1
PEMBAHASAN
1
Ode Husen dan Husni Thamrin. (2017) CV social Politic Genius Hlm. 86.
2
Pasal 2 ayat (1) UUD NRI 1945
2
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014
tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(selanjutnya disebut UU MD3), Pasal 1 angka 1 menyebutkan bahwa
Majelis Permusyawaratan Rakyat yang selanjutnya disingkat MPR
adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
berdasarkan peraturan perundangan, yang tertuang dalam
Pasal 4 UU MD3, MPR mempunyai sejumlah wewenang utama yaitu:
1. Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
2. Melantik Presiden atau Wakil Presiden hasil pemilihan umum
3. Memutuskan usul DPR untuk memberhentikan Presiden atau
Wakil Presiden dalam masa jabatannya, setelah Mahkamah
Konstitusi memutuskan bahwa Presiden atau Wakil Presiden
terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan
terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya,
atau perbuatan tercela atau terbukti bahwa Presiden atau Wakil
Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan Wakil
Presiden
4. Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden
berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya
dalam masa jabatannya
5. Memilih Wakil Presiden dari 2 calon yang diusulkan oleh Presiden
apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa
jabatannya
6. Memilih Presiden dan wakil Presiden apabila keduanya berhenti
atau tidak dapat melakukan kewajibannya secara bersamaan.
3
Menyangkut terhadap kewenangan untuk mengubah Undang-
Undang Dasar, yang ada diberbagai negara di dunia diterapkan cara
yang berbeda-beda. Ada yang memerlukan suatu lembaga khusus
yang kewenangannya adalah mengubah Undang-Undang Dasar, ada
juga yang tidak memerlukan suatu lembaga khusus sebab prosedur
amandemennya hanya memerlukan lembaga legislatif biasa, seperti
misalnya Selandia Baru"3. Sedangkan Indonesia merupakan salah
satu negara yang dalam mengamandemen Konstitusinya memerlukan
suatu lembaga khusus, dengan syarat-syarat yang khusus pula seperti
MPR.
3
Kenneth Clinton Wheare. (2011). Konstitusi-konstitusi Modern (Terj. Oleh Imam Baehaqie).
Bandung: Nusamedia. Hlm. 127
4
c. Pengawasan, yang dilaksakan melalui pengawasab atas pelaksaan
undang-undang dan APBN.4
Pelaksanaan wewenang dan tugas DPR diatur dalam pasal 73-75 UU
MD3. Selanjutnya, DPR mempunyai beberapa hak:
a. Interpelasi, hak DPR untuk meminta keterangan kepada
pemerintah mengenai kebijkan pemerintah yang penting pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
b. Angket, hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap
pelaksanaan suatu undang-undang yang berkaitan dengan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
c. Menyatakan pendapat, adalah hak DPR untuk menyatakan
pendapat atas;
1. Kebijakan pemerintah mengenai kejadian luar biasa yang terjadi
di tanah air atau di dunia internasional
2. Tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket
3. Dugaan bahwa Presiden dan Wakil Presiden melakukan
pelanggaran hukum.
Dalam menjalankan tugasnya, DPR dibantu oleh unit Tenaga
administrasi dan tenaga ahli. Lembaga DPR dalam kapasitas fungsi,
wewenang, tugas, hak lembaga dengan pemmbentukan peraturan
perundang-undangan dapat di mengerti, sebab DPR memegang
kekuasaan dalam membentuk undang-undang sebagaimana pasal 20
ayat (1) UUD NRI 1945. Kewenangan inilah yang disebut dengan
kewenangan legislasi.
Dalam UUD NRI 1945, disebutkan bahwa setiap rancangan
undang-undang dibahas oleh dewan perwakilan rakyat dan presiden
untuk mendapatkan persetujuan bersama. Jika rancangan tersebut
4
Pasal 70 UU MD3.
