Anda di halaman 1dari 7

Tugas 4 : Lembaga Pembentuk Perundang-undangan Negara

Nama : NOOR FAJARI ROZIQ


NIM : 201310110311050
Kelas : IV/A
Mata Kuliah : Ilmu Perundang-Undangan

A. SEBELUM UUD 1945 Di Amandemen1


Dalam susunan ketatanegaraan Republik Indonesia pernah dikenal istilah lembaga
tertinggi negara dan lembaga tinggi negara. Yang dimaksud lembaga tertinggi negara
dan lembaga tinggi negara adalah lembaga tertinggi negara dan lembaga tinggi negara
menurut UUD 1945 (Daliyo, 1992 : 56). Lembaga yang disebut sebagai lembaga
tertinggi negara dan lembaga tinggi negara dalam UUD 1945 adalah :

1. Majelis permusyawaratan Rakyat (MPR)


2. Presiden
3. Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
4. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
5. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
6. Mahkamah Agung (MA)

Dari keenam lembaga negara tersebut, MPR merupakan lembaga tertinggi negara.
MPR mendistribusikan kekuasaannya kepada lima lembaga yang lain yang
kedudukannya sejajar, yakni sebagai lembaga tinggi negara. Dalam susunan
ketatanegaraan RI pada waktu itu, yang berperan sebagai lembaga legislatif adalah
MPR dan DPR.

Kewenangan lembaga legislatif sebelum UUD 1945:


1. Majelis permusyawaratan Rakyat (MPR).
Sebelum amandemen UUD 1945, susunan anggota MPR terdiri dari anggota-anggota
DPR ditambah utusan daerah, golongan politik, dan golongan karya (Pasal 1 ayat 1
UU No. 16 Tahun 1969). Terkait dengan kedudukannya sebagai Lembaga Tertinggi
Negara, MPR diberi kekuasaan tak terbatas (super power) karena “kekuasaan ada di
tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR” dan MPR adalah “penjelmaan
dari seluruh rakyat Indonesia” yang berwenang menetapkan UUD, GBHN,
mengangkat presiden dan wakil presiden

2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).


Keanggotaan DPR sebagai lembaga tinggi negara terdiri dari golongan politik dan
golongan karya yang pengisiannya melalui pemilihan dan pengangkatan. Wewenang
DPR menurut UUD 1945 adalah:
a. Bersama presiden membentuk UU (Pasal 5 ayat 1 jo Pasal 20 ayat (1)) dengan kata
lain bahwa DPR berwenang untuk memberikan persetujuan RUU yang diajukan
presiden disamping mengajukan sendiri RUU tersebut. (Pasal 21 UUD 1945)
b. Bersama presiden menetapkan APBN (Pasal 23 ayat (1))
c. Meminta MPR untuk mengadakan sidang istimewa guna meminta
pertanggungjawaban presiden.

B. Pasca Amandemen UUD 1945 


Setelah adanya amandemen ke IV UUD 1945, (yang selanjutnya akan disebut UUD
NRI 1945), terdapat suatu perubahan yang cukup mendasar baik dalam sistem
1
Roudhotulilmi, Lembaga Pembentuk - Perundang – Undangan, http://blogspot.com
acces 21 maret 2015.

19
ketatanegaraan maupun kelembagaan negara di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat
dari dihapuskannya kedudukan MPR sebagai lembaga tertinggi negara serta adanya
beberapa lembaga negara baru yang dibentuk, yaitu Dewan Perwakilan Daerah dan
Mahkamah Konstitusi. Selain itu, kedudukan seluruh lembaga negara adalah sejajar
sebagai lembaga tinggi negara. Adapun lembaga – lembaga yang tercantum sebagai
lembaga tinggi negara menurut UUD NRI 1945 adalah :
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
4. Presiden
5. Mahkamah Agung (MA)
6. Mahkamah Konstitusi (MK)
7. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Adanya amandemen terhadap UUD 1945 telah menciptakan suatu sistem
konstitusional yang berdasarkan perimbangan kekuasaan (check and balances) yaitu
setiap kekuasaan dibatasi oleh Undang-undang berdasarkan fungsi masing-masing.
Selain itu penyempurnaan pada sisi kedudukan dan kewenangan masing-masing
lembaga negara disesuaikan dengan perkembangan negara demokrasi modern, yaitu
salah satunya menegaskan sistem pemerintahan presidensial dengan tetap mengambil
unsur – unsur pemerintahan parlementer sebagai upaya untuk menutupi kekurangan
system pemerintahan presidensial. Dalam hal kewenangan lembaga negara, UUD
NRI 1945 menekankan adanya beberapa perubahan pada kewenangan lembaga
legislatif yaitu:
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Hal yang paling menonjol mengenai MPR setelah adanya amandemen UUD adalah
dihilangkannya kedudukan MPR sebagai lembaga tertinggi negara. Selain itu,
perubahan – perubahan yang terjadi di lembaga MPR baik mengenai susunan,
kedudukan, tugas maupun wewenangnya adalah :
a. MPR tidak lagi menetapkan GBHN
b. MPR tidak lagi mengangkat presiden. Hal ini dikarenakan presiden dipilih secara
langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum. (Pasal 6A ayat (1) UUD NRI 1945).
MPR hanya bertugas untuk melantik presiden terpilih sesuai dengan hasil pemilu.
(Pasal 3 ayat 2 Perubahan III UUD 1945).
c. Susunan keanggotaan MPR mengalami perubahan yaitu terdiri dari anggota DPR
dan DPD yang dipilih secara langsung melalui pemilu
d. MPR tetap berwenang mengubah dan menetapkan UUD (Pasal 3 ayat (1) UUD
NRI 1945)
e. MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan atau/Wakil Presiden dalam masa
jabatannya, apabila atas usul DPR yang berpendapat bahwa Presiden/Wakil Presiden
telah melakukan pelanggaran hukum atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai
Presiden/Wakil Presiden.

