Anda di halaman 1dari 12

KONTRAK SYARI’AH

Mauidatus Sholechah

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

meydanayhar@gmail.com

Abstrak: Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita bersinggungan dengan akad kontrak atau bisa disebut dengan perjanjian.
Contoh konkrit yang biasa kita temui diantaranya adalah kontrak jual beli, sewa menyewa, dan lain sebagainya. Sebagai penganut
agama mayoritas di Indonesia sudah sepatutnya kita untuk mengetahui apakah akad yang terjadi sudah sesuai dengan apa yang
telah ditentukan oleh syariat, apa yang membedakan kontrak sesuai islam dengan kontrak konvensional, asas-asas, syarat sah,
tinjauan teori yuridis dalam kontrak syariah serta konsekuensi yuridis yang didapatkan. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah library research dan sumber literatur diperoleh dari jurnal, artikel dan buku-buku yang berkaitan dengan tema yang
dibahas. Secara tidak langsung munculnya kontrak syariah ini sangatlah membantu masyarakat beragama islam untuk semakin
dekat dengan tuhannya melalui metode pendekatan menjalankan sesuai dengan apa yang telah ditentukan oleh Allah SWT.

Kata kunci: kontrak, syari’ah,

PENDAHULUAN
Pada zaman milenial ini sering kali kita bersinggungan dengan praktek ekonomi, dengan mayoritasnya masyarakat yang
beragama islam sudah semestinya negara ini mulai bersinggungan dengan ekonomi berbasis syariah. Salah satu tolak ukur
suksesnya eksistensi ekonomi syariah adalah merantaknya system berbasis syariah di mayoritas system kontrak di Indonesia.

Tak bisa disangkal pula bahwa untuk memperluas perkembangan ekonomi syariah harus sebanding dengan sumber daya
manusia yang mumpuni, padahal saat iini masih banyak penduduk kita belium mengenal atau memiliki kemampuan dalam
menjalankan kontrak ataupun bisnis yang sesuai dengan syariah yang telah di ajarkan dalam Islam. Dan dengan banyaknya
penduduk Indonesia yang mayoritasnya adalah orang muslim, sudah sepatutnya system ekonomi berbasis syariah kita lebih maju
seperti halnya di negara-negara muslim lainnya.

Kontrak sendiri berasal dari Bahasa inggris contract yang berartikan suatu perjanjian, maknanya seseorang melakukan
kontrak berarti ia melakukan suatu perjanjian bahwasannya is akan melakukan suatu hal yang telah diperjanjikan dengan suatu
aturan yang telah disepakati Bersama dan bertujuan untuk menguntungkan para pihak yang telah melakukan kontrak tersebut.
Dalam pelaksanaannya terdapat satu hal yang membedakan kontrak tersebut termasuk kontrak syriah atau konvensional, yaitu
terdapat dalam heading jikalau kontrak syariah terdapat tambahan lafadz bismillahirrahmanirrahiim, untuk ketentuan selebihnya
sama persisi dengan kontrak konvensional.

Setelah pemaparan di atas penulis ingin memaparkan sedikit mengenai elemen-elemen kontrak syariah dengan tujuan
supaya masyarakat Indonesia lebih mengetahui dan dapat mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah library research. Metode library research adalah metode mendayagunakan sumber pustaka untuk
memperoleh data penelitian sebagai bahan koleksi perpustakaan tanpa melakukan riset lapangan. 1 Sumber literatur diperoleh dari
jurnal, artikel dan buku-buku yang berkaitan dengan tema yang dibahas. Penelitian ini terfokus mengenai kontrak syariah, sehingga
penulis mencari data literatur yang berkaitan dengan kontrak syariah.

