Anda di halaman 1dari 7

Nama : Nizda Azzima F

NPM : 110110190334

UTS HTLN 2020

1. Dalam menerjemahkan pengertian ‘Separation of power’ dari Montesque, beberapa


ahli menggunakan istiah ‘pemisahan’ dan ‘pembagian’ kekuasaan.
a. Jelaskan mana yang lebih tepat menurut anda?

Separation of power merupakan teori pemisahan kekuasaan yang dicetuskan oleh


Montesquieu (1689 -1755), bahwa dalam suatu sistem pemisahan kekuasaan itu harus
terpisah (separation), baik mengenai fungsi (tugas) maupun mengenai alat kelengkapan
Negara yang melaksanakan:
1. Kekuasaan legislatif, dilaksanakan oleh suatu perwakilan rakyat (Parlemen).
2. Kekuasaan eksekutif, dilaksankan oleh pemerintah (Presiden atau Raja dengan
bantuan Menteri-menteri)
3. Kekuasaan yudikatif, dilaksanakan oleh badan peradilan (Mahkamah Agung dan
pengadilan di bawahnya).

Jadi, atas apa yang sudah saya pahami dapat disimpulkan bahwa menurut saya yang
dapat dikatakan lebih tepat untuk “separation of power” ialah “pemisahan”, Mengapa
demikian? karena dari terjemahan itu sendiri “separation of power” berarti merupakan
suatu pemisahan kekuasaan yang dimana merupakan paham dalam fungsi dan juga alat bagi
kelengkapan negara yang melaksanakan tugas kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif dan
yudikatif atau yang sudah kita ketauhui dengan nama “trias politica” yang dalam prakitk
menjalankan tugasnya memiliki fungsi saling perimbangan dan saling mengawasi.
Separation of Power juga dapat dikatakan sebagai arti dari pemisahan kekuasaan dalam arti
materil, sedangkan pemisahan kekuasaan sebagai bentuk dari pembagian kekuasaan dalam
arti formil dapat disebut juga dengan Division of Power.1

b. Jelaskan pengertian ‘Separation of power’ dalam konteks praktik di Indonesia


1
Diakses dari laman https://www.negarahukum.com/hukum/pemisahan-kekuasaan-separation-of-power.html , pada tanggal 16/11/2020
pukul 09.03 WIB
sebelum dan sesudah perubahan UUD 1945.

Sebelum:

Dalam konsep “Separation of Power” maka diadakanlah sejenis pemisahan yang


tegas bagi suatu Lembaga Negara untuk menjalankan fungsinya masing-masing. Namun
apabila kita beralih ke Indonesia, maka sudah dapat kita ketahui bersama bahwa sebelum
perubahan UUD 1945 ternyata kita mendapatkan hanya lembaga Yudikatif sajalah
yang menjalankan peran kelembagaannya tanpa campur tangan kekuasaan lain, hal
ini termaktub dalam penjelasan UUD 1945 pasal 24 mengenai kekuasan kehakiman
sebelum amandemen. Sementara kekuasaan di lembaga eksekutif sekaligus juga
kekuasaan di bidang legislatif, dibawah UUD 1945 sebelum perubahan terdapat
klausul bahwa lembaga eksekutif juga memilki kekuasaan untuk membentuk UU
dengan persetujuan DPR. Dengan komposisi yang seperti ini tentu saja eksekutif lebih
memiliki kewenangan yang besar dalam hal UU. Salah satu pemaparannya adalah sebagai
berikut:

