Anda di halaman 1dari 30

22

BAB II

PEMBUATAN KOMPARISI AKTA OTENTIK

A. Tinjauan Umum Akta Otentik

1. Pengertian Akta dan Akta Otentik

Menurut pendapat S. J. Fachema Andrea, akta berasal dari bahasa latin yaitu

“geschrift” yang berarti surat.42Sedangkan menurut R. Subekti dan R. Tjitro Sudibio,

kata akta berasal dari kata “acta” yang merupakan bentuk jamak dari kata “actum”,

yang berasal dari bahasa latin yang berarti perbuatan-perbuatan.43

Menurut pendapat umum, akta mempunyai dua arti yaitu :

1. Perbuatan (handling) atau perbuatan hukum (rechtshandeling)

2. Suatu tulisan yang dibuat untuk dipakai atau untuk digunakan sebagai hukum

tertentu yaitu berupa tulisan yang ditunjukkan kepada pembuktian tertentu.44

Menurut pandangan Sudikno Mertokusumo, akta adalah surat yang diberi

tanda tangan, yang memuat peristiwa-peristiwa, yang menjadi dasar dari suatu hak

atau perikatan, yang dibuat sejak semula dengan sengaja untuk pembuktian.45

Akta merupakan tulisan yang sengaja dibuat untuk dijadikan alat bukti. Dalam

Hukum (Acara) Perdata (Pasal 138, 165, 167 HIR, Pasal 1868 KUH perdata), alat

bukti yang sah atau yang diakui oleh hukum terdiri atas:

42
Pasal 1868 Undang – Undang Hukum Perdata
43
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Op.Cit.hal 38.
44
Tesis Masdalia Pertiwi, “Tanggung Jawab Notaris Terhadap Akta Otentik yang Berakibat
Batal Demi Hukum Saat Berakhir Masa Jabatannya, MKn Unud Bali, 2014, hal 67.
45
R. Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, (Jakarta, Intermasa, 1980), hal. 29.

22

Universitas Sumatera Utara


23

a. Bukti tulisan;

b. Bukti dengan saksi-saksi;

c. Persangkaan-persangkaan;

d. Pengakuan;

e. Sumpah.46

Akta yang dibuat dihadapan atau oleh Notaris berkedudukan sebagai akta

otentik menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam UUJN, hal ini sejalan

dengan pendapat Philipus M. Handjon bahwa syarat suatu akta otentik yaitu:

a. Didalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang (bentuknya baku)

b. Dibuat oleh dan dihadapan Notaris.

Dikemukakan pula oleh Irawan Soerodjo, bahwa ada tiga (3) unsur esensilia

agar terpenuhinya syarat formal dalam akta otentik yaitu :

a. Di dalam bentuk yang ditentukan Undang-Undang

b. Dibuat dihadapan Notaris

c. Akta yang dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu

dan ditempat akta itu dibuat.47

Otentik tidaknya suatu Akta (otensitas) tidaklah cukup jika akta tersebut

dibuat oleh atau di hadapan Pejabat (Notaris) saja, namun cara membuat akta otentik

tersebut haruslah menurut ketentuan yang ditetapkan oleh Undang-Undang.48Fungsi

46
Wordpress.com, Otensititas Suatu akta Otentik, diakses 20 Juli 2016.
47
Habib Adjie, “Sekilas Dunia Notaris dan PPAT Indonesia”, Mondar maju Bandung ,
2009.hal 43
48
Paragraf V Penjelasan UUJN

Universitas Sumatera Utara


24

akta otentik dalam hal pembuktian tentunya diharapkan dapat menjelaskan secara

lengkap dalam proses pembuktian di persidangan, karena pada proses peradilan

berdasarkan hukum acara pidana, di dalamnya terdapat proses pembuktian, yang

menekankan pada alat-alat bukti yang sah menurut pasal 184 Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana (KUHAP), antara lain : Keterangan saksi; Keterangan ahli;

Surat; Petunjuk; Keterangan terdakwa.49

Menurut Pasal 1868 KUH Perdata, yang dimaksud dengan akta otentik adalah

suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang atau di

hadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat akta itu dibuat. Menurut

ketentuan pasal ini, sebuah akta dapat dikatakan otentik apabila telah memenuhi

unsur-unsur sebagai berikut, yaitu:

a. Dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang;

b. Dibuat oleh atau di hadapan pejabat umum yang berwenang untuk maksud

pembuatan akta tersebut;

c. Dibuat di wilayah notaris berwenang.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pasal 1868 KUHPerdata menyatakan “akta

yang dibuat oleh atau dihadapan” menujukkan adanya 2 (dua) golongan bentuk Akta

Notaris yaitu :

1. Akta yang dibuat oleh (door) Notaris atau yang dinamakan Akta relaas atau Akta

Pejabat (ambtelijke akten). Akta relaas atau Akta Pejabat (ambtelijke Akten)

merupakan suatu akta yang memuat “relaas” atau menguraikan secara otentik
49
Mkn-Unsri, blogspot.com, diakses 26 Juni 2016

Universitas Sumatera Utara


25

suatu tindakan yang dilakukan atau suatu keadaan yang dilihat didengar dan

disaksikan oleh pembuat akta itu, yakni Notaris sendiri didalam menjalankan

jabatannya untuk dituangkan dalam Akta Notaris. Akta yang dibuat sedemikian

dan yang memuat uraian dari apa yang dilihat dan disaksikan serta dialaminya itu

dinamakan Akta yang dbuat oleh ( door ) Notaris (sebagai Pejabat Umum).

