Anda di halaman 1dari 10

UUD LEMBAGA NEGARA SEBELUM DAN PASCA AMANDEMEN

Oleh: Syafiqah Retno Rianti (2100024224)

BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Ada beberapa hal yang mendasari terjadinya perubahan Amandeman, salah satunya
sebagai bentuk respon terhadap tuntutan reformasi. Tuntutan tersebut antara lain dilatar
belakangi oleh praktek penyelenggaraan negara pada masa pemerintahan rezim Suharto yang
otoriter sentralistik dengan menggunakan Undang-Undang Dasar sebagai jalan untuk
melanggengkan kekuasaannya. Amandemen terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) telah dilakukan sebanyak empat kali (tahun 1999-2002),
yang mengakibatkan perubahan desain ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan desain
ketatanegaraan yang terjadi adalah perubahan fungsi dari lembaga negara. Sebelum Amandemen
UUD 1945, Presiden memiliki peran strategis dalam proses pembentukan undang-undang.
Presiden diberi kekuasaan untuk membentuk undang-undang. Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia (DPR RI) sebagai organ kekuasaan legislatif hanya memberikan persetujuan
rancangan undang-undang yang diajukan oleh Presiden, sehingga fungsi kekuasaan legislatif
sebelum Amandemen UUD 1945 dipegang dan didominasi oleh Presiden. DPDRI
mengemukakan ”penyebab utama mengapa konstitusi harus mengalami perubahan tentu saja
karena konstitusi itu dianggap sudah ditinggalkan oleh zamannya, sudah tak sesuai lagi dengan
kebutuhan rakyat yang membuatnya.” Perubahan pertama ditetapkan pada Sidang MPR tanggal
19 Oktober 1999. Ada 9 Pasal yang diubah secara mendasar dan dua perubahan fundamental
yang dilakukan, yaitu pergeseran kekuasaan membentuk undang-undang dari Presiden ke DPR,
serta pembatasan masa jabatan presiden selama 5 tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali
dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan. Diketahui bahwa telah dilakukan
empat kali perubahan Amandemen, yaitu:
Amandemen pertama UUD 1945 ditetapkan dalam Sidang Umum Majlis
Permusyawaratan Rakyat Tahun 1999 (SU MPR 1999). Dalam sidang ini MPR telah merubah 9
pasal UUD 1945, yaitu pasal 5 ayat (1), pasal 7, pasal 9, pasal 13 ayat (1) dan ayat (2), pasal 14,
pasal 15, pasal 17 ayat (2) dan ayat (3), pasal 20 dan pasal 21. Pergeseran ini telah membuat
UUD 1945 menganut paradigma baru dalam hal pengaturan kekuasaan negara, yaitu dari
paradigma pembagian kekuasaan (division of fower/distribution of fower) menjadi pemisahan
kekuasaan (separation of fower).
Amandemen kedua UUD 1945 dicapai dalam Sidang Tahunan Majlis Permusyawaratan
Rakyat tahun 2000 ( ST MPR 2000 ). Dalam sidang ini MPR telah mengubah atau menambah 25
pasal dan 5 bab. Yang terpenting dari perubahan kedua ini adalah penegasan prinsip otonomi
daerah, penegasan mengenai hak-hak DPR dan anggota DPR, serta penerimaan pasal-pasal
tentang hak asasi manusia.
Amandemen ketiga UUD 1945 dicapai dalam Sidang Tahunan Majlis Permusyawaratan
Rakyat tahun 2001 (ST MPR 2001) yang berlangsung pada tanggal 3 sampai 9 november 2001.
Dalam sidang ini MPR telah mengubah atau menambah 23 pasal dan 3 bab. Materi yang
terpenting adalah penerimaan pasal tentang pemilihan presiden secara langsung pada putaran
pertama (first round), penerimaan pasal tentang pemberhentian presiden (impeachment),
pengaturan tentang Pemilihan Umum, dan disetujuinya pasal-pasal tentang pembentukan
lembaga-lembaga baru, yaitu Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Mahkamah Konstitusi (MK)
dan Komisi Yudisial (KY).
Amandemen keempat UUD 1945 dicapai dalam Sidang Tahunan Majlis
Permusyawaratan Rakyat tahun 2002 ( ST MPR 2002 ) yang berlangsung pada tanggal 1 sampai
11 Agustus 2002. Perubahan terpenting yang dicapai dalam sidang pamungkas proses perubahan
UUD 1945 ini adalah MPR terdiri dari DPR dan DPD saja, pemilihan presiden putaran kedua
(second round) yang dikembalikan kepada rakyat bila pada putaran pertama (first round) tidak
ada calon yang memenuhi persyaratan perolehan suara, penghapusan Dewan Pertimbangan
Agung (DPA) dan penghapusan penjelaasan UUD 1945.