PEMBAHASAN

Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita bersinggungan dengan perbuatan hukum berupa akad kontrak atau bisa disebut
dengan perjanjian yang biasa dilakukan antara dua orang atau lebih. Hukum kontrak merupakan aturan-aturan hukum yang
berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian dan persetujuan. Di dalam peraturan perundang-undangan memuat bahwasannya Buku
III KUHPerdata menganut system terbuka, yang memiliki maksut setiap warga negara Indonesia diperbolehkan untuk megadakan
kontrak dengan siapapun dan menentukan syarat-syarat pelaksanaan dalam berkontrak serta bagaimana bentuk kontrak itu sendiri,
apakah ia tertulis ataupun lisan baik yang disebutkan dalam KUHPerdata maupun yang tidak disebutkan. 2 Perjanjian atau kontrak
secara terbuka juga dapat dimaknai dengan kebebasan mengadakan perjanjian yang sudah diatur dalam suatu undang-undang
maupun yang tidak diatur didalamnya, hal ini sesuai dengan kriteria kontrak terbentuk dalam pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata yang
memiliki arti semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.3

1
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004), 1-2
2
H.S, HUKUM KONTRAK : Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, 11.
3
Muhtarom, “ASAS-ASAS HUKUM PERJANJIAN: SUATU LANDASAN DALAM PEMBUATAN KONTRAK,” 49.
Dengan demikian kontrak syariah adalah landasan terbentuknya pelaksanaan kegiatan berkontrak yang sesuai dengan
hukum islam serta memiliki tujuan untuk memperoleh manfaat dan mashlahah bagi para pihak yang terikat dalam suatu perjanjian
itu sendiri.

TEORI-TEORI YURIDIS DAN KONSEPTUAL TENTANG KONTRAK SYARIAH

Ada beberapa teori yang dipelu dipelajari dalam ilmu hukum kontrak yang mana dapat menjelaskan segmen dari kontrak yang
bersangkutan. Di dalam ilmu hukum kontrak terdapat empat teori yang mendasar, yaitu: 4

1. Teori Kontrak de fact: Merupakan kontrak yang tidak pernah disebutkan dengan tegas tetapi ada dalm kenyataan pada
prinsipnya dapat diterima sebagai kontrak yang sempurna.
2. Teori Kontrak Ekspresif: Teori kontrak ini memiliki daya berlaku yang kuat sehingga ketika kontrak dibuat secara tulis
maupun lisan dinyatakan dengan tegas (ekspresif). Ikatan tersebut dianggap sempurna jika para pihak yang bersangkutan
dapat melengkapi syarat-syarat sahnya kontrak.
3. Teori Promissory Estopple: Teori ini biasanya disebut Detrimental Reliance dianggap ada kesesuaian kehendak para pihak
jika pihak lawan telah melakukan sesuatu akibat dari tindakan pihak lainnya yang dianggap merupakan tawaran untuk
suatu ikatan kontrak.
4. Teori Kontrak Quasi: Dalam teori ini dianggap terjadi sebuah kontrak dengan konsekuensinya yang siap ditanggung para
pihak jika terpenuhinya syarat-syarat tertentu.

ASAS KONTRAK SYARIAH

4
Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari sudut Pandang Hukum Bisnis), Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007, hlm. 8.
Makna dari asas merupakan nilai dasar perbuatan manusia yang dipengaruhi oleh unsur kebenaran yang hakiki. Sedangkan
makna dari asas kontrak syariah adalah sebuah landasan yang melatar belakangi dalam pembentukan penegakan dan pelaksaan
kontrak syariah untuk mendapatkan manfaat bagi para pihak yang mengikatkan diri dalam suatu perjanjian.5

Menurut teori, asas yang terkenal menurut ilmu hukum perdata dalam kontrak syariah ada 5: asas kebebasan berkontrak,
asas konsensualisme, asas kepastian hukum, asas itikad baik dan asas kepribadian. 6

1. Asas kebebasan berkontrak (freedom of contract)


Diatur dalam pasal 1338 ayat 1 KUHPer “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang
bagi mereka yang membuatnya”. Secara historis asas kebebasan berkontrak memberikan kebebasan untuk membuat
atau tidak membuat perjanjian, mengadakan perjanjian dengan siapa pun, menentukan isi perjanjian, pelaksanaan,
dan persyaratannya, serta menentukan bentuk perjanjiannya apakah tertulis atau lisan.
2. Asas konsensualisme
Asas ini memiliki makna bahawa perjanjian atau kontrak terjadi saat adanya kesepakatan dari kedua belah pihak.
Penjanjian dikatakan saah jika tercapai sepakat (concensus) mengenai hal-hal pokok dan tidak diperlukan suatu
formalitas7
3. Asas kepastian hukum

