BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Ada beberapa hal yang mendasari terjadinya perubahan Amandeman, salah satunya
sebagai bentuk respon terhadap tuntutan reformasi. Tuntutan tersebut antara lain dilatar
belakangi oleh praktek penyelenggaraan negara pada masa pemerintahan rezim Suharto yang
otoriter sentralistik dengan menggunakan Undang-Undang Dasar sebagai jalan untuk
melanggengkan kekuasaannya. Amandemen terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) telah dilakukan sebanyak empat kali (tahun 1999-2002),
yang mengakibatkan perubahan desain ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan desain
ketatanegaraan yang terjadi adalah perubahan fungsi dari lembaga negara. Sebelum Amandemen
UUD 1945, Presiden memiliki peran strategis dalam proses pembentukan undang-undang.
Presiden diberi kekuasaan untuk membentuk undang-undang. Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia (DPR RI) sebagai organ kekuasaan legislatif hanya memberikan persetujuan
rancangan undang-undang yang diajukan oleh Presiden, sehingga fungsi kekuasaan legislatif
sebelum Amandemen UUD 1945 dipegang dan didominasi oleh Presiden. DPDRI
mengemukakan ”penyebab utama mengapa konstitusi harus mengalami perubahan tentu saja
karena konstitusi itu dianggap sudah ditinggalkan oleh zamannya, sudah tak sesuai lagi dengan
kebutuhan rakyat yang membuatnya.” Perubahan pertama ditetapkan pada Sidang MPR tanggal
19 Oktober 1999. Ada 9 Pasal yang diubah secara mendasar dan dua perubahan fundamental
yang dilakukan, yaitu pergeseran kekuasaan membentuk undang-undang dari Presiden ke DPR,
serta pembatasan masa jabatan presiden selama 5 tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali
dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan. Diketahui bahwa telah dilakukan
empat kali perubahan Amandemen, yaitu:
Amandemen pertama UUD 1945 ditetapkan dalam Sidang Umum Majlis
Permusyawaratan Rakyat Tahun 1999 (SU MPR 1999). Dalam sidang ini MPR telah merubah 9
pasal UUD 1945, yaitu pasal 5 ayat (1), pasal 7, pasal 9, pasal 13 ayat (1) dan ayat (2), pasal 14,
pasal 15, pasal 17 ayat (2) dan ayat (3), pasal 20 dan pasal 21. Pergeseran ini telah membuat
UUD 1945 menganut paradigma baru dalam hal pengaturan kekuasaan negara, yaitu dari
paradigma pembagian kekuasaan (division of fower/distribution of fower) menjadi pemisahan
kekuasaan (separation of fower).
Amandemen kedua UUD 1945 dicapai dalam Sidang Tahunan Majlis Permusyawaratan
Rakyat tahun 2000 ( ST MPR 2000 ). Dalam sidang ini MPR telah mengubah atau menambah 25
pasal dan 5 bab. Yang terpenting dari perubahan kedua ini adalah penegasan prinsip otonomi
daerah, penegasan mengenai hak-hak DPR dan anggota DPR, serta penerimaan pasal-pasal
tentang hak asasi manusia.
Amandemen ketiga UUD 1945 dicapai dalam Sidang Tahunan Majlis Permusyawaratan
Rakyat tahun 2001 (ST MPR 2001) yang berlangsung pada tanggal 3 sampai 9 november 2001.
Dalam sidang ini MPR telah mengubah atau menambah 23 pasal dan 3 bab. Materi yang
terpenting adalah penerimaan pasal tentang pemilihan presiden secara langsung pada putaran
pertama (first round), penerimaan pasal tentang pemberhentian presiden (impeachment),
pengaturan tentang Pemilihan Umum, dan disetujuinya pasal-pasal tentang pembentukan
lembaga-lembaga baru, yaitu Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Mahkamah Konstitusi (MK)
dan Komisi Yudisial (KY).
Amandemen keempat UUD 1945 dicapai dalam Sidang Tahunan Majlis
Permusyawaratan Rakyat tahun 2002 ( ST MPR 2002 ) yang berlangsung pada tanggal 1 sampai
11 Agustus 2002. Perubahan terpenting yang dicapai dalam sidang pamungkas proses perubahan
UUD 1945 ini adalah MPR terdiri dari DPR dan DPD saja, pemilihan presiden putaran kedua
(second round) yang dikembalikan kepada rakyat bila pada putaran pertama (first round) tidak
ada calon yang memenuhi persyaratan perolehan suara, penghapusan Dewan Pertimbangan
Agung (DPA) dan penghapusan penjelaasan UUD 1945.
RUMUSAN MASALAH
Ada sejumlah kelemahan sistimatika dan substansi UUD pasca perubahan seperti
inkonsisten, yaitu sistem pemerintahan dan sistem ketatanegaraan menjadi tidak jelas. Perubahan
Undang-Undang Dasar ternyata tidak langsung menimbulkan pengaruh baik. Akibatnya setelah
lebih dari 10 tahun perubahan Undang-Undang Dasar praktek penyelenggaraan negara masih
jauh dari harapan, karena kegamangan aturan dasar dalam bernegara maupun karena budaya
birokrasi belum banyak berubah. Masih diperlukan waktu dan upaya yang lebih serius serta
konsisten untuk mewujudkan perubahan konstitusi ke perubahan budaya masyarakat. Maka,
penyemaian dan pemupukan spirit konstitusionalisme diberbagai lapisan masyarakat merupakan
suatu keharusan disertai keteladanan dari para pemimpin. Maka Amandemen/perubahan UUD
1945 akan menata kembali pengaturan demokrasi. perubahan tersebut digunakan sebagai
pedoman perubahan konstitusi meliputi mengembalikan hak atas kedaulatan kepada rakyat
dengan cara melaksanakan pemilihan umum dengan sistem distrik dan pemilihan Presiden dan
Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat, mengubah struktur keanggotaan MPR dan
menggunakan sistem bikameral dalam pembuatan undang-undang, mempercepat perubahan
instrumen hukum, meningkatkan peran DPR, mengubah kekuasaan yang sentralistik ke
desentralistik; mengurangi kekuasaan Presiden dengan cara mendistribusikan kekuasaan secara
seimbang dan menerapkan sistem kontrol melalui mekanisme “chek and balance system”,
menata kembali sistem peradilan, serta memberikan jaminan perlindungan hakhak asasi melalui
konstitusi dan instrumen hukum.
TUJUAN
Perubahan Amandemen ini bertujuan menegakkan pemerintahan demokratis berdasarkan
hukum dengan desentralisasi kekuasaan, asca-Amandemen UUD 1945 terjadi pergeseran
kekuasaan legislatif dalam menjalankan fungsinya, yakni membentuk undang-undang. Peran
DPR RI sebagai organ kekuasaan legislatif pasca-amandemen lebih diperkuat lagi. DPR RI yang
dulu hanya diberikan kewenangan untuk memberikan persetujuan atas rancangan undang-undang
yang diajukan Presiden kini mulai diberikan kekuasaan untuk membentuk undang-undang.
Peralihan kekuasaan membentuk undang-undang kepada DPR RI sesuai dengan ketentuan dalam
Pasal 20 UUD 1945 pascaamandemen yang semakin memperkuat fungsi DPR RI di bidang
legislasi, selain fungsi anggaran dan pengawasan yang sudah berjalan. Kedudukan dan fungsi
DPR RI yang semakin kuat pasca-Amandemen UUD 1945 tersebut membuat peran DPR RI
semakin penting dalam penyelenggaraan negara. DPR RI memiliki peran sentral dalam
pembentukan hukum melalui fungsi legislasi yang dimiliki. DPR RI juga berperan menentukan
kebijakan pembangunan melalui fungsi anggaran yang dimiliki sekaligus mengawasi kinerja
pemerintah melalui fungsi pengawasan. Selanjutnya, dengan penguatan fungsi DPR RI tersebut
masyarakat berharap DPR RI dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik, konsisten,
dan bertanggung jawab sehingga memberikan manfaat yang besar bagi rakyat sebagaimana
diamanatkan Pasal 20A ayat (1) UUD 1945.
BAB II PEMBAHASAN
MPR/UUD 1945
UUD 1934
a. UUD 1945
Undang-Undang Dasar 1945 setelah amandemen tidak mengalami banyak
perubahan, namun sistematika UUD berubah karena terjadi beberapa penambahan, dan
kini memiliki 21 bab, 73 pasal, 170 ayat serta 3 pasal Aturan Peralihan dan 2 pasal
Aturan Tambahan. Sebelum maupun sesudah amendemen, bagian Pembukaan UUD 1945
terdiri dari empat alinea yang tidak diubah.
g. MA/MK/KY
Mahkamah Agung setelah amandemen MA mengalami beberapa perubahan salah
satunya dalam menjalankan fungsinya, yaitu:
Mengadili pada tingkat kasasi.
Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang.
Memutus pemberhentian kepala daerah yang diajukan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD). Menyelenggarakan persidangan peninjauan kembali.
Komisi Yudisial merupakan Lembaga yang berperan sebagai Pengawasan hakim, tetapi
tidak termasuk hakim MK. Wewenang KY antara lain adalah:
Merekrut calon hakim agung (pendaftaran, seleksi, dan seterusnya) dan hakim ad
hoc.
Menjaga dan menegakkan pelaksanaan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim
(KEPPH).
KESIMPULAN
Amandemen UUD 1945 diadakan dengan aturan atau kesepakatan dasar dalam
melakukan perubahan terhadap UUD 1945, yakni tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap
mempertahankan NKRI, mempertegas sistem pemerintahan presidensial, serta penjelasan UUD
1945 yang memuat hal-hal normatif akan dimasukkan ke dalam pasal-pasal atau batang tubuh.
Amandemen atau perubahan terhadap UUD 1945 dilakukan secara bertahap karena
mendahulukan pasal-pasal yang disepakati oleh semua fraksi di MPR. Proses perubahan lalu
dilanjutkan dengan perubahan terhadap pasal yang lebih sulit untuk memperoleh kesepakatan.
Secara umum amandemen merujuk pada perubahan yang terjadi dalam hukum tata negara suatu
negara. Sedangkan konstitusi merupakan asas dalam dasar politik dan hukum yang meliputi tata
cara, struktur kewenangan hak dan kewajiban, sehingga konstitusi ini erat kaitannya dengan
adanya amandemen. Amandemen sebagai tindakan atau hasil dari perubahan. Amandemen juga
dapat dipahami sebagai penghapusan kesalahan atau reformasi, terutama di bidang hukum baik
secara tertulis maupun yang sedang berlangsung. Amandemen kemudian juga dapat merujuk
pada perubahan yang dibuat pada RUU di hadapan parlement.
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Direktorat Jendral Peraturan
Perundang-undangan; Artikel Hukum Tata Negara dan Peraturan Perundang-undangan.
H. Mu’min Ma’ruf; Lembaga-lembaga Negara Pasca Amandemen UUD 1945.
Marviel Jefry Mongisidi; Kekuasaan DPR sesudah Amandemen Perundang-Undangan Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Kompas.com-08/04/2022, 01:00 wib; Hak Prerogatif Presiden Sebelum dan Sesudah
Amandemen UUD 1945.
Azanil Fajri Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Jl. Putroe Phang No. 1,
Darussalam, Banda Aceh - 23111 Faisal A.Rani Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Jl.
Putroe Phang No. 1, Darussalam, Banda Aceh – 23111; Kewenangan Mahkamah Agung dalam
seleksi dan pengangkatan Hakim Tingkat Pertama menurut UUD 1945.