Anda di halaman 1dari 9

ASAS-ASAS HUKUM PERJANJIAN: SUATU

LANDASAN DALAM PEMBUATAN KONTRAK


M. Muhtarom
Dosen Jurusan Syariah Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. Ahmad Yani, tromol pos I Pabelan Kartasura

ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan mengenai para pihak


memahami asas-asas perjanjian (contract principles) dalam
melakukan atau membuat suatu kontrak. Tujuan umum dari makalah
ini adalah untuk menyampaikan gambaran atau deskripsi kepada
pembaca mengenai hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat
kontrak yang berkaitan dengan perbuatan hukum. Sedangkan tujuan
khusus adalah untuk memahami karakteristik suatu kontrak yang
bersifat terbuka yang didasarkan pada prinsip-prinsip dan teori-teori
Ilmu Hukum. Dari penelusuran penulis disimpulkan bahwa Untuk
memahami dan membentuk suatu perjanjian, maka para pihak harus
memenuhi syarat sahnya perjanjian berdasarkan Pasal 1320
KUHPer, yakni syarat subjektif: adanya kata sepakat untuk
mengikatkan dirinya dan kecakapan para pihak untuk membuat suatu
perikatan, sedangkan syarat objektif adalah suatu hal tertentu dan
suatu sebab yang halal. Oleh sebab itu, dalam melakukan perbuatan
hukum membuat suatu kontrak/perjanjian haruslah pula memahami
asas-asas yang berlaku dalam dasar suatu kontrak/perjanjian antara
lain: asas kebebasan berkontrak, asas konsesnsualisme, asas
kepastian hukum/pacta sunt servanda, asas itikad baik dan asas
kepribadian. Dari kelima asas yang berdasarkan teori ilmu hukum
tersebut ditambahkan delapan asas hukum perikatan nasional yang
merupakan hasil rumusan bersama berdasarkan kesepakatan
nasional.
Kata Kunci: asas-asas, kontrak, hukum.

48 SUHUF, Vol. 26, No. 1, Mei 2014: 48-56


Pendahuluan membuat suatu perikatan; 3. Mengenai
Hukum yang berlaku di Indonesia suatu hal tertentu; dan 4. Atas suatu
banyak dipengaruhi oleh sistem-sistem sebab yang halal (Soebekti dan R. Tji-
hukum asing, terutama adalah sistem trosudibio, 1996: 132). Dengan dipenuh-
hukum Eropa atau disebut juga sistem inya empat syarat sahnya perjanjian ter-
hukum Romawi Jerman. Sistem hukum sebut, maka suatu perjanjian menjadi sah
ini melalui jalur hukum Belanda. telah me- dan mengikat secara hukum bagi para
nancapkan pilar-pilar hukum yang meng- pihak yang membuatnya.
ikat antara masyarakat dengan penguasa Di dalam kegiatan hukum sehari-
maupun masyarakat dengan masyarakat. hari banyak ditemukan perbuatan-per-
Sistem hukum ini pertama kali ber- buatan hukum yang berkenaan dengan
kembang dalam hukum perdatanya atau perjanjian atau kontrak antara dua pihak
private law atau civil law, yaitu hukum atau lebih. Umumnya mereka melakukan
yang mengatur hubungan sesama anggota perjanjian-perjanjian dengan sistem
masyarakat. Oleh karena itu, sistem hu- terbuka, yang artinya bahwa setiap orang
kum Romawi Jerman ini lebih terkenal bebas untuk mengadakan perjanjian baik
dengan nama sistem hukum civil law yang diatur maupun yang belum diatur di
(Rene Devid and John. E.C. Brierley, dalam suatu undang-undang, Hal ini
1978: 21) sesuai dengan kriteria terbentuknya
Dalam Burgerlijk Wetboek kontrak dimana berdasarkan Pasal 1338
(BW) yang kemudian diterjemahkan oleh ayat (1) KUHPer menegaskan bahwa
Prof. R. Subekti, SH dan R. Tjitrosudi- semua perjanjian yang dibuat secara sah
bio menjadi Kitab Undang-Undang Hu- berlaku sebagai undang-undang bagi
kum Perdata (KUHPer) bahwa menge- mereka yang membuatnya. Biasanya
nai hukum perjanjian diatur dalam Buku dalam suatu kontrak terdiri dari 6 (enam)
III tentang Perikatan, dimana hal tersebut bagian, yakni judul perjanjian, pembu-
mengatur dan memuat tentang hukum ke- kaan, pihak-pihak dalam perjanjian,
kayaan yang mengenai hak-hak dan ke- recital, isi perjanjian, dan penutup. Dari
wajiban yang berlaku terhadap orang- enam bagian tersebut terdapat beberapa
orang atau pihak-pihak tertentu. Kebe- klausula umum seperti wanprestasi,
radaan suatu perjanjian atau yang saat pilihan hukum dan pilihan forum, domisili,
ini lazim dikenal sebagai kontrak, tidak force majeur, yang banyaknya tergan-
terlepas dari terpenuhinya syarat-syarat tung dari kesepakatan para pihak. Kebe-
mengenai sahnya suatu perjanjian/kon- radaan suatu kontrak tidak terlepas dari
trak seperti yang tercantum dalam KUH asas-asas yang mengikatnya. Asas-asas
Perdata, sebagai berikut: 1. Adanya ke- dalam berkontrak mutlak harus dipenuhi
sepakatan dari mereka yang mengikat- apabila para pihak sepakat untuk mengi-
kan dirinya; 2. Adanya kecakapan untuk katkan diri dalam melakukan perbuatan-

