A. Kekuasaan
Sebelum menguraikan lebih jauh mengenai model-model kekuasaan suatu Negara.
Maka akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai apa itu kekuasaan. Berbicara mengeni
kekuasaan pasti ada kaitannya dengan kekuatan. Namun apakah diantara kekuasaan
(power) dengan kekuatan (force) itu sama? Sering kita lihat seorang yang fisiknya lemah
bisa menjadi penguasa, bahkan penguasa di Negara kita sendiri Indonesia tidak
memandang usia baik dari yang muda bahkan tua bisa menjadi penguasa. Jadi dapat
ditarik kesimpulan bahwasanya kekuasaan tidak selalu menyertai kekuatan dan
sebaliknya. Ini disebabkan karena kekuasaan tidak selalu bahkan sering tidak bersumber
pada kekuatan fisik.
Kekuasaan sering bersumber dari wewenang formal (formal authority) yang
memberikan wewenang atau kekuasaan kepada seseorang atau suatu pihak dalam bidang
tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa kekuasaan bersumber pada hukum, yaitu ketentuan-
ketentuan hukum mengatur wewenang tadi dan pejabat termasuk dalam golongan ini 1
Kita mengenal polisi, kejaksaan, dan pengadilan sebagai alat pemaksaan atau penegak
hukum Negara yang masing-masing ditentukan batas wewenangnya2
Jadi, kesimpulan yang didapat dari seluruh pemaparan diatas bahwa kekuasaan
merupakan suatu unsur mutlak dalam suatu masyarakat dalam arti masyarakat diatur oleh
dan berdasarkan hukum. Secara analitik, dapat barangkali dikatakan bahwa kekuasaan
merupakan fungsi dari masyarakat yang teratur 3. Dan kesimpulan ini barangkali dapat
diungkapkan dalam slogan bahwa; hukum tanpa kekuasaan adalah angan-angan ,
kekuasaan tanpa hukum adalah kelaliman.
1
Muchtar Kusumaatmadja dan B.Arief Sidharta,Pengantar Ilmu Hukum “Suatu Pengenalan Pertama Ruang
Lingkup berlakunya Ilmu Hukum”(Bandung:PT Alumni,2013),Cet.3,hlm.34.
2
Ibid.
3
Ibid.,hlm.35.
tujuan bersama seperti diamanatkan konstitusi. Oleh sebab itu, Negara harus memiliki
kekuasaan yang secara normative tertuang dalam konstitusi4.
c. Negara Kesatuan
6
Budi Surya dalam Efriza,Op.Cit,hlm.237.
7
M.Sidi Ritaudin,” Jurnal TAPIs”. Kekuasaan Negara dan Kekuasaan Pemerintahan menurut pandangan Politik
Ikhwanul Muslimin.Vol.12.No.1,Januari-Juni 2016,hlm.74.
8
Efriza,Op.Cit.hlm.240.
Wewenang legislative tertinggi dipusatkan dalam satu badan legislative nasional atau
pusat. Kekuasaan terletak pada pemerintahan pusat tidak pemerintahan
daerah.pemerintah pusat mempunyai wewenang menyerahkan sebagian
kekuasaannya kepada daerah berdasarkan hak otonomi (Negara kesatuan dengan
system desentralisasi) tetapi pada tahap terakhir kekuasaan tertinggi tetap di tangan
pemerintahan pusat9.
Negara kesatuan dalam Otonomi Daerah
System manajemen penerapam otonomi daerah ini dengan menerapkan
otonomi luas, yang tidak sekedar melihat kepentingan daerah semata
melainkan juga kebutuhan pusat untuk berbagi beban. Dengan perkataan lain
pola yang berdasarkan asas desentralisasi yakni memberi otonomi luas kepada
daerah yang merupakan prinsip manajemen pemerintahan yang rasional
melalui desentralisasi pemerintah pembangunan dan kebjakan pembangunan
berbasis lingkungan dengan harapan otonomi luas dapat menjadi lebih
mungkin dilaksanakan.10
d. Negara Federal
Karakteristik Negara federal dirumuskan oleh C.F.Strong,Kranenburg dan Riker:
Supremasi konstitusi liberal
Wewenang pembentuk undang-undang pusat telah diperinci satu-persatu
dalam konstitusi federal
Adanya pemencaran kekuasaan antara Negara federal dengann Negara-negara
bagian
Adanya konstitusi menjelaskan kekuasaan legislative,eksekutif dan keuangan
antara pemerintah pusat dan daerah
Konstitusi tidak boleh diamandemen oleh satu pemerintah saja
Adanya badan kehakiman tertinggi untuk menyelesaikan perselisihan yang
timbul dalam konteks Negara federal.11
Sentralisasi;
9
Efriza,Op.Cit.hlm.247.