MPR:

a. Sebagai Lembaga Tertinggi Negara diberi kekuasaan tak terbatas (super power)
karena “kekuasaan ada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR” dan
MPR adalah “penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia” yang berwenang
menetapkan UUD, GBHN, mengangkat presiden dan wakil presiden
b. Susunan keanggotaannya terdiri dari anggota DPR dan utusan daerah serta
utusan golongan yang diangkat.
DPR:
a. Memberikan persetujuan atas RUU yang diusulkan presiden.
b. Memberikan persetujuan atas PERPU.
c. Memberikan persetujuan atas Anggaran.
Presiden:
a. Presiden memegang posisi sentral dan dominan sebagai mandataris MPR,
meskipun kedudukannya tidak “neben” akan tetapi “untergeordnet”.
b. Presiden menjalankan kekuasaan pemerintahan negara tertinggi (consentration of
power and responsiblity upon the president).
c. Presiden selain memegang kekuasaan eksekutif (executive power), juga memegang
kekuasaan legislative (legislative power) dan kekuasaan yudikatif (judicative power).
d. Presiden mempunyai hak prerogatif yang sangat besar.
e. Tidak ada aturan mengenai batasan periode seseorang dapat menjabat sebagai
presiden serta mekanisme pemberhentian presiden dalam masa jabatannya.
Sesudah:

Suatu kecenderungan untuk dapat merubah dan menegaskan fungsi dan juga
kewenangan dari ketiga kekuasaan yang ada di Indonesia yaitu Lembaga
eksekutif,legislatif dan yudikatif, adalah suatu usaha yang dimaksudkan untuk menjaga
stabilitas dan kesesuaian negara dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan
kewenangan masing-masing. Secara abstrak dan normatif dalam pemahaman montesqiue,
ada pembagaian yang berbeda dalam ketiga lembaga tersebut, antara lain sebagai
pembuat UU, pelaksana UU dan penegak dari UU atau peraturan. 2 Adapun
kenyataannya dalam negara Indonesia, sebelum amandemen UUD 1945 seperti yang
telah disinggung diatas kekuasaan legislatif selama ini memang tidak ditentukan oleh
DPR dan benar-benar bukan di tangan DPR, kenyataan dalam pasal 5 ayat (1) UUD lama
terlalu memberikan kekuasaan yang berlebih terhadap eksekutif, sehingga ketimpangan
kekuasaan terus terjadi pada mas orde baru. Hak inisiatif untuk memajukan RUU hanyalah
kewenangan tambahan didalam membentuk UU yang dimiliki oleh Presiden. Ketentuan
demikian memperlihatkan kedudukan yang tidak seimbang antara Presiden dan DPR
dalam bidang legislatif.3 Maka dari itu, dilakukanlah perubahan di dalam UUD 1945 yang
juga berdampak pada perubahan struktur dan kewenangan dari “separation of power” di
Indonesia, dimana pada saat setelah perubahan ini banyak terjadi perubahan dengan dasar
untuk Mempertegas prinsip negara berdasarkan atas hukum Pasal 1 ayat (3) dengan
menempatkan kekuasaan kehakiman sebagai kekuasaan yang merdeka, penghormatan
kepada hak asasi manusia. Serta adapun perubahan kewenangan lainnya diantara lain
ialah:

2
Lieberman, Jethro K. "Separation of Powers." Microsoft® Encarta® 2006 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation, 2005.

3
Jimly Asshiddiqie, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan Dalam UUD 1945, FH UII Press, Yogyakarta,2005,hlm 182
a. kekuasaan yang dijalankan atas prinsip due process of law
b. Mengatur mekanisme pengangkatan dan pemberhentian para pejabat negara,
salah satunya seperti Hakim
c. Sistem konstitusional berdasarkan perimbangan kekuasaan (check and
balances) yaitu setiap kekuasaan dibatasi oleh Undang-Undang berdasarkan fungsi
masing-masing
d. Setiap lembaga negara sejajar kedudukannya di bawah UUD 1945
e. Menata kembali lembaga-lembaga negara yang ada serta membentuk beberapa
lembaga negara baru agar sesuai dengan sistem konstitusional dan prinsip
negara berdasarkan hukum
f. Penyempurnaan pada sisi kedudukan dan kewenangan masing-masing lembaga
negara disesuaikan dengan perkembangan negara demokrasi modern.