Asas-Asas Hukum Perjanjian ... (M. Muhtarom) 49


perbuatan hukum. Namun demikian, se- Kontrak, dalam bentuk yang pa-
ringkali ditemui ada beberapa kontrak ling klasik, dipandang sebagai ekspresi
yang dibuat tanpa berdasarkan asas-asas kebebasan manusia untuk memilih dan
yang berlaku dalam suatu kontrak. Hal mengadakan perjanjian. Kontrak meru-
seperti ini terjadi karena disebabkan ke- pakan wujud dari kebebasan (freedom
kurangpahaman para pihak terhadap of contract) dan kehendak bebas untuk
kondisi dan posisi mereka. Oleh karena memilih (freedom of choice) (Ati-
itu, timbulah pertanyaan meliputi asas- yah,1983: 5).
asas apa sajakah yang berlaku dalam me- Sejak abad ke-19 prinsip-prinsip
lakukan suatu kontrak/perjanjian? itu mengalami perkembangan dan berba-
Pada tulisan ini, akan dicoba dipa- gai pergeseran penting. Pergeseran demi-
parkan mengenai para pihak memahami kian disebabkan oleh: pertama, tumbuh-
asas-asas perjanjian (contract princi- nya bentuk-bentuk kontrak standar;
ples) dalam melakukan atau membuat kedua, berkurangnya makna kebebasan
suatu kontrak (Imran, 2007: 78). Tujuan memilih dan kehendak para pihak, seba-
umum dari tulisan ini adalah untuk me- gai akibat meluasnya campur tangan pe-
nyampaikan gambaran atau deskripsi merintah dalam kehidupan rakyat; keti-
kepada pembaca mengenai hal-hal yang ga, masuknya konsumen sebagai pihak
harus diperhatikan dalam membuat kon- dalam berkontrak. Ketiga faktor ini be-
trak yang berkaitan dengan perbuatan rhubungan satu sama lain (Atiyah,1983:
hukum. Sedangkan tujuan khusus adalah 13). Tetapi, prinsip kebebasan berkon-
untuk mendiskripsikan karakteristik sua- trak dan kebebasan untuk memilih tetap
tu kontrak yang bersifat terbuka yang dipandang sebagai prinsip dasar pem-
didasarkan pada prinsip-prinsip dan bentukan kontrak.
teori-teori Ilmu Hukum.
Asas-Asas Hukum Kontrak
Sistem Pengaturan Hukum Kontrak Berdasarkan teori, di dalam suatu
Hukum kontrak adalah bagian hu- hukum kontrak terdapat 5 (lima) asas
kum perdata (privat). Hukum ini memu- yang dikenal menurut ilmu hukum
satkan perhatian pada kewajiban untuk perdata. Kelima asas itu antara lain
melaksanakan kewajiban sendiri (self adalah: asas kebebasan berkontrak
imposed obligation). Disebut sebagai (freedom of contract), asas konsen-
bagian dari hukum perdata disebabkan sualisme (concsensualism), asas kepas-
karena pelanggaran terhadap kewajiban- tian hukum (pacta sunt servanda), asas
kewajiban yang ditentukan dalam kon- itikad baik (good faith), dan asas
trak, murni menjadi urusan pihak-pihak kepribadian (personality). Berikut ini
yang berkontrak (Atiyah,1983: 1). adalah penjelasan mengenai asas-asas
dimaksud:

