NIM : 050416523
Kondisi Pelacur yang Menjadi Bagian dari Mafia Pelacuran di Indonesia: Analisis Melalui
Teori-Teori Viktimisasi
A. Pendahuluan
Pelacuran telah menjadi isu yang kompleks di Indonesia, di mana norma budaya dan
pembatasan hukum menciptakan lingkungan di mana banyak pekerja seks beroperasi di
pinggiran masyarakat. Bagi sebagian orang, keterlibatan dalam perdagangan seksual melampaui
pilihan individu, karena mereka menemukan diri mereka terperangkap dalam gelapnya perut
pelacuran mafia. Esai ini menjelajahi situasi pelacur yang menjadi bagian dari mafia pelacuran di
Indonesia dengan menganalisis situasi mereka melalui lensa teori-teori viktimisasi.
E. Teori Labeling
Teori Labeling menyatakan bahwa label dan persepsi masyarakat dapat memengaruhi
identitas diri dan perilaku seseorang. Bagi pelacur yang terlibat dalam mafia pelacuran, mereka
sering di-stigmati dan di-marginalisasi oleh masyarakat. Label 'pelacur' bisa sangat melekat,
mengakibatkan berlanjutnya keterlibatan mereka dalam kegiatan ilegal. Stigma ini juga membuat
sulit bagi mereka untuk keluar dari lingkaran korbanisasi, karena mereka dianggap sebagai
peserta yang mau, bukan individu yang menjadi korban eksploitasi dan pemaksaan.
G. Kesimpulan
Pelacur yang terlibat dalam mafia pelacuran di Indonesia seringkali terperangkap dalam
lingkaran korbanisasi. Penerapan teori viktimisasi membantu kita memahami situasi mereka dari
berbagai perspektif. Teori-teori ini mengungkapkan bahwa banyak individu dalam situasi ini
terperangkap dalam lingkaran korbanisasi, di mana mereka diancam, sosialisasi, diberi label, dan
dikendalikan oleh kekuatan eksternal yang membuat mereka kehilangan agensi dan pilihan yang
terbatas. Untuk mengatasi masalah ini secara efektif, penting untuk memberikan dukungan dan
kesempatan bagi mereka untuk membebaskan diri dari cengkeraman mafia pelacuran, mencari
perlindungan dari penegak hukum, dan mengakses layanan sosial yang dapat membantu mereka
melarikan diri dari lingkaran korbanisasi yang berkepanjangan.