Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGERTIAN KONTRAK, ASAS-ASAS KONTRAK, SYARAT DAN


KETENTUAN KONTRAK, MENURUT TEORI AKAD DALAM FIQH
AL-MU’AMALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Legal and Contract Drafting
Bisnis Islam

Dosen Pengampu:

Dr. H. Shofa Robbani, Lc., M.A

Disusun Oleh :

1. Ayda Sukmawati (220401001)


2. Maulana Farabi Azis (220401012)
3. Devi Yuni Herlinawati (220401020)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN ADAB

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI

2023

1
ABSTRAK

Artikel ini memberikan gambaran mengenai pengertian kontrak, asas-asas


kontrak, syarat dan ketentuan kontrak menurut teori akad dalam fiqih al-
muamalah. Dalam studi ini disimpulkan bahwa kontrak dalam perfekstif islam
(fiqih al-muamalah) lebih dikenal dengan istilah aqad. Manusia merpakan
makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari kehidupan bermasyarakat, yang selalu
mengadakan kontak dengan manusia lainya dalam bentuk muamalah. Contohnya,
manusia selalu melakukan jual beli untuk mendapatkan barang-barang yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Hubungan antar sesama manusia
khususnya dalam bidang harta kekayaan biasanya diwujudkan dalam bentuk
perjanjian atau (akad). Sebuah perjanjian (akad) dilakukan manusia hampir setiap
hari, sepeti sewa-menyewa, jual beli, dan lain sebagainya. Sebuah akad
mempnunyai rukun dan syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu akad.
Singkatnya dapat dikatakan bahwa hukum perjanjian islam memegang peran
penting dalam pelaksanaan mumalah. Selain itu asas-asas kontrak (akad) meliputi
asas ilahiyyah, asas al-ibahah, asas hurriyah, dll.

Kata kunci: Kontrak (akad), asas, fiqih al-muamalah

A. LATAR BELAKANG

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas hubungan dengan


orang lain untuk memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidupnya.
Kebutuhan manusia begitu beragam sehinga terkadang ia tidak dapat
mencukupi kebuthan secara pribadi dan harus bergantung dengan orang
lain. Dalam hubungan antara manusia yang satu dengan mansia yang lain,
untk memenhi kebutuhanya harus ada aturan yang menjelaskan hak dan
kewajiban keuanya berdasarkan kesepakatan. Proses mencapai
kesepakatan dalam suatu kerangka yang memenuhi kebutuhan kedua belah
pihak sering disebut dengan proses mencapai kesepakatan atau
2
mengadakan kontrak. Hubungan ini merupakan fitrah yang ditetapkan oleh
Allah SWT. Oleh karena itu, sudah menjadi kebutuhan sosial masyarakat
mulai memahami arti kepemilikan. Islam sebagai agama global dan
universal memmmberikan aturan-aturan dalam kontrak yang cukup jelas
untuk dilaksanakan setiap saat. Dalam urusan fiqh, akad atau kontrak yang
dapat digunakan untk bertransaksi akan sangat bervariasi, tergantung pada
karakteristik dan spesifkasi kebutuhan yang ada. Sebelum membahas lebih
detail mengenai asas, syarat dan ketentan kontrak pada khusunya, kami
akan menjelaskan mengenai teori akad secara umum untuk kemudian
dijadikan landasan dalam melaksanakan akan-akad lainnya secara khusus.
Nah, pada artikel kali ini kami akan mencoba menjelaskan banyak hal
terkait akad dalam menjalankan muamalah dalam kehidupan kita sehari
hari.

B. PEMBAHASAN
A. Pengertian Kontrak (Akad)
Definisi akad dalam fiqh al-muamallah ialah sebuah perikatan,
kesepakatan, atau perjanjian, antara pihak-pihak yang menciptakan
perjanjian atas suatu obyek tertentu dan shighoh (lafadz) kan dalam
ijab-qobul.
Ali Atabik dan Ahmad Zuhdi Muhdlor dalam kamus kontemporer
Arab-Idonesia memberi arti bahwa kata akad ‫ عقد‬berasal dari mashdar

‫ ربط اى عقدة‬yang artinya : mengikat, menyimpulkan menggabungkan.