5
tidak mendapatkan persetujuan bersama maka rancangan itu tidak
boleh diajukan lagi dalam persidangan dewan perwakilan rakyat pada
masa itu, Namun apabila Presiden tidak menyetujui undang-undang
tersebut, maka Presiden dapat menggunakan hak veto yang ada
padanya, dengan tujuan untuk tidak melaksanakan undang-undang
yang telah ditetapkan oleh Kongres tersebut. Akan tetapi manakala
Kongres berpendapat bahwa suatu undang-undang yang telah
ditetapkan tersebut sangat penting untuk negara, dalam hal ini veto
dapat digugurkan oleh Kongres melalui sidang gabungan antara Senat
dan DPR, dengan suatu prosedur tertentu."5
Lembaga DPR sebagai lembaga yang memegang kekuasaan
dalam hal membentuk undang-undang, dan dalam proses
pembentukan suatu undang-undang sesuai berdasarkan aturan
tentang pembentukan peraturan Perundang-Undangan, kecuali bila
ditentukan oleh undang-undang MD3. Rancangan undang- undang
dapat berasal dari DPR, Presiden, dan DPD, dengan sertakan naskah,
kecuali rancangan undang-undang mengenai Anggaran Pendapatan
Belanja Negara, Penetapan peraturan pemerintah pengganti undang-
undang menjadi undang-undang, atau Pencabutan undang-undang
atau pencabutan peraturan pemerintah pengganti undang-undang.
Pembentukan undang-undang melibatkan 3 lembaga tinggi
negara yaitu DPR, Presiden, dan DPD. Lembaga DPD yang dimaknai
sebagai lembaga representatif daerah ini hanya memiliki kewenangan
untuk ikut membahas suatu rancangan undang-undang, tetapi tidak
mempunyai kewenangan untuk menetapkan atau mengesahkan suatu
rancangan undang-undang. Hingga saat ini, perbincangan mengenai
perluasan kewenangan DPD dalam proses pembentukan undang-
5
Sri Soemantri Martosoewignyo.( 2014) hukum Tata negara. hlm.211
6
undang masih terus bergulir dalam rangka memperkuat sistem
ketatanegaraan Indonesia.
7
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,
serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan
daerah.
2. Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas rancangan undang-
undang yang berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat
dan daerah; pembentukan, pemekaran, dan penggabungan
daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah; serta
memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas
rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja
negara dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan
pajak, pendidikan, dan agama.
3. Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan pengawasan atas
pelaksanaan undang-undang mengenai: otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan
pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan lainnya.
4. Anggota dewan perwakilan daerah dapat diberhentikan, dengan
syarat-syarat yang diatur dalam undang-undang.
Pada dasarnya pembentukan DPD adalah untuk lebih
mengakomodasi aspirasi daerah dalam proses pengambilan
keputusan politik yang berkaitan dengan daerah. Untuk itu dibentuk
DPD yang anggotanya juga dipilih secara langsung melalui pemilihan
umum sebagai representasi daerah pada keanggotaan MPR.6
Berdasarkan Pasal 248 UU MD3, DPD memiliki fungsi:
a. Pengajuan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan
otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya
6
MK. (2010). Buku III. Jakarta: sekretariat jendral an kepaniteraan mahkamah Konstitusi RI.,
hlm, 46-48
8
alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan
dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah kepada DPR
b. Ikut dalam pembahasan rancangan undang-undang yang berkaitan
dengan seluruh perkembangan daerah
c. Pemberian pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-
undang tentang anggaran pendapatan dan belanja negara dan
rancangan undang-undang yang berkaitan. dengan pajak,
pendidikan, dan agama
d. Pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenal otonomi
daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah,
hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak,
pendidikan, dan agama.
9
KESIMPULAN
10
DAFTAR PUSTAKA
Ode Husen dan Husni Thamrin. (2017) CV social Politic Genius Hlm. 86.
Pasal 70 UU MD3.
11