2. Akta yang dibuat dihadapan (ten overstaan) Notaris atau yang dinamakan Akta

partij (partij-akten) atau disebut juga Akta para pihak.Akta partij atau akta pihak

(partij akten) merupakan berisikan suatu cerita dari apa yang terjadi karena

perbuatan yang dilakukan oleh pihak lain dihadapan Notaris, artinya yang

diterangkan atau diceritakan oleh pihak lain kepada Notaris dalam menjalankan

jabatannya dan untuk keperluan mana pihak lain itu sengaja datang dihadapan

Notaris dan memberikan keterangan itu atau melakukan perbuatan itu dihadapan

Notaris agar keterangan atau perbuatan itu dikonstair oleh Notaris didalam suatu

Akta Otentik. Akta seperti itu dinamakan Akta yang dibuat dihadapan Notaris (

ten overstaan ) atau Akta Partai/Akta para pihak.50

Perbedaan di atas sangat penting dalam kaitannya dengan pembuktian

sebaliknya terhadap isi akta. Dengan demikian terhadap kebenaran isi akta pejabat

atau akta relaas tidak dapat digugat, kecuali dengan menuduh bahwa akta tersebut

palsu. Sedangkan pada partij akta, isi akta dapat digugat tanpa menuduh

kepalsuannya dengan menyatakan bahwa keterangan dari pihak tidak benar.

50
Herlien Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, PT. Citra
Aditya Bakti: Bandung, 2007),hal 51-52.

Universitas Sumatera Utara


26

Pembuatan akta, baik relaas akta partij akta menjadi dasar utama atau inti dalam

pembuatan akta otentik yaitu harus ada keinginan atau kehendak (wilsvorming) dan

permintaan para pihak. Jika keinginan dan permintaan para pihak tidak ada maka

pejabat umum tidak akan membuat akta yang dimaksud.

Akta otentik mempunyai nilai pembuktian yang sempurna, kesempurnaan

Akta Notaris sebagai alat bukti tidak perlu dinilai atau ditafsir lain selain yang tertulis

dalam akta tersebut, sedangkan akta dibawah tangan mempunyai kekuatan

pembuktian sepanjang para pihak mengakuinya atau tidak ada penyangkalan dari

pihak lain,51 jika para pihak mengakuinya maka akta dibawah tangan mempunyai

pembuktian yang sempurna sebagai Akta otentik.52Jika salah satu pihak tidak

mengakuinya maka beban pembuktian diserahkan kepada pihak yang menyangkal

Akta tersebut dan penilaian penyangkalan atas bukti tersebut diserahkan kepada

hakim.53

2. Syarat- Syarat Sah Suatu Akta


Akta yang dibuat dihadapan atau oleh Notaris bentuknya sudah ditentukan

dalam Pasal 38 UUJN.54 Adapun unsur-unsurnya meliputi sebagai berikut :

1. Awal ( permulaan/kepala) akta

Pecantuman judul akta, nomor, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun serta nama

lengkap dan tempat kedudukan Notaris ditentukan dalam Pasal 38 ayat (2) UUJN.

51
M.Ali Budiarto, Kompilasi Kaidah Hukum Putusan Mahkamah Agung , Hukum Acara
Perdata Setengah Abad, (Jakarta: Swa Justitia, 2004), hal 145.
52
Pasal 1875 KUHPerdata
53
M. Ali Budiarto. Op. Cit. hal 136
54
Habis Adjie, “Sanksi Pedata dan Administratif terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik”,
PT. Refika Aditama, Bandung 2009, hal 49.

Universitas Sumatera Utara


27

2. Komparisi

Suatu pencantuman identitas klien/orang para penghadap/pihak yang ada

didalam akta, yang mana nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan atau

jabatan dan tempat tinggal setiap penghadap serta Nomor KTP/identitas harus jelas

3. Premise (recitals) akta

Premise/premitio (bahasa latin) sebagai pendahuluan/ditafsirkan sebagai

keterangan atau pernyataan awal dari sebuah isi akta atau juga merupakan alasan atau

latar belakang tersebut.

4. Isi/badan akta

Merupakan formulasi keinginan para pihak yang membuat akta yang

diuraikan dalam kata atau kalimat atau bahasa hukum yang dimengerti oleh para

pihak atau pihak lain yang suatu ketika membaca akta tersebut.

5. Akhir/penutup akta

Uraian tentang keharusan para notaris yang membacakan akta yang dibuat

dihadapannya kepada (para) penghadap, para saksi dan sebagainya demikian pula

uraian tentang penandatanganan dan tempat penandatanganan atau penterjemah akta

apabila ada. Pencantuman nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan/jabatan,

kedudukan dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi akta.55

Syarat materill akta diatur dalam Pasal 1320 KUHperdata56 yaitu :

55
Habib adjie, Ibid.
56
Pasal 1320 KUHPerdata

Universitas Sumatera Utara


28

1. Adanya kesepakatan dua belah pihak, maksud kata sepakat adalah kedua belah

pihak yang membuat perjanjian sepakat mengenai hal-hal yang diatur dalam

kontrak.

2. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum. Ini adalah suatu azas dalam ilmu

hukum yang berarti orang yang sudah cukup umur/dewasa dan sehat pikirannya.

Menurut KUHPerdata yang termasuk dewasa adalah bagi laki-laki 21 tahun dan

perempuan 19 tahun.

3. Adanya objek dari suatu perjanjian haruslah memuat sesuatu hal/ tindakan atau

barang yang jelas

4. Adanya kuasa yang halal. Pasal 1335 KUHPerdata, suatu perjanjian yang tidak

bertentangan dengan peraturan hukum yang berlaku.

3. Akta Sebagai Alat Bukti di Pengadilan

Akta yang dibuat secara otentik dengan akta yang dibuat secara dibawah

tangan, mempunyai nilai pembuktian suatu akta meliputi :

a. Kekuatan pembuktian lahir (pihak ketiga)

