Anda di halaman 1dari 8

TUGAS 3

HUKUM TATA NEGARA


Dosen : Ramadani, M.H

Nama : Aprilia Monika


Nim : 044135459
Upbjj : UT Purwokerto
Prodi : Ilmu Hukum
SOAL
1. Berikan analisis anda, perubahan apa yang terjadi pasca amandemen Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia 1945 terhadap kekuasaan presiden dalam
membentuk undang-undang.
2. Berikan analisis anda hubungan antara presiden dan parlemen pasca amandemen
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945.
3. Berikan analisis anda mengenai hubungan lembaga eksekutif dan lembaga yudikatif?
Jawab:
1. Paradigma amandemen/perubahan tersebut digunakan sebagai pedoman
perubahan konstitusi meliputi materi: mengembalikan hak atas kedaulatan
kepada rakyat dengan cara melaksanakan pemilihan umum dengan sistem
distrik dan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat;
mengubah struktur keanggotaan MPR dan menggunakan sistem bikameral
dalam pembuatan undang-undang; mempercepat perubahan instrumen hukum;
meningkatkan peran DPR; mengubah kekuasaan yang sentralistik ke
desentralistik; mengurangi kekuasaan Presiden dengan cara mendistribusikan
kekuasaan secara seimbang dan menerapkan sistem kontrol melalui mekanisme
“chek and balance system”; menata kembali sistem peradilan; memberikan
jaminan perlindungan hakhak asasi melalui konstitusi dan instrumen hukum;
dan lain-lain. Setelah amandemen UUD 1945, terjadi pergeseran kekuasaan
Presiden dalam membentuk undang-undang, yang diatur dalam pasal 5, berubah
menjadi Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang, dan Dewan
Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang (pasal 20).
Selanjutnya hasil perubahan UUD 1945 yang berkaitan langsung dengan kekuasaan
Presiden dan Wakil Presiden, adalah pembatasan kekuasaan Presiden
sebagaimana diatur dalam pasal 7 (lama), yang ber- bunyi “Presiden dan Wakil
Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih
kembali”. Kemudian pasal 7 tersebut diubah, yang bunyinya menjadi “ Presiden
dan Wakil Presiden memegang jabatannya selama lima tahun, dan sesudahnya
dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa
jabatan”. Perubahan pasal ini dipandang sebagai langkah yang tepat untuk
mengakhiri perdebatan tentang periodesasi jabatan Presiden dan Wakil
Presiden.
Sebelum ada perubahan pasal 13, Presiden sebagai kepala Negara mempunyai
wewenang untuk menentukan sendiri duta dan konsul serta menerima duta
negara lain, tetapi setelah adanya perubahan”dalam hal mengangkat duta dan
menerima penempatan duta negara lain, Presiden memperhatikan
pertimbangan DPR”. Perubahan ini penting dengan alasan: (1) dalam rangka
menjaga objektivitas terhadap kemampuan dan kecakapan seseorang pada
jabatan tersebut, karena ia akan menjadi duta dari seluruh rakyat Indonesia di
negara lain; dan (2) dalam rangka membangun akurasi informasi untuk
kepentingan hubungan baik antara kedua negara dan bangsa.
Pasal 14 hasil amandemen berbunyi sebagai berikut: (1) Presiden memberi grasi
dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung. (2)
Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan
Dewan Perwakilan Rakyat. Alasan perlunya Presiden memperhatikan MA dalam
hal memberi grasi dan rehabilitasi, pertama: grasi dan rehabilitasi itu adalah
proses yustisial dan biasanya diberikan kepada orang yang sudah mengalami
proses; dan kedua: grasi dan rehabilitasi lebih banyak bersifat perorangan.
Sedangkan perlunya Presiden memperhatikan DPR dalam hal memberi amnesti
dan abolisi, pertama: amnesti dan abolisi lebih bersifat politik; dan kedua:
amnesti dan abolisi lebih bersifat massal. Perubahan lain terjadi pada pasal 15,
berbunyi sebagai berikut: “Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain
tanda kehormatan yang diatur dengan undang-undang”. Perubahan dilakukan
agar Presiden dalam memberikan berbagai tanda kehormatan kepada
siapapun (baik warga negara, orang asing, badan atau lembaga) didasarkan pada
undang-undang yang merupakan hasil pembahasan DPR bersama pemerintah,
sehingga berdasarkan pertimbangan yang lebih objektif.