2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


Adanya amandemen terhadap UUD 1945, sangat mempengaruhi posisi dan
kewenangan DPR sebagai lembaga legislatif. Salah satunya adalah diberikannya
kekuasaan kepada DPR untuk membentuk UU, yang sebelumnya dipegang oleh
presiden dan DPR hanya berhak memberi persetujuaan saja. Perubahan ini juga
mempengaruhi hubungan antara DPR sebagai lembaga legislatif dan presiden sebagai
lembaga eksekutif, yaitu dalam proses serta mekanisme pembentukan UU. Selain itu,
amandemen UUD 1945 juga mempertegas fungsi DPR, yaitu: fungsi legislasi, fungsi
anggaran, dan fungsi pengawasan sebagai mekanisme kontrol antar lembaga negara.
(Pasal 20 A ayat (1) UUD NRI 1945)
3. Dewan Perwakilan Daerah (DPR)

20
Sebagai lembaga negara yang baru dibentuk setelah amandemen UUD, DPD
dibentuk dengan tujuan untuk mengakomodasi kepentingan daerah sebagai wujud
keterwakilan daerah ditingkat nasional. Hal ini juga merupakan tindak lanjut
peniadaan utusan daerah dan utusan golongan sebagai anggota MPR. Sama halnya
seperti anggota DPR, anggota DPD juga dipilih secara langsung oleh rakyat melalui
pemilu. (Pasal 22 C ayat (1) UUD NRI 1945). DPD mempunyai kewenangan untuk
mengajukan dan ikut membahas RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, RUU lain yang berkait dengan kepentingan daerah.
(Pasal 22 D ayat (1) dan (2) UUD NRI 1945).2

C. Kekuasaan Membentukan Perundang-undangan3


1. Kekuasaan DPR dalam Pembentukan Undang-undang
Fungsi utama parlemen pada hakekatnya adalah fungsi pengawasan dan Legislasi,
parlemen berfungsi mengkomunikasikan tuntutan dan keluhan dari berbagai kalangan
masyarakat kepada pihak pemerintah (Parlemen Parle an Government). Parlemen
berkembang sebagai alat bagi masyarakat dalam melakukan pengendalian sosial
(social control) terhadap kekuasaan. Tetapi dalam sistem modern sekarang ini,
parlemen berubah menjadi alat dalam komunikasi dan sosialisasi politik kepada
masyarakat melalui perdebatan terbuka (Public Debate) yang melibatkan keahlian
legislator (parlemen parle an peuple). Sementara instrumen yang dapat digunakan
oleh Parlemen untuk menyadar fungsi pengawasan terhadap jalannya pemerintah
secara efektif adalah:
a. Hak budget
b. Hak inteplasi
c. Hak angket
d. Hak usul resolusi
e. Hak konfirmasi atau hak memilih calon pejabat tertentu
Selain hak yang bersifat kelembagaan, setiap individu anggota parlemen juga dijamin
haknya untuk bertanya dan mengajukan usul pendapat serta hak lain, seperti hak
immunitas dan hak protokuler. Semua hak itu penting sebagai instrumen yang dapat
dipakai dalam menjalankan fungsi pengawasan politik terhadap jalannya
pemerintahan.
Pelaksanaan fungsi legislasi, DPR mempunyai hak atau kewajiban mengajukan
rancangan Undang-undang, hak Amandemen atau hak untuk merubah setiap
rancangan Undang-undang yang diajukan oleh pemerintah. Menurut Jimly Ashidigie:
fungsi legislasi mencakup kegiatan mengkaji, merancang, membahas dan
mengesahkan Undang-undang. Selanjutnya menurut Bentham, tujuan legislasi atau
kebijakan publik adalah untuk mempromosikan kebahagiaan terbesar bagi sebanyak-
banyaknya orang ( the gauntest happiness of the gauntest Number).
Selanjutnya, berkenaan dengan fungsi legislatif, parlemen mempunyai hak-hak
seperti : (a) hak inisiatif, (b) hak amandemen. Dalam sistem bicameral setiap kamar
lembaga parlemen juga dilengkapi dengan hak veto dalam menghadapi rancangan
Undang-undang yang dibahas oleh kamar yang berbeda. Hak veto berfungsi sebagai
sarana kontrol terhadap pelaksanaan fungsi legislatif ini biasanya juga diberikan
kepada Presiden, sehingga dalam sistem bicameral yang pemerintahannya bersifat
presidential hak veto dimiliki oleh tiga pihak sekaligus, yaitu presiden, majelis tinggi
dan majelis rendah. Dalam sistem bicameral yang akan diperkenalkan di Indonesia di
masa depan, diusulkan hak veto dimiliki oleh Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat
dan Dewan Perwakilan Daerah. Melalui mekanisme hak veto itu proses Checks and