Kekuatan pembuktian lahiriah artinya akta itu sendiri mempunyai kemampuan

untuk membuktikan dirinya sendiri sebagai akta otentik. Mengingat sejak awal yaitu

sejak adanya niat dari pihak (pihak-pihak) yang berkepentingan untuk membuat atau

melahirkan alat bukti, maka sejak saat mempersiapkan kehadirannya itu telah melalui

proses sesuai dan memenuhi ketentuan pasal 1868 KUHPerdata Jo Undang-Undang 2

Tahun 2014 (atau dahulu Stbl 1860 Nomor 3 Reglement of Notaris Ambt in

Universitas Sumatera Utara


29

Indonesia). Kemampuan atau kekuatan pembuktian lahiriah ini tidak ada pada

akta/surat dibawah tangan (Vide Pasal 1875 KUHPerdata).57

Penyangkalan atau pengingkaran bahwa secara lahiriah akta Notaris sebagai

akta otentik, bukan akta otentik, maka penilaian pembuktiannya harus didasarkan

kepada syarat-syarat akta Notaris sebagai akta otentik. Pembuktian semacam ini harus

dilakukan melalui upaya gugatan ke Pengadilan. Penggugat harus dapat membuktikan

bahwa secara lahiriah akta yang menjadi objek gugatan bukan akta Notaris.58

b. Kekuatan pembuktian formil

Kekuatan pembuktian formil artinya dari akta otentik itu dibuktikan bahwa

apa dinyatakan dan dicantumkan dalam akta itu adalah benar merupakan uraian

kehendak pihak-pihak yang dinyatakan dalam akta itu oleh atau dihadapan Pejabat

yang berwenang dalam menjalankan jabatannya. Dalam arti formil akta otentik

menjamin kebenaran :

1. Tanggal ;

2. Tanda tangan ;

3. Komparan, dan ;

4. Tempat akta dibuat.

c. Kekuatan pembuktian material

Kekuatan pembuktian materil artinya bahwa secara hukum ( yuridis) isi dari

akta itu telah membuktikan keberadaannya sebagai yang benar terhadap setiap orang,

57
Tesis Dewangga Bharline, “Analisis Yuridis Pertanggungjawaban Notaris Berdasarkan UU
No.30 tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris”, UNDIP 2009, hal 74.
58
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia ,Op. Cit. hal. 72.

Universitas Sumatera Utara


30

yang membuat atau menyuruh membuat akta itu sebagai tanda bukti terhadap dirinya

(termasuk ahli warisnya atau orang lain yang mendapat hak darinya); inilah yang

dinamakan sebagai “Preuve Preconstituee” artinya akta itu benar mempunyai

kekuatan pembuktian materiil. Kekuatan pembuktian inilah yang dimaksud dalam

Pasal 1870, 1871 dan 1875 KUHPerdata. Oleh karena itulah maka akta otentik itu

berlaku sebagai alat bukti sempurna dan mengikat pihak (pihak-pihak) yang membuat

akta itu.59 Dengan demikian siapapun yang membantah kebenaran akta otentik

sebagai alat bukti, maka ia harus membuktikan kebalikannya.

d. Tanggung jawab kepada kode etik jabatan.60

B. Komparisi Dalam Akta Otentik

Komparisi berasal dari bahasa Belanda “Comparatie” yang berarti

“Verschijning Partijen” atau tindakan menghadap dalam hukum / dihadapan pejabat /

dihadapan pejabat umum, seperti Notaris atau Openbaar Ambtennar dan lainnya.

Komparisi berasal dari kata “Comparatn” yang arti yang lebih luas yaitu komparisi

tidak hanya berupa tindakan menghadap tetapi juga mengenai Identitas Penghadap.61

Komparisi adalah uraian tentang posisi (kedudukan) seseorang menghadap

seorang Notaris, apakah ia bertindak untuk diri sendiri atau sebagai wakil orang lain

ataupun dalam kedudukan sendiri.

Menurut Lumban Tobing mendefinisikan komparisi adalah keterangan-

keterangan dari Notaris mengenai para penghadap atau atas permintaan siapa dibuat

59
G.H.S. Lumban. Peraturan Jabatan Notaris, (Jakarta: Penerbir Erlangga, 1999), hal.1.
60
Tesis Dewangga Bharline, Op. Cit.
61
Blog Arif Indra Setyadi, Komparisi Akta Notaris, di akses tanggal 24 Mei 2016.

Universitas Sumatera Utara


31

berita acara.62Orang yang menghadap dinamakan comparant (komparan) dan dalam

bahasa Indonesia diterjemahkan “penghadap” atau yang “hadir” atau “yang

menghadap”.

Para Penghadap harus dikenal atau diperkenalkan kepada Notaris, hal ini

sebagaimana tercantum dalam Pasal 39 ayat (2) UUJN yang menyebutkan sebagai

berikut “Penghadap harus dikenal oleh Notaris atau diperkenalkan kepadanya oleh 2

(dua) orang sanksi pengenal yang berumur paling sedikit 18 (delapan belas) tahun

atau telah menikah dan cakap melakukan perbuatan hukum atau diperkenalkan oleh 2

(dua) penghadap lainnya".63

Dalam perkembangan selanjutnya ternyata pemakaian istilah komparisi ini

dipakai lebih meluas sampai menjangkau ke pejabat umum yang dinamakan Notaris,

bahkan sekarang ini ada kesan seakan-akan perkataan komparisi ini khusus berlaku

sebagai istilah tekhnis hukum bagi dunia notariat.64

Dewasa ini perkataan komparisi dapat diartikan sebagai “cara bagaimana

merumuskan dengan kalimat-kalimat yang jelas dengan kualitas apa seseorang itu

menghadap Notaris agar dapat jelas diketahui siapa yang menjadi subjek hukum yang

terikat atas akibat hukum yang timbul dari perjanjian atau pernyataan yang dimuat

dalam akta tertentu”.65

62
G.H.S Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Jakarta Erlangga,1983 hal 215.
63
Pasal 39 (2) UUJN
64
M.U. Sembiring, Op. Cit. hal 29.
65
Ibid

Universitas Sumatera Utara


32

Menurut Pasal 38 ayat (3) huruf (a), UU No. 2 tahun 2014, komparisi terdapat

di dalam badan akta yang terdiri dari: nama lengkap, tempat dan tanggal lahir,

kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan, kedudukan, tempat tinggal para penghadap dan

/ atau orang yang mereka wakili misalnya:

1. Dapat saja orang yang diwakili

2. Dapat juga merupakan lembaga atau bukan yang diwakili

3. Dapat juga orang karena kedudukan diwakili.66

Sapaan dalam komparisi umumnya; Tuan, digunakan untuk setiap laki-laki dewasa

yang belum, atau sudah pernah menikah; Nyonya, digunakan untuk setiap wanita

yang bersuami atau pernah bersuami; Nona, digunakan untuk Perempuan yang belum

bersuami; Wanita, untuk anak atau perempuan yang sudah berumur tetapi belum

bersuami.67

1. Syarat dan Fungsi Komparisi

Syarat sahnya suatu perikatan dilihat juga dari kitab Undang-Undang Hukum

Perdata karena syarat sahnya perjanjian dalam perikatan yang dibuat oleh Notaris

harus sesuai dengan ketentuan Pasal 1320, jika tidak memenuhi hal tersebut maka

dalam perikatan dianggap cacat hukum. UUJN cenderung kedalam Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata maka dalam membuat komparisi harus memenuhi semua

persyaratan yang terdapat dalam UUJN dengan Kitab Undang-Undang Hukum

66
UUJN No 2 Tahun 2014, Pasal 38 (3) a .
67
Paulus J.Soepratignja, Op. Cit. hal.43.

Universitas Sumatera Utara


33

Perdata. Dari kesimpulan diatas maka dalam membuat komparisi maka syarat

subjektif, yaitu:

a. Adanya kesepakatan,

b. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukam yang tersebut dalam pasal 1320

KUHPerdata harus terpenuhi, karena jika syarat ini tidak dipenuhi dan atas

permintaan pihak-pihak tertentu, maka dapat di batalkan.

Adapun komparisi terdiri dari :

a. Identitas para pihak yang membuat akta

Identitas para penghadap dan/atau orang yang mereka wakili harus memuat:

1. Nama Lengkap yaitu nama harus sesuai dengan KTP (Kartu Tanda Penduduk)

atau akta kelahiran atau identitas lainnya, tidak boleh menggunakan nama

panggilan, nama kecil nama samaran, atau inisial.

2. Tempat dan Tanggal Lahir yaitu harus sesuai dengan kebenarannya, harus

disesuaikan antara KTP dengan akta kelahiran

3. Kewarganegaraan yaitu harus sesuai dengan KTP dan dokumen lain misalnya

kartu keluarga.

4. Pekerjaan yaitu dilihat dari KTP misalnya pegawai negeri, swasta atau

mahasiswa.

5. Jabatan yaitu dilihat dari pekerjaannya, posisinya sebagai apa, misalnya seorang

Direktur, Komisaris, atau karyawan.

6. Kedudukan yaitu bekedudukan sebagai diri sendirikah atau bertindak mewakili

seseorang atau badan hukum sesuai dengan surat kuasa.

Universitas Sumatera Utara


34

7. Tempat Tinggal yaitu sesuai domisili yang ada di KTP.68

b. Kedudukan para pihak dalam melakukan tindakan yaitu sebagai berikut :

1. Untuk diri sesndiri

2. Selaku kuasa

3. Dalam jabatan/kedudukan

4. Menjalankan kekuasaan sebagai orang tua

5. Sebagai wali

6. Sebagai pengampu

7. Perwakilan sukarela

8. Mewakili orang yang sedang tidak ada ditempat (afwezeigheid).

c. Dasar kedudukan

Seseorang yang menghadap Notaris guna pembuatan akta dapat bertindak dalam

beberapa kualitas yaitu :

1. Menghadap atau bertindak untuk dirinya sendiri

Artinya dia menghadap adalah kepentingan sendiri, karena itu apa yang

dinyatakan atau dijanjikannya berdasarkan akta Notaris tersebut sungguh atas

namanya sendiri dan begitu juga akibat hukumnya adalah untuknya atau atas

tanggung jawab serta kepentingannya sendiri tanpa melibatkan pihak lain.

2. Menghadap atau bertindak untuk dan atas nama orang lain melalui lembaga

kuasa.

68
UUJN Pasal 38

Universitas Sumatera Utara


35

Artinya seseorang menghadap Notaris bukan untuk dirinya sendiri tetap atas

nama dan untuk orang lain. Karena itu akibat hukum dari perbuatan itu adalah

untuk manfaat dan atas tanggungan orang lain itu. Dasar hukum wewenang

orang yang menghadap itu mewakili orang lain tersebut adalah lembaga

pemberian kuasa.

Menurut pasal 1793 KUHPerdata maka ditinjau dari bentuknya ada 3 (tiga)

macam kuasa yaitu :

a. Kuasa yang diberikan secara lisan

b. Kuasa yang diberikan dengan surat kuasa yang diperbuat secara dibawah

tangan

c. Kuasa yang diberikan dengan surat kuasa yang diperbuat dihadapan notaris

(akta otentik).69

3. Menghadap atau bertindak dalam kedudukan

Adapun posisi kedudukan itu antara lain sebagai berikut:

a. Kedudukan sebagai orang tua mewakili anak dibawah umur atau dibawah

pengampuan

b. Direktur mewakili Perseroan Terbatas atau diwakili komisaris dan untuk

mengetahui siapa Direktur dilihat melalui anggaran dasar PT tersebut.

c.Menteri mewakili negara dalam keadaan khusus.

4. Dengan bantuan atau persetujuan, karena memerlukan persyaratan khusus,

misalnya :
69
M.U.Sembiring, Op. Cit, hal 30.

Universitas Sumatera Utara


36

a. Suami/istri yang hendak menjual harta bersama

b. Anak dibawah umur, dapat membuat perjanjian kawin. Untuk itu perlu

dibantu oleh orang yang seharusnya memberi ijin kawin

c. Direktur PT yang dalam melakukan tindakan hukum tertentu memerlukan

bantuan atau persetujuan seseorang atau dua orang komisaris sesuai dengan

ketentuan anggaran Dasar PT.