5
Fila, “Kajian Teoritik Terhadap Urgensi Asas Dalam Akad (Kontrak) Syariah,” 52.
6
Muhtarom, “ASAS-ASAS HUKUM PERJANJIAN: SUATU LANDASAN DALAM PEMBUATAN KONTRAK,” 50.
7
Fila, “Kajian Teoritik Terhadap Urgensi Asas Dalam Akad (Kontrak) Syariah,” 56.
Asas ini memiliki tujuan memberikan kejelasan terhadap suatu hukum positif yang mewajibkan adanya keteraturan
dan kepastian untuk menyongkong bekerjanya sistem hukum8
4. Asas Itikad baik
Sesuai dengan pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata yang menjelaskan “perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”
Asas ini merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak
berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun kemauan baik dari para pihak.
5. Asas kepribadian
Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan membuat kontrak
hanya untuk kepentingan perorangan saja. Menurut Pasal 1315 KUHPer menegaskan: “Pada umumnya seseorang
tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri.” Inti ketentuan ini sudah jelas bahwa
untuk mengadakan suatu perjanjian, orang tersebut harus untuk kepentingan dirinya sendiri.
Sementara asas-asas kontrak menurut syariah ada 7:

1. Al-hurriyah(kebebasan)
Asas kebebasan ini dibatasi oleh ketentuan syariah islam. Dibuat tanpa adanya paksaan, kekhilafan dan penipuan.
Dalilnya ada di Q.S. Al-Baqarah:256
2. Al-musawwah (kesetaraan)

8
Julyano dan Sulistyawan, “PEMAHAMAN TERHADAP ASAS KEPASTIAN HUKUM MELALUI KONSTRUKSI
PENALARAN POSITIVISME HUKUM,” 20.
Makna yang terkandung yaitu para pihak atau subjek akad memiliki kedudukan yang sama. Dalilnya ada di Q.S.
Al-Hujurat:13. Islam menunjukkan semua manusia berkedudukan yang sama di depan hukum, yang
membedakannya dihadapan Allah adalah tingkat ketakwaannya.
3. Al-adalah (keadilan)
Akad harus selalu mengedepankan keadilan untuk para subjeknya. Dalilnya ada di Q.S. Al-A’raf: 29
4. Al-ridhaiyyah (kerelaan)
Setiap transaksi harus dilakukan dengan landasan saling ridha antar subjek yang melakukan transaksi. Dalilnya ada
di Q.S. An-Nisa:29.
5. Ash-siddiq (jujur)
Islam sangatlah mengedeopankan kejujuran, tidak ada kebohongan di dalamnya. Dalilnya ada dalam Q.S.Al-
Ahzab:70.
6. Al-kitabah (tertulis)
Akad yang terbuat hendaknya bersifat tertulis agar meminimalisir terjadinya kesalahpahaman di kemudian hari.
Dalil diperintahkannya menulis setiap perjanjian ada dalam Q.S. Al-Baqarah :282
7. Al-manfaat (kemanfaatan)
Akad yang dilakukan haruslah mengandung kemanfaatan pada setiap pihak yang terlibat, dan tidak menimbulkan
mudharat untuk salah satu meupun semua pihak. Dalilnya ada pada Q.S. Al-Baqarah:168.9

SUBJEK & OBJEK KONTRAK SYARIAH

9
Fatmah, “Kontrak Bisnis Syariah”, 10-17
Setiap suatu predikat pasti membutuhkan subjek atau pelaku dalam mengerjakan hal yang dilakukan. Dalam hal kontrak
syariah juga terdapat subjek yang mana subjek tersebut dapat berupa manusia perseorangan (naturlij person / al-akhwal asy-
syaksiyah) maupun berupa badan hukum (rech person).

