Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 1

HUKUM TELEMATIKA
Dosen : L. Adi Nugroho

Nama : Aprilia Monika


Nim : 044135459
Upbjj : UT Purwokerto
Prodi : Ilmu Hukum
Materi :
Kasus Order Fiktif Lazada Sebesar Rp. 22 Juta
Seorang bernama Irfan Rinaldi menjelaskan soal order fiktif atas nama istrinya ke e-
commerce Lazada Indonesia. Hal ini ia sampaikan melalui Twitter pada Senin (22/1)
lalu. Hal ini bermula dari sang istri yang tidak melakukan transaksi apapun, namun
mendapat notifikasi jika ada order senilai 22 juta.
Melalui akun pribadinya @IrfanRinaldi, ia menyebut bahwa sang istri tidak
mendapatkan notifikasi OTP atau One Time Password, tidak ada SMS masuk dari bank,
dan tiba-tiba CS Bank menelepon soal anomali transaksi senilai 22 juta ke Lazada. Irfan
sempat menanyakan soal absennya OTP ketika memproses pembayaran via kartu
kredit.
Cuitan Irfan akhirnya sampai ke Chief Marketing Officer Lazada, Achmad Alkatiri. Sang
CMO langsung menanggapi cuitan tersebut dan berargumen bahwa OTP selalu ada jika
transaksi di atas 750 ribu Rupiah. Bahkan jika di bawah 750 ribu, digunakan risk engine
algo.
Selanjutnya Sang CMO menanyakan apakah kartu kredit milik sang istri hilang atau
tidak, ditanggapi dengan jawaban bahwa kartu kredit masih di tangan sang istri. Hal ini
ditanyakan karena si pembobol harus tahu CVV atau kode verifikasi yang jadi tiga angka
terakhir di bagian belakang kartu kredit.
Akhirnya hal ini diinvestigasi dengan kesimpulan sementara bahwa si pembobol masuk
ke email sang istri untuk tahu CVV kartu kreditnya dan melakukan transaksi, dengan
email yang benar-benar sama tanpa menggantinya.
Hari berikutnya, Irfan akhirnya mengupdate kasus ini kembali lewat Twitter, di mana
Lazada melalui perwakitalnnya yakni Juniati Riwu yang merupakan Wakil Presiden CS
Lazada Indonesia. Dalam email tersebut, Lazada memberikan pernyataan tertulis bahwa
situs e-commerce tersebut akan memproses refund sebesar 22.475.000 Rupiah.
Sumber : https://www.merdeka.com/teknologi/kasus-order-fiktif-lazada-sebesar-22-
juta-ini-kronologisnya.html

Soal :
1. Transaksi elektronik atau transaksi secara online merupakan aplikasi yang
sangat banyak digunakan dari kegiatan siber dan hal itu memunculkan
permasalahan dimana merebak pula kejahatan siber (cyber crime). Berikan
pendapat saudara bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah
penyalahgunaan teknologi informasi dalam kegiatan transaksi elektronik!
Jawab :
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penyalahgunaan teknologi informasi
dalam kegiatan transaksi elektronik yaitu kita bisa melakukan dengan cara berikut:
- Melakukan browsing dengan tidak berlebihan.
- Memasang filter untuk memblok situs yang berdampak negatif.
- Memasang antivirus untuk memblok virus dari internet agar tidak
menyerang komputer kita.
- Lalu harus berpegang pada UU ITE dan PP PSTE, transaksi jual beli online
tersebut diakui sebagai transaksi elektronik yang sah dan dapat
dipertanggungjawabkan. objek transaksi tidak boleh bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan, kesusilaan, dan ketertiban umum.
- Harus bisa meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
pemanfaatan teknologi. Menyediakan akses informasi yang memadai untuk
seluruh masyarakat. Membuat serta mengembangkan sistem yang bisa
dijangkau dan digunakan masyarakat. Mengembangkan kemampuan
masyarakat melalui berbagai pelatihan.
2. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi telah merambah
hingga ke sektor bisnis dengan menjamurnya e-commerce. Analisis oleh
saudara termasuk ke dalam tipe e-commerce manakah sistem
perdagangan di Lazada serta jelaskan mekanisme dari sistem tersebut!
Jawab :
Lazada dijalankan dengan tipe e-commerce Business to Customer karena tujuan
utama perusahaan adalah menyerap customer yang akan melakukan transaksi di
situs Lazada Indonesia. Tipe Business to Customer sendiri merupakan tipe e-
commerce yang mengkhususkan pada transaksi eceran dengan konsumen
perorangan. Dilakukan oleh pelaku bisnis dan konsumen. Transaksi e-commerce
ini terjadi layaknya jual-beli biasa. Konsumen mendapatkan penawaran produk
dan melakukan pembelian secara online.

3. Seperti halnya transaksi konvensional, dalam setiap kegiatan


transaksi online maka ada hak-hak yang harus dilindungi dari konsumen.
Analisis oleh saudara hubungan antara kegiatan e-commerce dengan
hukum perlindungan konsumen apabila dikaitkan dengan kasus Lazada!
Jawab :
Menurut Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
dalam transaksi jual beli melalui media internet (E-Commerce) juga berperan
untuk memberikan perlindungan terhadap hak-hak konsumen yang melakukan
transaksi, sebagaimana hak tersebut tercantum dalam Pasal 4 UUPK.
Perlindungan terhadap konsumen transaksi elektronik juga terdapat dalam
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik ( UU ITE) yaitu pasal 5 ayat (1) yang berbunyi informasi elektronik
dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti
hukum yang sah. Perlindungan hukum terhadap konsumen akibat wanprestasi
dalam transaksi elektronik adalah dengan cara memberi kompensasi, ganti rugi,
dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Sumber Referensi :

- Modul BMP HKUM4301 Hukum Telematika


- https://repository.uir.ac.id/8561/1/151010326.pdf
- https://www.jurnal.id/id/blog/jenis-e-commerce-untuk-kembangkan-
bisnis/#:~:text=Business%2Dto%2DConsumers%20(B2C)%20adalah%2
0jenis%20bisnis%20e,jasa%20langsung%20kepada%20konsumen%20a
khir.

Anda mungkin juga menyukai