5. Lebih dari satu/peran ganda misalnya disamping bertindak”

a. Untuk diri sendri juga

b. Sebagai pemegang kuasa lainnya seperti pemegang saham.70

d. Kecakapan Bertindak dan Kewenangan Bertindak

Secara umum dibedakan antara kewenangan bertindak (handelingsbevoegd)

dan kecakapan bertindak (handelingsbekwaam). Sesuai Pasal 1 ayat (2) KUH

Perdata, sejak seorang lahir, malahan anak dalam kandungan dianggap sebagai telah

dilahirkan berkedudukan sebagai subjek hukum dan sebab itu pula memiliki

kewenangan hukum. Kewenangan bertindak dari subjek hukum untuk melakukan

tindakan hukum dapat dibatasi oleh atau melalui hukum.

e. Para pihak memiliki hak untuk melakukan suatu tindakan yang akan dicantumkan

dalam kontrak/perjanjian yaitu para pihak akan bertanggung jawab terhadap

perbuatan hukum dalam perjanjian yang dibuatnya. 71

70
Tesis Tumpal Naibaho “Pengaruh Komparisi Terhadap Kekuatan Akta Otentik Sebagai
Alat Bukti Atas Akta Yang Dibuat Oleh Pejabat Umum Ditinjau Dari Hukum Pembuktian”,FH UI,
2009, hal 42.
71
Blog Arif Indra Setyadi, Op. Cit..

Universitas Sumatera Utara


37

Komparisi mempunyai fungsi yaitu sebagai berikut :


a. Menjelaskan identitas para pihak yang membuat perjanjian/akta

b. Dalam kedudukan apa dan berdasarkan apa kedudukan yang bersangkutan

bertindak

c. Bahwa ia cakap dan berwenang melakukan tindakan hukum yang disebutkan

didalam akta dan ia mempunyai hak untuk melakukan tindakan yang dinyatakan

dalam akta.72

Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata73 adalah perbuatan dengan mana

satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Dari

peristiwa ini, timbulah suatu hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang

disebut perikatan yang didalamnya terdapat hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Dalam hal ini, kedua belah pihak telah menyetujui untuk melakukan suatu perjanjian

tanpa adanya paksaan maupun keputusan yang hanya bersifat sebelah pihak.

Hukum perjanjian dikeluarkan dengan tujuan agar semua proses kerjasama

yang terjadi dapat berjalan dengan lancar dan untuk mengurangi resiko terjadinya

penipuan atau hal apapun yang beresiko merugikan salah satu pihak. Hukum

Perjanjian dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang saling bekerjasama, ketika

mereka sepakat untuk melakukan kerjasama dengan disertai beberapa syarat yang

telah disepakati maka pada saat itu sudah terjadi Hukum Perjanjian.

Hukum Perjanjian terbentuk dengan beberapa asas-asas perjanjian yaitu :

72
I.G. Rai Widjaya, Merancang suatu Kontrak,cet 2, Bekasi, Kesaint Blanc, 2004, hal 107.
73
Pasal 1313 KUHPerdata

Universitas Sumatera Utara


38

1. Asas Personality (kepribadian)

Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan seseorang yang akan

melakukan/membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini

dapat dilihat melalui Pasal 1315 dan 1340 KUHPerdata yang menyatakan

seseorang tidak dapat melakukan perikatan melainkan untuk dirinya sendiri dan

perjanjian hanya berlaku terhadap pihak yang berbuat. Atau perjanjian tersebut

dibuat hanya mengaitkan kedua belah pihak saja dan tidak ada pihak ketiga yang

dirugikan akibat perjanjian tersebut.74

2. Asas Iktikad Baik

Yang dimaksud dengan iktikad baik adalah hukum perjanjian tersebuat dibentuk

dengan suatu tujuan dapat memberikan manfaat bagi kedua belah pihak yang

diharapkan disini adalah kedua belah pihak memberikan seluruh kemampuan,

usaha, dan prestasi mereka sesuai dengan yang tertera di dalam surat perjanjian.

3. Asas Konsensualitas

Bahwa suatu perjanjian dan perikatan yang timbul telah lahir sejak detik

tercapainya kesepakatan, selama para pihak dalam perjanjian tidak menentukan

lain. Maksudnya adalah perjanjian tersebut sudah dinyatakan sah oleh kedua

belah pihak dan bukan merupakan suatu perjanjian yang bersifat formalitas

belaka.

4. Perjanjian Berlaku Sebagai Undang-Undang

74
Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUHPerdata

Universitas Sumatera Utara


39

Maksudnya adalah perjanjian yang telah dibuat dan sudah disahkan dianggap

sebagai acuan yang mengikat kedua belah pihak untuk bertindak sesuai isi

perjanjian.

5. Kebebasan Berkontrak

Bahwa para pihak dalam suatu perjanjian bebas untuk menentukan materi/isi dari

perjanjian sepanjang tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan

kepatuhan. Azas ini tercermin jelas dalam pasal 1338 KUH Perdata yang

menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah mengikat sebagai

Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya.

Kebebasan yang dimaksud yaitu menyangkut :

a. Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian

b. Kebebasan untuk memilih dengan siapa akan melakukan perjanjian

c. Kebebasan untuk menentukan objek perjanjian

d. Kebebasan untuk menentukan bentuk perjanjian

Apabila azas-azas diatas telah terpenuhi, maka hukum perjanjian dapat

dilaksanakan dengan membuat surat perjanjian yang melampirkan identitas kedua

belah pihak dan obyek perjanjian, dan dilengkapi dengan materai, apabila obyek

perjanjian menyangkut masalah seperti warisan atau jual beli tanah, maka

pengesahannya dilakukan dengan melibatkan notaris.75

2. Bentuk-Bentuk Komparisi

Pertama : bertindak untuk diri sendiri (Pasal 38 Ayat (3) UUJN)


75
Blog Nurhidayatul Fitri,” Hukum Perjanjian”, diakses 10 Juli 2016.

Universitas Sumatera Utara


40

a. Peyebutan dalam komparisi yaitu :

Tuan : laki-laki dewasa sudah beristri atau belum

Nona : perempuan dewasa belum bersuami

Nyonya : perempuan dewasa sudah bersuami, perempuan sepeninggal suami,

atau perempuan yang sudah pernah menikah

Wanita : perempuan belum bersuami, usia lanjut, punya anak/tidak.

b. Tidak menggunakan singkatan nama (Pasal 42 ayat (1)) atau identitas para pihak

harus diketahui oleh Notaris.

