Anda di halaman 1dari 4

KODE ETIK PROFESI HUKUM DAN IMPLEMENTASINYA DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN
Kode etik profesi merupakan norma yang di tetapkan dan diterima oleh
sekelompok profesi yang mengarahkan atau memberi petunjuk kepada anggotanya
bagaimana membuat dan sekaligus menjamin mutu profesi itu di mata masyarakat.
Fokus perhatian ditujukan pada kode etik polisi, kode etik jaksa, kode etik hakim, kode
etik advokad, dan kode etik notaris.Dari beberapa kategori di atas yang paling menarik
adalah hakim karena hakim berusaha menemukan hakikat hukum dalam memutuskan
masalah yang akan diputuskannya.
Masalah etika dan moral perlu mendapat perhatian yang seksama untuk
memberikan jiwa pada hukum dan penegaknya. Dalam rangka revitalisasi hukum untuk
mendukung demokratisasi, maka masalah moral dan etika mendesak untuk
ditingkatkan fungsi dan keberadaanya, karena saat ini aspek moral dan etika telah
menghilang dari system hukum di Indonesia. Oleh karena itu perlu pengaturan yang
komprehensif mengenai etika profesi di kalangan penegak hukum, menciptakan
kemandirian kelembagaan, berfungsinya dewan/majelis kehormatan, yang kesemuanya
ini untuk membangun profesionalisme.

II. PEMBAHASAN
Pengertian Etika
Istilah “etika” berasal dari bahasa Yunani, dari kata “Ethikos, etos” yang berarti
adat, kebiasaan, praktik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (selanjunya disebut
KBBI) Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang
hak dan kewajiban moral (akhlak).
Moral merupakan landasan dan patokan bertindak bagi setiap orang dalam
kehidupan sehari-hari ditengah-tengah kehidupan sosial kemasyarakatan maupun
dalam lingkungan keluarga dan yang terpenting moral berada pada batin dan atau
pikiran setiap insan sebagai fungsi kontrol untuk penyeimbang bagi pikiran negatif
yang akan direalisasikan.

Pengertian Profesi Hukum


Profesi hukum adalah profesi untuk mewujudkan ketertiban berkeadilan yang
memungkinkan manusia dapat menjalani kehidupannya secara wajar (tidak perlu
tergantung pada kekuatan fisik maupun finansial). Hal ini dikarenakan Ketertiban
berkeadilan adalah kebutuhan dasar manusia; dan Keadilan merupakan Nilai dan
keutamaan yang paling luhur serta merupakan unsur esensial dan martabat manusia.
Profesi hukum di Indonesia meliputi semua fungsionaris utama hukum seperti
Hakim, Jaksa, Advokad, Notaris, Kepolisian dan Jabatan lain. Apabila terjadi
penyimpangan atau pelanggaran kode etik, maka mereka harus rela
mempertanggungjawabkan akibatnya sesuai dengan tuntukan kode etik. Untuk
mewujudkan ketertiban yang berkeadilan, hukum merupakan sarana yang mewujud
dalam berbagai kaidah perilaku kemasyarakatan yang disebut kaidah hukum.
Keseluruhan kaidah hukum positif yang berlaku dalam suatu masyarakat tersusun
dalam suatu sistem yang disebut tata hukum. Ada dan berfungsinya tata hukum
dengan kaidah-kaidah hukumnya serta penegakannya merupakan produk dari
perjuangan manusia dalam upaya mengatasi masalah-masalah kehidupan.

Penegak Hukum
Penegakan hukum dilakukan dengan penindakan hukum menurut urutan berikut:
- Teguran peringatan supaya menghentikan pelanggaran dan jangan berbut lagi
(percobaan)
- Pembebanan kewajiban tertentu (ganti kerugian, denda)
- Penyisihan atau pengecualian (pencabutan hak-hak tertentu)
- Pengenaan sanksi badan (pidana, penjara, pidana mati)
Dalam pelaksanaannya tugas penegekan hukum, penegakan hukum wajib
menaati norma-norma yang telah ditetapkan. Notohamidjojo menggunakan empat
norma yang penting dalam penegakan hukum, yaitu kemanusiaan, keadilan,
kepatautan, dan kejujuran.