RUMUSAN MASALAH
Ada sejumlah kelemahan sistimatika dan substansi UUD pasca perubahan seperti
inkonsisten, yaitu sistem pemerintahan dan sistem ketatanegaraan menjadi tidak jelas. Perubahan
Undang-Undang Dasar ternyata tidak langsung menimbulkan pengaruh baik. Akibatnya setelah
lebih dari 10 tahun perubahan Undang-Undang Dasar praktek penyelenggaraan negara masih
jauh dari harapan, karena kegamangan aturan dasar dalam bernegara maupun karena budaya
birokrasi belum banyak berubah. Masih diperlukan waktu dan upaya yang lebih serius serta
konsisten untuk mewujudkan perubahan konstitusi ke perubahan budaya masyarakat. Maka,
penyemaian dan pemupukan spirit konstitusionalisme diberbagai lapisan masyarakat merupakan
suatu keharusan disertai keteladanan dari para pemimpin. Maka Amandemen/perubahan UUD
1945 akan menata kembali pengaturan demokrasi. perubahan tersebut digunakan sebagai
pedoman perubahan konstitusi meliputi mengembalikan hak atas kedaulatan kepada rakyat
dengan cara melaksanakan pemilihan umum dengan sistem distrik dan pemilihan Presiden dan
Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat, mengubah struktur keanggotaan MPR dan
menggunakan sistem bikameral dalam pembuatan undang-undang, mempercepat perubahan
instrumen hukum, meningkatkan peran DPR, mengubah kekuasaan yang sentralistik ke
desentralistik; mengurangi kekuasaan Presiden dengan cara mendistribusikan kekuasaan secara
seimbang dan menerapkan sistem kontrol melalui mekanisme “chek and balance system”,
menata kembali sistem peradilan, serta memberikan jaminan perlindungan hakhak asasi melalui
konstitusi dan instrumen hukum.
TUJUAN
Perubahan Amandemen ini bertujuan menegakkan  pemerintahan demokratis berdasarkan
hukum dengan desentralisasi kekuasaan, asca-Amandemen UUD 1945 terjadi pergeseran
kekuasaan legislatif dalam menjalankan fungsinya, yakni membentuk undang-undang. Peran
DPR RI sebagai organ kekuasaan legislatif pasca-amandemen lebih diperkuat lagi. DPR RI yang
dulu hanya diberikan kewenangan untuk memberikan persetujuan atas rancangan undang-undang
yang diajukan Presiden kini mulai diberikan kekuasaan untuk membentuk undang-undang.
Peralihan kekuasaan membentuk undang-undang kepada DPR RI sesuai dengan ketentuan dalam
Pasal 20 UUD 1945 pascaamandemen yang semakin memperkuat fungsi DPR RI di bidang
legislasi, selain fungsi anggaran dan pengawasan yang sudah berjalan. Kedudukan dan fungsi
DPR RI yang semakin kuat pasca-Amandemen UUD 1945 tersebut membuat peran DPR RI
semakin penting dalam penyelenggaraan negara. DPR RI memiliki peran sentral dalam
pembentukan hukum melalui fungsi legislasi yang dimiliki. DPR RI juga berperan menentukan
kebijakan pembangunan melalui fungsi anggaran yang dimiliki sekaligus mengawasi kinerja
pemerintah melalui fungsi pengawasan. Selanjutnya, dengan penguatan fungsi DPR RI tersebut
masyarakat berharap DPR RI dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik, konsisten,
dan bertanggung jawab sehingga memberikan manfaat yang besar bagi rakyat sebagaimana
diamanatkan Pasal 20A ayat (1) UUD 1945.