2. UUD Negara RI Tahun 1945 menyebutkan banyak lembaga/badan dibandingkan


dengan badan-badan yang disebut di dalam UUD 1945 sebelum perubahan.
Penyebutan tersebut baik dalam satu nomenklatur yang eksplisit berupa nama
lembaga yang bersangkutan maupun yang tanpa nomenklatur yang eksplisit.
Beberapa lembaga yang disebutkan dengan nomenklatur adalah: Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Presiden,
Wakil Presiden, Menteri (khususnya Menteri Dalam Negeri, Menteri Luar Negeri,
dan Menteri Pertahanan), Gubernur, Walikota, Bupati, Tentara Nasional
Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia; Mahkamah Agung (MA),
Mahkamah Konstitusi (MK), Komisi Yudisial (KY), dan Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK). Sementara lembaga/badan yang nomenklaturnya tidak
disebutkan secara eksplisit, adalah dewan pertimbangan, komisi pemilihan
umum, dan bank sentral.
Susunan lembaga negara sebelum diamandemen, diatur bahwa Undang-Undang
Dasar Tahun 1945 merupakan hukum tertinggi dimana kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dijalankan sepenuhnya menurut UUD. UUD memberikan
pembagian kekuasaan (separation of power) kepada 6 lembaga negara dengan
kedudukan yang sama dan sejajar, yaitu Presiden, MPR, DPR, DPD, BPK, MA, dan
MK.
Hubungan Antara parlemen dan Presiden tampak dalam hal ketika setiap
rancangan UndangUndang dibahas oleh DPR dan Presiden harus ada
persetujuan bersama, jika tidak maka rancangan Undang-Undang tersebut tidak
bolh diajukan lagi dalam persidangan DPR masa itu. Presiden mengesahkan
rancangan Undang-Undang menjadi Undang-Undang. Selain itu ketika dalam
keadaan genting dan memaksa maka Presiden berhak menetapkan peraturan
pemerintah pengganti Undang-Undang dengan persetujuan DPR, jika tida maka
harus dicabut.
Struktur lembaga negara beserta hubungan diantara lembaga negara telah
mengalami pergeseran setelah dilakukan amandemen. Pada dasarnya hubungan
diantara lembaga negara tidak banyak mengalami perubahan. Namun
perubahan itu justru tampak dalam struktur lembaga negaranya. Sebelum
amandemen struktur lembaga negara terdiri dari MPR sebagai lembaga
tertinggi, Presiden, DPR, DPA, BPK dan MA. Namun setelah dilakukan
amandemen lembaga negara berkembang yaitu MPR, DPR, DPD, Presiden, MA,
MK, dan BPK. Perbedaanya ada dipoint pengapusan istilah lembaga tertinggi,
sehingga semua menjadi lembaga tinggi negara.
3. A. Lembaga Eksekutif merupakan lembaga yang memegang kekuasaan
pemerintahan. Lembaga ini bertugas menjalankan pemerintahan dan
pembangunan sesuai undang-undang. Namun disbanding lembaga yang lain,
lembaga eksekutif punya tugas yang lebih luas. Lembaga Eksekutif terdiri dari :
a. Presiden,
b. Wakil Presiden,
c. Kementrian Negara,
d. Pejabat Setingkat Menteri
e. Lembaga Pemerintah Non Kementerian.
Di Indonesia, Presiden adalah lembaga Negara yang memegang kekuasaan
eksekutif yaitu mempunyai kekuasaan untuk menjalankan pemerintahannya.
Namun, Presiden juga mempunyai kedudukan sebagai kepala pemerintahan dan
ekaligus sebagai kepala Negara. Dalam menjalankan pemerintahan, Presiden dan
Wakil Presiden tidak boleh bertentangan dengan UUD RI Tahun 1945. Presiden
dan Wakil Presiden menjalankan pemerintahan sesuai dengan tujuan Negara
yang tercantum dalam Pembukaan UUD RI Tahun 1945.
Berdasarkan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945, Sebagai
seorang kepala negara dan kepala pemerintahan, presiden memiliki beberapa
tugas. Tugas lembaga eksekutif ini dapat dikelompokkan berdasarkan
bidangnya, yaitu:

1. Bidang administratif: bertugas melaksanakan undang-undangan serta


perundang-undangan lainnya, dan menyelenggarakan administrasi
negara.
2. Bidang legislatif: bertugas membuat atau merancang undang-undang
dan membimbingnya dalam badan perwakilan rakyat hingga menjadi
sebuah undang-undang.
3. Bidang keamanan: bertugas untuk mengatur polisi dan angkatan
bersenjata, menyelenggarakan perang, pertahanan negara, serta
keamanan dalam negeri.
4. Bidang yudikatif: bertugas atau berhak memberikan grasi, amnesti,
abolisi, dan rehabilitasi.
5. Bidang diplomatik: bertugas menyelenggarakan hubungan diplomatik
dengan negara-negara lain.

B. Lembaga Yudikatif merupakan lembaga pemerintahan yang fungsinya mengawasi


penerapan Undang-Undang Dasar atau UUD dan hukum yang berlaku. Lembaga
yudikatif dan kekuasaan kehakiman kehadirannya tidak dapat dipisahkan karena
lembaga yudikatif adalah lembaga yang menjalankan kekuasaan kehakiman di
Indonesia. Lembaga yudikatif dibentuk sebagai alat penegak hukum, penguji
material, penyelesaian perselisihan, serta mengesahkan atau membatalkan
peraturan yang bertentangan dengan dasar Negara. Lembaga Yudikatif terdiri
dari :
a. Mahkamah Agung (MA)
Mahkamah Agung merupakan sebuah lembaga tinggi Negara yang memiliki
kekuasaan dibidang kehakiman. MA biasanya dipimpin oleh seorang Hakim
Agung. Kekuasaan tersebut artinya dalam hal untuk menyelenggarakan
peradilan dalam urusan menegakkan hukum yang adil pada sebuah Negara.
MA memiliki tugas dan wewenangnya tersendiri di dalam lembaga Negara,
diantaranya :
- Mencoba serta menguji Undang-Undang yang telah selesai
dirumuskan.
- Memberikan Presiden pertimbangan ketika akan memberikan
grasi dan juga rehabilitasi.
- Pengajuan tiga anggota hakim konstitusi.

b. Mahkamah Konstitusi (MK)


Mahkamah Konstitusi (MK) merupakan salah satu lembaga Negara yang
melakukan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
Tugas MK berdasarkan UUD RI Tahun 1945 Pasal 24c Ayat 1 dan 2 anatara
lain :
- Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-
Undang dasar.
- Memutuskan sengketa kewenangan lembaga Negara yang
kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar.
- Memutuskan pembubaran partai politik.
- Memutuskan perselisihan tentang hasil pemilu.
- Memberikan pputusan atas pendapat DPR mengena dugaan
pelanggaran oleh presiden dan atau wakil presiden menurut
Undang-Undang Dasar.
c. Komisi Yudisial (KY)
Komisi Yudisial (KY) merupakan suatu lembaga yang memiliki sifat mandiri
yang memiliki wewenang dalam mengusulkan pengangkatan hakim agung.
Komisi Yudisial juga memiliki wewenang lain dalam rangka menjaga dan
menegakkan suatu martabat, kehormatan, keluhuran, dan juga perilaku
hakim.
Tujuan dibentuknya Komisi Yudisial antara lain :
- Mendapatkan calon Hakim Agung, Hakim Ad Hoc di MA dan
Hakim di seluruh badan peradilan sesuai kebutuhan dan standar
kelayakan.
- Mengupayakan peningkatan kapasitas dan kesejahteraan hakim.
- Peningkatan kepatuhan hakim terhadap Kode Etik dan Pedoman
Perilaku Hakim.
- Terwujudnya kepercayaan public terhadap hakim.
Dari kesimpulan diatas, bahwa hubungan antara Lembaga Eksekutif dan Lembaga
Yudikatif ini. Lembaga Eksekutif memiliki peran dan tugas dalam memimpin dan
menjalankan segala proses pemerintahan yang disesuaikan dengan Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang yang berlaku,
sedangkan Lembaga Yudikatif memiliki peran dan tugas dalam mengurusi urusan
hukum yang berlaku secara menyeluruh di Negara Indonesia, sehingga apabila
terjadi pelanggaran pada pelaksanaan pemerintahan yang disesuaikan dengan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang yang
berlaku oleh Lembaga Eksekutif maka yang memproses hukum dan segala
penyelesaiannya adalah Lembaga Yudikatif.

Sumber Referensi :
 Chairuddin, Fatmawat. (2022). Hukum Tata Negara. Tangerang Selatan;
Universitas Terbuka
 http://eprints.ipdn.ac.id/2417/1/LEMBAGA%20LEMBAGA%20NEGARA.pdf

 https://www.academia.edu/6266138/24Pengkajian_HUB_ANTAR_LEMBAGA_N
EGARA

 https://www.hukumonline.com/berita/a/lembaga-eksekutif-legislatif-dan-yudikatif
lt61d3e9d0ba550/
 https://nasional.kompas.com/read/2022/03/25/04000061/lembaga-yudikatif-dan-
kekuasaan-kehakiman-di-indonesia

Anda mungkin juga menyukai