50 SUHUF, Vol. 26, No. 1, Mei 2014: 48-56


1. Asas Kebebasan Berkontrak pemasyarakatan hukum kontrak/perjan-
(freedom of contract) jian.
Asas kebebasan berkontrak da-
pat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 2. Asas Konsensualisme (concen-
ayat (1) KUHPer, yang berbunyi: Se- sualism)
mua perjanjian yang dibuat secara sah Asas konsensualisme dapat disim-
berlaku sebagai undang-undang bagi pulkan dalam Pasal 1320 ayat (1)
mereka yang membuatnya. KUHPer. Pada pasal tersebut ditentukan
Asas ini merupakan suatu asas bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian
yang memberikan kebebasan kepada adalah adanya kata kesepakatan antara
para pihak untuk: (1) membuat atau tidak kedua belah pihak. Asas ini merupakan
membuat perjanjian; (2) mengadakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian
perjanjian dengan siapa pun; (3) menen- pada umumnya tidak diadakan secara
tukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan formal, melainkan cukup dengan adanya
persyaratannya, serta (4) menentukan kesepakatan kedua belah pihak. Kese-
bentuk perjanjiannya apakah tertulis atau pakatan adalah persesuaian antara
lisan. kehendak dan pernyataan yang dibuat
Pada akhir abad ke-19, akibat oleh kedua belah pihak. Asas konsen-
desakan paham etis dan sosialis, paham sualisme muncul diilhami dari hukum
individualisme mulai pudar, terlebih-lebih Romawi dan hukum Jerman. Di dalam
sejak berakhirnya Perang Dunia II. Pa- hukum Jerman tidak dikenal istilah asas
ham ini kemudian tidak mencerminkan konsensualisme, tetapi lebih dikenal
keadilan. Masyarakat menginginkan pi- dengan sebutan perjanjian riil dan perjan-
hak yang lemah lebih banyak mendapat jian formal. Perjanjian riil adalah suatu
perlindungan. Oleh karena itu, kehendak perjanjian yang dibuat dan dilaksanakan
bebas tidak lagi diberi arti mutlak, akan secara nyata (dalam hukum adat disebut
tetapi diberi arti relatif, dikaitkan selalu secara kontan). Sedangkan perjanjian
dengan kepentingan umum. Pengaturan formal adalah suatu perjanjian yang telah
substansi kontrak tidak semata-mata di- ditentukan bentuknya, yaitu tertulis (baik
biarkan kepada para pihak namun per- berupa akta otentik maupun akta bawah
lu juga diawasi. Pemerintah sebagai tangan). Dalam hukum Romawi dikenal
pengemban kepentingan umum menjaga istilah contractus verbis literis dan
keseimbangan kepentingan individu dan contractus innominat. Artinya, bahwa
kepentingan masyarakat. Melalui pene- terjadinya perjanjian apabila memenuhi
robosan hukum kontrak oleh pemerintah bentuk yang telah ditetapkan. Asas
maka terjadi pergeseran hukum kontrak konsensualisme yang dikenal dalam
ke bidang hukum publik. Oleh karena itu, KUHPer adalah berkaitan dengan
melalui intervensi pemerintah inilah terjadi bentuk perjanjian.

