Anda di halaman 1dari 3

Pembentukan Mahkamah Konstitusi dan keberadaan judicial review tidak terlepas dari sistem

pembagian kekuasaan maupun pemisahan kekuasaan yang diterapkan di suatu negara.

  Pertanyaan:

1. Jelaskan perbedaan sistem pemisahan kekuasaan dan sistem pembagian kekuasaan


tersebut!
2. Tentukan apakah UUD NRI Tahun 1945 menggunakan sistem pemisahan atau
pembagian kekuasaan, berikan alasannya!

Jawab

1. Jelaskan perbedaan sistem pemisahan kekuasaan dan sistem pembagian kekuasaan tersebut!
Kekuasaan dalam suatu negara berkaitan dengan kewenangan seseorang untuk berbuat sesuatu
sesuai ruang lingkupnya. Pada dasarnya, kekuasaan bisa dibagi atau dipisahkan menjadi
beberapa bentuk, tergantung kebijakan tiap negara. Disebut pembagian kekuasaan, jika
kewenangan dan kekuasaan yang dimiliki dibagi menjadi beberapa bagian. Sementara,
pemisahan kekuasaan berarti kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki akan dipisahkan menjadi
sejumlah kelompok. Pemisahan kekuasaan dan pembagian kekuasaan diperlukan untuk
menghindari pemusatan kekuasaan pada satu orang saja dan risiko sistem pemerintahan yang
bersifat absolut atau otoriter. Tujuan diadakannya pembagian kekuasaan dalam negara dan
pemisahan kekuasaan adalah untuk menciptakan kontrol dan keseimbangan di antara pemegang
kekuasaan. Dengan demikian, kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif tidak dipegang satu
orang saja.
Dalam hal ini sistem pemisahan kekuasaan berarti kekuasaan negara terpisah dalam beberapa
bagian, baik organ dan fungsinya. Bilamana membahas mengenai sistem pembagian kekuasaan
yaitu sistem yang membuat kekuasaan di sebuah negara dibagi dalam beberapa bagian, namun
tidak dipisahkan, sehingga masih saling berhubungan dalam menjalankan kekuasaan. Pembagian
kekuasaan memungkinkan adanya koordinasi dan kerja sama antar pemangku bagian kekuasaan
dalam menjalankan kekuasaannya. Sementara itu, pemisahan kekuasaan memungkinkan
pemangku bagian kekuasaan berdiri sendiri tanpa memerlukan koordinasi dan kerja sama.
Contoh negara yang menerapkan pemisahan kekuasaan adalah Amerika Serikat dan Negara yang
menerapkan pembagian kekuasaan adalah Indonesia.

Dikutip dari buku Kejaksaan RI: Posisi dan Fungsinya dari Perspektif Hukum (2005) karya
Marwan Effendy, Sir Ivon Jennings membagi pemisahan kekuasaan berdasarkan definisi
material dan formal.

Definisi material dari pemisahan kekuasaan


Dalam hal ini berarti pemisahan kekuasaan (separation of powers) merupakan pemisahan
kekuasaan yang dipertahankan secara tegas dalam fungsinya. Berdasarkan definisi ini, kekuasaan
dibagi menjadi tiga, yakni legislatif, eksekutif, serta yudikatif.

Definisi formal dari pemisahan kekuasaan


Dalam hal ini pemisahan kekuasaan menandakan bahwa pemisahan tersebut tidak dipertahankan
secara tegas. Pemisahan kekuasaan secara formal sering kali disebut pembagian kekuasaan
(division of powers).

Dilansir dari jurnal Pembagian Kekuasaan dalam Penyelenggaraan Pemerintahan di Indonesia


(2018) karya Rika Marlina, konsep pembagian kekuasaan dibagi menjadi dua, yakni pembagian
secara horizontal dan vertikal.

Pembagian kekuasaan secara horizontal


Sering juga disebut pemisahan kekuasaan (separation of powers). Dalam konsep ini, kekuasaan
dipisahkan menjadi beberapa kelompok, yakni eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

Pembagian kekuasaan secara vertikal


Adalah pembagian kekuasaan berdasarkan tingkatannya. Jadi, pembagiannya didasarkan pada
tingkatan kekuasaan yang dimiliki seseorang. Dalam pembagian kekuasaan ini, antar tingkatan
masih bisa bekerja sama. Contohnya pembagian kekuasaan dalam pemerintahan yang
diantaranya terdiri atas kepala daerah, wakil kepala daerah, bendahara, sekretaris, dan seksi yang
mengurus sesuatu.

Dalam konsep sistem pemisahan kekuasaan dan sistem pembagian kekuasaan ada dua tokoh
penting yang pendapatnya bisa dijadikan rujukan, yaitu John Locke dan Montesquieu.