BAB II PEMBAHASAN

1. LEMBAGA NEGARA SEBELUM AMANDEMEN

MPR/UUD 1945

DPR PRESIDEN BPK DPA MA

a. Majelis permusyawaratan Rakyat (MPR)


Sebelum amandemen MPR adalah pemegang kekuasaan negara tertinggi atau
pemegang kedaulatan rakyat. Sebagai pemegang kekuasaan negara tertinggi, MPR
membawahi lembaga- lembaga negara yang lain. Tetapi setelah amandemen pemegang
kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilakukan menurut UndangUndang Dasar.
Perubahan itu mengisyaratkan bahwa kedudukan MPR tidak lagi sebagai lembaga
tertinggi negara, dan tidak lagi memegang kedaulatan rakyat. Perubahan tersebut juga
berimplikasi pada pengurangan kewenangan MPR, yaitu MPR tidak lagi berwenang
memilih Presiden dan Wakil Presiden. Susunan MPR terdiri atas anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui
pemilihan umum. Sebagai Lembaga Negara, MPR mempunyai tugas dan wewenang
sebagai:
 Mengubah dan menetapkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
 Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden hasil pemilihan umum.
 Memutuskan usul DPR untuk memberhentikan Presiden dan/ atau Wakil Presiden
dalam masa jabatannya, setelah Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa
Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhianatan terhadap Negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya,
atau perbuatan tercela dan/atau terbukti bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden
tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.
 Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mangkat, berhenti,
diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya.
 Memilih Wakil Presiden dari 2 calon yang diusulkan oleh Presiden apabila terjadi
kekosongan jabatan Wakil Presiden dan masa jabatannya.
 Memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya mangkat, berhenti,
diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya
secara bersamaan, dari 2 pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang
diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calon
Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua
dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai berakhir masa jabatannya.

b. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


Sebelum amandemen, Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR merupakan lembaga
perwakilan rakyat tidak bisa dibubarkan oleh presiden. Anggota DPR adalah anggota
partai politik peserta pemilu yang dipilih oleh rakyat dan tidak bertanggung jawab kepada
presiden. sepanjang orde baru DPR belum secara optimal menjalankan fungsinya sebagai
wakil rakyat yang menyuarahkan aspirasi rakyat, mengawasi pemerintah dan mengajukan
gagasan atau inisiatif dalam bentuk perancangan Perundang-Undangan. Kewenangan
Dewan Perwakilan Rakyat yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 sebelum
perubahan antara lain:
 Bersama-sama Pemerintah menetapkan Undang-Undang (Pasal 5 ayat 1 jo, Pasal
20 ayat 1 UUD 1945).
 Melalui Undang-Undang menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Pasal 23 ayat 1 UUD 1945).
 Memberikan persetujuan kepada Presiden atas pernyataan perang, membuat
perdamaian dan perjanjian dengan negara lain (Pasal 11 UUD 1945).
c. Presiden
Sebelum Aman demen, UUD 1945 menempatkan kedudukan presiden pada posisi
yang sangat penting dalam struktur ketatanegaraan Indonesia. Hak prerogatif presiden
dalam UUD 1945 sebelum amandemen adalah:
 Pasal 5 ayat 2: Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan
Undang-undang. Pasal 10: Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas angkatan
darat, angkatan laut, dan angkatan udara.
 Pasal 11: Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR
menyatakan perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain.
 Pasal 12: Presiden menyatakan keadaan bahaya melalui suatu keputusan presiden.
 Pasal 13 ayat 1 dan 2: Presiden mengangkat duta dan konsul, serta dapat
menerima duta negara lain.
 Pasal 14: Presiden berhak memberikan grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi.
 Pasal 15: Pemberian gelar, tanda jasa, atau tanda kehormatan merupakan salah
satu tugas penyelenggara pemerintah negara yaitu presiden.
 Pasal 17: Menteri-menteri diangkat dan diberhentikan oleh presiden.
 Pasal 22: Dalam keadaan yang mendesak, Presiden berhak membuat peraturan
darurat yang dituangkan melalui perapu.

d. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)


Kedudukan dan peran BPK dijamin dalam konstitusi yaitu UUD 1945 sebelum
perubahan Pasal 23 ayat 5 beserta penjelasannya yaitu sebagai lembaga negara pemeriksa
keuangan negara yang lepas dari pengaruh dan kekuaasaan pemerintah dan sejajar
dengan pemerintah. Maka dalam hal ini BPK hanya bertugas memeriksa keuangan negara
dan bertanggung jawab kepada negara. Hasil pemeriksaan itu disampaikan kepada DPR.

e. Dewan Pertimbangan Agung (DPA)


Merupakan lembaga tinggi negara Indonesia menurut UUD 45 sebelum
diamendemen yang fungsinya memberi masukan atau pertimbangan kepada presiden.
Dibentuk berdasarkan Penetapan Presiden No. 3 Tahun 1959, pada 22 Juli 1959, yang
diketuai oleh Presiden Soekarno. DPA memiliki beberapa fungsi dan wewenang antara
lain:
 Menjawab pertanyaan presiden soal pembangunan dan sektor lain.
 Memberikan masukan, baik secara lisan ataupun tulisan, agar pembangunan dan
pemerintahan menjadi lebih baik dan berkembang.
 Memberi pertimbangan kepada Presiden atas keputusan yang telah diambil oleh
Presiden, baik secara lisan maupun tulisan.
Kemudian DPA dihapuskan karena dianggap semakin tidak jelas dalam menjalankan
tugasnya, melalui UUD 1945 yang telah diamendemen, lembaga ini dihapuskan dengan
Keputusan Presiden Nomor 135 /M/ 2003 pada tanggal 31 Juli 2003.

f. Mahkamah Agung (MA)


Sebelum amandemen Undang-undang Dasar 1945, kekuasaan kehakiman
dilakukan hanya oleh mahkamah agung. Lembaga mahkamah agung bersifat mandiri dan
tidak boleh diintervensi atau dipengaruhi oleh cabang kekuasaan lainnya. MA
berwewenang sebagai berikut:
 Mengadili pada tingkat kasasi.
 Menguji peraturan perundang-undangan.
 Mengajukan tiga orang hakim konstitusi.
 Memberikan pertimbangan kepada presiden untuk memberikan grasi dan
rehabilitasi.

2. LEMBAGA NEGARA SESUDAH AMANDEMAN

UUD 1934

MPR/DPR/DPRD BPK PRESIDEN/WAPRES MA/MK/KY

a. UUD 1945
Undang-Undang Dasar 1945 setelah amandemen tidak mengalami banyak
perubahan, namun sistematika UUD berubah karena terjadi beberapa penambahan, dan
kini memiliki 21 bab, 73 pasal, 170 ayat serta 3 pasal Aturan Peralihan dan 2 pasal
Aturan Tambahan. Sebelum maupun sesudah amendemen, bagian Pembukaan UUD 1945
terdiri dari empat alinea yang tidak diubah.

b. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)