Dan mempunyai arti juga ‫ االتفاق‬dan ‫( العھد‬persepakatan, perjanjian,
kontrak). Misal kontrak resmi.1
Demikian juga Wahbab Al-zuhaili mendefinisikan aqad sebagai di
bawah ini:

1
A Zuhdi Muhdlor Ali Atabik, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, (Yogyakarta
Yayasan Ali Maksum: 1999) hlm 1303
3
‫الربط بنی أطراف الشىء سواء أكان ربطا حسیا أم معنویا من جانب او من‬
‫جاني‬

Artinya :

’’ Ikatan antara dua hal, baik ikatan seteknik khissy (nyata/fisik)


maupn ikatan seteknik ma’nawi (abstrak/psikis), dari satu sisi ataupun
dua sisi’’.2

Dalam terminologi ulama fiqh, aqad bisa ditinjau dari dua Definisi
yaitu Definisi umum dan khusus. Definisi umum mengenai aqad, para
ulama fiqh memberi definisi :

‫كل ما عزم املرء على فعله سواء صدر بارادة منفردة كالوقف واالبراء‬
‫والطالق والیمنی أم احتاج اىل ارادتنی ىف انشائ كالبیع واالجیار والتوكیل‬
‫والرهن‬

Artinya :

’’Segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang atas dasar


kehendaknya sendiri, seperti wakaf, pembebasan talak dan sumpah,
atau sesuat yang pembentukannya membutuhkan kehendak dari
dua orang, seperti jual beli, sewa, perwakilan dan gadai’’.

Sedangkan Definisi khusus ialah :

‫ارتباط اجیاب بقبول على وجه مشروع یثبت أثره ىف حمله‬

Artinya :

’’perikatan yang ditetapkan dengan ijab-qobul berdasarkan hukm


syara’ yang berdampak pada objeknya’’.

Dan :

2
Wahbab Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islamy wa Adillatuhu, Juz IV, (Damsyik, Dar Al-
Fikr , 1989), hlm 80
4
‫تعلق كالم أحد العاقدین باالخر شرعا على وجه یظهراثره ىف احملل‬

Artinya :

’’Keterkaitan ucapan salah satu orang yang membuat aqad dengan


lainnya sesuai syara’ pada suatu objek dan bedampak pada objek itu
pula’’.

B. Asas-asas Kontrak (Akad) menurut Teori Akad dalam Fiqh Al-


Mu’amalah

Dalam fiqih muamalah terdapat beberapa asas kontrak antara lain:

1) Asas Ibahah (Mabda al-Ibahah)

Asas ibahah adalah asas umum hukum islam dalam bidang


muamalat secara umum. Asas ini dirumuskan dalam adagium ’’pada
asasnya segala sesuatu itu boleh dilakukan sampai ada dalil yang
melarangnya.’’ Asas ini merupakan kebalikan dari asas yang berlaku
bahwa bentuk-bentuk ibadah yang sah adalaah bentuk-bentuk yang di
sebutkan dalil-dalil syariah, orang tidak dapat membuat bentuk baru
ibadah yang tidak pernah ditentukan oleh nabi SAW. Bentuk-bentuk
ibada yang dibuat tanpa pernah diajarkan oleh nabi SAW. Itu disebut
bid’ah dan tidak sah hukmnya.

Dalam tindakan-tindakan muamalat berlaku asas sebaliknya, yaitu


bahwa segala sesuatu itu sah dilakukan sepanjang tidak ada larangan
tegas aau tindakn itu. Bila dikaitkan dengan tindakan hukum, khusus
perjanjian, maka ini berarti bahwa tindakan hukum dan tindakan
hukum dan perjanjian apapun dapat dibuat sejauh tidak ada larangan
khusus mengeni perjanjian.

2) Asas kebebasan berakad (Mabda’ Hurriyah at- Ta’ aqud)

Hukum islam mengakui kebebasa berakad, yaitu suatu prinsip


hukum yang menyatakan bahwa setiap orang dapat membuat akad jeis

5
apapun tanpa terikat kepada nama-nama yang telah ditentukan dalam
undang-undang syari’ah dan memasukan klausal apa saja ke dalam
akad yang di buatnya itu sesuai dengan kepentinganya sejauh tidk
berakibat makan hta sesama dengn jalan bathil. Nmun demikian,
dilingkugn mazhab-mazhab yang berbed terdapat perbedaan pendapat
mengeni luas dan sempitnya kebebasan tersebut. Nas-nas al-qur’an
dan sunnah nabi SAW. Serta kaidah-kaidah hukum islam menujukkan
bahwa hukum islam menganut kebebasan berakad. Asas kebebasan
berakad ini merupkan konkretisasi lebih jauh dan spesifikasi yang
lebih tegas lagi terhadap asas ibahah dalam muuamalah.