John Locke dalam buku Two Treatiesof Government membagi kekuasaan menjadi tiga macam
kekuasaan, yaitu kekuasaan legislatif yaitu kekuasaan untuk membuat undang-undang,
kekuasaan eksekutif yaitu kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang, dan kekuasaan
federatif yaitu kekuasaan untuk melakukan hubungan diplomatik dengan negara lain.

Montesquieu dalam hal ini mengungkapkan pendapat yang berbeda dari John Locke,
Montesquieu dalam buku L’esprit des Lois pada tahun1748, mengemukakan pemisahan
kekuasaan negara dibedakan dalam tiga organ, yaitu lembaga legislatif yang memiliki kekuasaan
untuk membuat undang-undang, lembaga eksekutif yang memiliki kekuasaan untuk
melaksanakan undang-undang, dan lembaga yudikatif yang memiliki kekuasaan untuk mengadili
pelanggaran terhadap undang-undang.

Teori pemisahan kekuasaan menurut Montesquieu ini disebut Trias Politica. Berdasarkan
pendapat Montesquieu, IvorJennings, Rektor Cambridge University, dalam bukunya berjudul
The Law and the Constitution membedakan teori pemisahan kekuasaan dan pembagian
kekuasaan. Menurut Ivor, pemisahan kekuasaan berarti pembagian kekuasaan dipertahankan
dengan tegas. Artinya, tiap lembaga negara memiliki tugas dan organ yang berbeda antara satu
dengan lainnya. Adapun pembagian kekuasaan berarti ketiga lembaga kekuasaan yang terdiri
atas lembaga legislatif, lembaga eksekutif, dan lembaga yudikatif dalam praktik penyelenggaraan
negara tidak terdapat pemisahan kekuasaan, misalnya dalam pembuatan undang-undang
dilakukan oleh legislatif dan eksekutif. Sistem pembagian kekuasaan negara Indonesia sangat
dipengaruhi oleh teori Trias Politica dari Montesquieu, tetapi dalam pelaksanaannya tidak
diterapkan secara murni dan mutlak. Adanya dinamika dalam kehidupan ketatanegaraan di
Indonesia mengakibatkan sistem pembagian kekuasaan negara juga mengalami perkembangan.
Dalam sistem pembagian kekuasaan di negara Republik Indonesia, kekuasaan negara dibagi
dalam empat lembaga negara, yaitu lembaga legislatif, lembaga eksekutif, lembaga yudikatif,
dan lembaga eksaminatif.

2. Tentukan apakah UUD NRI Tahun 1945 menggunakan sistem pemisahan atau pembagian
kekuasaan, berikan alasannya!
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidak menganut sistem
pemisahan kekuasaan, tetapi menganut sistem pembagian kekuasaan. Prof. Ismail Sunny, Guru
besar Universitas Indonesia, juga mengemukakan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 tidak menganut pemisahan kekuasaan dalam arti materiel (separation of
power), tetapi pemisahan kekuasaan dalam arti formil (division of power) atau pembagian
kekuasaan. Sistem pembagian kekuasaan di Indonesia terdiri atas tiga lembaga, yaitu lembaga
legislatif, lembaga eksekutif, dan lembaga yudikatif. Ketiga lembaga negara di Indonesia tidak
dipisahkan secara mutlak, tetapi antara lembaga yang satu dengan yang lainnya terdapat
hubungan kekuasaan dan keterkaitan.

Dalam hal ini terdapat beberapa alasan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 menggunakan sistem pembagian kekuasaan yaitu:
1. Untuk menghindari pemusatan kekuasaan pada satu orang saja
2. Untuk menghindari risiko adanya sistem pemerintahan yang bersifat absolut atau otoriter
3. Untuk menciptakan kontrol dan keseimbangan di antara pemegang kekuasaan, sehingga dapat
menghindari adanya penyalahgunaan kekuasaan diantara lembaga legislatif, lembaga eksekutif,
dan lembaga yudikatif.
4. Untuk menghindari lembaga legislatif, lembaga eksekutif, dan lembaga yudikatif dipegang
oleh satu orang saja.
5. Untuk menghindari terjadinya penyerahan kekuasaan pada orang yang sama seperti yang
disebutkan pada alasan no 2, Yang dapat diberi contoh seperti dalam pembuatan undang-undang
yang dilakukan oleh lembaga legislatif dan lembaga eksekutif.

Sekian dari saya


Terima kasih

Sumber Referensi:
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5837143/sistem-pembagian-kekuasaan-trias-politika-
dan-penerapannya#:~:text=%2D%20Pemisahan%20kekuasaan%20berarti%20kekuasaan
%20negara,saling%20berhubungan%20dalam%20menjalankan%20kekuasaan.
https://www.kompas.com/skola/read/2022/06/09/100000769/konsep-pemisahan-dan-pembagian-
kekuasaan?page=all

Anda mungkin juga menyukai