Asas-Asas Hukum Perjanjian ... (M. Muhtarom) 51


3. Asas Kepastian Hukum (pacta asas bahwa para pihak, yaitu pihak
sunt servanda) kreditur dan debitur harus melaksanakan
Asas kepastian hukum atau dise- substansi kontrak berdasarkan keperca-
but juga dengan asas pacta sunt ser- yaan atau keyakinan yang teguh maupun
vanda merupakan asas yang berhubung- kemauan baik dari para pihak. Asas iti-
an dengan akibat perjanjian. Asas pacta kad baik terbagi menjadi dua macam,
sunt servanda merupakan asas bahwa yakni itikad baik nisbi dan itikad baik
hakim atau pihak ketiga harus menghor- mutlak. Pada itikad yang pertama,
mati substansi kontrak yang dibuat oleh seseorang memperhatikan sikap dan
para pihak, sebagaimana layaknya sebu- tingkah laku yang nyata dari subjek.
ah undang-undang. Mereka tidak boleh Pada itikad yang kedua, penilaian terletak
melakukan intervensi terhadap substansi pada akal sehat dan keadilan serta dibuat
kontrak yang dibuat oleh para pihak. ukuran yang obyektif untuk menilai kea-
Asas pacta sunt servanda dapat disim- daan (penilaian tidak memihak) menurut
pulkan dalam Pasal 1338 ayat (1) norma-norma yang objektif. Berbagai
KUHPer. Asas ini pada mulanya dikenal putusan Hoge Raad (HR) yang erat
dalam hukum gereja. Dalam hukum gere- kaitannya dengan penerapan asas itikad
ja itu disebutkan bahwa terjadinya suatu baik dapat diperhatikan dalam kasus-
perjanjian bila ada kesepakatan antar kasus posisi berikut ini. Kasus yang pa-
pihak yang melakukannya dan dikuatkan ling menonjol adalah kasus Sarong
dengan sumpah. Hal ini mengandung Arrest dan Mark Arrest. Kedua arrest
makna bahwa setiap perjanjian yang ini berkaitan dengan turunnya nilai uang
diadakan oleh kedua pihak merupakan (devaluasi) Jerman setelah Perang Dunia
perbuatan yang sakral dan dikaitkan I (Salim H.S, 2004: 3).
dengan unsur keagamaan. Namun, dalam Kasus Sarong Arrest: Pada tahun
perkembangan selanjutnya asas pacta 1918 suatu firma Belanda memesan
sunt servanda diberi arti sebagai pac- pada pengusaha Jerman sejumlah sarong
tum, yang berarti sepakat yang tidak dengan harga sebesar 100.000 gulden.
perlu dikuatkan dengan sumpah dan tin- Karena keadaan memaksa sementara,
dakan formalitas lainnya. Sedangkan penjual dalam waktu tertentu tidak dapat
istilah nudus pactum sudah cukup menyerahkan pesanan. Setelah keadaan
dengan kata sepakat saja. memaksa berakhir, pembeli menuntut
pemenuhan prestasi. Tetapi sejak
4. Asas Itikad Baik (good faith) diadakan perjanjian, keadaan sudah
Asas itikad baik tercantum dalam banyak berubah dan penjual bersedia
Pasal 1338 ayat (3) KUHPer yang memenuhi pesanan tetapi dengan harga
berbunyi: Perjanjian harus dilaksanakan yang lebih tinggi, sebab apabila harga
dengan itikad baik. Asas ini merupakan tetap sama maka penjual akan menderita