10
Ibid.,hlm.250.
11
Ibid.,hlm.252.
Pemerintah local menerima tugas dan kewenangan Negara merupakan
perpanjangan tangan dari pemerintah pusat.karena itu bertanggung jawab penuh
kepada pemerintah pusat.
Dekonsentrasi;
Pemerintah local yang menerima tugas dan kewenangan Negara itu,selain tetap
tunduk dan bertanggungjawab kepada pemerintah pusat,tetapi juga memiliki
kekuasaan dalam pelaksanaan tugas dan kewenangan (sesuai karakteristik daerah)
Desentralisasi;
Pemencaran fungsi Negara kepada pemerintah local yang berhak mengurus rumah
tangga sendiri (otonomi) dengan menyelenggarakan pemerintahan sesuai dengan
tugas kewenangan yang secara rinci diserahkan tetapi ia tidak bertanggungjawab
kepada pemerintah pusat12
Jika merujuk pada pendapat M.Faltas terdapat dua kategori dalam pengambilan
keputusan,sbb;
1. Keputusan politik
Keputusan yang alokatif , dana komit masyarakat,kekuasaan koersif peraturan
pemerintah dan nilai-nilai public lainnya untuk akhir memilih otoritatif.
2. Keputusan administrative
Implementasi dari keputusan tentang sekarang dan dimana sumber daya harus
digunakan yang kualitasnya untuk melayani hasil dari alokasi itu apakah alokasi
sumber daya telah digunakan dengan benar.13
Selain kekuasaan pengambilan keputusan secara alokasi ada juga keputusan
secara administrative atau keputusan pelaksanaan yang berkaitan dengan asas
sentralisasi,desentralisasi, dan desentralisasi.
1. Keputusan pelaksanaan dilakukan pada puncak hierarki secara terpusat (sentralisasi)
2. Keputusan pelaksanaan dilakukan pada jenjang-jenjang lebih rendah (dekonsentrasi)
3. Keputusan pelaksanaan semuanya diserahkan sepenuhnya kepada jenjang-jenjang
organisasi lebih rendah (desentralisasi)14
Dari semua pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwasanya baik
desentralisasi,dekonsentrasi maupun sentralisasi merupakan instrument dalam
pembagian bidang kekuasaan. Dalam organisasi Negara tidak ada yang sepenuhnya
sentralisasi atau sepenuhnya desentralisasi karena implementasi dari konsep tersebut
tetap dalam lingkup satu organisasi. Singkatnya, pemerintahan local(daerah) adalah
sendi dari system pemerintahan, baik Negara kesatuan maupun Negara federal. System
sentralisasi maupun desentralisasi mempengaruhi secara langsung pelaksanaan
pemerintahan daerah dalam suatu Negara. Bentuk Negara atau organisasi Negara
tersebut terkait dengan pembagian kekuasaan.
12
Ibid.,hlm.290-291.
13
Ibid.,hlm.291-292.
14
Ibid.,hlm.292.
2) Model Kekuasaan Negara secara Horizontal
Jika membicarakan model kekuasaan secara horizontal kita juga akan
membicarkan berbagai istilah seperti division of power, distribution of power,
separation of power dan yang paling dikenal ialah trias politica.
25
Ibid.,hlm.320-321.
Dalam system campuran terdapat ciri-ciri presidensil dan parlementer
secara bersamaan dalam system pemerintahan yang diterapkan.