Contoh : Amir MA harus ditulis menjadi Amir Makmur Amin sesuai dengan

nama aslinya berdasarkan identitas sesuai KTP.

c. Pekerjaan, jabatan, kedudukan hanya diambil salah satu yang relevansi dengan

perbuatan hukum akta tersebut.

Contoh : Pekerjaan seperti Pegawai atau Wiraswasta, Jabatan misalnya

Direktur dan Kedudukan misalnya mewakili 76

Contoh kalimat komparisi bertindak untuk diri sendiri :

Nyonya Ana, lahir di Surakarta, pada tanggal 15-01-1990 (lima belas Januari seribu

sembilan ratus enam puluh), Warga Negara Indonesia, Swasta, bertempat tinggal di

Surakarta, Jalan Slamet Riyadi No.1, Rukun Tetangga 01, Rukun Warga 01,

Kelurahan Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Pemegang Kartu

Tanda Penduduk dengan Nomor Induk Kependudukan 19307270301036.

76
Ibid

Universitas Sumatera Utara


41

Dalam hal ini menurut keterangannya belum menikah sehingga dalam melakukan

perbuatan hukum dibawah ini tidak memerlukan persetujuan dari siapapun.77

Kedua : Bertindak dalam hal perwakilan atau sebagai kuasa

Pasal 1792 KUHPerdata menyebutkan pemberian kuasa adalah seseorang

memberikan kekuasaan kepada orang lain untuk dan atas namanya menyelenggarakan

suatu urusan. Penerima kuasa diberi wewenang untuk mewakili pemberi kuasa dalam

tindakan hukum yang dilakukan sebagaimana tercantum dalam surat kuasa. Surat

kuasa terdiri dari :

1. Kuasa Otentik

Contoh :

Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak berdasarkan Akta Kuasa

tanggal….., Nomor…,yang dibuat dihadapan Notaris……. Yang salinannya

bermaterai cukup diperlihatkan kepada saya Notaris dan fotocopynya dilekatkan

pada minuta akta ini.

2. Kuasa Bawah Tangan

Kuasa bawah tangan terbagi dalam 3 bagian yaitu :

a. Kuasa bawah tangan biasa

Contoh :

Tuan X, lahir di Jakarta pada tanggal 05-10-1980 (lima Oktober seribu

Sembilan ratus delapan puluh), Swasta, Warga Negara Indonesia, bertempat

77
Hadir untuk diri sendiri belum menikah

Universitas Sumatera Utara


42

tinggal di Jalan Raya No. 10, Kelurahan Hutan Kayu Kecamatan Kota Jakarta

Pusat, Pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor 12901908809980.

Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Nyonya

Ana, lahir di Surakarta, pada tanggal 15-01-1960 (lima belas Januari seribu

sembilan ratus enam puluh), Warga Negara Indonesia, Swasta, bertempat

tinggal di Surakarta, Jalan Slamet Riyadi No.1, Rukun Tetangga 01, Rukun

Warga 01, Kelurahan Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta,

Pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor 19307270301036. Demikian

berdasarkan Surat Kuasa dibawah tangan tanggal 12-02-2012 (dua belas

Februari dua ribu dua belas) bermaterai cukup yang aslinya dilekatkan pada

minuta akta ini.

b. Kuasa waarmerking yaitu suatu akta dibawah tangan yang ditandatangani oleh

para pihak untuk kemudian didaftarkan pada Notaris, karena hanya didaftarkan

maka Notaris tidak bertanggung jawab terhadap isi akta tersebut.

Contoh :

Tuan X, lahir di Jakarta pada tanggal 05-10-1980 (lima Oktober seribu

Sembilan ratus delapan puluh), Swasta, Warga Negara Indonesia, bertempat

tinggal di Jalan Raya No. 10, Kelurahan Hutan Kayu Kecamatan Kota Jakarta

Pusat, Pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor 12901908809980.

Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak berdasarkan surat kuasa

dibawah tangan tertanggal 01-02-2012 (satu Februari dua ribu dua belas), yang

telah diwaarmerking oleh Nita, sarjana Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris

Universitas Sumatera Utara


43

di Jakarta pada tanggal 10-03-2012 (sepuluh Maret dua ribu dua belas) nomor :

2/waar/2012. Surat tersebut bermaterai cukup dan dilekatkan pada minuta akta

ini, kuasa dari dan dengan demikian untuk dan atas nama Nyonya M, lahir di

Jakarta pada tanggal 10-10-1982 (sepuluh Oktober seribu Sembilan ratus

delapan puluh dua), swasta, Warga Negara Indonesia, bertempat tinggal di Jalan

Raya No. 10, Kelurahan Hutan Kayu Kecamatan Kota Jakarta Pusat, Pemegang

Kartu Tanda Penduduk Nomor 1290190880082.78

c. Akta Legalisasi yaitu akta dibawah tangan yang dibuat oleh pihak tetapi

penandatanganannya dihadapan Notaris.

Contoh :

Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama serta sah

mewakili guna kepentingan Tuan X, lahir di Jakarta pada tanggal 05-10-1980

(lima Oktober seribu sembilan ratus delapan puluh), Swasta, Warga Negara

Indonesia, bertempat tinggal di Jalan Raya No. 10, Kelurahan Hutan Kayu

Kecamatan Kota Jakarta Pusat, Pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor

12901908809980. Demikian berdasarkan surat kuasa dibawah tangan

bermaterai cukup tanggal….yang dilegalisasi oleh saya Notaris dengan

Nomor….yang aslinya dijahitkan bertindak berdasarkan pada minuta akta ini.

3. Kuasa Legalisir

Contoh :

78
Dalam hal menjual rumah, surat persetujuan istri/suami harus dilekatkan dalam minuta akta

Universitas Sumatera Utara


44

Menurut keterangannya dalam hal ini surat kuasa dibawah tangan tanggal…..,,

yang dilegalisasi oleh saya Notaris dibawah Nomor……….bermaterai cukup yang

aslinya dijaitkan dalam minuta akta ini.