2
Leha, Amademen UUD 1945, http://wordpress.com, acces 4 maret 2015.
3
Aji, Lembaga Perundang-Undangan, http://wordpress.com, acces 4 maret 2015.

21
Balance tidak saja terjadi di antara parlemen dengan pemerintah tetapi juga diantara
sesama parlemen sendiri.

2. Kekuasaan DPD dalam Pembentukan Undang-undang


Berbeda dengan DPR yang merupakan representasi jumlah penduduk, DPD
merupakan representasi wilayah Provinsi. Banyaknya anggota DPD dari setiap
provinsi ditentukan sebanyak empat orang. Dengan demikian, setiap provinsi tanpa
memandang luas dan kepadatan penduduknya akan mendapat jatah kursi DPD
sebanyak empat orang. Menurut Soedijarto, anggota Badan Pekerja Majelis
Permusyawaratan Rakyat (BP/ MPR) “ Bangsa ini belum jadi. Orang di daerah
tertentu melihat orang di daerah lain bukan sebagai orang Indonesia. Perbedaan
lainnya adalah jika DPR merupakan orang-orang yang muncul dari partai, DPD
adalah individu-individu non-partisan yang akan menyuarakan suatu Propinsinya. Ini
berarti, ideal seorang anggota DPD akan lebih independen dari pada anggota DPR.
Yang sedikit banyak akan dapat intervensi dari partai dari mana ia berasal konsep
baru ini merupakan reaksi dari konsep perwakilan yang semu yang dianut negara ini
selama 32 tahun selama masa Orde Baru. Dengan konsep ini diharapkan bisa
terbentuk mekanisme checks and balance antara lembaga-lembaga negara secara
lebih baik. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Utrecht, bahwa mekanisme checks
and balance yang akan memperlihatkan perimbangan kekuasaan sebagaimana yang
dilaksanakan di Amerika Serikat. Hal ini dikenakan pemisahan kekuasaan secara
mutlak tidak mungkin dilaksanakan. Bila diadakan pemisahan secara mutlak, berarti
tidak adanya pengawasan antara lembaga-lembaga negara.
Meski begitu, pergeseran konsep keseimbangan tersebut kembali timpang ketika
Undang-undang No. 22 tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Undang-undang Susduk) yang disahkan oleh
Presiden Megawati pada tanggal 31 Juli 2003 banyak mereduksi kewenangan ideal
yang seharusnya dimiliki oleh kamar pertama dalam sebuah sistem bicamarel.
Pembatasan-pembatasan tersebut misalnya saja dapat dilihat dalam pasal 42 UU
Susduk. Dalam pasal ini diatur bahwa DPD hanya memiliki fungsi yaitu :
a. Pengajuan usul, ikut dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan dengan
bidang legislasi tertentu,
b. Pengawasan atas pelaksanaan Undang-undang tertentu.
Dengan kata lain, ketentuan dalam pasal tersebut sangat membatasi
kewenangan DPD untuk terlibat dalam proses pembuatan sebuah Undang-undang, ia
hanya dapat sebatas mengajukan usul dan ikut dalam pembahasan serta memberikan
pertimbangan tanpa diminta kewenangan untuk mengambil keputusan. Selain itu,
perlu digarisbawahi pula bahwa kewenangan yang dimilikinya pun hanya terhadap
Undang–undang tertentu yaitu Undang-undang yang berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran dan pengembangan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta
Undang-undang yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
Begitu juga dengan tata tertib DPD, di mana Pasal 46 (1) yang mengamanatkan
dibentuknya panitia perancang Undang-undang yang merupakan alat kelengkapan
DPD. Pasal yang ayat ( 1) tata tertib DPD menyebutkan tugas Panitia Perancang
Undang-Undang adalah : merencanakan dan menyusun program serta urutan prioritas
pembahasan, usul pembentukan rancangan Undang-undang dan usul rancangan
Undang-undang untuk 1 (satu) masa keanggota DPD dan setiap anggaran.
Dengan demikian, secara implisit, kedudukan DPD berada di bawah DPR dan
Presiden, yang dapat dilihat sebagai berikut:

