Anda di halaman 1dari 9

ASAS-ASAS HUKUM PERJANJIAN : LANDASAN DALAM

PEMBUATAN KONTRAK
Inova Arti Ilhami inovaarti87@gmail.com

Mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah

UIN Raden Mas Said Surakarta

Abstract :

An agreement is an event where someone promises to another person or where


two people bind each other to do an act. Article 1313 of the Civil Code states that an
agreement is an act in which one or more people bind themselves to one or more people.
The purpose of making an agreement is as a basis for settlement if problems arise in the
future so that the parties are protected, obtain legal certainty and justice. In
implementing an agreement, it must be based on various aspects, one of which is the
principle. Principle has the meaning as the basis of something, a guideline for something
that is considered the truth, which is the goal of thinking and the principle that becomes a
guideline. In the settlement of agreement disputes, it should be resolved not only based on
what is written in the agreement but pay attention to the harmony of all the principles of
contract law, namely the principle of freedom of contract, the principle of consensualism,
the principle of legal certainty (pacta sunt servanda), the principle of good faith, the
principle of personality, the principle of trust, the principle of equal rights, the principle
of compliance, and the principle of protection.

Keywords: Agreement, Principles of Agreement, Contract .

Abstrak

Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang


lain atau dimana dua orang saling mengikat untuk melakukan suatu perbuatan. Pasal 1313
dalam KUHPerdata menyatakan bahwasannya perjanjian adalah suatu perbuatan dimana
satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Tujuan dari
dibuatnya perjanjian adalah sebagai dasar penyelesaian apabila timbul masalah
dikemudian hari agar para pihak terlindungi, mendapatkan kepastian hukum, dan
keadilan. Dalam pelaksanaan suatu perjanjian pasti dilandasi dengan berbagai aspek salah
satunya asas. Asas mempunyai pengertian sebagai dasar sesuatu, pedoman sesuatu yang
dianggap kebenaran, yang menjadi tujuan berpikir dan prinsip yang menjadi pegangan.
Pada penyelesaian sengketa perjanjian hendaklah diselesaikan tidak hanya didasarkan
pada apa yang tertulis dalam perjanjian tetapi memperhatikan keselarasan dari seluruh
asas-asas hukumperjanjian, yaitu asas kebebasan berkontrak, asas konsensualisme, asas
kepastian hukum ( pacta sunt servanda ), asas iktikad baik, asas kepribadian, asas
kepercayaan,, asas kepastian hukum, asas keseimbangan, dan asas perlindungan.

Kata Kunci : Perjanjian, Asas Perjanjian, Kontrak.

1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hukum Perjanjian sudah pasti tidak akan terlepas dari tujuan hukum pada
umumnya yaitu keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum. Huijbers
menguraikan tiga daripada tujuan hukum, Pertama, memelihara kepentingan
umum dalam masyarakat. Kedua, menjaga hak-hak manusia. Ketiga, mewujudkan
keadilan dalam hidup bersama.1 Apabila harus dimulai dengan analisis dalam
penerapan hukum perjanjian memerlukan asas-asas karena dalam perjanjian
sendiri terkandung makna “ janji harus ditepati” atau “ janji adalah hutang”.
Perjanjian merupakan suatu jembatan yang akan membawa pihak untuk
mewujudkan apa yang menjadi tujuan dari pembuatan perjanjian tersebut.

Dalam perjanjian terdapat makna mengenai konsep keadilan sebagai


tujuan dari perjanjian yang dibuat tersebut yang mana konsep mengenai keadilan
tersebut merupakan asas-asas yang terdapat dalam hukum perjanjian. Secara
umum nilai-nilai keadilan haruslah merupakan pencerminan sikap hidup
karakteristik bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam Pancasila dan UUD
1945 yaitu didasarkan pada nilai proporsional, nilai keseimbangan,nilai kepatutan,
itikad baik, dan perlindungan.2 Perjanjian haruslah dibuat dan dilaksanakan
berdasarkan akal pikiran sehat berdasarkan penghargaan pada nilai-nilai moralitas
kemanusiaan. Tolak ukur dalam asas tersebut dapat dilihat dari sejauh mana para
pihak mendapatkan perlindungan hukum apabila timbul masalah dalam
pelaksanaan perjanjian.

Dalam penyelesaian perjanjian sering tidak menerapkan asas-asas


perikatan yang baikdan diatur dalam hukum perjanjian. Peranan asas-asas dalam
hukum perjanjian memiliki peran penting dalam landasan pembuatan kontrak.
Karena dalam suatu perjanjian mengandung unsur kontrak antara dua pihak atau
lebih. Kontrak dalam benuk yang paling dasar dianggap sebagai ekspresi
kebebasan manusia dalam memilih dan mengadakan suatu perjanjian. Kontrak

1
Niru Anita Sinaga, „PERANAN ASAS-ASAS HUKUM PERJANJIAN DALAM‟, 7.2 (2018), 107–20.
2
Sekolah Tinggi and Ilmu Hukum, „ASAS KESEIMBANGAN DALAM HUKUM PERJANJIAN‟, 5.1 (2021).

2
merupakan wujud dari kebebasan ( freedom of contract) dan kehendak bebas
untuk memilih ( freedom of choice ).3 Hukum kontrak sendiri memiliki pengertian
sebagai bagian dari hukum perdata ( private ). Hukum ini memusatkan pada
kewajiban diri sendiri untuk melakukan kewajiban tersebut. Disebut sebagai
bagian dari hukum perdata disebabkan karena pelanggaran terhadap kewajiban-
kewajiban yang ditentukan dalam kontrak, murni menjadi urusan pihak-pihak
yang berkontrak.4 Dalam artikel ini dibahas mengenai asas-asas dalam hukum
perjanjian yang juga digunakan dalam landasan pembuatan hukum kontrak.

Metode Kepenulisan

Dalam kepenulisan ini menggunakan metode interprestasi dan yuridis


normatif yaitu dengan mengkaji dan menganalisi serta memahami hukum sebagai
perangkat peraturan atau norma-norma positif didalam sistem perundang-
undangan yang mengatur mengenai kehidupan manusia mengenai suatu hukum
perjanjian . Spesifikasi kepenulisan ini adalah pengumpulan dari beberapa sumber
artikel yang menjadi acuan dasar untuk kepenulisan ini.

PEMBAHASAN
Hubungan Antara Hukum Perjanjian Dengan Kontrak
Pada hakikatnya manusia dalam memenuhi berbagai kepentingan
melakukan berbagai macam cara, salah satunya diantaranya adalah membuat
perjanjian dalam KUHPerdata perjanjian diatur dalam buku Bab III ( Pasal 1313-
1320 ) tentang perjanjian. Perjanjian Sendiri merupakan suatu peristiwa dimana
seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji
untuk melaksanakan suatu hal. Dalam pasal 1313 KUHPerdata menyatakan
bahwa “Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.” Sedangkan kontrak
sendiri merupakan bagian dari hukum perdata ( privat ). Menurut dari Balck’s Law
Dictionory kontrak disefinisikan sebagai suatu perjanjian antara dua orang atau
lebih yang menciptakan kewajiban untuk berbuat atau tidak berbuat suatu hal
3
M Muhtarom, „LANDASAN DALAM PEMBUATAN KONTRAK‟, 26.1 (2014), 48–56.
4
Muhtarom.

3
yang khusus. Dari pemaparan diatas pada hakikatnya makna esensi dari
perjanjian, persetujuan, dan kontrak memiliki makna yang sama, yaitu peristiwa
hukum dimana dua pihak atau lebih saling mengaitkan diri untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu yang melahirkan adanya hubungan hukum. Kontak sendiri
lebih spesifik sebagai sebuah perjanjian tertulis.

Namun, di dalam pembuatan dan pelaksanaan perjanjian tersebut sering


tidak berjalan dengan baik, bahkan menimbulkan konflik, tidak mencerminkan
keadilan bagi para pihak, terutama dalam perjanjian baku. Hal ini tentu
bertentangan dengan tujuan dari pembuatan perjanjian tersebut. Hal semacam ini
memerlukan sarana hukum untuk menyelesaikannya. Eksistensi hukum sangat
diperlukan untuk dihormati dan asas-asas hukum dijunjung tinggi. Asas-asas
dalam hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan masyarakat. Harapan
untuk menaati hukum dalam praktik hendaklah berjalan dengan baik. Dalam
pelaksanaan kontrak sendiri mengacu kepada asas-asas dari hukum perjanjian
karena suatu perjanjian haruslah dibuat dan dilaksanakan berdasarkan akal pikiran
sehat berdasarkan penghargaan pada nilai-nilai moralitas kemanusiaan.