Adanya asas kebebasan berakad dalam hukum islam di dasarkan


kepada beberapa dalil antara lain adalah :

a) Qs. Al-maidah :1

‫ٰٓي َاُّي َه ا اَّلِذ ْي َن ٰا َم ُنْٓو ا َاْو ُفْو ا ِباْلُع ُقْو ِۗد‬

Firman allah ’’Wahai orang-orang beriman, penuhilah


akad-akad (perjajin-perjanjian).’’

b) Sabda Nabi SAW. ’’Orang-orang muslim itu senantiasa


serta kepda syarat-syarat (janji-janji) mereka.’’

c) Sabda Nabi SAW. ’’Barang siapa menjual pohon kurma


yang sudah dikawinkan, maka buahnya adalah untuk
penjual (tidak ikut terjual). Kecuali apabila pembeli
mensyaratkan lain.’’ (HR. Muslim dari Ibnu Umar)

d) Kaidah hukum islam, pada asasnya akad itu adalah


kesepakatan para pihak dan akibat hukumnya adalah apa
yang mereka tetapkan asas diri mereka melalui janji.

3) Asas Konsesualisme (Mabda’ Ar-Radha’iyyah)

6
Asas konsensualime menyatakan bahwa untuk terciptanya suatu
perjanjian cukup dengan tercapainya kata sepakat antara para pihak
tanpa perlu dipenuhinya formlitas-formalits tertentu. Dalam hukum
islam pada umumnya perjanjian-perjanjin itu bersifat konsensual.

Para ahli hukum islam biasanya menyimpulkan asas


konsesualisme dari dalil-dalil hukum berikut:

a) Q.s An-Nisa: 29

‫ٰٓي َاُّي َه ا اَّلِذ ْي َن ٰا َم ُنْو ا اَل َت ْأُك ُلْٓو ا َاْم َو اَلُك ْم َب ْي َن ُك‬
‫ۗ ِباْلَباِط ِل ِآاَّل َاْن َت ُك ْو َن ِتَج اَر ًة َع ْن َت َر اٍض ِّم ْنُك ْم‬
Firman Allah SWT : “Wahai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu makan harta sesamamu dengan jalan batil,
kecuali (jika makan harta sesamamu dilkukan) dengan cara
tukar-tukar berdasarkan perizinan timbal balik (kata
sepakat) diantara kamu.” (Q.s An-Nisa:29)

b) Q.s An-Nisa: 4

‫َوَء اُتو۟ا ٱلِّنَس ٓاَء َص ُد َٰق ِتِهَّن ِنْح َلًةۚ َفِإن ِط ْبَن َلُك ْم َع ن‬
‫َش ْى ٍء ِّم ْنُه َنْفًسا َفُك ُلوُه َهِنٓئًـا َّم ِرٓئًـا‬
Firman Allah SWT: “Berikanlah mas kawin (mahar) kepada
wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan
penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepda
kamu sebagian dari mas kawin itu dengan senang hati,
maka makanlah (ambilah) pemberian itu (sebagai makanan)
yang sedap lagi baik akibatnya.”

c) Sabda Nabi SAW “Sesungguhnya jual beli itu berdasarkan


kata sepakat (hadist riwayat ibn Hibban dan Ibn Majah).

7
d) Kaidah hukum islam. Pada asasnya perjanjian (akad) itu
adalah kesepakatan para pihak dan akibat hukumnya adalah
apa yang mereka tetapkan melalui janji.

4) Asas Janji itu Mengikat

Dalam al-Quran dan Hadist terdapat banyak perintah agar


memenuhi janji. Dalam kaidah usul fikih, “ Perintah itu pada assnya
menunjukkan wajib”. Ini berarti bahwa janji itu mengikat dan wajib
dipenuhi. Diantara ayat dan hadis dimaksud adalah:

a) QS. Al-Isra’:34

‫َو َاْو ُفْو ا ِباْلَع ْه ِۖد ِاَّن اْلَع ْهَد َك اَن َم ْس ُٔـْو اًل‬

Firman Allah, “.. Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji


itu akan dimintakan pertanggungjawabannya.”

b) Asar dai Ibn Mas’ud, “ Janji itu adalah utang”.