52 SUHUF, Vol. 26, No. 1, Mei 2014: 48-56


kerugian, yang berdasarkan itikad baik ketentuan ini sudah jelas bahwa untuk
antara para pihak tidak dapat dituntut mengadakan suatu perjanjian, orang ter-
darinya. sebut harus untuk kepentingan dirinya
Pembelaan yang penjual ajukan sendiri. Pasal 1340 KUHPer berbunyi:
atas dasar Pasal 1338 ayat (3) KUHPer Perjanjian hanya berlaku antara pihak
dikesampingkan oleh HR dalam arrest yang membuatnya. Hal ini mengandung
tersebut. Menurut putusan HR tidak maksud bahwa perjanjian yang dibuat
mungkin satu pihak dari suatu perikatan oleh para pihak hanya berlaku bagi mere-
atas dasar perubahan keadaan bagaima- ka yang membuatnya. Namun demikian,
napun sifatnya, berhak berpatokan pada ketentuan itu terdapat pengecualiannya
itikad baik untuk mengingkari janjinya sebagaimana diintridusir dalam Pasal
yang secara jelas dinyatakan HR masih 1317 KUHPer yang menyatakan: Da-
memberi harapan tentang hal ini dengan pat pula perjanjian diadakan untuk ke-
memformulasikan: mengubah inti perjan- pentingan pihak ketiga, bila suatu per-
jian atau mengesampingkan secara janjian yang dibuat untuk diri sendiri, atau
keseluruhan. Dapatkah diharapkan suatu suatu pemberian kepada orang lain,
putusan yang lebih ringan, jika hal itu bu- mengandung suatu syarat semacam itu.
kan merupakan perubahan inti atau Pasal ini mengkonstruksikan bahwa
mengesampingkan secara keseluruhan. seseorang dapat mengadakan perjanjian/
Putusan HR ini selalu berpatokan kontrak untuk kepentingan pihak ketiga,
pada saat dibuatnya oleh para pihak. dengan adanya suatu syarat yang diten-
Apabila pihak pemesan sarong sebanyak tukan. Sedangkan di dalam Pasal 1318
yang dipesan, maka penjual harus melak- KUHPer, tidak hanya mengatur perjan-
sanakan isi perjanjian tersebut, karena jian untuk diri sendiri, melainkan juga un-
didasarkan bahwa perjanjian harus dilak- tuk kepentingan ahli warisnya dan untuk
sanakan dengan itikad baik. orang-orang yang memperoleh hak
daripadanya. Jika dibandingkan kedua
5. Asas Kepribadian (personality) pasal itu, maka Pasal 1317 KUHPer
Asas kepribadian merupakan asas mengatur tentang perjanjian untuk pihak
yang menentukan bahwa seseorang yang ketiga, sedangkan dalam Pasal 1318
akan melakukan dan/atau membuat KUHPer untuk kepentingan dirinya sen-
kontrak hanya untuk kepentingan per- diri, ahli warisnya dan orang-orang yang
seorangan saja. Hal ini dapat dilihat memperoleh hak dari yang membuatnya.
dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 Dengan demikian, Pasal 1317 KUHPer
KUHPer. Pasal 1315 KUHPer mene- mengatur tentang pengecualiannya,
gaskan: Pada umumnya seseorang tidak sedangkan Pasal 1318 KUHPer memi-
dapat mengadakan perikatan atau per- liki ruang lingkup yang luas.
janjian selain untuk dirinya sendiri. Inti

Asas-Asas Hukum Perjanjian ... (M. Muhtarom) 53


Asas-Asas Hukum Perikatan Na- kul pula kewajiban untuk melaksanakan
sional perjanjian itu dengan itikad baik.
Di samping kelima asas yang telah Asas Kepastian Hukum, yaitu
diuraikan di atas, dalam Lokakarya asas ini mengandung maksud bahwa
Hukum Perikatan yang diselenggarakan perjanjian sebagai figur hukum mengan-
oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional dung kepastian hukum. Kepastian ini ter-
(BPHN), Departemen Kehakiman RI ungkap dari kekuatan mengikatnya per-
pada tanggal 1719 Desember 1985 janjian, yaitu sebagai undang-undang ba-
telah berhasil dirumuskannya delapan gi yang membuatnya.
asas hukum perikatan nasional (BPHN, Asas Moralitas, adalah asas
1985:21). Kedelapan asas tersebut yang berkaitan dengan perikatan wajar,
adalah: asas kepercayaan, asas persa- yaitu suatu perbuatan sukarela dari sese-
maan hukum, asas keseimbangan, asas orang tidak dapat menuntut hak baginya
kepastian hukum, asas moralitas, asas untuk menggugat prestasi dari pihak
kepatutan, asas kebiasaan, dan asas per- debitur. Hal ini terlihat dalam zaakwar-
lindungan. Adapun penjelasannya adalah neming, yaitu seseorang melakukan
sebagai berikut: perbuatan dengan sukarela (moral), yang
Asas Kepercayaan, yaitu bahwa bersangkutan mempunyai kewajiban
setiap orang yang akan mengadakan hukum untuk meneruskan dan menyele-
perjanjian akan memenuhi setiap prestasi saikan perbuatannya. Salah satu faktor
yang diadakan di antara mereka di bela- yang memberikan motivasi pada yang
kang hari. bersangkutan melakukan perbuatan
Asas Persamaan Hukum, yaitu hukum itu adalah didasarkan pada
bahwa subjek hukum yang mengadakan kesusilaan (moral) sebagai panggilan hati
perjanjian mempunyai kedudukan, hak nuraninya.
dan kewajiban yang sama dalam hukum. Asas Kepatutan, yaitu asas yang
Mereka tidak boleh dibeda-bedakan tertuang dalam Pasal 1339 KUHPer.
antara satu sama lainnya, walaupun sub- Asas ini berkaitan dengan ketentuan
jek hukum itu berbeda warna kulit, aga- mengenai isi perjanjian yang diharuskan
ma, dan ras. oleh kepatutan berdasarkan sifat perjan-
Asas Keseimbangan, yaitu asas jiannya.
yang menghendaki kedua belah pihak Asas Kebiasaan, yaitu dipan-
memenuhi dan melaksanakan perjanjian. dang sebagai bagian dari perjanjian. Su-
Kreditur mempunyai kekuatan untuk atu perjanjian tidak hanya mengikat untuk
menuntut prestasi dan jika diperlukan da- apa yang secara tegas diatur, akan tetapi
pat menuntut pelunasan prestasi melalui juga hal-hal yang menurut kebiasaan
kekayaan debitur, namun debitur memi- lazim diikuti.