Asas-Asas Dalam Hukum Perjanjian Yang Dapat Digunakan Sebagai


Landasan Berkontak

Dalam penerapan suatu perjanjian diperlukan beberapa asas yang menjadi


landasan dalam pelaksanaannya, Asas-asas tersebut juga dapat digunakan sebagai
landasan dalam berkontak karena dari suatu perjanjian memunculkan kontrak.
Asas-asas tersebut antara lain :

1. Asas Kebebasan Berkontrak, Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis


dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUHPer, yang berbunyi: “Semua
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya”.Asas ini merupakan suatu asas yang
memberikan kebebasan kepada para pihak untuk:5

5
Miftah Arifin, „MEMBANGUN KONSEP IDEAL PENERAPAN ASAS IKTIKAD ESTABLISH
THE IDEAL CONCEPT IN APPLICATION THE‟, 5.April 2020, 66–82.

4
a. Membuat atau tidak membuat perjanjian.
b. Mengadakan perjanjian dengan siapa pun.
c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya.
d. Menentukan bentuk perjanjiannya apakah tertulis atau lisan.

Dalam pemaparan tersebut sudah jelas bahwasannya setiap orang berhak


dan mempunyai kekebasan dalam berkontrak.

2. Asas Kepercayaan, memiliki pengertian sebagai asas yang menyatakan


bahwa setiap orang yang akan mengadakan perjanjian akan memenuhi
setiap prestasi yang diadakan diantara mereka. Dalam asas kepercayaan
ini ditegaskan dalam suatu perjanjian atau kontrak haruslah didasari
dengan rasa kepercayaan satu dengan yang lainnya.
3. Asas Konsensualisme ( concesualism ), Asas konsensualisme dapat
disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUHPer. Pada pasal tersebut
ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian adalah adanya kata
kesepakatan antara kedua belah pihak. Asas ini merupakan asas yang
menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara
formal, melainkan cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak.
Kesepakatan adalah persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang
dibuat oleh kedua belah pihak.
4. Asas Keseimbangan, Asas keseimbangan merupakan suatu keadaan
dimana para pihak yang terlibat dalam perjanjian harus memiliki
kedudukan atau posisi yang seimbang, tidak ada yang mendominasi, dan
juga para pihak memiliki posisi tawar yang seimbang, baik dari
kedudukan para pihak, kepentingan maupun hak dan kewajiban para
pihak. Dalam suatu perjanjian, kepentingan individu dan masyarakat akan
bersamaan dijamin oleh hukum objektif. Asas keseimbangan dilandaskan
pada upaya mencapai suatu keadaan yang seimbang. Terdapat beberapa
faktor yag dapat menggangu keseimbangan dalam perjanjian antara lain :6

6
Tinggi and Hukum.

5
a. Cara terbentuk perjanjian yang melibatkan pihak-pihak yang
kedudukannya tidak seimbang.
b. Ketidaksertaraan prestasi-prestasi dalam perjanjian yang dibuat.
Pada prinsipnya, dengan melandaskan diri pada asas-asas pokok hukum
perjanjian, salah satunya adalah asas keseimbangan, faktor yang
menentukan bukanlah kesetaraan prestasi yang ada dalam perjanjian,
melainkan kesetaraan para pihak yang terlibat dalam pembuatan
perjanjian.
5. Asas Kepastian Hukum ( pacta sunt servanda ), Asas kepastian hukum
atau disebut juga dengan asas pacta sunt servanda merupakan asas yang
berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt servanda
merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati
substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya
sebuah undang-undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi
terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak. Asas pacta sunt
servanda dapat disim- pulkan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPer.
Hukum kontrak merupakan bagian hukum privat (perdata). Hukum
perdata menitikberatkan terhadap kewajiban atau prestasi dalam
melaksanakan kewajiban (self imposed obligation). Hukum kontrak
dikatakan sebagai bagian dari hukum perdata, karena dalam halperbuatan
melawan hukum atau wanprestasi terhadap kewajiban yang ditentukan
dalam kontrak, murni menjadi urusan para pihak yang saling berkontrak
(privat). 7
6. Asas Iktikad Baik ( good faith ), Asas itikad baik tercantum dalam Pasal
1338 ayat (3) KUHPer yang berbunyi: “Perjanjian harus dilaksanakan
dengan itikad baik.” Asas ini merupakan. Asas bahwa para pihak, yaitu
pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak
berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun kemauan