5) Asas Keseimbangan (Mabda’ at-Tawazun fi al- Mu’awdhah)

Meskipun secara faktual jarang terjadi keseimbangan antara para


pihak dalam bertransaksi, namun hukum perjanjian islam tetap
menerapkn keseimbangan dalam memikul resiko. Asas keseimbangan
dalam transaksi (antara apa yang diberikan dengan apa yang diterima)
tercermin pada dibatalkannya sutu akad yang mengalami
ketidakseimbangan prestasi yng mencolok. Asas keseimbngan dalam
memikul resiko tercermin dalam larangan terhadap transaksi riba,
dimana dalam konsep riba itu hanya debitur yang memikul segala
resiko atas kerugian usaha, sementara kreditor bebas sama sekali dan
harus mendapat prosentase tertentu sekalipun pada saat dananya
mengalami kembalian negatif.

6) Asas Kemaslahatan ( Tidak memberatkan )

8
Asas ini dimaksudkan bahwa akad yang dibuat oleh para pihak
bertujuan mewujudkan kemaslahatan bagi mereka dan tidak
menimbulkan kerugian (mudharat) atau memberatkan (masyaqqah).
Apabila dalam pelaksanaan akad terjadi suatu perubahan keadaan
yang tidak dapat diketahui sebelumnya serta membawa kerugian yang
fatal bagi pihak bersangkutan dan memberatkan maka kewajibannya
dapat diubah dan disesuaikan kepada batas yang masuk akal.

7) Asas Amanah

Dengan asas amanah dimaksudkan masing-masing pihak haruslah


beritikad baik dalam bertransksi dengan pihak lainnya dan tidak
dibenarkan salah satu pihak mengekploitasi ketidaktahuan mitranya.
Dalam kehidupan masa kini banyak sekali obyek trasaksi yang
dihasilkan oleh satu pihak melalui suatu keahlian yang spesialis dan
profesionalisme yang tinggi sehingga ketika di transaksikan, pihak
lain yang menjadi mitra transaksi tidak banyak mengetahui seluk
beluknya. Oleh karena itu, ia sangat bergantung kepada pihak yang
menguasainya. Profesi kedokteran, terutama dokter spesialis, misalnya
hanya diketahui dan dikuasai oleh para dokter saja. Masyarakt umum
tidak mengetahui seluk beluk profesi tersebut. Oleh karena itu ketika
seorang pasien sebagai salah satu pihak transaksi, akan diterapkan
suatu metode pengobatan dan penanganan penyakitnya, sang pasien
sangat tergantung kepada informasi dokter untuk mengambil
keputusan menjalani metode tersebut. Begitu pula terdapat barang-
barang canggih, tetapi juga mungkin menimbulkan risiko berbahaya
bila salah satu penggunaanya, dalam hal ini, pihak yang bertransaksi
dengan objek barang tersebut sangat bergantung pada informasi yang
menawarkan barang tersebut. Oleh karena itu, dalam kaitan ini dalam
hukum perjanjian islam dituntut adanya sikap amanah pada pihak
yang menguasainya untuk memberi informasi yang sejujurnya kepada
pihak lain yng tidak banyak mengetahuinya. 3
3
Syamsul Anwar, hlm. 91
9
8) Asas Keadilan

Keadilan adalah tujuan yang hendak diwujudkan oleh semua


hukum. Dalam hukum islam, keadilan langsung merupakan perintah
al-Qur’an yang menegaskan, ’’Berlaku adillah, karena adil itu lebih
dekat kepada takwa’’ (QS. 5:8). Keadilan meruakan sendi setiap
perjanjian yang dibuat oleh para pihak. Sering kali pada zaman
modern ini , akad ditutup oleh suatu pihak lain tanpa memiliki
kesempatan untuk melakukan negoisasi mengeni klausal akad telah di
bakukan oleh pihak lain.