54 SUHUF, Vol. 26, No. 1, Mei 2014: 48-56


Asas Perlindungan, yaitu asas kapan para pihak untuk membuat
yang mengandung pengertian bahwa suatu perikatan, sedangkan syarat
antara debitur dan kreditur harus objektif adalah suatu hal tertentu dan
dilindungi oleh hukum. Namun, yang suatu sebab yang halal. Oleh sebab itu,
perlu mendapat perlindungan itu adalah dalam melakukan perbuatan hukum
pihak debitur karena pihak ini berada pa- membuat suatu kontrak/perjanjian
da posisi yang lemah. haruslah pula memahami asas-asas yang
Asas-asas inilah yang menjadi berlaku dalam dasar suatu kontrak/
dasar pijakan dari para pihak dalam perjanjian antara lain: asas kebebasan
menentukan dan membuat suatu kontrak/ berkontrak, asas konsesnsualisme, asas
perjanjian dalam kegiatan hukum sehari- kepastian hukum/pacta sunt servanda,
hari. Dengan demikian, dapat dipahami asas itikad baik dan asas kepribadian.
bahwa keseluruhan asas di atas merupa- Dari kelima asas yang berdasarkan teori
kan hal penting dan mutlak harus ilmu hukum tersebut ditambahkan
diperhatikan bagi pembuat kontrak/ delapan asas hukum perikatan nasional
perjanjian, sehingga tujuan akhir dari yang merupakan hasil rumusan bersama
suatu kesepakatan dapat tercapai dan berdasarkan kesepakatan nasional,
terlaksana sebagaimana diinginkan oleh antara lain: asas kepercayaan, asas
para pihak. persamaan hukum, asas keseimbangan,
asas kepastian hukum, asas moralitas,
Kesimpulan asas kepatutan, asas kebiasaan dan asas
Untuk memahami dan memben- perlindungan. Dengan demikian asas-
tuk suatu perjanjian, maka para pihak asas perjanjian tersebut berlaku secara
harus memenuhi syarat sahnya perjanjian umum dalam hal membentuk atau
berdasarkan Pasal 1320 KUHPer, yakni merancang suatu kontrak di dalam
syarat subjektif: adanya kata sepakat kegiatan hukum.
untuk mengikatkan dirinya dan keca-

DAFTAR PUSTAKA

Atiyah. 1983.The Law of Contract. London: Clarendon Press.


Devid, Rene and John. E.C. Brierley.1978. Major Legal Systems in the World
Today. London: Stevens & Sons.
Salim H.S. 2004. Hukum Kontrak: Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Cet.
II. Sinar Grafika.

Asas-Asas Hukum Perjanjian ... (M. Muhtarom) 55


Soebekti dan R. Tjitrosudibio. 1996. Kitab Undang-undang Hukum Perdata =
Burgerlijk Wetboek (terjemahan). Cet. 28. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
S. Imran, 2007. Asas-Asas dalam Berkontrak: Suatu Tinjauan Historis Yuridis
pada Hukum Perjanjian, Sinar Grafika.
Tim Naskah Akademik BPHN. 1985. Lokakarya Hukum Perikatan. Jakarta:
Badan Pembinaan Hukum Nasional Deparetmen Kehakiman RI.

56 SUHUF, Vol. 26, No. 1, Mei 2014: 48-56

Anda mungkin juga menyukai