Menurut syariah yang dapat dikatakan subjek ada dua, yang pertama yaitu Al-Aqid (orang yang melakukan akad) yang
mempunyai persyaratan harus dewasa, berakal, dan merdeka. Yang kedua al-wilayah (kekuasaan) penguasaan penuh terhadap
suatu barang yang akan dikontrakkan atau diperjanjikan.

Untuk objek akad kontrak itu sendiri adalah benda-benda tampak yang bersifat material tetapi juga bersifat subjektif dan
abstrak. Objek akad bisa berbentuk suatu kemanfaatan, contohnya memberi upah, tanggungan, kewajiban, jaminan maupun
kuasa.10 Islam mensyaratkan bahwa objek kontrak harus dapat diserah-terimakan atau dapat dilaksanakan, dan dapat
ditentukan,dapat ditransaksikan.

BAGIAN-BAGIAN DARI KONTRAK SYARIAH

Kontrak dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis. Pembuatan kontrak pun tidak ada aturan tertentu yang tertera dalam
undang-undang, namun untuk kontak secara tertulis dilaksanakan jika kontrak itu tidak mengikat jika tidak ada bukti secara tertulis.
Format secara formil sudah disiapkan oleh notaris yang berisikan

1. Judul
2. Pembukaan

10
Ardi Muhammad, “Asas-Asas Perjanjian (Akad), Hukum Kontrak Syariah dalam Penerapan Salam dan Istisna,” 271.
3. Komparisi para pihak
4. Prameisse (keterangan pendahuluan pokok permasalahan)
5. Isi perjanjian (ketentuan dan persyaratan)
6. Penutup
7. Penandatanganan11
Apabila semua unsur telah ada dan telah ditandatangani oleh kedua belah pihak maka kontrak itu telah sah secara hukum
dan sudah disetujui.

SYARAT SAH KONTRAK SYARIAH;

Dalam kontrak memiliki beberapa syarat yang harus terpenuhi. Menurut pasal 1320 KUHPerdata syarat sah nya kontrak
ada 4
1) Kesepakatan dari pihak yang mengikatkan diri (de toesteming van degenen die zich verbinden)
2) Kecakapan untuk melakukan suatu perikatan (de bekwaamheid om eeve verbintenis aan gaam)
3) Suatu hal tertentu (een bepaald onderwerp)
4) Suatu sebab yang halal (eene geoorloofde oorzaak)

Hal inilah yang harus ada dalam suatu kontrak perjanjian, apabila syarat subjektif (syarat yang bersangkutan dengan para
pelaku) tidak terpenuhi maka perjanjian harus dimintakan pembatalannya. Dan apanila syarat objektifnya yang tidak terpenuhi
maka tidak akan terjadi sebuah perjanjian karena barang yang diperjanjikan tidak ada. 12

11
“kontrak bisnis syariah.pdf,” 82.
12
Wiwoho dan Mashdurohatun, “HUKUM KONTRAK, EKONOMISYARIAH DAN ETIKA BISNIS,” 13.
Secara syariat akad atau kontrak akan dikatakan sah apabila terhindar dari beberapa hal yaitu : al-jahalah (ketidak jelasan
harga, jenis, dan spesifikasinya), al-ikrah (keterpaksaan), al-gharar (unsur ketidakjelasan), ad-dharar (kemudharatan), dan as-
syartul fasid (syarat yang dianggap rusak).13

KONSEKUENSI YURIDIS KONTRAK SYARIAH

Setiap apa yang kita kerjakan, kita harus bertanggung jawab penuh terhadapnya termasuk didalamnya adalah konsekuensi
yang diterima saat kontrak sudah terjadi akad namun tidak memenuhi syarat-syarat sah nya kontrak yang berlaku. Ada dua jenis
syarat sah nya kontrak yaitu syarat subjektif (syarat yang menempel pada subjek atau orang yang melakukan kontrak) dan syarat
objektif (syarat yang melekat pada objek yang akan dibuat kontrak).

