukan berbadan hukum, dapat berbentuk perusahaan dagang, jasa, dan industri.43
Secara resmi, tidak ada perusahaan perseorangan, tetapi dalam praktik di masyarakat telah ada
suatu bentu perusahaan perorangan yang diterima oleh masyarakat, yaitu perusahaan dagang. Untuk
mendirikan perusahaan dagang secara resmi dapat mengajukan permohonan dengan surat izin usaha
(SIU) kepada kantor wilayah perdagangan dan mengajukan surat izin tempat usaha (SITU) kepada
Perusahaan persekutuan bukan badan hukum yaitu perusahaan swasta yang didirikan dan
dimiliki oleh beberapa pengusaha secara bekerja sama dalam bentuk persekutuan perdata.45
Persekutuan perdata adalah suatu perjanjian antara dua orang atau lebih untuk berusaha
bersama-sama mencari keuntungan yang akan dicapai dengan jalan kedua pihak menyetorkan
42
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.50
43
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.50
44
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.50
45
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.51
kekayaan untuk usaha bersama. Dasar hukum untuk dalam pembentukan persekutuan perdata
2) Musnahnya barang atau telah diselesaikannya perbuatan pokok yang menjadi tujuan
persekutuan
4) Jika salah seorang sekutu meninggal, ditaruh dibawah pengampuan atau pailit.47
Persekutuan firma diatur dalam Pasal 15, 16 sampai 35 KUHD. Dalam Pasal 16 KUHD
perseroan firma adalah tiap-tiap perseroan yang didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan
Sementara itu, firma mempunyai arti nama yang digunakan untuk berdagang secara
bersama-sama. Namun suatu firma adakalanya diambil dari nama seorang yang turut menjadi
persekutuan itu sendiri, tetapi dapat juga diambil dari nama orang yang bukan dari persekutuan.
Dengan demikian, tanggung jawab pada persekutuan firma, yakni tiap-tiap anggota perseroan
secara tanggung-menanggung, artinya bertanggung jawab untuk seluruhnya atas segala perikatan
Perlu diketahui, persekutuan firma bukan merupakan perusahaan berbentuk badan hukum
sehingga pihak ketiga tidak berhubungan dengan persekutuan firma sebagai satu kesatuan,
melainkan dengan setiap anggota secara sendiri-sendiri. Menurut Pasal 17 KUHD, tiap-tiap
sekutu dapat bertindak dengan pihak diluar persekutuan, asalkan tindakan tersebut berkaitan
dengan persekutuan.50
Persekutuan komanditer diatur dalam Pasal 15, 19 sampai 21 KUHD. Di dalam Pasal 19
KUHD disebutkan bahwa persekutuan komanditer adalah suatu persekutuan untuk menjalankan
suatu perusahaan yang dibentuk antara satu orang atau beberapa orang persekutuan yang secara
tanggung-menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya pada satu pihak dan atau lebih
46
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.51
47
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.52
48
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.52
49
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.53
50
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.53
sebagai pelepas uang pada pihak lain yang merupakan satu sekutu komanditer yang bertanggung
Sekutu komplementer adalah sekutu yang menyerahkan pemasukkan, selain itu juga ikut
mengurusi persekutuan komanditer. Sedangkan sekutu komanditer adalah sekutu yang hanya
menyerahkan pemasukkan pada persekutuan komanditer daan tidak ikut serta mengurusi
persekutuan komanditer.52
Perusahaan persekutuan berbadan hukum adalah perusahaan yang didirikan dan dimiliki oleh
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hukum dagang adalah hukum yang mengatur tingkah laku manusia yang turut melakukan
perdagangan untuk memperoleh keuntungan atau hukum yang mengatur hubungan hukum antara
manusia dan badan-badan hukum satu sama lainnya dalam lapangan perdagangan.
2. Berdasarkan Pasal 1 dan Pasal 15 KUHD dapat diketahui kedudukan KUHD terhadap KUHPer.
Pengertiannya, KUHD merupakan hukum yang khusus (lex specialis), sedangkan KUHPer
51
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.54
52
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.55
53
Elsi Kartikasari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.55
54
Elsi Kartikasari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.56
merupakan hukum yang bersifat umum (lex generalis), sehingga berlaku suatu asas lex specialis
derogat legi generali, artinya hukum yang khusus dapat mengesampingkan hukum yang umum.
3. Sebelum tahun 1938, Hukum Dagang hanya mengikat kepada para pedagang saja yang melakukan
usaha dagang. Kemudian, sejak tahun 1938 pengertian perbuatan dagang menjadi lebih luas dan
dirubah menjadi perbuatan perusahaan yang mengandung arti menjadi lebih luas sehingga berlaku
4. Pengusaha adalah orang yang menjalankan perusahaan perdagangan atau orang yang memberikan
kuasa perusahaannya kepada orang lain. Apabila seseorang melakukan atau menyuruh melakukan
suatu perusahaan disebut pengusaha. Di dalam menjalankan kegiatan suatu perusahaan yang dipimpin
oleh seorang pengusaha tidak mungkin melakukan usahanya seorang diri, apalagi jika perusahaan
tersebut dalam skala besar. Oleh karena itu, diperlukan bantuan orang atau pihak lain untuk
5. Pengusaha adalah setiap orang yang menjalankan perusahaan. Menurut undang-undang, ada dua
macam kewajiban yang harus dilakukan (dipenuhi) oleh pengusaha, yaitu membuat dokumen dan
6. Bentuk-bentuk perusahaan secara garis besar dapat diklasifikasikan dan dilihat dari jumlah
pemiliknya, yaitu perusahaan perseorangan dan persekutuan. Sedangkan jika dilihat dari status
DAFTAR PUSTAKA
Hasyim, Farida, (2009), Hukum Dagang, Sinar Grafika, Jakarta.
Muhammad, Abdulkadir, (2013), Hukum Dagang dan Surat-Surat Berharga, PT Citra Aditya Bakti,
Bandung.
Sari, Elsi Kartika, dan Simanunsong, Advendi, (2017), Hukum dalam Ekonomi, PT Grasindo, Jakarta.
A. Sejarah Hukum Dagang Mempelajari sejarah Hukum Dagang erat kaitannya dengan sejarah hukum dagang
Belanda. Sejarah hukum dagang Belanda tentu ada kaitannya dengan sejarah hukum dagang Perancis.
Sedangkan hukum dagang Perancis tidak bisa dipisahkan dari hukum Romawi yang dikenal dengan Corpus
Iuris Civilis. Corpus Iuris Civilis peninggalan Romawi tersebut terdiri dari 4 buku: 1) Institusionil (lembaga).
Buku I ini memuat tentang lembaga-lembaga yang ada pada masa kekaisaran Romawi, termasuk didalamnya