Dosen Pengampu :
Muhammad Amirullah, S.H.,M.H.
Disusun Oleh :
Fakultas Hukum
Universitas Padjadjaran
1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Bentuk perdagangan yang pertama kali berlangsung pada zaman dahulu sejak manusia
hidup dalam alam primitif, adalah dagang tukar menukar. Apabila seseorang memiliki barang
yang tidak ia perlukan maka ia akan menukar barang tersebut dengan barang lainnya yang
diperlukannya, begitupun sebaliknya. Pada saat itu, yang bisa ditukar hanya barang dan barang
saja (pertukaran in natura) seperti menukar padi dengan gandum. Dalam hal ini, pertukaran
dibatasi, belum ada hubungan pertukaran yang tetap karena belum adanya sebuah pasar.
Dewasa ini, dagang dengan cara tukar menukar mengalami berbagai kesulitan, seperti
nilai pertukaran yang harus sama antara barang yang dimiliki dan barang yang akan ditukar.
Kesulitan yang terjadi diakibatkan oleh meningkatnya kebutuhan manusia. Oleh karena itu,
untuk mengurangi tingkat kesulitan didirikannya hukum perdagangan agar dapat mengatur dan
menata apabila terjadi pelanggaran dalam proses perdagangan. Hukum inilah yang akan
menindak langsung apabila terjadi pelanggaran dan memberi sanksi yang sesuai dengan
KUHD.
B.Pengertian Hukum Dagang
Hukum dagang adalah hukum yang mengatur tingkah laku manusia yang turut
melakukan perdagangan untuk memperoleh keuntungan atau hukum yang mengatur
hubungan hukum antara manusia dan badan-badan hukum satu sama lainnya dalam lapangan
perdagangan.1
Pembagian hukum privat (sipil) ke dalam hukum perdata dan hukum dagang
sebenarnya bukanlah pembagian yang asasi, tetapi pembagian sejarah dari hukum dagang.
Bahwa pembagian tersebut bukanlah bersifat asasi, dapat kita lihat dalam ketentuan yang
tercantum dalam Pasal 1 KUHD yang menyatakan: “Bahwa peraturan-peraturan KUHS dapat
juga dijalankan dalam penyelesaian soal-soal yang disinggung dalam KUHD terkecuali dalam
penyelesaian soal-soal yang semata-mata diadakan oleh KUHD itu”.2
1
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, Yogyakarta: Deepublish, 2015, h.1
2
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, h.1
2
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)/Wetboel van Koophandel (WvK)
tidak memberikan pengertian mengenai hukum dagang. Oleh karena itu, definisi hukum
dagang sepenuhnya diserahkan pada pendapat atau doktrin dari para sarjana.3
Soekardono, mengatakan “hukum dagang adalah bagian dari hukum perdata pada
umumnya, yakni yang mengatur masalah perjanjian dan perikatan-perikatan yang diatur
dalam Buku II BW. Dengan kata lain, hukum dagang adalah himpunan peraturan-peraturaan
yang mengatur hubungan seseorang dengan orang lain dalam kegiatan perusahaan yang
terutama terdapat dalam kodifikasi KUHD dan KUHPerdata”.4
Achmad Ichsan, mengatakan “hukum dagang adalah hukum yang mengatur soal-soal
perdagangan yaitu soal-soal yang timbul karena tingkah laku manusia dalam perdagangan atau
perniagaan”.5
Fockema Andreae (Kamus Istilah Hukum Belanda-Indonesia), mengatakan hukum
dagang atau Handelsrecht adalah keseluruhan dari aturan hukum mengenai perusahaan dalam
lalu lintas perdagangan, sejauh mana diatur dalam KUHD dan beberapa undang-undang
tambahan.6
Munir Fuady mengartikan Hukum Bisnis, “suatu perangkat kaidah hukum yang
mengatur tentang tata cara pelaksanaan rusan kegiatan dagang, industri atau keuangan yang
dihubungkan dengan produksi atau pertukaran barang atau jasa dihubungkan dengan produksi
atau pertukaran barang atau jasa dengan menempatkan uang dalam risiko tertentu dengan
usaha tertentu dengan optik adalah untuk mendapatkan keuntungan tertentu”.7
Dari pengertian para sarjana diatas, dapat dikemukakan secara sederhana rumusan
hukum dagang, yakni serangkaian norma yang timbul khusus dalam dunia usaha atau egiatan
3
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, h.6
4
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, h.6
5
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, h.6
6
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, h.6
7
Farida Hasyim, Hukum Dagang, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, h.13
3
perusahaan. Norma tersebut dapat bersumber pada aturan hukum yang sudah dikodifikasikan,
yaitu KUHPer dan KUHD maupun diluar kodifikasi.8
• Dimanakah keterkaitan KUHP dengan KUHD? KUHD merupakan lex specialis yang
berarti hukum/kaidah yang mengatur lebih khusus dari KUHP. Hubungannya terdapat
pada Pasal 1 KUHD yang menyatakan bahwa KUHP juga berlaku sepanjang tidak diatur
lebih lanjut di KUHD.
8
Farida Hasyim, Hukum Dagang, h.14
4
DAFTAR PUSTAKA