pembuktian :
autentik. Jika dilihat dari luar (lahirnya) sebagai akta autentik serta
lahiriah. Dalam hal ini beban pembuktian ada pada pihak yang
dari notaris yang bersangkutan, baik yang ada pada minuta dan
salinan serta adanya awal akta mulai dari judul sampai dengan
tersebut harus dilihat apa adanya, bukan dilihat ada apa. Secara
lainnya. Jika ada yang menilai bahwa suatu akta notaris tidak
memenuhi syarat sebagai akta, maka yang bersangkutan wajib
autentik.
yang tersebut pada awal akta, atau merasa tanda tangan yang
ada dalam akta bukan tanda tangannya. Jika hal ini terjadi, yang
atau mereka yang mendapat hak dan berlaku untuk umum kecuali
atau para pihak yang telah benar berkata (di hadapan notaris)
akta notaris sebagai akta autentik dan siapapun terikat oleh akta
pengadilan, bahwa ada salah satu aspek yang tidak benar, maka
Agung bahwa akta notaris sebagai alat bukti berkaitan dengan tugas
hal yang dikehendaki dan dikemukakan oleh para pihak. Tidak ada
disimpulkan bahwa:
Notaris tersebut;
c. Tidak ada kewajiban bagi notaris untuk menyelidiki secara materil
gugatan dari pihak yang tersebut dalam akta untuk membatalkan akta
pihak sendiri.
akta autentik dibuat atas kehendak atau permintaan para pihak dan
akta tersebut bukan akta notaris. Penilaian akta notaris secara lahiriah
bukan akta notaris, maka harus dibuktikan dari awal sampai dengan
akhir akta, bahwa ada syarat yang tidak dipenuhi mengenai bentuk
suatu akta notaris. Jika dapat dibuktikan bahwa akta notaris tersebut
dikeluarkan.3
B. Baik akta autentik maupun akta dibawah tangan dibuat dengan tujuan
untuk dipergunakan sebagai alat bukti. Dalam kenyataan ada tulisan yang
dibuat tidak dengan tujuan sebagai alat bukti, tapi dapat dipergunakan
sebagai alat bukti, jika hal seperti ini terjadi agar mempunyai nilai
lainnya. Perbedaan yang penting antara kedua jenis akta tersebut, yaitu
3
Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris, Op.Cit, hlm. 120
C. Akta adalah surat tanda bukti berisi pernyataan (keterangan, pengakuan,
resmi.4
dari Pasal 1874 Burgerlijk wetboek dan Pasal 1 Ordonansi No. 29 Tahun
E. Kesempurnaan akta sebagai alat bukti, maka akta tersebut harus dilihat
apa adanya, tidak perlu dinilai atau ditafsirkan lain, selain yang tertulis
dalam akta tersebut. Sesuai yang menjadi inti pada pasal 1875 dimana
akta dibawah tangan mempunyai kekuatan pembuktian sepanjang para
pihak mengakuinya atau tidak ada penyangkalan dari salah satu pihak.5
Jika para pihak mengakuinya, maka akta dibawah tangan tersebut
mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna.
orang yang mendapat hak dari para pihak itu suatu bukti yang
4
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 2006,
h 149
5
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Ibid, h 477
sempurna tentang apa yang diperbuat/dinyatakan dalam akta ini, ini
melekatnya pada akta itu sendiri sehingga tidak perlu dibuktikan lagi
dan bagi hakim itu merupakan “Bukti wajib” (Verplicht Bewijs), Dengan
demikian barang siapa yang menyatakan bahwa akta autentik itu palsu
kebenaran dari hal-hal yang tertulis dalam akta tersebut harus diakui,
6
I Ketut Tjukup et al., Akta Notaris (Akta Autentik) Sebagai Alat Bukti dalam