Setelah amandemen terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, MPR mengalami pergeseran kedudukan dari Lembaga Tertinggi Negara
menjadi Lembaga Tinggi Negara, serta tidak lagi melaksanakan sepenuhnya kedaulatan
rakyat. Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(setelah amandemen) menyatakan, “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
sepenuhnya menurut Undang-Undang Dasar”. MPR setelah perubahan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mempunyai kedudukan yang sederajat
dengan Lembaga Tinggi Negara lainnya. MPR yang pada awalnya membagi-bagikan
kedaulatan atau kekuasaannya secara menyeluruh, sekarang kedaulatan atau kekuasaan
itu ada pada Lembaga Tinggi Negara secara horizontal-fungsional berdasarkan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dengan pergeseran kedudukan
MPR pasca amandemen, membawa konsekuensi pula terhadap kewenangan yang
dimiliki. Kewenangan MPR dalam memilih Presiden dan menetapkan Garis-Garis Besar
Haluan Negara sebagai acuan kerja pemerintah sudah tidak ada lagi, karena Presiden dan
Wakil Presiden sekarang dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat (pasal
6A ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (setelah
amandemen), sehingga tidak ada lagi pertanggungjawaban Presiden kepada MPR karena
Presiden langsung bertanggungjawab kepada pemilihnya yaitu rakyat. Oleh karena itu
pergeseran xiii kedudukan MPR dari Lembaga Tertinggi Negara menjadi Lembaga
Tinggi Negara yang sederajat dengan lembaga negara yang lain, membuat kewenangan
yang dimiliki juga ikut berkurang.

c. Dewan perwakilan Rakyat (DPR)


Amandemen UUD 1945 membawa pergeseran dan penguatan peran DPR dalam
pembentukan undang-undang. Sebelum amandemen UUD 1945, kekuasaan untuk
membentuk undang-undang berada pada Presiden, sedangkan DPR hanya memberi
persetujuan. Setelah amandemen pembuatan undang-undang menjadi kekuasaan DPR,
sedangkan Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR. Dalam
hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama itu dalam waktu tiga puluh
hari semenjak persetujuan tidak disahkan oleh Presiden, rancangan undang-undang
tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan. Ketentuan amandemen
tersebut telah membawa peningkatan peran DPR dalam pembentukan undang-undang,
baik dalam hal pengajuan rancangan undang-undang maupun dalam pembahasan
rancangan undang-undang untuk menjadi undang-undang. Salah satu fungsi yang harus
dijalankan oleh DPR adalah fungsi legislasi, di samping fungsi lainnya yaitu fungsi
fungsi anggaran dan fungsi pengawasan. Fungsi legialasi DPR adalah fungsi untuk
membuat undang-undang. Pembuatan undang-undang dilaksanakan atas kerjasama antara
DPR dan Presiden.

d. Dewan perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)


DPRD adalah  yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah yang mempunyai peran dan tanggung jawab dalam mewujudkan efisiensi,
efektifitas produktivitas dan akuntabilitas penyelenggaraan Pemerintah Daerah melalui
pelaksanaan hak, kewajiban, tugas, wewenang dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Adapun beberapa wewenang
DPRD antara lain:
 Membuat PERDA Bersama Bupati
 Membahas dan memberikan persetujuan rancangan Peraturan Daerah mengenai
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah yang diajukan oleh Bupati.
 Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah dan APBD.
 Mengusulkan pengangkatan dan atau pemberhentian bupati dan atau wakil bupati
kepada menteri dalam negeri melalui gubernur untuk mendapatkan pengesahan
pengangkatan dan atau pemberhentian.
 Memilih wakil bupati dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil bupati.
 Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap
rencana perjanjian internasional di daerah.
 Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama internasional yang
dilakukan oleh pemerintah daerah.
 Meminta laporan keteranganpertanggungjawaban bupati dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
 Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama dengan daerah lain atau
dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah.
 Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
 Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.

e. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)


Setelah dilakukannya Amandemen UUD 1945 pada 10 November 2001, kedudukan serta
tugas dan wewenang BPK kian dipertegas. Pasal 23E ayat (1) UUD 1945 menyatakan
bahwa untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara
diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.

