Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 3

HUKUM TELEMATIKA
Dosen : L. Adi Nugroho

Nama : Aprilia Monika


Nim : 044135459
Upbjj : UT Purwokerto
Prodi : Ilmu Hukum
Soal :

1. Salah satu cara penggunaan transfer elektronik adalah


menggunakan internet banking atau mobile banking sebagai
aplikasinya. Uraikan pendapat saudara mengenai keamanan dari
penggunaan aplikasi tersebut?

2. Bagaimana pengaturan pajak transaksi online menurut RUU Omnibus


Law? apakah jika ini diberlakukan akan memberi nilai positif terutama
terhadap perkembangan kegiatan siber? Jelaskan

3. Bagaimana perlindungan hukum yang diberikan kepada nasabah yang


menggunakan transaksi online? Jelaskan

Jawaban :

1. Keamanan dari penggunaan aplikasi internet banking atau mobile


banking ;
Internet banking atau mobile banking adalah suatu aktivitas transaksi
yang berhubungan dengan perbankan. Aktivitas transaksinya dapat
dilakukan di kantor, rumah atau tempat-tempat lainnya dengan
menggunakan jaringan internet. Hal ini memudahkan nasabah dalam
melakukan transaksi keuangan sehingga menghemat banyak waktu.
Fitur yang sederhana membuat Internet banking atau mobile banking
melalui ponsel sangat mudah untuk dimengerti. Semua instruksi
diberikan secara mudah dan rinci sehingga efektif dari segi biaya.
Menurut saya, Internet banking atau mobile banking aman untuk
digunakan, meskipun ada banyak kelebihan dan kekurangan dari
aplikasi ini. Saya katakan aman karena setiap akun Internet Banking
biasanya memiliki sistem ID dan password yang hanya diberikan
kepada individual nasabah sebagai akses dari bank. Apabila ingin
melakukan transaksi yang dari rekening, maka nasabah akan perlu
memasukan kode PIN dari alat tertentu yang hanya dipegang oleh
pemilikrekening untuk melanjutkan proses transaksi. Jika tidak ada
tindakan yang dilakukan lebih dari 10 menit, Internet Banking secara
otomatis akan mengakhiri dan kembali ke menu utama. Dan sekarang
bank bersangkutan sudah memiliki perangkat keamanan untuk
mencegah para hackers mencuri data nasabah dan mencuri uang
nasabah. Adapun model keamanan Internet Banking antara lain:

a) Digital Certificates (Sertifikat Digital) :Sertifikat digital digunakan


untuk otentikasi atau keabsahan antara pengguna dan
sistemperbankan itu sendiri. Otentikasi ini tergantung pada
keberadaan Public Key Infrastructure(PKI) atau infrastruktur kunci
publik dan Certificate Authority (CA) atau sertifikat otoritas,yang
dipercayakan kepada pihak ketiga untuk membuktikan validitas
sertifikat digitalmereka.

b) One-Time Password Tokens : One-Time Password Tokens


umumnya digunakan sebagai otentikasi kedua, yang dapatdiminta
dalam kondisi acak. Jenis perangkat ini membuat data otentikasi
yang berguna untuk mengatasi serangan keamanan dengan cara
menggunakan password secara dinamis atau berubah- ubah dan
password hanya dapat digunakan hanya sekali.