Adapun perubahan pada MPR antara lain:

a. Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan lembaga tinggi negara


lainnya seperti Presiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK.
b. Menghilangkan kewenangannya menetapkan GBHN
c. Menghilangkan supremasi kewenangannya
DPR:
a. Posisi dan kewenangannya diperkuat.
b. Mempunyai kekuasan membentuk UU (sebelumnya ada di tangan presiden,
sedangkan DPR hanya memberikan persetujuan saja) sementara
pemerintah berhak mengajukan RUU
c. Proses dan mekanisme membentuk UU antara DPR dan Pemerintah
Mempertegas fungsi DPR, yaitu: fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi
pengawasan sebagai mekanisme kontrol antar lembaga negara.
DPD:
a. Lembaga negara baru sebagai langkah akomodasi bagi keterwakilan kepentingan
daerah dalam badan perwakilan tingkat nasional setelah ditiadakannya utusan
daerah dan utusan golongan yang diangkat sebagai anggota MPR.
b. Keberadaanya dimaksudkan untuk memperkuat kesatuan Negara Republik
Indonesia.
c. Dipilih secara langsung oleh masyarakat di daerah melalui pemilu.
d. Mempunyai kewenangan mengajukan dan ikut membahas RUU yang berkaitan
dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, RUU lain yang berkait
dengan kepentingan daerah.
Presiden:
a. Membatasi beberapa kekuasaan presiden dengan memperbaiki tata cara
pemilihan dan pemberhentian presiden dalam masa jabatannya serta
memperkuat sistem pemerintahan presidensial
b. Kekuasaan legislatif sepenuhnya diserahkan kepada DPR.
c. Membatasi masa jabatan presiden maksimum menjadi dua periode saja.
d. Kewenangan pengangkatan duta dan menerima duta harus
memperhatikan pertimbangan DPR.
e. Kewenangan pemberian grasi, amnesti dan abolisi harus memperhatikan
pertimbangan DPR.
f. Memperbaiki syarat dan mekanisme pengangkatan calon presiden dan wakil
presiden menjadi dipilih secara langsung oleh rakyat melui pemilu, juga
mengenai pemberhentian jabatan presiden dalam masa jabatannya.

2. Dalam Pasal 2 Ayat (1) UUD 1945 dikatakan bahwa MPR terdiri dari anggota DPR dan
DPD.
a. Pada saat DPR dan DPD membahas suatu RUU tentang daerah, apakah hal ini
dapat dikatakan sebagai kewenangan MPR ?

Setelah amandemen, DPD dan DPR sudah dirumuskan menjadi wadah dua lembaga
tinggi negara, dimana DPR mewakili seluruh rakyat Indonesia dan DPD lah yang mewakili
seluruh kepentingan di daerah-daerah. Berdasarkan sila ke-4 yaitu kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan kata permusyawaratan
rakyat bermakna segala kepentingan sejatinya untuk rakyat yang dimusyawarahkan untuk
kesejahteraan rakyat sebagaimana kedudukan MPR di Indonesia yang merupakan lembaga
penyambung aspirasi-aspirasi masyarakat. DPD diberikan kewenangan membentuk undang-
undang seperti DPR terkait usulan pemekaran dan penggabungan daerah rancangan
undang-undang terutama terkait sumber daya alam di daerah serta diberikan kewenangan
untuk bisa membahas bersama DPR mengenai RUU. Wewenang untuk mengubah dan
menetapkan UUD tetap berada di tangan MPR, dengan begitu pembahasan mengenai
kekuasaan DPD menjadi seimbang dengan DPR.4

b. Jelaskan latar belakang pembentukan DPD dan apakah tujuan tersebut sudah
tercapai? Jelaskan mengapa !