C. Syarat dan Ketentuan Kontrak menurut teori Akad dalam Fiqh


Al-Mu’amalah

Perjanjian sudah dikatakan dapat terwujud apabila rukun-rukun


akad terpenuhi. Sedangkan dari segi keabsahan perjanjinya, masih
tergantung apakah akad tersebut sesuai atau tidak dengan persyaratan
yang telah ditentukan berdasarkan hukum syara’. Pengertin syarat
adalah suatu yang karenanya baru ada hukum, dan engan tiadanya
tidak ada hukum. Dengan kata lain yang dimaksud syariat ialah suatu
yang dijadikan oleh syara sebagais syarat untuk mengadakan akad,
sehingga menentukan berlakunya hukum taklifi. Jika syariat itu belum
terpenuhi, maka perbatan hukum dianggap belum ada. 4

Para ulama fiqh menetapkan adanya beberapa syarat umum yang


harus dipenuhi dalam suatu akad, disamping setiap akad juga
mempunyai syarat-syarat khusus. Setiap pembentuk akad atau ikatan
mempunyai syarat yang ditentukan syara’ dan wajib disempurnkan.
Adapun syarat terjadinya akad ada 2 macam, sebagai berikut ;5

1. Syarat-syarat yang bersifat umum, yaitu syarat yang wajib


sempurna wujudnya dalam berbagai akad;

4
Burhanuddin M., Hukum, 37.
5
Sohari Sahroni dan Ruf’ah abdullah, Fiqh, 54
10
Pihak-pihak yang melakukan akad ialah dipandang mampu bertindak
menurut hukum (Mukallaf). Apabila belum mampu, harus dilakukan
oleh walinya.

a) Objek akad itu diketahui oleh syara’. Objek akad ini


harus memenuhi syarat :

 Bentuk harta,

 Dimiliki seseorang, dan

 Bernilai harta menurt syara’.

b) Akad itu tidak dilarang oleh nash syara’.

c) Akad yang dilakuukan itu memenuhi syarat-syarat


khusus dengan akad yang bersangkutan, Disamping
harus memenuhi syrat-syarat umum.

d) Akad itu bermanfaat.

e) Ijab tetap utuh sampai terjadi qabul.

2. Syarat-syarat yang bersifat khusus, yaitu syarat yang wujudnya


wajib ada dalam sebagian akad. Syarat khusus ini juga bisa
disebut idlafi (tambahan) yang harus ada disamping syarat-
syarat yang umum. Syarat-syarat umum yang harus dipenuhi
dalam berbagai macam akad, adalah sebagai berikut;

a) Kedua orang yang melakukan akad cakap bertindak


(ahli).

b) Objek akad dapat diterima hukumnya.

c) Akad itu diizinkan oleh syara’ dilakukan olehorang


yang mempunyai hak melakukannya walaupun dia
bukan aqaid yang memiliki barang.

11
d) Bukan akad yang dilarang oleh syara’.

e) Akad dapat memberikan qaidah, sehingga tidaklah sah


bila rahn dianggap sebagai timbangan amanah.

f) Ijab itu berjalan terus, tidak dicabut sebelum terjadi


qabul.

g) Ijab dan qabul mesti bersambung, sehingga bila seorang


yang melakukan ijab sudah berpisah sebelum adanya
qabul, maka ijab tersebut menjadi batal.

C. KESIMPULAN

Akad dalam fiqh al-muamallah ialah sebuah perikatan, kesepakatan,


atau perjanjian, antara pihak-pihak yang menciptakan perjanjian atas suatu
obyek tertentu dan shighoh (lafadz) kan dalam ijab-qobul.

Asas-asas Kontrak (Akad) menurut Teori Akad dalam Fiqh Al-


Mu’amalah :

1. Asas Ibahah (Mabda al-Ibahah)

2. Asas kebebasan berakad (Mabda’ Hurriyah at- Ta’ aqud)

3. Asas Konsesualisme (Mabda’ Ar-Radha’iyyah)

4. Asas Janji itu Mengikat

5. Asas Keseimbangan (Mabda’ at-Tawazun fi al- Mu’awdhah)

6. Asas Kemaslahatan ( Tidak memberatkan )

7. Asas Amanah

8. Asas Keadilan

12
Syarat dan Ketentuan Kontrak menurut teori Akad dalam Fiqh Al-
Mu’amalah

Ada 2 macam, yaitu umum dan khusus.

D. DAFTAR PUSTAKA

Farroh Hasan, Akhmad (2018). Fiqh Muammalah, Malang:Maliki Malang


Press.

Harun, (2017). Fiqh Muamalah, Surakarta:Muhammadiyah University


Press.

Ardi, M. (2016). Asas-Asas Perjanjian(Akad) Hukum Kontrak Syariah


dalam penerapan Salam dan Istisna. Jurnal Hukum Diktum, volume 14,
265-279.

http://etheses.uin-malang.ac.id/2477/5/0822058_Bab_2.pdf

13
14

Anda mungkin juga menyukai