SEBUAH PENGANTAR
Penerapan kekuasaan ke dalam ranah negara dapat
dipahami melalui dua asas, yaitu pemisahan kekuasaan (separation of powers) dan pembagian kekuasaan (division of powers). Konsep separation of powers diperkenalkan oleh John Locke dalam bukunya Two treaties on civil government. Kekuasaan negara menurut John Locke terdiri dari kekuasaan eksekutif, legislatif, dan federatif. Konsep diivision of powers diperkenalkan oleh Montesquieu melalui bukunya yang berjudul LEsprit des lois (the spirit the of laws). Kekuasaan negara menurut Montesquieu terdiri dari eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
beberapa tingkat pemerintahan. Carl J. Friedrich menggunakan istilah pembagian kekuasaan secara teritorial. Contohnya: negara kesatuan, negara federal, serta konfederasi. Perspektif horizontal, pembagian kekuasaan menurut fungsinya secara horizontal. Pembagian kekuasaan dalam perspektif horizontal ini yang kemudian dikenal luas sebagai konsep Trias Politica, yaitu kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
sementara konfederasi merupakan bentuk kenegaraan. Hakikat negara kesatuan adalah kedaulatan tidak terbagi. Bentuk negara kesatuan umumnya mempunyai sifatsifat berikut:
Kedaulatan negara mencakup ke dalam dan keluar yang
ditangani pemerintah pusat. Negara hanya mempunyai satu undang-undang dasar, satu kepala negara, satu dewan menteri, dan satu DPR. Hanya ada satu kebijaksanaan yang menyangkut persoalan politik, ekonomi, sosbud, serta hankam.
kesatuan:
Adanya supremasi dari DPR pusat. Tidak adanya badan-badan lainnya yang berdaulat
negara bagian, sementara kekuasaan negara federal berasal dari kekuasaan negara bagian yang diserahkan kepada negara federal. R. Kranenburg:
Negara bagian suatu federasi memiliki pouvoir
constituant. Dalam negara federal, wewenang membentuk UU pusat untuk mengatur hal-hal tertentu secara terperinci satu per satu dalam konstitusi federal. Sementara untuk negara kesatuan , wewenang pembentukan UU pusat ditetapkan dalam suatu rumusan umum, dan peraturan yang bersifat lokal bergantung pada badan pembentuk UU pusat itu (DPR).
merdeka dan berdaulat. Keanggotaan suatu negara dalam suatu konfederasi tidaklah menghilangkan ataupun mengurangi kedaulatannya sebagai anggota konfederasi itu. Contoh: Perserikatan Amerika Utara (1776-1778).
pada masing-masing negara anggota konfederasi. Sementara pada negara federal, kedaulatan itu terletak pada federasi itu sendiri. Edward M. Sait: negara-negara yang menjadi anggota suatu konfederasi tetap merdeka sepenuhnya atau berdaulat, sementara negara-negara yang tergabung dalam federasi kehilangan kedaulatannya. R. Kranenburg: perbedaan federasi dan konfederasi terletak pada apakah warga negara dari negara bagian itu langsung terikat dengan atau tidak oleh peraturanperaturan organ pusat/pemerintahan pusat. Jika ya maka ia termasuk federasi, demikian sebaliknya.
A.V. Dicey: apabila federalisme itu berjalan dengan baik, maka umumnya merupakan tahap ke arah terbentuknya negara kesatuan.
bahwa kekuasaan-kekuasaan sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa. John Locke:
Kekuasaan yudikatif terangkum dalam kekuasaan
pelaksanaan UU. Kekuasaan federatif adalah kekuasaan yang meliputi segala tindakan untuk menjaga keamanan negara dalam hubungan dengan negara lain (hub. luar negeri).
dibedakan menurut sifatnya, diserahkan kepada lembaga yang berbeda, dan tidak ada kerja sama diantara fungsi-fungsi tersebut. Contoh: Amerika Serikat. Pembagian kekuasaan bermakna hanya fungsi pokok yang dibeda-bedakan menurut sifatnya serta diserahkan kepada badan yang berbeda. Tetapi untuk selebihnya kerjasama diantara fungsi-fungsi tersebut tetap diperlukan untuk kelancaran organisasi. Contoh: Indonesia.