7
Nury Khoiril Jamil and others, „KEADAAN MEMAKSA ( FORCE MAJEURE ) DALAM
HUKUM PERJANJIAN INDONESIA‟, 8.7, 1044–54.

6
baik dari para pihak. Asas itikad baik terbagi menjadi dua macam, yakni
itikad baik nisbi dan itikad baik mutlak.
Asas iktikad baik itu mempunyai dua pengertian yaitu :8
a) Iktikad baik dalam arti obyektif, bahwa suatu perjanjian yang
dibuat haruslah dilaksanakan dengan mengindahkan norma-norma
kepatutan dan kesusilaan yang berarti bahwa perjanjian itu harus
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak merugikan salah satu
pihak.
b) Iktikad baik dalam arti subyektif, yaitu pengertian iktikad baik
yang terletak dalam sikap batin seseorang. Didalam hukum benda,
iktikad baik ini bisa diartikan dengan kejujuran. Iktikad
7. Asas Kepribadian ( personality ), Asas kepribadian merupakan asas yang
menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan dan/atau membuat
kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat
dipahami dari bunyi pasal 1315 dan pasal 1340 KUH Perdata. Pasal 1315
KUH Perdata berbunyi: “Pada umumnya seseorang tidak dapat
mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri”.
Sedangkan pasal 1340 KUH Perdata berbunyi ”Perjanjian hanya berlaku
antara para pihak yang membuatnya”.9
8. Asas Kebiasaan. Asas ini diatur dalam Pasal 1339 jo 1347 KUH Perdata,
yang dipandang sebagai bagian dari perjanjian. Suatu perjanjian tidak
hanya mengikat untuk hal-hal yang diatur secara tegas, tetapi juga hal-hal
yang dalam keadaan dan kebiasaan yang diikuti.

8
Miftahus Salam, „Asas-Asas Perjanjian Dalam Hukum Perjanjian Syariah‟, 1–14.
9
Ubaidullah Muayyad, „Asas-Asas Perjanjian Dalam Hukum Perjanjian Islam‟, 1–24.

7
PENUTUP

Kesimpulan

Dalam penerapannya mengenai suatu perjanjian menimbulkan suatu


kontrak. Oleh sebab itu, dalam melakukan perbuatan hukum membuat suatu
perjanjian haruslah pula memahami asas-asas yang berlaku dalam dasar suatu
perjanjian antara lain: asas kebebasan berkontrak, asas konsesnsualisme, asas
kepastian hukum (pacta sunt servanda), asas itikad baik, asas kepribadian, asas
keseimbangan,asas kebiasaan, dan asas kepercayaan.

Pemaparan mengenai beberapa asas tersebut pada dasarnya merupakan


penginterprestasian yang dapat diterapkan dalam suatu kontrak. Dikarenakan
Perjanjian Sendiri merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada
seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu
hal. Sedangkan kontrak merupakan bagian dari huku perdata yang dapat diartikan
sebagai perjanjian dengan orang lain untuk melaksanakan suatu hal. Jadi suatu
perjanjian melahirkan adanya kontrak atau ikatan. Dalam penerapan tersebutlah
diperlukan adanya asas-asas yang bersumber dari hukum perjanjian yang dapat
diterapkan untuk landasan berkontrak.

Peranan asas dalam hukum perjanjian dalam landasan berkontrak sangat


diperlukan karena digunakan sebagai pijakan, landasan yang paling luas bagi
lahirnya suatu peraturan hukum yang timbul. Dan keseluruhan asas ini saling
berkaitan satu dengan lainnya, tidak dapat dipisahkan, diterapkan secara bersama,
dan langsung secara proposional sehingga dapat dijadikan bingkai mengikat dari
suatu perjanjian dalam landasan berkontrak. Dengan demikian penerapan hukum
yang ideal dan dikehendaki dapat terwujud.

8
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Miftah, „MEMBANGUN KONSEP IDEAL PENERAPAN ASAS


IKTIKAD ESTABLISH THE IDEAL CONCEPT IN APPLICATION THE‟,
5.April 2020, 66–82

Jamil, Nury Khoiril, Fakutas Syariah, Iain Jember, Fakultas Syariah, and Iain
Jember, „KEADAAN MEMAKSA ( FORCE MAJEURE ) DALAM
HUKUM PERJANJIAN INDONESIA‟, 8.7, 1044–54

Muayyad, Ubaidullah, „Asas-Asas Perjanjian Dalam Hukum Perjanjian Islam‟, 1–


24

Muhtarom, M, „LANDASAN DALAM PEMBUATAN KONTRAK‟, 26.1


(2014), 48–56

Salam, Miftahus, „Asas-Asas Perjanjian Dalam Hukum Perjanjian Syariah‟, 1–14

Sinaga, Niru Anita, „PERANAN ASAS-ASAS HUKUM PERJANJIAN


DALAM‟, 7.2 (2018), 107–20

Tinggi, Sekolah, and Ilmu Hukum, „ASAS KESEIMBANGAN DALAM


HUKUM PERJANJIAN‟, 5.1 (2021)

Anda mungkin juga menyukai