Kedudukan sebagai kepala Negara dipegang oleh presiden yang dipilih
langsung oleh rakyat, tetapi juga ada kepala pemerintahan yang dipimpin
perdana menteri yang didukung oleh parlemen seperti dalam system
parlementer.26
Contoh penerapan system pemerintahan dalam UUD1945 misalnya ,
sebelum UUD 1945 diubah pertama kali pada 1999, UUD 1945 dikatakan
menganut system presidensil. Akan tetapi disamping itu, sistem yang diterapkan
tetap mengandung ciri parlementernya, yaitu dengan adanya MPR yang berstatus
sebagai lembaga tertinggi Negara, tempat kemana Presiden harus tunduk dan
bertanggung jawab. Oleh karena itu, sistem pemerintahan yang dianut UUD 1945
sebelum perubahan itu adalah sistem quasi-presidentil (semi presidensial) karena
ciri presidentilnya tetap menonjol,meskipun terdapat ciri parlementer. Akan
tetapi,apabila ciri parlementernya yang lebih mennonjol,maka sistem demikian
lebih tepat disebut quasi-parlementer.27
2. Kementerian Negara
Dalam sistem pemerintahan kabinet atau parlementer,menteri tunduk dan
bertanggung jawab kepada parlemen. Sedangkan dalam sistem presidensil para
menteri tunduk dan bertanggung jawab kepada kepada Presiden. Dalam sistem
parlementer jelas sekali bahwa kedudukan menteri adalah bersifat sentral. Perdana
menteri sebagai menteri utama,menteri coordinator, atau menteri yang memimpin
para menteri lainnya dalam kabinet adalah kepala pemerintahan dan memiliki
kedudukan sangat kuat,hingga parlemen dapat dibubarkan mereka.
Berbeda dengan sistem parlementer, di dalam sistem presidensil kedudukan
menteri sepenuhnya tergantung kepada presiden. Para menteri diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden. Dalam sistem pemerintahannya, menteri itu sendiri
adalah pemimpin tertinggi dalam kegiatan pemerintahannya masing-masing
karena dalam jabatan Presiden dan wakil presiden yang tergabung fungsi kepala
Negara dan kepala pemerintahan sekaligus maka tidak mungkin Presiden dan
wakilnya terlibat terlalu jauh dalam urusan-urusan operasional pemerintahan
sehari-hari.
Dari pemaparan tersebut dapat diketahui bahwasanya organisasi kementrian
tidak dapat seenaknya diadakan,diubah,atau dibubarkan hanya oleh pertimbangan
keinginan atau kehendak pribadi seorang presiden belaka. Semua hal harus
berkenaan dnegan organisasi kementrian Negara itu haruslah diatur dalam undang-
undang. Artinya perubahan,pembentukan,atau pembubaran organisasi kementrian
Negara harus diatur bersama presiden bersama-sama wakil rakyat yang dudukdi
26
Ibid.,hlm.323.
27
Ibid.,hlm.324.
lembaga Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Itulah esensi dari ketentuan bahwa hal
tersebut harus diatur didalam undang-undang.
Selain itu, dalam cabang kekuasaan eksekutif ini, terdapat pula cakupan
bidang kekuasaan yang sangat luas, termasuk kekuasaan pemerintahan daerah.
Fungsi pemerintahan daerah ini terdapat di tingkat provinsi dan tingkat kabupaten
atau kota. 28
28
Ibid., hlm.321-327.
29
Efriza,Op.Cit.hlm.319.
30
Ibid.
Baik Bank Indonesia maupun KPU merupakan lembaga independen yang
mendapat kewenangannya dari UU.
Oleh karena itu,kita dapat membedakan dengan tegas antara kewenangan
organ Negara berdasarkan UUD dan kewenangan organ Negara yang hanya
berdasarkan perintah UU, bahkan dalam kenyataan ada pula lembaga atau organ
yang kewenangannya berasal dari Keppres belaka. Contoh yang terakhir ini ,
misalnya Komisi Ombudsman Nasional,Komisi hukum nasional,dsb. Sementara
itu,contoh lembaga-lembaga yang kewenangannya diberikan oleh UU,misalnya
adalah Komnas HAM,KPIP,Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
(PPATK), Komisi Pengawas dan Persaingan Usaha (KPPU),dll.31
DAFTAR PUSTAKA
Buku
31
Ibid.,hlm.323.
Kusumaatmadja,Mochtar,dan B.Arief Sidharta.2013. Pengantar Ilmu Hukum “Suatu
Pengenalan Pertama Ruang Lingkup berlakunya Ilmu Hukum”. Bandung : PT
Alumni.
Jurnal
Efi Yulistyowati,Endah Pujiastuti, dan Tri Mulyani, “Penerapan Konsep Trias Politica
dalam sistem pemerintahan.”,Jurnal Dinamika Sosial
Budaya.Vol.18.No.2.Desember 2016.