Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 2 HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

NAMA: Silvi Qurotaeni


NIM : 045073463

Contoh Kasus

Warga Purworejo Diminta Legowo atas Putusan PTUN Semarang

Suara.com - Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Semarang menolak gugatan warga Wadas-
Purworejo terhadap Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Hal itu berdasarkan putusan hakim
PTUN Semarang dengan nomor 68/G/PU/2021/PTUN.SMG tanggal 30 Agustus 2021.

Pemerintah pun ingin warga menghormati putusan dan berharap tidak ada friksi yang
menyebabkan perpecahan antar warga.

Diketahui, gugatan yang dilayangkan adalah Izin Penetapan Lokasi (IPL) Atas Penetapan Lokasi
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Bendungan Bener di Kabupaten Purworejo dan
Wonosobo.

Kepala Biro Hukum Provinsi Jawa Tengah, Iwanuddin Iskandar mengatakan, saat ini masih
menunggu sikap penggugat, terkait langkah hukum lanjutan.

"Ini bukan tentang kalah atau menang, tetapi mencari kebenaran. Terkait terbitnya keputusan
gubernur tentang izin penetapan lokasi tersebut. Prinsipnya kami tunggu kasasi. Kalau tidak,
kami juga hormati yang disampaikan penggugat. Karena dalam konstitusi ketentuannya
(tenggat) enam hari untuk mengajukan kasasi," ujarnya, Kamis (2/9/2021) sore.
Meski masih menunggu langkah penggugat untuk kasasi , Iwan menyebut momen ini adalah
waktu untuk berkonsolidasi. Ia mengajak semua pihak dari tingkat desa hingga pemerintah
pusat merangkul warga.

Imbauan itu juga disampaikan Iwan untuk Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWS-SO),
sebagai pihak yang nantinya berwenang dalam proses pembangunan Bendungan Bener.

"Selanjutnya kami imbau pemohon dalam hal ini BBWS melakukan konsolidasi warga baik yang
kontra dan pro. Ini bukan semata masalah warga yang mendukung maupun tidak. Jangan kita
jauhi, semua harus kita dukung. Semua harus kita rangkul," papar dia.

Iwan meminta, jika putusan hukum sudah final BBWS-SO segera memenuhi hak dari warga yang
sudah merelakan tanahnya, sebagai material pembangunan Bendungan Bener. Jika ada warga
yang masih menolak, ia meminta segera dilakukan pendekatan.

Terakhir, ia mempersilakan warga yang ingin mengetahui terkait proyek Bendungan Bener
menghubungi Pemprov Jateng.

"Semua bisa dihubungi, baik warga cari kebenaran atau cari teknis pertambangan silakan ke
dinas pertambangan (Dinas ESDM) , terkait masalah hukum bisa ke kami di Biro Hukum, cari
teknis gimana pembaruan izin bisa ke Disperakim," pungkasnya.

Perlu diketahui, Bendungan Bener sendiri adalah salah satu proyek strategis nasional (PSN).
Tujuannya, untuk mengairi lahan pertanian, penyedia air baku untuk keperluan rumah tangga
dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

Sumber : https://www.suara.com/news/2021/09/02/203652/warga-purworejo-diminta-
legowo-atas-putusan-ptun-semarang?page=all

Pertanyaan

Dalam negara hukum, perlindungan terhadap kepentingan masyarakat ataupun privat


merupakan komitmen yang harus di laksanakan oleh negara. Keputusan PTUN untuk menolak
gugatan warga tersebut dapat melalui beberapa asas pembuktian secara proposional, berikan
gambaran prinsip pembuktian dalam PTUN yang berbeda dengan hukum acara perdata dan
pidana.

Jawaban
Berbeda dengan prinsip pembuktian dalam hukum acara perdata lebih menekankan
pembuktian formil, yakni pembuktian untuk mencari kebenaran berdasarkan bukti-bukti yang
tampak saja; dalam hukum acara PTUN, digunakan asas pembuktian materiil. Hal ini
dimaksudkan bahwa dalam peradilan tata usaha negara, pembuktian ditujukan untuk mencari
dan mencapai kebenaran materiil yang sebenar-benarnya, bukan seperti dalam peradilan
perdata yang mendasarkan pada fakta-fakta formal belaka.

Dalam khazanah hukum, terdapat sistem hukum acara yang dalam proses pembuktiannya juga
mencari kebenaran materiil, yakni sistem hukum acara pidana. Namun, apakah pengertian
pencarian kebenaran materiil antara hukum pidana dan hukum administrasi itu sama. Hal ini
jelas berbeda sebab pembuktian materiil dalam hukum pidana didasarkan pada fakta-fakta
perbuatan pidana yang sesungguhnya terjadi dan kemudian diuji berdasarkan perundangan
pidana, sedangkan pembuktian materiil dalam peradilan tata usaha negara hanya sebatas pada
menguji fakta materiil dan prosedural dari beschikking yang digugat dengan berdasarkan
ketentuan hukum dasarnya.

Berbeda dengan prinsip penegakan yang berlaku bagi hukum acara perdata ataupun pidana,
eksekusi putusannya didasarkan pada sisi pertanggungjawaban hukum yang menjadi dasar
penggunaan sanksi atau instrumen pemaksa dalam penegakannya. Dalam hukum acara
perdata. dikenal instrumen juru sita, sedangkan dalam hukum acara pidana digunakannya
sanksi fisik dan JPU sebagai pelaksananya. Dalam hukum acara PTUN, eksekusi lebih
mendasarkan pada asas moral. Hal ini berarti dalam eksekusi putusan peradilan tata usaha
negara pertanggungjawaban lebih menekankan pada upaya yang didukung sikap moral. Ini
dibandingkan dengan penggunaan upaya paksa yang langsung kepada pribadi.

Dalam prinsip pertanggungjawaban moral yang dianut PTUN, bagi tergugat tidak dapat dipaksa
secara fisik untuk melaksanakan amar putusan PTUN (yang telah berkekuatan hukum tetap),
seperti mencabut atau mengeluarkan keputusan tata usaha negara, yang diperintahkan dalam
putusan tersebut. Upaya-upaya, seperti pengenaan dwangsom, sanksi 65 administratif, dan
juga pemberitaan di mass media, menurut penulis, lebih bersifat paksaan moral kepada pejabat
tata usaha negara untuk melaksanakan putusan PTUN.

Sumber Referensi :
ADPU4332/MODUL 5 5.46 – 5.47

Anda mungkin juga menyukai