Anda di halaman 1dari 3

HTN (5)

PEMBAGIAN DAN PEMISAHAN KEKUASAAN DALAM NEGARA HUKUM

KEKUASAAN NEGARA

 Negara merupakan suatu organisasi kekuasaan. Kekuasaan Negara terdiri atas dua
kata yakni kekuasaan (power) dan Negara (state). Menurut Miriam Budiarjo,
kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk mempengaruhi
tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku.
 Negara menurut Roger H Soltau adAlah alat atau wewenang yang mengatur atau
mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat.
 Kekuasaan Negara diartikan sebagai suatu kemampuan atau wewenang yang dimiliki
suatu organisasi yang disebut Negara untuk mengatur dan mempengaruhi tingkah laku
manusia agar sesuai dengan kehendak atau tujuan bersama.

Pembagian Kekuasaan

 Mohammad Kusnardi dan Hermaily Ibrahim dalam bukunya yang berjudul Pengantar
Hukum Tata Negara (1983:140) menyatakan bahwa istilah pemisahan
kekuasaan (separation of powers) dan pembagian kekuasaan (divisions of power)
merupakan dua istilah yang memiliki pengertian berbeda satu sama lainnya.
Pemisahan kekuasaan berarti kekuasaan Negara itu terpisah-pisah dalam beberapa
bagian, baik mengenai organnya maupun fungsinya.

 Setiap lembaga menjalankan fungsinya masing-masing. Mekanisme pembagian


kekuasaan negara dibagi dalam beberapa bagian (legislatif, eksekutif dan yudikatif),
tetapi tidak dipisahkan. Hal ini membawa konsekuensi bahwa diantara bagian-bagian
itu dimungkinkan ada koordinasi atau kerjasama. Mekanisme pembagian ini banyak
sekali digunakan oleh banyak negara di dunia, termasuk Indonesia.
 Di Indonesia mekanisme pembagian kekuasaan diatur sepenuhnya dalam UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Penerapan pembagian kekuasaan di
Indonesia terdiri dari dua bagian, yaitu pembagian kekuasaan secara horisontal serta
pembagian kekuasaan secara vertical.

1. Pembagian kekuasaan secara horisontal adalah pembagian kekuasaan menurut


fungsi lembaga-lembaga tertentu (legislatif, eksekutif serta yudikatif ). Menurut
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pembagian kekuasaan negara
secara horisontal dilakukan di tingkat pemerintahan pusat dan juga pemerintahan
daerah. Pembagian kekuasaan di tingkat pemerintahan pusat berlangsung antara
lembaga-lembaga negara yang sederajat. Serta mengalami pergeseran setelah
terjadinya perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pergeseran
yang dimaksud ialah pergeseran klasifikasi kekuasaan negara yang umumnya
terdiri dari tiga jenis kekuasaan (legislatif, eksekutif dan juga yudikatif) menjadi
enam kekuasaan negara.

2. Pembagian kekuasaan secara vertikal adalah pembagian kekuasaan


berdasarkan tingkatannya, yakni pembagian kekuasaan antara beberapa
tingkatan pemerintahan. Pasal 18 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi
atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan
kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan
daerah, yang diatur dengan undang-undang.

Pembagian kekuasaan secara vertical sebagai konsekuensi dari diterapkannya


asas desentralisasi di Negara Indonesia. Dengan asas ini, pemerintah pusat
menyerahkan wewenang pemerintahan pada pemerintah daerah otonom
(provinsi dan juga kabupaten/kota) untuk mengurus serta mengatur sendiri
urusan pemerintahan di daerahnya,kecuali urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan untuk pemerintah pusat, yakni kewenangan yang berkaitan dengan
politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, agama, moneter dan juga
fiskal. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 18 ayat (5) UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan Pemerintah daerah menjalankan
otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang
ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.
Pemisahan Kekuasaan

 Pemisahan kekuasaan berarti kekuasaan negara itu terpisah-pisah dalam


beberapa bagian, baik mengenai organnya maupun fungsinya. Dengan kata
lain, lembaga pemegang kekuasaan negara yang meliputi lembaga legislatif,
eksekutif dan yudikatif merupakan lembaga yang terpisah satu sama lainnya,
berdiri sendiri tanpa memerlukan koordinasi dan kerjasama. Setiap lembaga
menjalan fungsinya masing- masing. Pemisahan kekuasaan dapat
diklasifikasi menjadi 2 yaitu pemisahan kekuasaan dalam arti material dan
formal.
 Pemisahan kekuasaan dalam arti material adalah pemisahan kekuasaan yang
dipertahankan dengan jelas dalam tugas tugas kenegaraan dalam bidang
legislative, eksekutif, dan yudikatif.
 Pemisahan Kekuasaan dalam arti formal adalah pembagian kekuasaan yang
tidak dipertahankan secara tegas.
 Prof.Dr. Ismail Suny, SH, MCL dalam bukunya Pergeseran
Kekuasaan Eksekutif” berkesimpulan bahwa pemisahan kekuasaan
dalam arti material sepantasnya disebut separation of powers
(pemisahan kekuasaan), sedangkan pemisahan kekuasaan dalam
arti formal sebaiknya disebut division of powers (pembagian
kekuasaan). Suny juga berpendapat bahwa pemisahan kekuasaan
dalam arti material hanya terdapat di Amerika Serikat, sedangkan di
Inggris dan negara-negara Eropa Barat umumnya berlaku
pemisahan kekuasaan dalam arti formal. Meskipun demikian, alat-
alat perlengkapan negara tetap dapat dibedakan. Apabila dalam
sistem Republik rakyat di negara-negara Eropa Timur dan Tengah
sama sekali menolak prinsip pemisahan kekuasaan, maka UUD
1945 membagi perihal kekuasaan negara itu dalam alat-alat
perlengkapan negara yang memegang ketiga kekuasaan itu tanpa
menekankan pemisahannya

Anda mungkin juga menyukai