Apabila salah satu dari syarat-syarat subyektif tidak terpenuhi maka salah satu pihak dapat meminta pembatalan perjanjian,
dalam pasal 1454 KUHPerdata jangka waktu permintaan pembatalan perjanjian dibatasi hingga lima tahun. Apabila salah satu
dari syarat-syarat obyektif tidak terpenuhi, maka perjanjian batal demi hukum, yang artinya perjanjian tersebut dianggap tidak
pernah ada (null and noid).14

KESIMPULAN

Kontrak berasal dari Bahasa inggris contract yang berartikan suatu perjanjian, Dalam pelaksanaannya terdapat satu hal
yang membedakan kontrak tersebut termasuk kontrak syriah atau konvensional, yaitu terdapat dalam heading jikalau kontrak
syariah terdapat tambahan lafadz bismillahirrahmanirrahiim, untuk ketentuan selebihnya sama persisi dengan kontrak

13
“kontrak bisnis syariah.pdf,” 28.
14
Wiwoho dan Mashdurohatun, “HUKUM KONTRAK, EKONOMISYARIAH DAN ETIKA BISNIS,” 13–14.
konvensional. Dalam kontrak syariah ada 7: Al-hurriyah(kebebasan), Al-musawwah (kesetaraan), Al-adalah (keadilan), Al-
ridhaiyyah (kerelaan), Ash-siddiq (jujur), Al-kitabah (tertulis), dan Al-manfaat (kemanfaatan).

Subjek kontrak dapat berupa manusia perseorangan (naturlij person) maupun berupa badan hukum (rech person).objek
akad kontrak itu sendiri adalah benda-benda tampak yang bersifat material tetapi juga bersifat subjektif dan abstrakPembuatan
kontrak pun tidak ada aturan tertentu yang tertera dalam undang-undang, namun untuk kontak secara tertulis dilaksanakan jika
kontrak itu tidak mengikat jika tidak ada bukti secara tertulis . Secara syariat akad atau kontrak akan dikatakan sah apabila terhindar
dari beberapa hal yaitu : al-jahalah (ketidak jelasan harga, jenis, dan spesifikasinya), al-ikrah (keterpaksaan), al-gharar (unsur
ketidakjelasan), ad-dharar (kemudharatan), dan as-syartul fasid (syarat yang dianggap rusak). apabila syarat subjektif (syarat yang
bersangkutan dengan para pelaku) tidak terpenuhi maka perjanjian harus dimintakan pembatalannya. Dan apabila syarat
objektifnya yang tidak terpenuhi maka tidak akan terjadi sebuah perjanjian karena barang yang diperjanjikan tidak ada.

DAFTAR PUSTAKA

Ardi Muhammad, “Asas-Asas Perjanjian (Akad), Hukum Kontrak Syariah dalam Penerapan Salam dan Istisna,” Fila, Siti Zafilah
Firdausiah. “Kajian Teoritik Terhadap Urgensi Asas Dalam Akad (Kontrak) Syariah.” Al - Muamalat: Jurnal Hukum dan
Ekonomi Syariah 5, no. 1 (26 September 2020): 48–67. https://doi.org/10.32505/muamalat.v5i1.1519.

H.S, Salim. HUKUM KONTRAK : Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak. Cetakan 14. 1. jakarta: sinar grafika, 2019.
Julyano, Mario, dan Aditya Yuli Sulistyawan. “PEMAHAMAN TERHADAP ASAS KEPASTIAN HUKUM MELALUI
KONSTRUKSI PENALARAN POSITIVISME HUKUM.” CREPIDO 1, no. 1 (31 Juli 2019): 13–22.
https://doi.org/10.14710/crepido.1.1.13-22.

“kontrak bisnis syariah.pdf,” t.t.

Muhtarom, M. “ASAS-ASAS HUKUM PERJANJIAN: SUATU LANDASAN DALAM PEMBUATAN KONTRAK,” t.t.

Wiwoho, Jamal, dan Anis Mashdurohatun. “HUKUM KONTRAK, EKONOMISYARIAH DAN ETIKA BISNIS,” t.t.

Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004.

Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari sudut Pandang Hukum Bisnis), Bandung : Citra Aditya Bakti, 2007.

Anda mungkin juga menyukai