22
a. DPD dapat mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR yang berkaitan
dengan
1) Otonomi daerah,
2) Hubungan pusat dan daerah,
3) Pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah,
4) Pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang
berkaitan dengan
5) Perimbangan keunangan pusat dan daerah (Pasal 22 D Ayat (1) UUD1945).

b. DPD ikut membahas sejumlah rancangan Undang-undang yang diajukan dalam


bagian pertama di atas, serta memberikan perimbangan kepada DPR atas Rancangan
Undang-Undang Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan rancangan
Undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama, (Pasal 22 D
Ayat (2) UUD1945).
c. DPD dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang pada
kegiatan kedua di atas, dan menyampaikan hasil pengawasannya kepada DPR sebagai
bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti (Pasal 22 D Ayat (3) UUD1945). Selain
itu, anggota DPD diperhentikan dari jabatannya, yang syarat-syarat dan tata caranya
di atur dalam Undang-Undang (Pasal 22 D Ayat (4) UUD1945). Artinya, DPR dan
Presiden bisa mengatur pemberhentian anggota DPD.
Dari pasal-pasal di atas, terlihat DPD hanyalah weak chamber dibawah DPR dan
Presiden dalam hal legislasi. Bisa juga diinterpretasikan bahwa DPD adalah
subordinat dari Parpol yang terpilih menjadi Presiden atau Wakil Presiden (Wapres)
dan DPR dalam hubungan hirarki dan oligopoli. Sekalipun begitu, kedudukan DPD
bisa kuat ketika menjalankan haknya sebagai anggota MPR, baik dalam mengubah
dan menetapkan Undang-Undang Dasar (pasal 3 ayat (1) UUD1945). DPD dipilih
langsung oleh rakyat dalam pemilu dan mewakili unit kedaerahan, yaitu Propinsi.
Dalam suatu Propinsi tentu terdapat banyak cluster aktor strategis. Mereka
mempunyai kepentingan berbeda-beda baik dari segi tema maupun tingkatannya.
Perbedaan sistematik jelas terlihat, misalnya antara Dewan Perwakilan Daerah,
Pemerintah Daerah dan Lembaga Sosial Masyarakat (LSM). Di antara lembaga-
lembaga tersebut juga terdapat perbedaan tingkatan kepentingan, misalnya Dewan
Perwakilan Daerah yang cenderung politis, Pemerintah Daerah yang cenderung
Pragmatis dan LSM yang cenderung mikro-merakyat. Bagaimana anggota DPD dari
suatu Propinsi mampu melakukan pengelompokan prioritisasi dan penentuan strategi
lanjutan terhadap berbagai kepentingan yang disuarakan ?

3. Kekuasaan Presiden dalam Pembentukan Undang-undang


Sebelum perubahan UUD1945, Presiden bahkan merupakan lembaga yang
memegang kekuasaan untuk membentuk undang-undang. Sedangkan sesudah
perubahan UUD1945, Presiden masih pula dilibatkan seperti hak untuk mengajukan
rancangan undang-undang, pembahasan yang dilakukan secara bersama dengan DPR
terhadap RUU dan pengesahan RUU menjadi undang-undang yang juga dilakukan
oleh Presiden.
Sebelum perubahan (amandemen) UUD 1945 presiden merupakan lembaga yang
memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang. Sedangkan sesudah amandemen
UUD1945 Presiden masih dilibatkan dalam pembentukan Undang-undang seperti hak
untuk mengajukan rancangan undang-undang, pembahasan yang dilakukan bersama
DPR terhadap rancangan Undang-undang dan pengesahan rancangan Undang-undang
menjadi Undang-undang yang juga dilakukan oleh presiden. 

Perkuliahan bapak bayu tanggal 24 maret 2015

23
PENGERTIAN

 Lembaga pembentuk
Perundang-undangan adalah lembaga atau penjabat yang berwenang membentuk
peraturan tertulis (formell gezets dan verordnung dan autonome satzung)

(BPUPKI) = Badan penyelidik usaha usaha persiapan kemerdekaan indonesia


MPR adalah lembaga negara yang berwenang membentuk
staa

Daftar Pustaka :

24
Roudhotulilmi, Lembaga Perundang – Undangan, http://blogspot.com.

Leha, Amademen UUD 1945, http://wordpress.com.

Aji, Lembaga-Pembentuk-Perundang-Undanga, http://wordpress.com.

25

Anda mungkin juga menyukai