Latar belakang dari pembentukan DPD sudah dikutip dalam situs resmi DPD, yang
menjelaskan bahwa DPD dibentuk seiring dengan tuntutan demokrasi untuk dapat
memenuhi rasa keadilan masyarakat di daerah-daerah, memperluas serta meningkatkan
semangat dan kapasitas partisipasi daerah dalam kehidupan nasional, dan memperkuat
NKRI. Adapun pembentukan DPD ini adalah sebagai rasa atau keinginan untuk dapat lebih
mengakomodasi aspirasi daerah serta untuk memberikan peran yang lebih kepada daerah
dalam proses-proses pengambilan keputusan politik yang berkaitan dengan kepentingan
daerah. Keberadaan DPD telah membangkitkan harapan masyarakat di daerah bahwa
kepentingan Peran dan Fungsi DPD RI dalam Rangka Menuju Sistem Bikameral yang Efektif
Melalui Amandemen.5 Dimana DPD diharapkan menjadi salah satu kamar dari sistem
parlemen dua kamar dalam format baru perwakilan politik Indonesia. Dan juga DPD adalah
parlemen yang mewakili wilayah atau daerah dalam hal ini provinsi. Lantas apakah tujuan
tersebut sudah tercapai? Menurut pendapat atas analisis saya, tujuan dari DPD ini masih
belum terlaksana dengan optimal, dimana meskipun DPD merupakan representasi daerah-
daerah yang telah dipilih langsung oleh rakyat namun keberadaan DPD dapat di ibaratkan
antara ”ada dan tiada”. Betapa tidak karena fungsi dan wewenang yang dimiliki oleh
DPD hanya terbatas tidak seperti yang dimiliki oleh DPR. Dampak lainnya adalah, tidak
terjadi checks and balances antara DPR dan DPD itu sendiri. Dimana sudah kita ketahui
salah satunya bahwa tugas dari DPD ini adalah untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat,
dan itu untuk kepentingan masyarakat juga, namun tugas dari para anggota DPD RI hanya
mengajukan usulan RUU dan tidak berhak ikut dalam memutuskan penetapannya menjadi
UU, seharusnya DPD RI memiliki ruang gerak yang lebih besar dalam memutuskan UU
karena mereka adalah pihak yang memperjuangkan serta mendengarkan aspirasi rakyat.
Kemudian sudah seharusnya para angora DPD RI lebih banyak berinteraksi dengan

4
Diakses dari laman https://news.detik.com/kolom/d-4661959/kekuasaan-mpr-dan-urgensi-dpd , pada tanggal 16/11/2020 pukul 09.12
WIB
5
Wahyu Widodo 122 Jurnal Pembaharuan Hukum Volume I No. 2 Mei – Agustus 2014
masyarakat dalam rangka untuk mendengarkan aspirasi dan apa yang masyarakat butuhkan,
seharusnya para angora DPD RI sehari-harinya berada di tengah masyarakat namun dalam
kenyataannya masih belum terlihat anggota DPD RI yang langsung turun ke tengah-tengah
masyarakat untuk mendengarkan aspirasi dan kebutuhan sehingga dirasa tidak optimal dan
tidak berjalan sebagaimana dengan fungsinya.6

3. Dua dari beberapa hak yang dimiliki oleh DPR adalah hak interpelasi dan hak angket.
Jelaskan perbedaan diantara keduanya dan berikan contoh pelaksanannya di
Indonesia !
a. Hak Interpletasi
Merupakan hak DPR untuk meminta keterangan kepada Pemerintah mengenai
kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 7 Misalnya:
- Hak Interpletasi DPR terkait kasus lumpur lapindo
- Hak Interpletasi DPR terkait kenaikan harga BBM
- Hak Interpletasi DPR terkait kebijakan Anies Baswedan – Sandiaga
Uno
b. Hak Angket
Merupakan hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan suatu
undang-undang/kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis,
dan berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang
diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.8 Misalnya:
- Hak angket DPR dengan KPK terkait kasus korupsi E-KTP
- Hak Angket Dalam Mengontrol Kebijakan Pemerintah

6
Diakses dari laman https://media.neliti.com/media/publications/4668-ID-pergeseran-kekuasaan-lembaga-negara-pasca-amandemen-
uud-1945.pdf , pada tanggal 16/11/2020 pukul 09.24 WIB
7
Diakses dari laman http://www.dpr.go.id/tentang/hak-dpr , pada tanggal 16/11/2020 pukul 09.34 WIB
8
http://www.dpr.go.id/tentang/hak-dpr

Anda mungkin juga menyukai