2. Dalam draf RUU omnibus law perpajakan yang pemerintah bakal


memungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai
(PPN) dari kegiatan PMSE alias ecommerce luar maupun dalam
negeri. Nantinya, Menteri Keuangan bakal menunjuk pihak yang
memungut, menyetor, dan melapor PPh atau PPN. Namun,
penyelenggara ecommerce juga bisa menunjuk perwakilannya di
Indonesia untuk memenuhi ketentuan itu. Yang perlu menjadi
catatan, adalah pemerintah juga bakal memungut pajak dari PPMSE
luar negeri yang memenuhi ketentuan kehadiran ekonomi signifikan
alias significant economic presence. Ini adalah aturan pengenaan
pajak bagi perusahaan digital luar negeri. Pasal 16 ayat 1 menyebut
bahwa, perusahaan ini akan diperlakukan sebagai bentuk usaha
tetap (BUT) dan dikenakan PPh. Namun, jika Indonesia memiliki
perjanjian pajak (tax treaty) alias P3B dengan negara asal PPMSE
maka BUT tidak bisa dilakukan. Namun, pemerintah bisa memajaki
lewat skema pajak transaksi elektronik. Skema ini telah diadopsi oleh
Prancis lewat pendekatan digital tax service dengan tarif sebesar 3%.
Pajak ini dikenakan terhadap penghasilan atas penyediaan jasa
periklanan dan jasa intermediasi online dari Prancis. Adapun pajak
itu dipungut terhadap dengan penghasilan yang besar. Pertimbangan
lainnya, RUU omnibus law perpajakan diciptakan untuk
mendongkrak investasi. Akan Tetapi, dengan penerapan pajak atas
perusahaan luar negeri malah membuat hubungan bilateral renggang.
3. Beberapa bentuk perlindungan hukum bagi nasabah pengguna
fasilitas internet banking adalah sebagai berikut: OJK membuat
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.38/POJK.03/2016 tentang
Penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi
oleh Bank Umum (POJK Manajemen Resiko TI). Adanya pengaturan
baik berupa undang-undang maupun peraturan Otoritas Jasa
Keuangan diharapkan dapat mengakomodir semua kebutuhan
perlindungan hukum bagi nasabah yang akan melakukan transaksi
internet banking. Bank dalam menjalankan pengamanan terhadap
teknologi informasinya menerapkan 3 prinsip yaitu prinsip
kerahasiaan (confidentiality), integritas (integrity), dan ketersediaan
(availability). 3 prinsip yang diterapkan oleh Bank ini sesuai dengan
Pasal 16 huruf a POJK Manajemen Risiko TI. Selain menggunakan
teknologi-teknologi tertentu untuk melindungi kerahasiaan dalam
penggunaan internet banking, Bank juga menggunakan metode multi
factor autentication yaitu what you know (username dan password)
dan what you have (token) untuk memeriksa apakah pengguna
internet banking merupakan pengguna yang sah. Fungsi username,
password dan Token PIN tidak hanya merupakan bentuk autentikasi
pengguna yang sah.Namun username, password dan Token PIN juga
dapat dikategorikan sebagai sebuah tanda tangan elektronik.
Berdasarkan Pasal 1 angka 12 Undang-Undang No 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), tanda tangan
elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas informasi elektronik
yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan informasi elektronik
lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan autentikasi. Tanda
tangan elektronik pada prinsipnya berkenaan dengan jaminan untuk
message integrity yang menjamin bahwa si pengirim pesan (sender)
adalah benar-benar orang yang berhak dan bertanggungjawab untuk
itu.Hal ini berbeda dari tandatangan biasa yang berfungsi sebagai
pengakuan dan penerimaan atas isi pesan atau dokumen. Prinsip
terakhir dalam pemenuhan keamanan teknologi informasi di Bank
adalah prinsip ketersediaan. Prinsip ketersediaan adalah prinsip yang
menekankan ketersediaan hubungan informasi ketika dibutuhkan
oleh nasabah, dalam Pasal 17 UU ITE, mengatur salah satu bentuk
penerapan prinsip ketersediaan yaitu penanggulangan gangguan atau
bencana (Disaster RecoveryPlan). Bank untuk menjaga prinsip
ketersediaan juga membuat disasterrecovery plan yang digunakan
untuk pencegahan terhadap beberapa gangguan. Selain membuat
disaster recovery plan untuk memenuhi prinsip ketersediaan Bank
juga menyediakan sarana backup hardware. Untuk memastikan
sarana server backup internet banking tersebut dapat berjalan
dengan baik pada saat dibutuhkan.Maka Bank bisa melakukan uji
coba secara berkala dalam jangka waktu minimal 6 bulan sekali
dengan memperhatikan tingkat kritikal yang terjadi. Dengan ini maka
Bank telah memenuhi setiap prinsip kerahasiaan (confidentiality),
integritas (integrity),dan ketersediaan (availability) dalam melakukan
pengamanan informasi dalam internet banking sesuai dengan Pasal
16 huruf a POJK Manajemen Resiko TI.

Sumber Referensi :
 Buku Materi Pokok Hukum Telematika HKUM4301
 https://cita.or.id/menimbang-pajak-digital-dalam-omnibus-law-perpajakan/
 https://www.researchgate.net/publication/335613007_PERLINDUNGAN_HUKU
M_BAGI_NA SABAH_PENGGUNA_INTERNET_BANKING
 https://www.cermati.com/artikel/mengenal-mobile-banking-apa-keunggulan-dan-
kekurangannya

Anda mungkin juga menyukai