Anda di halaman 1dari 9

ASAS-ASAS HUKUM PERJANJIAN: SUATU

LANDASAN DALAM PEMBUATAN


KONTRAK

M. Muhtarom
Dosen Jurusan Syariah Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. Ahmad Yani, tromol pos I Pabelan
Kartasura

ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan mengenai para pihak


memahami asas-asas perjanjian (contract principles) dalam
melakukan atau membuat suatu kontrak. Tujuan umum dari makalah
ini adalah untuk menyampaikan gambaran atau deskripsi kepada
pembaca mengenai hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat
kontrak yang berkaitan dengan perbuatan hukum. Sedangkan tujuan
khusus adalah untuk memahami karakteristik suatu kontrak yang
bersifat terbuka yang didasarkan pada prinsip-prinsip dan teori-teori
Ilmu Hukum. Dari penelusuran penulis disimpulkan bahwa Untuk
memahami dan membentuk suatu perjanjian, maka para pihak harus
memenuhi syarat sahnya perjanjian berdasarkan Pasal 1320
KUHPer, yakni syarat subjektif: adanya kata sepakat untuk
mengikatkan dirinya dan kecakapan para pihak untuk membuat
suatu perikatan, sedangkan syarat objektif adalah suatu hal
tertentu dan suatu sebab yang halal. Oleh sebab itu, dalam
melakukan perbuatan hukum membuat suatu kontrak/perjanjian
haruslah pula memahami asas-asas yang berlaku dalam dasar suatu
kontrak/perjanjian antara lain: asas kebebasan berkontrak, asas
konsesnsualisme, asas kepastian hukum/pacta sunt servanda, asas
itikad baik dan asas kepribadian. Dari kelima asas yang
berdasarkan teori ilmu hukum tersebut ditambahkan delapan asas
hukum perikatan nasional yang merupakan hasil rumusan bersama
berdasarkan kesepakatan nasional.
Kata Kunci: asas-asas, kontrak, hukum.

48 SUHUF, Vol. 26, No. 1, Mei 2014: 48-56


Pendahuluan membuat suatu perikatan; 3.
Hukum yang berlaku di Mengenai suatu hal tertentu; dan 4.
Indonesia banyak dipengaruhi oleh Atas suatu sebab yang halal
sistem-sistem hukum asing, terutama (Soebekti dan R. Tji- trosudibio, 1996:
adalah sistem hukum Eropa atau 132). Dengan dipenuh- inya empat
disebut juga sistem hukum Romawi syarat sahnya perjanjian ter- sebut,
Jerman. Sistem hukum ini melalui maka suatu perjanjian menjadi sah dan
jalur hukum Belanda. telah me- mengikat secara hukum bagi para
nancapkan pilar-pilar hukum yang pihak yang membuatnya.
meng- ikat antara masyarakat dengan Di dalam kegiatan hukum
penguasa sehari- hari banyak ditemukan
maupunmasyarakatdenganmasyarakat. perbuatan-per- buatan hukum yang
Sistem hukum ini pertama kali ber- berkenaan dengan perjanjian atau
kembangdalamhukumperdatanyaatau kontrak antara duapihak atau lebih.
private law atau civil law, yaitu Umumnya mereka melakukan
hukum perjanjian-perjanjian dengan sistem
yangmengaturhubungansesamaanggota terbuka, yang artinya bahwa setiap
masyarakat. Oleh karena itu, sistem orang bebas untuk mengadakan
hu- kum Romawi Jerman ini lebih perjanjian baik yang diatur maupun
terkenal dengan nama sistem hukum yang belum diatur di dalam suatu
civil law (Rene Devid and John. undang-undang, Hal ini sesuai
E.C. Brierley, dengan kriteria terbentuknya kontrak
1978: 21) dimana berdasarkan Pasal 1338 ayat
Dalam Burgerlijk Wetboek (1) KUHPer menegaskan bahwa
(BW) yangkemudianditerjemahkanoleh semua perjanjian yang dibuat secara
Prof. R. Subekti, SH dan R. sah berlaku sebagai undang-undang
Tjitrosudi- biomenjadi Kitab Undang- bagi mereka yang membuatnya.
Undang Hu- kum Perdata (KUHPer) Biasanya dalam suatu kontrak terdiri
bahwa menge- nai hukum perjanjian dari 6 (enam) bagian, yakni judul
diatur dalam Buku III tentang Perikatan, perjanjian, pembu- kaan, pihak-pihak
dimana hal tersebut dalam perjanjian, recital, isi
mengaturdanmemuattentanghukumke- perjanjian, dan penutup. Dari enam
kayaan yang mengenai hak-hak dan bagian tersebut terdapat beberapa
ke- wajiban yang berlaku terhadap klausula umum seperti wanprestasi,
orang- orang atau pihak-pihak pilihanhukumdanpilihan forum,domisili,
tertentu. Kebe- radaan suatu force majeur, yang banyaknya tergan-
perjanjian atau yang saat ini lazim tung dari kesepakatan para pihak.
dikenal sebagai kontrak, tidak terlepas Kebe- radaan suatu kontrak tidak
dari terpenuhinya syarat-syarat terlepas dari asas-asas yang
mengenai sahnya suatu perjanjian/kon- mengikatnya. Asas-asas dalam
trak seperti yang tercantum dalam berkontrak mutlak harus dipenuhi
KUH Perdata, sebagai berikut: 1. apabila para pihak sepakat untuk
Adanya ke- sepakatan dari mereka mengi- katkan diri dalam melakukan
yang mengikat- kan dirinya; 2. perbuatan-
Adanya kecakapan untuk