f. Predisen dan Wakil Presiden


Setelah amandemen, kedudukan Presiden tidak lagi dititik beratkan. Seperti untuk
membentuk undang-undang presiden mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU)
kepada DPR. Presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat. Pasangan
diusulkan oleh partai politik peserta pemilu, Presiden sejajar kedudukannya dengan MPR,
UUD 1945 menjadi kedudukan paling tinggi. Hukum tertinggi adalah Undang-Undang
Dasar. Presiden bertanggung jawab kepada seluruh rakyat dan hanya boleh menjabat
maksimal dua kali masa jabatannya seperti yang telah diterapkan saat ini, presiden yang
sudah dua kali masa jabatan tidak bisa mencalonkan kembali dirinya untuk menjadi
presiden.

g. MA/MK/KY
Mahkamah Agung setelah amandemen MA mengalami beberapa perubahan salah
satunya dalam menjalankan fungsinya, yaitu:
 Mengadili pada tingkat kasasi.
 Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang.
 Memutus pemberhentian kepala daerah yang diajukan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD). Menyelenggarakan persidangan peninjauan kembali.

Mahkamah Konstitusi berfungsi sebagai kekuasaan kehakiman, dengan wewenang


Sebagai berikut:
 Menguji UU terhadap UUD 1945.
 Memutus sengketa kewenangan lembaga negara.
 Memutus pembubaran partai politik. Memutus perselisihan hasil pemilihan
umum.

Komisi Yudisial merupakan Lembaga yang berperan sebagai Pengawasan hakim, tetapi
tidak termasuk hakim MK. Wewenang KY antara lain adalah:

 Merekrut calon hakim agung (pendaftaran, seleksi, dan seterusnya) dan hakim ad
hoc.
 Menjaga dan menegakkan pelaksanaan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim
(KEPPH).

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN
Amandemen UUD 1945 diadakan dengan aturan atau kesepakatan dasar dalam
melakukan perubahan terhadap UUD 1945, yakni tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap
mempertahankan NKRI, mempertegas sistem pemerintahan presidensial, serta penjelasan UUD
1945 yang memuat hal-hal normatif akan dimasukkan ke dalam pasal-pasal atau batang tubuh.
Amandemen atau perubahan terhadap UUD 1945 dilakukan secara bertahap karena
mendahulukan pasal-pasal yang disepakati oleh semua fraksi di MPR. Proses perubahan lalu
dilanjutkan dengan perubahan terhadap pasal yang lebih sulit untuk memperoleh kesepakatan.
Secara umum amandemen merujuk pada perubahan yang terjadi dalam hukum tata negara suatu
negara. Sedangkan konstitusi merupakan asas dalam dasar politik dan hukum yang meliputi tata
cara, struktur kewenangan hak dan kewajiban, sehingga konstitusi ini erat kaitannya dengan
adanya amandemen. Amandemen sebagai tindakan atau hasil dari perubahan. Amandemen juga
dapat dipahami sebagai penghapusan kesalahan atau reformasi, terutama di bidang hukum baik
secara tertulis maupun yang sedang berlangsung. Amandemen kemudian juga dapat merujuk
pada perubahan yang dibuat pada RUU di hadapan parlement.

DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Direktorat Jendral Peraturan
Perundang-undangan; Artikel Hukum Tata Negara dan Peraturan Perundang-undangan.
H. Mu’min Ma’ruf; Lembaga-lembaga Negara Pasca Amandemen UUD 1945.
Marviel Jefry Mongisidi; Kekuasaan DPR sesudah Amandemen Perundang-Undangan Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Kompas.com-08/04/2022, 01:00 wib; Hak Prerogatif Presiden Sebelum dan Sesudah
Amandemen UUD 1945.
Azanil Fajri Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Jl. Putroe Phang No. 1,
Darussalam, Banda Aceh - 23111 Faisal A.Rani Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Jl.
Putroe Phang No. 1, Darussalam, Banda Aceh – 23111; Kewenangan Mahkamah Agung dalam
seleksi dan pengangkatan Hakim Tingkat Pertama menurut UUD 1945.

Anda mungkin juga menyukai