Kontrak
“AKHIR AKTA”
DISUSUN OLEH:
Latar Belakang
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia pasal 1866, dikenal alat-alat bukti yang
terdiri dari: bukti tulisan, bukti dengan saksi-saksi, persangkaan- persangkaan, pengakuan, dan
sumpah mengenai bukti tulisan termasuk didalamnya adalah suatu akta otentik, yaitu suatu akta yang
dibuat dalam bentuk yang dikehendaki oleh Undang-Undang, dibuat oleh atau dihadapan pejabat
umum yang berwenang untuk membuat akta itu, ditempat dimana akta itu dibuat (pasal 1868
KUHPerdata). Pejabat umum yang dimaksud adalah notaris, hakim, juru sita pada suatu pengadilan,
pegawai catatan sipil dan pejabat lelang. Dalam hal akta notaris yang berhak membuat akta otentik
adalah notaris, karena notaris telah ditunjuk sebagai satu-satunya pejabat umum yang berhak
membuat semua akta otentik, kecuali peraturan perundang-undangan mengatur lain. akta otentik
sebagai alat bukti terkuat dan penuh mempunyai peranan penting dalam setiap hubungan hukum
dalam kehidupan masyarakat.
Pengertian Akta
Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut “acte” atau ”akta” dan
dalam bahasa Inggris disebut “act” atau “deed”. Akta menurut Sudikno
Mertokusumo merupakan surat yang diberi tanda tangan yang memuat peristiwa-
peristiwa yang menjadi dasar suatu hak atau perikatan, yang dibuat sejak semula
dengan sengaja untuk pembuktian.57 Menurut subekti, akta berbeda dengan surat,
yaitu suatu tulisan yang memang dengan sengaja dibuat untuk dijadikan bukti
tentang suatu peristiwa dan ditandatangani.
Jika tempat kedudukan notaris ada di Semarang tetapi penandatangannya di Ungaran maka :
“Demikian akta ini dibuat sebagai minuta dan dilangsungkan di Ungaran, pada hari ini, tanggal tersebut di awal akta ini,
dengan dihadiri oleh :”
Jika menggunakan penerjemahan pada akta maka harus dicantumkan pada akhir aktanya :
“Segera setelah akta ini, saya notaris bacakan kepada para penghadap dan saksi-saksi dijelaskan dan seberapa perlu
saya notaris, terjemahkan kedalam bahasa ya'ng dimengerti oleh para pihak maka akta ini di tandatangani oleh para
penghadap, saksi-saksi dan saya notaris.”
Sumber-Sumber Hukum Teknik Pembuatan
Akhir Akta
Buku IV KUH Perdata tentang Pembuktian dan Daluarsa:
- Pasal 10 ayat (2) dan Pasal 11 sampai dengan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1986 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Serta Benda-benda yang Berkaitan dengan Tanah.
- Pasal 10 ayat (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1986 mengatur tentang pembuatan akta
pemberian hak tanggungan.
- Pasal 11 sampai dengan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1986 mengatur tentang
hal-hal yang wajib dicantumkan dalam akta pemberian hak tanggungan.
- Pasal 5 sampai dengan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia.
- Pasal 5 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia mengatur tentang
pembebanan jaminan fidusia.
- Pembebanan jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris.
- Pasal 6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
Thank You!