Asas-Asas Hukum Perjanjian ... (M. Muhtarom) 49


perbuatan hukum. Namun demikian, Kontrak, dalam bentuk yang
se- ringkali ditemui ada beberapa pa- ling klasik, dipandang sebagai
kontrak yang dibuat tanpa berdasarkan ekspresi kebebasan manusia untuk
asas-asas yang berlaku dalam suatu memilih dan mengadakan perjanjian.
kontrak. Hal seperti ini terjadi karena Kontrak meru- pakan wujud dari
disebabkan ke- kurangpahaman para kebebasan (freedom of contract) dan
pihak terhadap kondisi dan posisi kehendak bebas untuk memilih
mereka. Oleh karena itu, timbulah (freedom of choice) (Ati- yah,1983:
pertanyaan meliputi asas- asas apa 5).
sajakah yang berlaku dalam me- Sejak abad ke-19 prinsip-
lakukan suatu kontrak/perjanjian? prinsip itu mengalami perkembangan
Pada tulisan ini, akan dicoba dan berba- gaipergeseranpenting.
dipa- parkan mengenai para pihak Pergeserandemi- kian disebabkan oleh:
memahami asas-asas perjanjian pertama, tumbuh- nya bentuk-bentuk
(contract princi- ples) dalam kontrak standar; kedua, berkurangnya
melakukan atau membuat suatu makna kebebasan memilih dan
kontrak (Imran, 2007: 78). Tujuan kehendak para pihak, seba- gai akibat
umum dari tulisan ini adalah untuk meluasnya campur tangan pe- merintah
me- nyampaikan gambaran atau dalam kehidupan rakyat; keti- ga,
deskripsi kepada pembaca mengenai masuknya konsumen sebagai pihak
hal-hal yang harus diperhatikan dalam dalam berkontrak. Ketiga faktor ini
membuat kon- trak yang berkaitan be- rhubungan satu sama lain
dengan perbuatan hukum. (Atiyah,1983: 13). Tetapi, prinsip
Sedangkantujuankhususadalah untuk kebebasan berkon- trak dan kebebasan
mendiskripsikan karakteristik sua- tu untuk memilih tetap dipandang
kontrak yang bersifat terbuka yang sebagai prinsip dasar pem- bentukan
didasarkan pada prinsip-prinsip dan kontrak.
teori-teori Ilmu Hukum.
Asas-Asas Hukum Kontrak
Sistem Pengaturan Hukum Kontrak Berdasarkan teori, di dalam
Hukum kontrak adalah bagian suatu hukum kontrak terdapat 5
hu- kum perdata (privat). Hukum ini (lima) asas yang dikenal menurut
memu- satkan perhatian pada ilmu hukum perdata. Kelima asas itu
kewajiban untuk melaksanakan antara lain adalah: asas kebebasan
kewajiban sendiri (self imposed berkontrak (freedom of contract),
obligation). Disebut sebagai bagian asas konsen- sualisme
dari hukum perdata disebabkan (concsensualism), asas kepas- tian
karena pelanggaran terhadap hukum (pacta sunt servanda), asas
kewajiban- kewajiban yang ditentukan itikad baik (good faith), dan asas
dalam kon- trak, murni menjadi kepribadian (personality). Berikut ini
urusan pihak-pihak yang berkontrak adalah penjelasan mengenai asas-
(Atiyah,1983: 1). asas dimaksud:

50 SUHUF, Vol. 26, No. 1, Mei 2014: 48-56


1. Asas Kebebasan Berkontrak pemasyarakatan hukum kontrak/perjan-
(freedom of contract) jian.
Asas kebebasan berkontrak da-
pat dianalisis dari ketentuan Pasal 2. Asas Konsensualisme (concen-
1338 ayat (1) KUHPer, yang sualism)
berbunyi: “Se- mua perjanjian yang Asaskonsensualismedapatdisim-
dibuat secara sah berlaku sebagai pulkan dalam Pasal 1320 ayat (1)
undang-undang bagi mereka yang KUHPer. Pada pasal tersebut ditentukan
membuatnya.” bahwa salah satu
Asas ini merupakan suatu asas syaratsahnyaperjanjian adalah adanya
yang memberikan kebebasan kepada kata kesepakatan antara kedua belah
para pihak untuk: (1) membuat atau pihak. Asas ini merupakan asas yang
tidak membuat perjanjian; (2) menyatakan bahwa perjanjian pada
mengadakan perjanjian dengan siapa umumnya tidak diadakan secara
pun; (3) menen- tukan isi perjanjian, formal, melainkan cukup dengan
pelaksanaan, dan persyaratannya, adanya kesepakatan kedua belah
serta (4) menentukan bentuk perjanjia pihak. Kese- pakatan adalah
nya apakah tertulis atau lisan. persesuaian antara kehendak dan
Pada akhir abad ke-19, akibat pernyataan yang dibuat oleh kedua
desakan paham etis dan sosialis, belah pihak. Asas konsen- sualisme
paham muncul diilhami dari hukum Romawi
individualismemulaipudar,terlebih-lebih dan hukum Jerman. Di dalam hukum
sejak berakhirnya Perang Dunia II. Jerman tidak dikenal istilah asas
Pa- ham ini kemudian tidak konsensualisme, tetapi lebih dikenal
mencerminkan keadilan. dengansebutanperjanjianriildanperjan-
Masyarakatmenginginkanpi- hak yang jian formal. Perjanjian riil adalah
lemah lebih banyak mendapat suatu perjanjian yang dibuat
perlindungan. Oleh karena itu, kehendak dandilaksanakan secara nyata (dalam
bebas tidak lagi diberi arti mutlak, hukum adat disebut secara kontan).
akan tetapi diberi arti relatif, dikaitkan Sedangkan perjanjian formal adalah
selalu dengankepentinganumum. suatu perjanjian yang telah
Pengaturan substansi kontrak tidak ditentukanbentuknya, yaitutertulis(baik
semata-mata di- biarkan kepada para berupa akta otentik maupun akta
pihak namun per- lu juga diawasi. bawah tangan). Dalam hukum Romawi
Pemerintah sebagai pengemban dikenal istilah contractus verbis
kepentingan umum menjaga literis dan contractus innominat.
keseimbangan kepentingan individu dan Artinya, bahwa terjadinya perjanjian
kepentingan masyarakat. Melalui apabila memenuhi bentuk yang telah
pene- robosan hukum kontrak oleh ditetapkan. Asas konsensualisme
pemerintah maka terjadi pergeseran yang dikenal dalam KUHPer adalah
hukum kontrak ke bidang hukum berkaitan dengan bentuk perjanjian.
publik. Oleh karena itu, melalui
intervensi pemerintah inilah terjadi

Asas-Asas Hukum Perjanjian ... (M. Muhtarom) 51

Anda mungkin juga menyukai