4. Kuasa Lisan

Contoh :

Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak berdasarkan kuasa lisan dan

bertanggung jawab penuh selaku kuasa untuk dan atas nama Tuan B, lahir di

Jakarta pada tanggal 05-10-1980 (lima Oktober seribu Sembilan ratus delapan

puluh), Swasta, Warga Negara Indonesia, bertempat tinggal di Jalan Raya No. 10,

Kelurahan Hutan Kayu Kecamatan Kota Jakarta Pusat, Pemegang Kartu Tanda

Penduduk Nomor 12901908809980.79

Ketiga :Bertindak sebagai perwalian

Pasal 345 KUH Perdata:

Apabila salah satu dari kedua orang tua meninggal dunia, maka perwalian terhadap

anak-anak yang belum dewasa atau belum nikah, demi hukum dipangku oleh orang

tua yang hidup terlama, jika orang tua terlama hidup tidak telah dibebaskan atau

dipecat dari kekuasaan orang walinya.

Contoh :

Nyonya Santi, lahir di Medan tanggal 10-08-1980 (sepuluh Agustus seribu Sembilan

ratus delapan puluh), pegawai, bertempat tinggal di Jalan Bilal no.9, Warga Negara

79
Isnaland.blogspot.com diakes 10 Juli 2016

Universitas Sumatera Utara


45

Indonesia, Kelurahan Duren Tengah, Kecamatan Medan Timur, Pemegang Kartu

Tanda Penduduk Nomor 12765678980889, janda dari mendiang Tuan B.

Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak dalam kedudukannya sebagai ibu dan

oleh karena itu dengan sedirinya menurut Undang-Undang wali dari anaknya yang

masih dibawah umur bernama C, bertempat tinggal bersama dengan ibunya, demikian

karena ayahnya telah meninggal dunia.80

Mengingat dengan adanya Pasal 50 ayat 1 UUP No.1 Tahun 1974:

Anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan

perkawinan, yang tidak berada dibawah kekuasaan orang tua, berada dibawah

kekuasaan wali. Pada dasarnya orang tua yang hidup terlama secara otomatis atau

demi hukum merupakan wali dari anaknya yang belum dewasa.

Contoh :

Nyonya Santi, lahir di Medan tanggal 10-08-1980 (sepuluh Agustus seribu Sembilan

ratus delapan puluh), pegawai, bertempat tinggal di Jalan Bilal no.9, Kelurahan Duren

Tengah, Kecamatan Medan Timur, Warga Negara Indonesia,, Pemegang Kartu Tanda

Penduduk Nomor 12765678980889.

Menurut keterangannya dalam melakukan perbuatan hukum ini bertindak selaku wali

dari anak yang belum dewasa/masih dibawah umur yang bernama Nona Bella, lahir

di Medan pada tanggal 05-07-2000 (lima Juli dua ribu), pelajar. Demikian

berdasarkan Penetapan Wali yang dikeluarkan oleh Pengadilan Agama/ Pengadilan

80
MU Sembiring, Op. Cit, hal 93

Universitas Sumatera Utara


46

Negeri …… Nomor : …… tertanggal …… , asli surat mana dilekatkan pada

minutanya akta ini.81

Perwalian Orang Tua yang Hidup Terlama

Contoh :

Nyonya Santi, lahir di Medan tanggal 10-08-1980 (sepuluh Agustus seribu Sembilan

ratus delapan puluh), pegawai, bertempat tinggal di Jalan Bilal no.9, Warga Negara

Indonesia, Kelurahan Duren Tengah, Kecamatan Medan Timur Pemegang Kartu

Tanda Penduduk Nomor 12765678980889, janda dari mendiang Tuan B.

Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak selaku orang tua yang hidup terlama

dan karenanya demi hukum selaku wali ayah/ibu dari dan oleh karena itu untuk dan

atas nama anak dibawah umur bernama Debora, lahir di Medan pada tanggal 11-02-

2005 (sebelas Februari dua ribu lima), pelajar bertempat tinggal bersama ibunya. 82

Wali Berdasarkan Wasiat83

Contoh :

Tuan Anton, lahir di Jakarta tanggal 02-05-1870 (dua Mei seribu delapan ratus tujuh

puluh), Swasta, bertempat tinggal di Jalan Kebayoran lama No,6 Jakarta Pusat,

Kelurahan Jati, Kecamatan Jatibening, Warga Negara Indonesia, pemegang Kartu

tanda Penduduk Nomor 12476802051870112.

81
Teknik pembuatan Akta, blogspot.notaril.com diakses 25 Juni 2016
82
Habib Adjie, “Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris”, Op. Cit hal 46
83
Wali Berdasarkan Wasiat

Universitas Sumatera Utara


47

Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak berdasarkan pengangkatan oleh

almarhum dengan wasiatnya yang dimuat dalam akta wasiat tertanggal 10-05-2000

(sepuluh Mei dua ribu) Nomor 56.

Keempat : Bertindak sebagai pengampu84

Nyonya Santi, lahir di Medan tanggal 10-08-1980 (sepuluh Agustus seribu Sembilan

ratus delapan puluh), pegawai, bertempat tinggal di Jalan Bilal no.9, Kelurahan Duren

Tengah, Kecamatan Medan Timur, Warga Negara Indonesia, Pemegang Kartu Tanda

Penduduk Nomor 12765678980889.

Menurut keterangannya dalam hal ini ia bertindak sebagai pengampu (curator) dari

dan karena itu untuk dan atas nama ……….., yang telah ditaruh dibawah

pengampuan berdasarkan surat “Penetapan” Pengadilan Negeri Medan

tertanggal………dan berdasarkan surat “penetapan” tersebut penghadap telah

diangkat sebagai pengampu. Surat “Penetapan” bermaterai cukup.85

Kelima : Kepengurusan Badan Hukum

a. Tindakan Persero pengurus dari sebuah CV

Commanditaire Vennootschap (CV) atau Persekutuan Komanditer merupakan

persekutuan yang didirikan oleh dua orang atau lebih, yang mana salah satu pihak

bertindak sebagai sekutu komanditer atau sekutu pelepas uang dan sekutu lainnya

bertindak untuk melakkukan pengurusan terhadap CV (Pasal 19 Kitab Undang-

85
MU. Sembiring, Op.Cit. hal 99

Universitas Sumatera Utara


48

Undang Hukum Dagang atau KUHD). Dan penghadap dalam melakukan

perbuatan hukum adalah CV sebagai persekutuan aktif dari PT, yaitu direktur.