Kode Etik Profesi Hukum


Etika atau kode etik profesi hukum adalah norma moral yang harus ditaati oleh
mereke yang berprofesi dibidang hukum. Untuk membuat hukum yang baik
diperlukan oleh orang-orang yang memiliki moral dan etika yang baik. Demikian
juga untuk melaksanakan dan penegakkannya. Sebagi contoh kode etik profesi
hakim adalah norma etika yang berlaku dan harus ditaati oleh hakim, organisasi ini
dibuat oleh organisasi mereka yang berprofesi sebagai hakim, yaitu Ikatan Hakim
Indonesia (IKAHI), dalam munas IKAHI VIII di Bandung tanggal 30 Maret 2001
diputuskan profesi kode etik hakim Indonesia. Dalam kode etik tersebut antara lain
dinyatakan:
- Kode etik profesi hakim dan pedoman tingkah laku
- Maksud dan tujuan
- Sifat hakim
- Sikap hakim
- Kewajiban dan larangan hakim
- Komisi Kehormatan profesi hakim
- Sangsi
- Pemeriksaan

Upaya Penegakan Hukum Pelanggaran Kode Etik Terhadap Penegak Hukum


Kode etik merupakan bagian dari hukum positif tetapi tidak mempunyai sangsi
yang keras. Keberlakuan kode etik porfesi semata-mata berdasarkan moral anggota
profesi, berbeda dengan keberlakuan peraturan perundang-undangan yang bersifat
memaksa dan dibekali dengan sangsi yang keras. Jika seseorang tidak patuh kepada
peraturan perundang-undangan dia akan dikenai sangsi oleh negara, karena tidak
mempunya sangsi keras, maka pelanggar kode etik profesi tidak merasakan akibat
dari perbuatannya. Malahan dia merasa seperti tidak apa-apa dan tidak berdosa.
Sering terjadinya perbuatan profesional yang mengabaikan kode etik profesi karena
beberapa alasan yang paling mendasar, baik sebagai individu anggota masyarakat
maupun karena hubungan kerja dalam organisasi profesi, disamping sifat manusia
yang konsumerisme dan imbalan jasa yang tidak sebanding dengan jasa yang
diberikan. Atas dasar faktor tersebut, maka dapat di jabarkan hambatan penegakan
etika profesi hukum, Antara lain :
- Pengaruh sifat kekeluargaan
- Pengaruh jabatan.
- Pengaruh konsumerisme.
- Karena lemah Iman.
- Pengaruh sifat kekeluargaan

III. PENUTUP
Kode etik profesi hakim adalah norma etika yang berlaku dan harus ditaati oleh
hakim, organisasi ini dibuat oleh organisasi mereka yang berprofesi sebagai hakim,
yaitu Ikatan Hakim Indonesia (IKAHI), dalam munas IKAHI VIII di Bandung tanggal
30 Maret 2001 diputuskan profesi kode etik hakim Indonesia. Dalam kode etik tersebut
antara lain dinyatakan:
- Kode etik profesi hakim dan pedoman tingkah laku
- Maksud dan tujuan
- Sifat hakim
- Sikap hakim
- Kewajiban dan larangan hakim
- Komisi Kehormatan profesi hakim
- Sangsi
- Pemeriksaan

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa kode etik profesi adalah bagian dari
hukum positif, tetapi tidak memiliki upaya memaksa yang keras. Hal ini merupakan
kelemahan kode etik profesi bagi aparat penegak hukum yang lemah iman. Untuk
mengatasi kelemahan tersebut maka upaya alternatif yang dapat ditempuh ialah
memasukkan upaya pemaksa yang keras kedalam kode etik profesi.

IV. SARAN
Para pekerja profesional dituntut harus profesional sebagaimana yang sudah
ditetapkan dalam peraturan profesi masing-masing. Perlu adanya peraturan tegas
apabila ada pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh para pekerja profesional.

V. DAFTAR PUSTAKA
1. Abdul Kadir Muhammad, Etika Profesi Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006
2. Munir Fuady, Profesi Mulia: Etika Profesi bagiHakim, Jaksa, Advokat, Notaris,
Kurator, dan Pengurus, Jakarta, Citra Aditya Bakti, 2006.
3. Suparman Usman, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, Gaya
Media Pratama, Jakarta, 2008.
4. http://ujeberkarya.blogspot.co.id/2010/05/penegak-hukum-dan-kode-etik.html

Anda mungkin juga menyukai