Contoh :

Tuan A, lahir di Medan tanggal 15-10-1970 (lima belas seribu Sembilan ratus tujuh

puluh, swasta, bertempat tinggal di jalan Luku No.16 Medan, Kelurahan Kwala

Bekala, Kecamatan Medan Johor, Warga Negara Indonesia, Pemegang Kartu Tanda

Penduduk Nomor 1270981510701345.

Dalam hal ini bertindak selaku persero pengurus dengan jabatan sebagai Direktur dari

dan demikian sah mewakili, dan oleh karena itu untuk dan atas nama perseroan

komanditer “CV B”, berkedudukan di Medan dan berkantor di jalan Iskandar Muda

No.110, dan untuk tindakan ini telah mendapat persetujuan dari persero lainnya

sebagaimana sudah tercantum dalam persetujuan dibawah tanggal…. Sesuai dengan

pasal…, akta pendirian/anggaran dasar perseroan itu, telah dibuat dihadapan

Notaris…,Nomor….,tertanggal….86

b. Tindakan pengurus dari sebuah CV

Commanditaire Vennootschap (CV) atau Persekutuan Komanditer merupakan

persekutuan yang didirikan oleh dua orang atau lebih, yang mana salah satu pihak

bertindak sebagai sekutu komanditer atau sekutu pelepas uang dan sekutu lainnya

bertindak untuk melakkukan pengurusan terhadap CV (Pasal 19 Kitab Undang-

Undang Hukum Dagang atau KUHD). Artinya komanditer bertugas :

1. Mengurus CV
86
Habib Adjie, Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris, Op. Cit hal 54.

Universitas Sumatera Utara


49

2. Berhubungan dengan pihak ketiga

3. bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan.

Dalam hal ini melakukan pengurusan atau bekerja dalam perusahaan (CV) baik

dengan atau tanpa pemberian kuasa, maka berlaku pasal 21 KUHD bahwa

bertanggung jawab secarang tanggung renteng untuk keseluruhan terhadap semua

utang dan perikatan.

Contoh :

Tuan A, lahir di Medan tanggal 15-10-1970 (lima belas seribu Sembilan ratus tujuh

puluh, swasta, bertempat tinggal di jalan Luku No.16 Medan, Kelurahan Kwala

Bekala, Kecamatan Medan Johor, Warga Negara Indonesia, Pemegang Kartu Tanda

Penduduk Nomor 1270981510701345.

Dalam hal ini bertindak selaku persero pengurus dengan jabatan sebagai Direktur dari

dan demikian sah mewakili, dan oleh karena itu untuk dan atas nama perseroan

komanditer “CV B”, berkedudukan di Medan dan berkantor di jalan Iskandar Muda

No.110, dan untuk tindakan ini telah mendapat persetujuan dari persero lainnya

sebagaimana sudah tercantum dalam persetujuan dibawah tanggal…. Sesuai dengan

pasal…, akta pendirian/anggaran dasar perseroan itu, telah dibuat dihadapan

Notaris…,Nomor….,tertanggal….

c. Kepengurusan Firma

Contoh :

Tuan A, lahir di Medan tanggal 15-10-1970 (lima belas seribu Sembilan ratus tujuh

puluh, swasta, bertempat tinggal di jalan Luku No.16 Medan, Kelurahan Kwala

Universitas Sumatera Utara


50

Bekala, Kecamatan Medan Johor, Warga Negara Indonesia, Pemegang Kartu Tanda

Penduduk Nomor 1270981510701345.

Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak dalam kedudukannya sebagai persero

pengurus Direktur dan oleh karena itu untuk dan atas nama firma yang berkedudukan

di…., yang didirikan dengan akta tertanggal…Nomor…yang dibuat dihadapan Tuan

A, sarjana hukum, notaris di….. dan oleh karena ittu berhak melakukan perbuatan

hukum sesuai dengan ketentuan Pasal 6 anggaran dasar perseroan.87

d. Kepengurusan Perseroan Terbatas

Tuan A, lahir di Medan tanggal 15-10-1970 (lima belas seribu Sembilan ratus tujuh

puluh, swasta, bertempat tinggal di jalan Luku No.16 Medan, Kelurahan Kwala

Bekala, Kecamatan Medan Johor, Warga Negara Indonesia, Pemegang Kartu Tanda

Penduduk Nomor 1270981510701345.

Menurut ketrangannya dalam hal ini bertindak dalam kedudukannya sebagai Direktur

yng mewakili Direksi karena itu untuk dan atas nama PT…., berkedudukan di… yang

didirikan dengan akta tertanggal…Nomor….diperbuat dihadapan Tuan b, Sarjana

Hukum, Notaris di….dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman

republic Indonesia dengaan surat penetapan tertanggal…, Nomor…., dan diumumkan

dalam “Tambahan Berita Negara republic Indonesia” tanggal….,Nomor….., dan

untuk melakukan perbuatan hukum yang disebut dalam akta ini berwenang sesuai

dengan ketentuan pasal…dari anggaran dasar perseroan tersebut.88

87
MU Sembiring, Op. Cit. hal 104
88
MU Sembiring, Op. Cit. hal 111

Universitas Sumatera Utara


51

d. Kepengurusan Yayasan

Tuan A, lahir di Medan tanggal 15-10-1970 (lima belas seribu Sembilan ratus tujuh

puluh, swasta, bertempat tinggal di jalan Luku No.16 Medan, Kelurahan Kwala

Bekala, Kecamatan Medan Johor, Warga Negara Indonesia, Pemegang Kartu Tanda

Penduduk Nomor 1270981510701345.

Dalam hal ini bertindak dalam kedudukannya sebagai ketua dari dan selaku demikian

berdasarkan ketentuan pasal…..anggaran dasarnya sah mewakili pengurus dari dan

oleh karena itu untuk dan atas nama Yayasan yang berkedudukan di ……, dan

berkantor dijalan…….,Nomor….

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai